Professional Documents
Culture Documents
A. Analgetika
Menurut Tjay dan Rahardja (2007), Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah
suatu zat kimia yang dapat mengurangi atau bahkan menghalau rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran hal tersebut yang menjadi pembeda antara anastetika
umum dengan analgetika.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri adalah
suatu sensasi yang tidak mengenakan yang biasanya erat kaitannya dengan derajat
kerusakan.
Terdapat dua jenis rasa nyeri, yaitu rasa nyeri yang cepat dan lambat. Rasa nyeri
yang cepat dirasakan 0,1 detik setelah stimulus nyeri dikenakan sedangkan rasa
nyeri yang lambat dirasakan 1 detik setelah stimulus nyeri dikenakan dan akan
semakin meningkat setelah beberapa detik atau menit. Nyeri cepat sering disebut
dengan nyeri tajam, nyeri akut, dan nyeri listrik. Sedangkan nyeri lambat sering
disebut dengan nyeri kronis, dan nyeri berdenyut (Guyton dan Hall, 2006).
Rasa nyeri ini merupakan gejala sebagai isyarat adanya gangguan pada jaringan
seperti peradangan, infeksi jasad renik, dan kejang otot. Nyeri tersebut disebabkan
oleh rangsangan mekanis, kimia, dan fisis. (Sherwood, 2007). Rangsangan
tersebut dapat memicu pelepasan zat tertentu disebut mediator nyeri diantanya
yaitu histamine, bradikin, leukotriene, dan prostaglandin. Seluruh rangsangan
tersebut merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di
kulit, mukosa serta jaringan.
1. Penggolongan Obat
Berdasarkan dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi menjadi dua
kelompok besar diantaranya yaitu:
a. Analgetika perifer (non-narkotika)/OAINS
Analgetika perifer merupakan obat-obatan yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Obat-obat analgetika perifer diantaranya adalah
analgetika antipiretik, dan analgetika antiinflamasi (Suleman, 2006).
Untuk memudahkannya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1) Obat yang berefek analgesik dan antiinflamasi lemah, misalnya:
parasetamol.
bezitramida),
petidin,
dan
derivatnya
(fentanyl,
campuran
mengikat
pada
reseptor
dan
opioid,
tidak
pada
prinsip
untuk
di
endotel
makrovaskular
melawan
efek
tersebut
dan
produksi
prostaglandin
yang
mensensitisasikan
reseptor-reseptor
nyeri
di
ankilosis, osteoartritis,
asam urat yang tinggi) akut, sindrom nyeri pada tulang belakang.
Selain itu Diclofenac dapat digunakan untuk indikasi nyeri akibat
trauma, nyeri pasca operasi, aman diberikan pada penderita infeksi
telinga, hidung, dan tenggorokan (Tjay dan Rahardja, 2007).
Kontraindikasi obat analgesik perifer (non narkotik) / OAINS secara umum
adalah:
a. Parasetamol
Paracetamol tidak dapat diberikan untuk penderita hipertensi atau yang
menderita alergi paracetamol dan pada penderita gangguan fungsi hati
berat.
b. OAINS
1) Ibuprofen
2) Diclofenac
C. Pembahasan Kasus
Berdasarkan skenario pada kasus tersebut dapat dianalisa untuk mendapatkan
pemilihan analgesik yang tepat.
1. Pemeriksaan intraoral
Terdapat kavitas yang cukup besar pada gigi 36 / karies pada gigi 36 diikuti
dengan warna kemerahan pada bagian gusi disekitarnya.
2. Diagnosis nyeri
Nyeri tersebut tergolong pada nyeri akut. Diakibatkan oleh stimulus noksius
yang berasal dari kerusakan jaringan sebagai suatu proses penyakit yaitu
karies pada gigi 36 yang menimbulkan nyeri. Nyeri akut ini bersifat nosiseptik
dimana sistem syaraf berfungsi secara normal sebagaimana mestinya, dan
nyeri akut ini biasanya berlangsung selama 3-5 hari dan kemudian mereda.
3. Prediksi intensitas nyeri
Intensitas nyeri yang dialami oleh pasien dimungkinkan adalah nyeri ringan
hingga sedang. Hal ini dikarenakan pada karies tersebut terjadi reaksi
inflamasi yang ringan.
4. Medikasi penggolongan obat
Berdasarkan analisa pemeriksaan intraoral, diagnosis nyeri, dan prediksi
intensitas nyeri medikasi dapat diberikan berupa obat analgesik. obat
analgesik yang digunakan adalah analgetika perifer (non narkotika/OAINS).
Dikarenakan analgetika perifer yang tidak bekerja sentral dan berkaitan untuk
mengurangi terjadinya inflamasi. Serta hal ini berkaitan pula dengan diagnosis
nyeri yang bersifat nosiseptik yaitu terjadi pada sistem saraf perifer sedangkan
sistem syaraf pusatnya normal.
Penggunaan analgetika perifer/OAINS ini dimaksudkan untuk meredakan
nyeri dan mengatasi inflamasi. Golongan analgetika perifer/OAINS tersebut
adalah derivate pirazolinon (metampiron) dengan nama dagang yang dikenal
oleh masyarakat adalah danalgin.
Komposisi danalgin adalah metampiron 500 mg dan diazepam 2 m (Tjay dan
Rahardja, 2007).
5. Mekanisme kerja obat danalgin
Farmakologi: metampiron yang merupakan kandungan obat danalgin ini
bekerja sebagai analgesic antiinflamasi dengan menghambat pembentukan
prostaglandin melalui penghambatan enzim cyclooxygenase dan diazepam
yang bersifat tranquilizer. Tranquilizer adalah termasuk golongan obat
penenang. Dimana dibagi menjadi dua yaitu tranquilizer minor dan
tranquilizer mayor. Tranquilizer minor adalah obat-obatan penenang golongan
benzodiazepine yang salah satu contohnya adalah diazepam.
6. Indikasi dan kontraindikasi obat danalgin
a. Indikasi danalgin
Nyeri otot dan kolik yang sedang hingga berat terutama pasca operasi
dimana membutuhkan kombinasi dengan tranquilizer.
b. Kontraindikasi danalgin
1) Bayi yang berumur dibawah 6 bulan
2) Ibu hamil dan menyusui
3) Depresi pernafasan
4) Penderita dengan tekanan sistolik <100 mmHg
5) Gangguan pulmoner akut
6) Glaukoma
7) Psikosis akut
7. Dosis terapeutik danalgin
Sediaan obat danalgin adalah kaplet yaitu kapsul tablet.
Penggunaanya:
Dewasa: 1 kaplet tiap 6-8 jam perhari. Maksimal 6 kaplet dalam satu hari.
D. Referensi
Hardman, J., Limbird, L., Gilman, A., 2007, Dasar Farmakologi Terapi Vol.1,
EGC, Jakarta
Gunawan, S.G., Nafrialdi, R.S., Elysabeth., 2007, Farmakologi dan Terapi,
Departemen Farmakologi dan Teurapeutik FK-UI, Jakarta.
Guyton, A.C., Hall, J.E., 2006, Medical Physiology 11th ed, Elsevier Inc, China.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology 5th
ed, Churchill Livingstone, UK.
Sherwood, L., 2007, Human Physiology 6 th ed, Thomson Books/ Cole, China.
Tjay, T. N., Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi 6, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.