You are on page 1of 12

Osteomielitis Kronis di Regio Cruris Dekstra

Mohamad Hafiz Bin Mohd Azmi


102012480
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
hafizchino@gmail.com
Pendahuluan
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan
lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang
mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan
kehilangan
ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (
misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis
akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana
terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis.1,2
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya :
fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis
rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,
menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan,
begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan
pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi.1
Tujuan pembuatan makalah mandiri ini adalah agar mahasiswa mampu menjelaskan
dengan lebih lanjut berkaitan patologi yg diderita pria berumur 20 tahun tersebut meliputi
interpretasi yang benar atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, etiologi, patofisiologi,
proses penyembuhan, diagnosa serta terapi. Harapannya adalah agar orang ramai dapat
menggunakan pengetahuan yang didapatkan ini dan mempraktekkannya dalam rangka untuk
mengurangkan insidens penyakit ini dalam masyarat.

Pembahasan
Rumusan Masalah
Seorang laki-laki usia 20 tahun menderita luka di kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh
sejak 5 bulan yang lalu yang mengeluarkan darah dan nanah serta turut mengalami demam.
Analisa Masalah
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu
percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya bertujuan untuk memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang
dialami atau dirasakan oleh pasien. Hasil alloanamnesisnya adalah seperti berikut:
Nama : Pria 20 tahun
Umur : 20 tahun
Keluhan utama : Luka di kaki kanan yang tidak sembuh selama 5 bulan
Riwayat penyakit sekarang : Luka mengeluarkan nanah dan darah dan pasien juga demam
Riwayat penyakit dahulu : Mengalami kecelakaan lalu lintas dan patah dan luka pada kaki
kanannya
Riwayat pengobatan : 2 kali operasi dan kontrol di mantra
Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi beberapa pemeriksaan yaitu
antropometri dewasa, keadaan umum dan pemeriksaan fisik dasar yang meliputi cara melihat
(look), meraba (feel), dan menggerakkan (move).
Pertama-tama dilihat dulu keadaan umumnya. Pastikan tingkat kesadaran
(apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan pasien). Kesakitan
atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus osteomielitis biasanya akut).
Juga diperiksa tanda-tanda vital.
Kemudian boleh ditinjau pula dari sisi sistem muskuloskeletal. Adanya
osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi

akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya
luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
Juga perhatikan pola nutrisi dan metabolisme pasien. Evaluasi terhadap
pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi
komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien
kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
Status lokalis: luka yang berdarah dan bernanah di cruris dextra, jaringan
granulasi, terdapat nyeri tekan, jaringan sekitar terasa hangat, pergerakan terbatas.
Pemeriksaan Penunjang
1.

Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai

peningkatan laju endap darah.


2.

Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif)


dan diikuti dengan uji sensitivitas
3.

Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat


kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
4.

Pemeriksaan biopsy tulang.

Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan


digunakan untuk serangkaian tes.
5.

Pemeriksaan ultra sound.


Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada

sendi.
6.

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan


kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan
kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7.

Pemeriksaan tambahan :
a.

Bone scan

: dapat dilakukan pada minggu pertama

b.
MRI
: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan
fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

Diagnosa kerja
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.1,2
Osteomielitis
penyebabnya yaitu:
1.

dapat

diklasifikasikan

menjadi

dua

macam

berdasarkan

Osteomielitis Primer.

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat


lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2.

Osteomielitis Sekunder.

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:


1.

Osteomielitis akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada
orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen) Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a.

Osteomielitis hematogen

Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis


hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh.
Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan
daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local
serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai
perkembangan klinis dan onset yang lambat.3

b.

Osteomielitis direk

Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat


trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi
bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah
prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
2.

Osteomielitis sub-akut

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul.
3.

Osteomielitis kronis

Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada
orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.3

Diagnosa banding
Anatomi dan fisiologi
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari
material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
a.

Periosteum

Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk
jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya
otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak.
b.

Tulang Kompak (Compact Bone)

Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan
sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak
maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat

sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.
c.

Tulang Spongiosa (Spongy Bone)

Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L.
singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah
untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh
sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum
tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa
seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam
tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.4

Etiologi
Adapun penyebab penyebab osteomielitis ini adalah:
1.

