Professional Documents
Culture Documents
Etiologi
Pruritus atau rasa gatal adalah suatu gejala penting karena merupakan gambaran
umum dari penyakit dermatologi, tetapi juga merefleksikan patologi sistemik. Pruritus
diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan sifatnya yaitu pruritus lokal dan generalisata.
Pruritus lokal menunjukkan penyebab lokal, sedangkan pruritus generalisata bisa
berhubungan dengan penyakit kulit atau penyakit sistemik. Adapun penyakit yang
menyebabkan pruritus generalisata antara lain11:
a.
b.
c.
d.
e.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Kolestatis kronis
Gagal ginjal kronis
Polistema rubra vera
Kehamilan
Hiper dan hipotiroidisme
f. Penyakit mieloproliferatif (penyakit hodgkin, leukimia dan mieloma)
Sindrom karsinoid
Defisiensi besi
Hipersensitivitas obat
Mastositosis
Diabetes melitus
Tumor otak (terutama Ventrikel keempat)
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum,
penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu12:
1.
Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh.
Penyebabnya beragam, Beberapa Penyebab Pruritus Lokal:
a. Kulit kepala
b. Punggung
: Notalgia paraesthetica
c. Lengan
: Brachioradial pruritus
d. Tangan
: Dermatitis tangan,dll.
2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus.
a. Gangguan ginjal seperti Gagal ginjal kronik.
b. Gangguan hati seperti Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
c. Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme,
dan Myxoedema.
d. Gangguan pada Darah Defisiensi seng (anemia), Polycythaemia, Leukimia
limfatik, dan Hodgkin's disease.
Patofisiologi
Mekanisme pruritus secara umum berhubungan dengan inisiasi reseptor saraf yang
bertanggungjawab menimbulkan rasa gatal yang ada di kulit. Sensasi pruritus
ditransmisikan lewat saraf nosiseptif tak bermielin dimana akhiran saraf bebasnya
terletak di dekat jembatan dermoepidermal. Neuron yang mentransmisikan sensasi
pruritus ini lebih sensitif terhadap neurotransmitter-neuropeptida yang menginduksi
sensasi
gatal
dibanding
sensasi
nyeri.
Neurotransmitter-neuropeptida
yang
TINEA VERSICOLOR
DEFINISI
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan
oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik
ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang
badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit
kepala.
MORFOLOGI
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas,
berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak
menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur,
berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.
Ada dua bentuk yang sering dijumpai :
Bentuk makuler :
Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya dan tepi tidak
meninggi.
Bentuk folikuler :
Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut
PATOGENESIS
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan
dari i saprofit menjadi patogen belum diketahui.
Organisme ini merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi
oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap
melanosit.
GAMBARAN KLINIS
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula
tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak
tersebut.
Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi
pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di
atas lesi terdapat sisik halus.
Folikulitis
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam jumlah
banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan histologis organisme
tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran sebasea dan sering disekitar
dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri dari debris keratin
Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm,
distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk. Bentuknya
yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis
Dacriosis obstructif
Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis, menyebabkan
pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk dakriolit, terjadi inflamasi dan
mengganggu produksi air mata.
DIAGNOSA BANDING
Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik, sifilis stadium tua, pitiriasis rosea
vitiligo, morbus hansen dan hipopigmentasi pasca peradangan.
PENGOBATAN
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei, handuk
harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi
aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas
pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu.
Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak
normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama
daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah
cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon
terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baikterhadap
pengobatan dengan griseofulvin.
Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep
2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida 2%
dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam bentuk krim
atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.
PROGNOSIS
Umumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat dieliminer dengan baik.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah beriklim panas. Di
Indonesia frekuensinya tinggi. Penularan panu terjadi bila ada kontakdengan jamur penyebab
oleh karena itu kebersihan prinadi sangat penting.
Sumber
1. Arnold, Odum, James.Andrew's :Desease of the skin, .8th ed ,London. WBSounders
Co., 1989 : 347 349.
2. Balus, L: Grigoriu D : Pityriasis versicolor. CILAG-LTD 1982.
3. Budi mulja, U : Mikosis. Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin, Jakarta FK UI. 1987
: 84-88
Siklus pertumbuhan folikel rambut adalah demikian. Sejak pertama kali terbentuk
folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase pertumbuhan dan fase
istirahat bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut tersebut tumbuh dan juga
dipengaruhi faktor fisiologis maupun patologis. Siklus pertumbuhan yang normal adalah
masa anagen, masa katagen, dan masa telogen. (Soepardiman, Lily. 2010)
1.
mendorong selsel tanduk yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun.
(Soepardiman, Lily. 2010)
2.
Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di
sekitar folikel rambut, disusul oleh penebalan dan mengeriputnya selaput hialin. Papil rambut
lalu mengelisut dan tidak lagi berlangsung mitosis dalam matriks rambut. Bagian tengah akar
rambut menyempit dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga
terbentuk gada (club). Antara bekas papil dan bagian bawah gada terbentang satu tiang sel
epitel. Masa peralihan ini berlangsung 2-3 minggu. (Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily.
2010)
3.
Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel
mulai dari bawah ke atas sampai hanya tersisa suatu puting epitel kecil, yaitu benih sekunder,
dan berbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong
keluar dan rontok.
(Kusumadewi, dkk; Soepardiman, Lily. 2010)
Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa telogen sekitar 100 hari
sehingga perbandingan rambut anagen dan telogen berkisar antara 9:1. Jumlah folikel rambut
pada kepala manusia sekitar 100.000, rambut pirang dan merah jumlahnya lebih sedikit dari
rambut hitam. Jumlah rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel rambut pada
bayi 1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan, karena meluasnya
permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada pengurangan beberapa folikel sehingga jumlah
menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen diperiksa rasio
rambut anagen terhadap telogen yang disebut trikogram, sedikitnya 50 helai rambut halus
dicabut dan diperiksa untuk menghindari deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut anagen
pada wanita + 85% dan laki-laki 83% dan jumlah rambut telogen pada wanita 11% dan lakilaki 15%. (Soepardiman, Lily. 2010)
Tabel 2.2: Siklus Rambut
Fase
Masa
Anagen
Telogen
Katagen
Memulai fase anagen, IGF 1, bFGF, EGF, VEGF, TGF-alfa yang merupakan faktor