You are on page 1of 4

REVIEW JURNAL ILMIAH

Analysis of Palm Biomass as Electricity from Palm Oil Mills


in North Sumatera
Penulis:
Muhammad Ansori Nasution, Tjahjono Herawan, Meta Rivani
Indonesian Oil Palm Research Institute (IOPRI), Jalan Brigjen Katamso 51, Medan 20158,
Indonesia
Direview oleh :
Sophian Rumboko Aditama (3210131011)

Pada Paper ini menjelaskan studi analisis potensi kelistrikan yang dibangkitkan dari
biomassa kelapa sawit di Sumatera Utara . Analisa ini diharapkan dapat berguna untuk
perancanaan pembangkit listrik skala kecil di Sumatera Utara. Manfaat lain dari studi ini
adalah dapat mengurangi emisi gas ramah kaca dan meningkatkan lapangan pekerjaan
penduduk setempat.
Minyak nabati (Palm Oil) yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit
merupakan sumber minyak terbesar yang dapat dimakan untuk saat ini. Palm Oil Mills
(POM) atau penggilingan kelapa sawit di Indonesia menghasilkan 23 MegaTon CPO mentah
atau 46% dari total produksi minyak nabati dunia pada 2011 dan diprediksi akan terus
meningkatkan permintaan pasarnya seiring dengan pertumbuhan populasi, pangan dan
industri kimia. Dengan semakin banyaknya CPO yang diproduksi maka semakin bertambah
banyak pula limbah yang dihasilkan. Dimana limbah biomassa tersebut masih perlu dikelola
secara efektif untuk mengatasi masalah lingkungan yang ditimbulkannya.
Sebenarnya pada proses penggilingan kelapa sawit dapat diterapkan proses
pembangkitan uap secara bersamaan (cogeneration) untuk menghasilkan uap dan listrik yang
dibutuhkan oleh penggilingan kelapa sawit itu sendiri dengan menggunakan satu sumber
bahan bakar. Sistem cogeneration tersebut membutuhkan boiler, turbin dan generator.
Dimana bahan bakar akan digunakan untuk memanaskan fluida yang berada di dalam boiler
untuk menghasilkan uap, uap tersebut akan menuju turbin dan menghasilkan listrik dan sisa
uap yang digunakan untuk menghasilkan listrik tadi masih dapat dimanfaatkan untuk proses
sterilisasi, penyimpanan biji kelapa sawit dan lain sebagainya.
Panas dan daya yang dihasilkan pada proses cogeneration tersebut lebih dari cukup
untuk digunakan pada proses pengolahan minyak nabati. Di sisi lain penggilingan kelapa
sawit perlu mengurangi limbah biomassa yang dihasilkannya. Maka dari itu seharusnya
limbah biomassa dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memperoleh energi lebih tidak
hanya untuk proses penggilingan tetapi kelebihan listriknya juga dapat disalurkan ke rumahrumah pegawai dan penduduk setempat. Konsep penyaluran listrik ini dapat diterapkan untuk
menyokong kebutuhan listrik di Sumatera Utara menggunakan saluran listrik PLN.

Dari penelitian ini penulis mendapatkan beberapa hasil penelitian yang telah didiskusikan
oleh tim penelitinya hasil penelitian tersebut antara lain :
1. Kapasitas Penggilingan dan Jaraknya dengan Gardu Induk Terdekat
Dalam kasus ini penulis melakukan pemetaan dengan menggunakan GPS
untuk menemukan lokasi-lokasi penggilingan yang terdapat di Sumatera Utara yang
kemudain hanya diambil perwakilan dari keseluruhan penggilingan yang terdeteksi
dan melakukan pendataan untuk mengetahui kapasitas penggilingan yang ada dengan
data yang disajikan pada diagram sebagai berikut.

