Professional Documents
Culture Documents
KEJANG DEMAM
Oleh:
Nidia Ramadhani
1010313099
Pembimbing:
Prof. dr. Darfioes Basir, Sp.A (K)
dr. Didik Hariyanto, Sp.A (K)
pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia 1 bulan dan
tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.2
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara
umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.3 Anak yang
pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam.1,3 Kejang disertai demam pada bayi
berumur kurang dari 4 minggu (1 bulan) tidak termasuk kejang demam. 1,3
Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam. 2 Definisi ini menyingkirkan kejang yang
disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati.
Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis yang berbeda dengan
kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai susunan saraf
pusat.3 Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
menaglami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya
infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 2
2. Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi.
Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya
kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan).
Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki. 3 Kejang demam
terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan samapi 5 tahun. 1Menurut
IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun
hampir 2 - 5%.2,10
3. Klasifikasi
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :
a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)
2.)
3.)
4. Faktor Risiko
Faktor risiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.
Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau
saudara kandung, perkembangan terlambat, problem masa neonatus,
anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah
kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali
rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi
atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia dibawah
18 bulan, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul,
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam
dan riwayat keluarga epilepsi. 5,6
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya
gangguan neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat
epilepsi dalam keluarga, lamanya demam saat awitan kejang dan lebih
dari satu kali kejang demam kompleks. 5,6
5. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku
untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu
adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi
paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi
sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang
terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl -). Akibatnya
konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari
sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a.
b.
c.
oleh
meningkatnya
aktivitas
otot
dan
selanjutnya
dehidrasi
disertai
demam.
Pemeriksaan
kecil
seringkali
menyingkirkan
sulit
diagnosis
untuk
meningitis
menegakkan
karena
atau
manifestasi
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan
memprediksi
elektroensefalografi
berulangnya
kejang
(EEG)
atau
tidak
dapat
memperkirakan
8. DIAGNOSIS BANDING
Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan,
khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila
ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis
media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah
mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan pungsi lumbal. 2
9. PENATALAKSANAAN
a.
rumat
diberikan
bila
kejang
demam
dalam
menurunkan
risiko
berulangnya
kejang.
selektif
dan
dalam
jangka
pendek.
Pemakaian
b.
c.
d.
b.
c.
e.
f.
g.
11.PROGNOSIS
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara
retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus,
dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau
kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam
tidak pernah dilaporkan.5,9
BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM
KEJANG
10
KEJANG
Diazepam
rektal
( 5 menit )
Di Rumah Sakit
KEJANG
Diazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20
mg/kgBB
Kecepatan 0,5 -1
mg/kgBB/menit
KEJANG
Transfer ke Ruang Rawat
Intensif
KETERANGAN :
1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan
diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan
faktor resikonya.
2.
11
12
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PENDERITA
Identitas Pasien
Nama lengkap
: GCZ
Anak ke
: 3 dari 3 bersaudara
Tanggal masuk
: 28 November 2014
Umur
: 1 tahun 2 bulan
Tanggal Keluar
Jenis kelamin
: Laki-laki
Keadaan pulang
Nama Ayah/Ibu
: N/A
Suku bangsa
: Indonesia
Alamat
: Gambok Muaro, Sijunjung
Alloanamnesis
Diberikan oleh
::-
13
Seorang anak laki-laki berumur 1 tahun 2 bulan dirawat di bangsal akut anak
RSUP. DR. M. Djamil Padang sejak tanggal 28 November 2014 dengan :
Keluhan Utama
Demam sejak 2 hari yang lalu, demam tinggi, hilang timbul, tidak menggigil,
tidak berkeringat
Kejang 2 hari yang lalu, frekuensi satu kali, lamanya 5 menit, kejang seluruh
tubuh, mata melihat ke atas, anak sadar setelah kejang, ini merupakan kejang
episode pertama
Batuk sejak 2 hari yang lalu, batuk berdahak, batuk disertai pilek
Nafsu makan menurun sejak 2 hari yang lalu
Mual dan muntah tidak ada
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada
Riwayat gigi berlubang tidak ada
Riwayat trauma kepala sebelumnya tidak ada
Buang air kecil warna dan jumlah biasa
Buang air besar warna dan konsistensi biasa
Anak telah dirawat di Puskesmas Gombok Muaro Sijunjung selama satu hari,
mendapat obat paracetamol dan sirup kotrimoksazol 2x1 sendok. Karena
belum ada perbaikan, anak kemudian dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil dengan
keterangan observasi febris hari ke-3
14
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
: umur 1 bulan
: umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
: saat lahir, umur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
: umur 9 bulan
: saat lahir, umur 2 bulan, 6 bulan
: 7 bulan
: 2,5 bulan
: 8,5 bulan
: 11 bulan
: 12 bulan
: 10 bulan
Berat badan
Tinggi badan
: 9,5 kg
: 75 cm
15
Kesadaran
Nadi
Nafas
Suhu
Edema
Ikterus
: Sadar
: 103 x/menit
: 26 x/menit
: 37,3 0C
: Tidak ada
: Tidak ada
BB/U
TB/U
BB/TB
Status gizi
Anemis
Sianosis
: 87,96 %
: 96,15 %
: 93,13 %
: Gizi baik
: Tidak ada
: Tidak ada
Kulit
: teraba hangat, turgor baik
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kepala
: bentuk bulat, lingkar kepala 46 cm (normocephal skala
Nellhauss)
Rambut
: hitam, tidak mudah rontok
Mata
: konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Telinga
: tidak ditemukan kelainan
Hidung
: tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Mulut dan bibir : mukosa mulut dan bibir basah
Leher
: JVP sukar dinilai, kaku kuduk tidak ada
Thoraks :
Paru :
Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan
Palpasi
: sukar dinilai
Perkusi : sukar dinilai
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung:
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : irama teratur, bising jantung tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung
: tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin
: status pubertas A1 P1 G1
Ekstremitas
: akral hangat, perfusi baik
reflek fisiologis +/+ normal, reflek patologis: -/Pemeriksaan labor
Darah :
Hb
: 11,2 gr/dl
Leukosit
: 7700 / mm3
Hitung jenis : 0/0/0/20/76/4
Trombosit : 285.000/mm3
Ht
: 33%
16
Diagnosis Kerja
Kejang Demam Simpleks
Common cold
Th/
-
MB 1000 kkal
Diazepam 3x1,5 mg p.o
Paracetamol 4x100 mg p.o
Follow up
Sabtu, 29-11-2014
S/ - Kejang tidak ada
-
Demam ada
Batuk pilek masih ada
Sesak nafas tidak ada
Mual dan muntah tidak ada
Buang air kecil dan buang air besar biasa
MB 1000 kkal
Diazepam 3x1,5 mg p.o
Paracetamol 4x100 mg p.o
DISKUSI
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19