Professional Documents
Culture Documents
Kontra indikasi anesthesia spinal ada dua macam yakni relative dan
absolute.
Kontra indikasi absolute
Kontra indikasi relative
Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat, syok
Koagulopati atau mendapat terapiantikoagulan
Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi
termudah. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa di pindah lagi,karena
perubahan posisi berlebihan dalam waktu 30 menit pertama akan menyebabkan
penyebaran obat. Jika posisinya duduk, pasien disuruh memeluk bantal, agar
posisi tulang belakang stabil, dan pasien membungkuk agar prosesus spinosus
mudah teraba. Jika posisinya dekubitus lateral, maka beri bantal kepala, agar
pasien merasa enak dan menstabilkan tulang belakang.
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan. Pada kasus ini diberikan obat
anestesi lokal bupivakain.
Jarum
lumbal
akan
menembus
kulit-subkutis-lig.supraspinosumlig.interspinosum-lig.flavum-ruang epidural-duramater-ruang sub arakhnoid. Kirakira jarak kulit-lig.flavum dewasa 6cm.
o Farmakodinamik :
Anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan
memblok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversible. Obat menembus
saraf dalam bentuk tidak terionisasi (lipofilik), tetapi saat di dalam akson
terbentuk beberapa molekul terionisasi, dan molekul-molekul ini memblok kanal
Na+, serta mencegah pembentukan potensial aksi. Anestesi lokal dapat
menekan jaringan lain yang dapat dieksitasi (miokard) bila konsentrasi dalam
darah cukup tinggi, namun efek sistemik utamanya mencakup system saraf
pusat. Pada konsentrasi darah yang dicapai dengan dosis terapi, terjadi
perubahan konduksi jantung, eksitabilitas, refrakteritas, kontraktilitas dan
resistensi vaskuler perifer yang minimal. Kontraktilitas miokardium ditekan dan
terjadi vasodilatasi perifer, mengakibatkan penurunan curah jantung dan
tekanan darah arteri. Absorpsi sistemik anestetik lokal juga dapat
mengakibatkan perangsangan dan atau penekanan sistem saraf pusat.
Rangsangan pusat biasanya berupa gelisah, tremor dan menggigil, kejang,
diikuti depresi dan koma, akhirnya terjadi henti napas. Fase depresi dapat terjadi
tanpa fase eksitasi sebelumnya.
o Farmakokinetik :
Kecepatan absorpsi anestetik lokal tergantung dari dosis total dan konsentrasi
obat yang diberikan, cara pemberian, dan vaskularisasi tempat pemberian, serta
ada tidaknya epinefrin dalam larutan anestetik. Bupivacaine mempunyai awitan
lambat (sampai dengan 30 menit) tetapi mempunyai durasi kerja yang sangat
panjang,sampai dengan 8 jam bila digunakan untuk blok syaraf. Lama kerja
bupivacaine lebih panjang secara nyata daripada anestetik lokal yang biasa
digunakan. Juga terdapat periode analgesia yang tetap setelah kembalinya
sensasi.
o Efek samping :
Penyebab utama efek samping kelompok obat ini mungkin berhubungan dengan
kadar plasma yang tinggi, yang dapat disebabkan oleh overdosis, injeksi
intravaskuler yang tidak disengaja atau degradasi metabolik yang lambat.
Sistemik
:
Biasanya
berkaitan
dengan
sistem
saraf
pusat
dan
kardiovaskular seperti hipoventilasi atau apneu, hipotensi dan henti jantung.
SSP : Gelisah, ansietas, pusing, tinitus, dapat terjadi penglihatan kabur atau
tremor, kemungkinan mengarah pada kejang. Hal ini dapat dengan cepat diikuti
rasa mengantuk sampai tidak sadar dan henti napas. Efek SSP lain yang
mungkin timbul adalah mual, muntah, kedinginan, dan konstriksi pupil.
Kardiovaskuler : Depresi miokardium, penurunan curah jantung, hambatan
jantung, hipotensi, bradikardia, aritmia ventrikuler, meliputi takikardia
ventrikuler dan fibrilasi ventrikuler, serta henti jantung.
Alergi : Urtikaria, pruritus, eritema, edema angioneuretik (meliputi edema laring),
bersin, episode asma, dan kemungkinan gejala anafilaktoid (meliputi
hipotensiberat).
Neurologik : Paralisis tungkai, hilangnya kesadaran, paralisis pernapasan dan
bradikardia (spinal tinggi), hipotensi sekunder dari blok spinal, retensi
urin,inkontinensia fekal dan urin, hilangnya sensasi perineal dan fungsi
seksual;anestesia persisten, parestesia, kelemahan, paralisis ekstremitas
bawah dan hilangnya kontrol sfingter, sakit kepala, sakit punggung, meningitis
septik, meningismus, lambatnya persalinan, meningkatnya kejadian persalinan
dengan forcep, atau kelumpuhan saraf kranial karena traksi saraf pada
kehilangan cairanserebrospinal.
mempunyai
riwayat
sindrom
Steven-Johnson
atau
ruam
o Farmakologi
Ondansetron adalah suatu antagonis 5-HT3 yang sangat selektif yang dapat
menekan mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi.
Mekanisme kerjannya diduga langsung mengantagonisasi reseptor 5-HT yang
terdapat pada chemoreseptor trigger zone didaerah postrema otak dan mungkin
juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansetron mempercepat pengosongan
lambung, bila kecepatan basal rendah. Tetapi waktu transit saluran cerna
memanjang sehingga dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Ondansetron
dometabolisme di hati.
o Indikasi
Ondansetron digunakan untuk mencegah mual dan muntah yang berhubungan
dengan operasi dan pengobatan kanker dengan radiografi dan sitostatika. Dosis
yang digunakan 0,1-0,2 mg/Kg IV.
o Efek samping
Keluhan biasanya dapat ditoleransi dengan baik. Keluhan yang umum ditemukan
adalah konstipasi. Gejala lain dapat berupa sakit kepala, mengantuk, gangguan
saluran cerna.
o Kontraindikasi