Setelah mendapatkan data kapasitas penggilingan penulis menyajikan data


lokasi penggilingan yang terdekat dari saluran listrik PLN rata-rata berjarak 1 km
dengan saluran listrik tegangan rendah sebesar 71% dan tegangan menengah 48%

Sebagai upaya optimalisasi proses produksi penulis juga melakukan pendataan


untuk mengelompokkan satu penggilingan dengan yang lain dengan jarak rata-rata
antar penggilingan adalah antara 10-20 km yang dianggap memungkinkan untuk
dilakukan pengelompokan tersebut.

2. Ketersedian Limbah Biomassa


Dalam kasus ini penulis menggolongkan limbah biomassa yang dimaksud
adalah berupa TKKS, Tempurung, dan serat yang dihasilkan dari proses penggilingan
yang masih bisa dimanfaatkan. Dari 21 penggilingan yang diteiliti didapatkan data
limbah sebagai berikut

3. Energi Aktual
Dalam kasus ini penulis mengemukakan bahwa semua penggilingan yang
dinilai menggunakan limbah serat dan tempurung kelapa sawit untuk feed bahan
bakar pada boiler untuk serat digunakan seluruhnya tetapi tidak untuk tempurung,
terutama tempurung yang masih memiliki nilai jual. Begitu pula dengan TKKS (EFB)
, TKKS tidak digunakan sebagai feed bahan bakar untuk boiler tetapi dibusukkan dan
dikomposkan untuk penyubutan tanaman kelapa sawit. Seluruh penggilingan yang
dinilai memiliki kondisi yang sama sehingga didapatkan data produksi listrik aktual
sebagai berikut.

4. Potensi Energi
Dalam kasus ini penulis menyayangkan penggunaan TKKS untuk dilakukan
pembusukan dan dikomposkan sebagai pupuk kelapa sawit. Dikarenakan pembusukan
dan pengomposan TKKS akan memakan biaya dan menimbulkan emisi CO2. Sedangkan
apabila digunakan sebagai feed bahan bakar boiler maka akan dapat menghasilkan energi
listrik yang lebih besar dari pada produksi energi listrik tanpa memanfaatkan TKKS atau
EFB, dimana produksi listriknya dapat mencapai dua kali lipatnya seperti ditunjukkan
pada grafik berikut

Pada saat ini Sumatera Utara sedang menderita kekurangan energi listrik yang
mengganggu aktivitas dan perkembangan industrialnya. Apabila keadaan tersebut terus
terjadi tanpa ada penanganan yang tepat maka tidak akan ada perkembangan di daerah daerah
pelosok tanah air lain. Pembagkit listrik limbah biomassa ini merupakan solusi yang
menjanjikan untuk mengatasi masalah kekurangan energi listrik di Sumatera Utara yang
memiliki banyak penggilingan kelapa sawit dengan sistem cogeneration. Sebuah
penggilingan berkapasitas kecil dapat menyuplai limbah biomassa ke pembangkit listrik
dengan sistem cogeneration yang memilki spesifikasi dan unit operasi yang lebih baik dapat
menghasilkan energi listrik yang tinggi. Walaupun dengan modal yang tidak sedikit tetapi
akan mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar seperti lapangan pekerjaan, biaya
penggilingan murah, mengatasi masalah lingkungan dan membantu menangani krisis energi
nasional.
Pada studi yang dilakukan ditemukan bahwa sistem pembangkitan yang ada saatini jauh
lebih kecil dari pada potensi dimiliki. Perbdaan produksi energi listrik dimana pada
penggilingan yang memanfaatkan TKKS ada EFB memiliki produksi energi listrik sekitar
530 kW/tonTSKS produksi energi ini lebih besar dua kali lipat dari pada sistem pembangkit
yang tidak meanfaatkan TKKS atau EFB sebagai efek bahan bakar boiler. Walaupun
demikian pemanfaatan limbah biomassa kelapa sawit dapat memenuhi kebutuhan energi
listrik di Sumatera Utara dan telah berkontribusi dalam membantu menyokong kebutuhan
energi nasional dalam hal energi terbarukan.

You might also like