Professional Documents
Culture Documents
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Hidung tersumbat
Rhinore,bersin-bersin,hidung gatal
Demam
Riwayat Hipertensi,epistaksis
Diagnosis dr : POLIP
STEP 1
1.Rhinore :
- Rongga hidung dipenuhi cairan lendir
(pilek) .
2.Polip :
- Kelainan mukosa hidung ditandai dgn
massa lunak (bulat,bertangkai,putih
keabuan,licin,mngkilat mngandung byk
cairan ).Dihubungkan dgn
peny.asma,rhinitis alergi,sinusitis .
3.Epistaksis :
- Keadaan perdarahan dari hidung akibat
kelainan local dari rongga hidung atau bs
terjadi kelainan lain (Sistemik :
kardiovaskuler,hipertensi ,Trauma :
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!
Page 1
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
idiopatik,pengaruh lingkungan,benda
asing ) . Ada yg Anterior (plexus
kiesselbach )dan posterior(a.ethmoidalis
posterior) .
STEP 2
Page 2
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
regio olfacto
udara
(air
conditioning),
penyaring
udara,
Page 3
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Inspirasi :
Udara dari luar akan masuk lewat rongga
rambut
pendek
dan
tebal
yang
berfungsi
yang
berfungsi menghangatkan
udara yang
masuk.
o
Ekspirasi :
udara dari koana akan naik setinggi konka
Page 4
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Resonansi
suara
dimana
Sumbatan
hidung
Refleks nasal :
Pada
mukosa
berhubungan
hidung
dengan
ada
sal
reseptor
cerna,
refleks
yg
kardiovaskuler,
serabut-serabut
dengan
saraf
serabut-serabut
pembau
otak
untuk
(bulbus
olfaktorius).
Page 5
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 6
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
berfungsi
sebagai
ruang
tambahan
untuk
hidung
yang
berubah-ubah.
Akan
tetapi
hidung
dan
organ-organ
yang
dilindungi.
Page 7
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
membantu
keseimbangan
kepala
karena
sinus
diganti
dengan
tulang
hanya
akan
Sinus
mungkin
berfungsi
sebagai
rongga
untuk
ada
yang
berpendapat
posisi
sinus
dan
yang
efektif.
Tidak
ada
korelasi
antara
Page 8
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
kecil
dibandingkan
dengan
mukus
dari
2.
Page 9
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 10
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 11
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Patofisiologi
Page 12
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Patofisiologi
Tahap sensitisasi
Makrofag / monosit berperan sebagai APC (Antigen Presenting
Cell) menangkap allergen di mukosa hidung
Antigen membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung
dengan molekul HLA II membentuk kompleks peptide MHC kelas
II, kemudian dipresentasikan pd sel T helper(Th 0)
Aktivasi sitokin seperti IL 1 oleh APC, untuk aktivasi Th0 menjadi
Th 1 dan Th 2
Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, IL13
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!
Page 13
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Gejala klinik
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya
serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar ingus
(rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal yang kadang-kadang disertai
dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).
Gejala spesifik terdapat bayangan gelap di daerah
bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder
akibat obstruksi hidung (gejala ini disebut allergic shiner).
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!
Page 14
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 15
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Gejala subyektif
Gejala subjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal.
Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung
terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan
mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri
di daerah sinus yang terkena, serta kadangkadang dirasakan juga
di tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Pada sinusitis
maksila nyeri di bawah kelopak mata dan kadang-kadang
menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih
dirasakan di dahi dan di depan telinga.
Rasa nyeri pada sinusitis etmoid di pangkal hidung dan kantus
medius. Kadang-kadang dirasakan nyeri di bola mata atau di
belakangnya, dan nyeri akan bertambah bila mata digerakkan.
Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal).
Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau
dirasakan nyeri di seluruh kepala.
Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks, oksipital, di belakang
bola mata dan di daerah mastoid.
Gejala obyektif
Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan
di daerah muka. Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di
pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan
kelopak mata atas, pada sinusitis etmoid jarang timbul
pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan
edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis
etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius,
sedangkan pada sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid
nanah tampak ke luar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal
drip).
5.
Page 16
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 17
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
terjadi pada pasien yang mendapat obat anti koagulan (aspirin, walfarin,
dll).
- Infeksi, biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili,
demam tifoid.
- Kelainan endokrin misalnya pada kehamilan, menarche, menopause.
- Kelainan congenital, biasanya yang sering menimbulkan epistaksis
adalah hereditary haemorrhagic teleangiectasis atau penyakit OslerWeber-Rendu.
Patofisiologi
Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan posterior. Pada
epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang
paling sering terjadi dan biasanya pada anak-anak) yang merupakan
anastomosis cabang arteri ethmoidakis anterior, arteri sfeno-palatina,
arteri palatine ascendens dan arteri labialis superior.
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan
arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien
usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit
kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.
Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan syok dan anemia, akibatnya
dapat timbul iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard,
sehingga dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu pemberian infuse
dan tranfusi darah harus cepat dilakukan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menilai keadaan umum
penderita, sehingga pengobatan dapat cepat dan untuk mencari etiologi.
Page 18
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
11.
12.
Page 19
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 20
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 21
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 22
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 23
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 24
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 25
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 26
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
10.
Mengapa penderita krg bs membau
parfum ?
STEP 3
Bagian hidung :
2.Puncak hidung
3.Dorsum nasi
4.Ala Nasi
5. Colummela
Page 27
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Persarafan :
Perdarahan :
Page 28
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 29
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
a.Respirasi :
lwt nares anterior udara dihangatkan
suhunya penyaringan dari debu,bakteri
disaringo/silia dihangatkan o/concha
naik setiggi concha media nasofaring
udara mengalami turbulensi melanjut ke
saluran oernafasan .
b.Penghidu :
Mencium bau apabila ada inspirasi
terserap hidung bag.olfaktorius ada
reseptor penghoidu di sepertiga atas
ada reseptor apabila ada partikel
partikel bau ked lm mucus menutupi silia
berikatan dgn protein reseptor (protein
G) protein alfa memecah protein G
mngaktifkan adenosine siklase pd
membrane silia di dkt bdn sel reseptor
mengubah adensine fosfat mnjadi cAMP
gerbang kanal ion terbuka natrium
mlwati membrane silia mnuju ke reseptor
mningkatkan potensial aksi
mrangsang neuron olfaktorius mnyalurkan
ke N.olfaktorius terjemahkan o/otak .
c.
Fonasi :
Mmbantu proses berbicara dan mncegah
hantaran suara mll konduksi tulang .
Page 30
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Reflek nasal :
Page 31
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 32
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
Page 33
SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa
10.
Apa hubungan keluhan dgn riwayat
penggunaan obat pilek dan bagaimana
mekanisme dari obat pilek ?
Paracetamol / acetaminophen sgb analgetik
antipiretik
Pseudoefedrin : u/ melegakan jalan nafas
Klorferinamin maleat : u/ alergi nya
Salisilamit : analgetik dan antipiretik
11.
Mengapa penderita krg bs membau
parfum ?
12.
DD?
- RHINITIS
- SINUSITIS
- POLIP
STEP 4
Page 34