Bakteri

Penyebab
osteomielitis
yang
tersering
adalah Staphylococcus
aureus (70% -80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas,
Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.5
2.

Virus

3.

Jamur

4.

Mikroorganisme lain.

Osteomielitis juga bisa terjadi melalui 3 cara:3,4

1.

Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui


darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai
dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan
panggul. Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma.
2.

Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur


terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang
tercemar yang menembus tulang.
3.

Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi


jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami
kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).6
Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Osteomielitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut
biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.6
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu,
pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko
mengalami osteomielitis.

Epidemiologi
Kira-kira 20% dari kasus osteomielitis adalah hematogen. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada laki-laki tanpa sebab yang pasti. Insidens keseluruhan osteomielitis lebih
tinggi dalam negara membangun.
Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza,
bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan osteomielitis setelah
pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium
3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan faskularisasi dan
edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan
jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,
abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun
seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah
mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius
kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.1,3
Gejala Klinis
1.

Fase akut

Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang
dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
2.

Fase kronik

Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,

inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah.
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan
demam, nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah di atas tulang bisa mengalami luka dan
membengkak dan dalam pergerakan akan menimbulkan nyeri.5
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang
berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah di atas
tulang dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam,
dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada
sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.6
Osteomielitis kronik sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak di
atas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah (pus) yang menetap atau hilang timbul dari
kulit. Pengeluaran nanah terjadi, jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan
kulit dan suatu saluran (sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

Komplikasi
1.

Dini :
a.

Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

b.

Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang

c.

Atritis septik

mendasarinya sembuh

2.

Lanjut :

a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan


penurunan fungsi tubuh yang terkena.
b.

Fraktur patologis

c.

Kontraktur sendi

d. Gangguan pertumbuhan

Pencegahan
Pencegahan osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal
dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai
saat pembedahan dan selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik
perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial
terjadinya osteomielitis.

Penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa
kali
per
hari
untuk
meningkatkan
aliran
daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah dan swab
dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang
terbaik.
Kadang,
infeksi
disebabkan
oleh
lebih
dari
satu
patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika
intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin
semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke
daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus
sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah
diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan
diminum
bersama
makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang
terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu
diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan adjuvan terhadap debridemen
bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah
dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk
memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang
dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat

dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan
pemberian
irigasi
ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer
tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya
namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan
darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi
infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi
atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya
patah tulang.1,4
Prognosis
Terapi yang tidak tepat boleh menyebabkan relaps dan boleh menjadi infeksi
kronis. Disebabkan oleh kekurangan suplai darah pada tulang, osteomielitis kronis boleh diobati
dengan reseksi radikal atau amputasi. Infeksi ini mungkin boleh berulang menjadi eksaserbasi
akut yang boleh ditangani dengan debridemen dan pemberian antibiotik parentral atau oral.
Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Staphylococcus aureus hemolitikus
(koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus. Haemophylus
influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri
coli, salmonella thyposa dan sebagainya. Proses spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran
hematogen dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).
Daftar Pustaka
1. Courtney M.T., Daniel B., Mark E., Kenneth M.L. Sabiston textbook of surgery. 19 th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders Inc; 2012.p.1106-15
2. Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et al. Harrisons
principles of internal medicine. 17 th ed. United States: The McGraw-Hill companies;2008.p.253643
3. Warrel DA, Cox TM, Firth JD, Edward J, Benz MD. Oxford textbook of medicine. 4 th ed. United
Kingdom: Oxford University Press;2003.p.3249-3253

4. Doherty G.M., Way L.W., Current surgical diagnosis & treatment. 12th ed. New York:
McGraw Hill Professional; 2006.p.1204-8

5. Cuchieri A., Grace P.A., Darzi A., Borley N., Rowley D.I. Clinical surgery. 2 nd ed.
Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2003.p.268-72
6. Schwartz S.I., Brunicardi F.C., Andersen D.K. Schwartz's principles of surgery. 9th ed.
New York: McGraw Hill; 2010.p.579-83

You might also like