You are on page 1of 34

SGD 8 LBM 3

Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Laki Laki (35 tahun)


Keluhan : -

Hidung tersumbat

Rhinore,bersin-bersin,hidung gatal

Krg bisa membau

Keluar ingus kental dan bewarna kuning yg terasa mengalir di


tenggorok

Demam

Riwayat Hipertensi,epistaksis

Diagnosis dr : POLIP

STEP 1

1.Rhinore :
- Rongga hidung dipenuhi cairan lendir
(pilek) .
2.Polip :
- Kelainan mukosa hidung ditandai dgn
massa lunak (bulat,bertangkai,putih
keabuan,licin,mngkilat mngandung byk
cairan ).Dihubungkan dgn
peny.asma,rhinitis alergi,sinusitis .
3.Epistaksis :
- Keadaan perdarahan dari hidung akibat
kelainan local dari rongga hidung atau bs
terjadi kelainan lain (Sistemik :
kardiovaskuler,hipertensi ,Trauma :
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 1

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

idiopatik,pengaruh lingkungan,benda
asing ) . Ada yg Anterior (plexus
kiesselbach )dan posterior(a.ethmoidalis
posterior) .
STEP 2

1.Anatomi ,histology,fisiologi dari hidung !

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 2

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

regio olfacto

2.1.2 Fisiologi hidung


Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori
fungsional, maka fungsi fisiologis hidung dan sinus
paranasal adalah : 1) fungsi respirasi untuk mengatur
kondisi

udara

(air

conditioning),

penyaring

udara,

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan


dan mekanisme imunologik lokal ; 2) fungsi penghidu,
karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan
reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu ;
3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara,
membantu proses berbicara dan mencegah hantaran
suara sendiri melalui konduksi tulang ; 4) fungsi statistik
dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 3

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

terhadap trauma dan pelindung panas; 5) refleks nasal.


(Soetjipto D & Wardani RS,2007)
FISIOLOGI HIDUNG

Secara fisiologis, hidung merupakan bagian dari

traktus respiratorius, alat penghidu dan rongga-suara


untuk berbicara.

Dalam sistem pernapasan

Inspirasi :
Udara dari luar akan masuk lewat rongga

hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput


lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang
masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga

rambut

pendek

dan

tebal

yang

berfungsi

menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.


Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler
darah

yang

berfungsi menghangatkan

udara yang

masuk.
o

Ekspirasi :
udara dari koana akan naik setinggi konka

media selanjutnya di depan memecah sebagian ke nares


anterior dan sebagian kembali ke belakang membentuk
pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 4

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Untuk mekanisme pernapasan dapat di baca disini

Resonansi

suara

dimana

Sumbatan

hidung

menyebabkan rinolalia (suara sengau) dan Membantu


proses bicara dimana konsonan nasal (m, n, ng)
sehingga rongga mulut tertutup dan hidung terbuka,
palatum mole turun untuk aliran udara

Refleks nasal :

Pada

mukosa

berhubungan

hidung

dengan

ada

sal

reseptor

cerna,

refleks

yg

kardiovaskuler,

pernafasan : mis : iritasi mukosa hidung menyebabkan


bersin dan nafas berhenti, bau tertentu menyebabkan
sekresi kel liur, lambung dan pankreas.
Mekanisme penciuman

Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang

mengandung sel- sel pembau. Pada sel-sel pembau


terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf kranial
(nervus alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung
membentuk
menjalin

serabut-serabut

dengan

saraf

serabut-serabut

pembau
otak

untuk
(bulbus

olfaktorius).

Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk

bersama udara inspirasi mencapai reseptor pembau. Zat


ini dapat larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi
pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit.
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 5

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-

akson. Beribu-ribu akson bergabung menjadi suatu


bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori).

Saraf otak ke I ini menembus lamina cribosa tulang

ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian bersinaps


dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls
dijalarkan ke daerah pembau primer pada korteks otak
untuk diinterpretasikan.

Fisiologi sinus paranasal


Sinus paranasal secara fisiologi memiliki fungsi yang
bermacam-macam. Bartholini adalah orang pertama
yang mengemukakan bahwa ronga-rongga ini adalah
organ yang penting sebagai resonansi, dan Howell
mencatat bahwa suku Maori dari Selandia Baru memiliki
suara yang sangat khas oleh karena mereka tidak
memiliki rongga sinus paranasal yang luas dan lebar.
Teori ini dpatahkan oleh Proetz , bahwa binatang yang
memiliki suara yang kuat, contohnya singa, tidak
memiliki rongga sinus yang besar. Beradasarkan teori
dari Proetz, bahwa kerja dari sinus paranasal adalah
sebagai barier pada organ vital terhadap suhu dan bunyi
yang masuk. Jadi sampai saat ini belum ada persesuaian
pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal . Ada yang
berpendapat bahwa sinus paranasal tidak mempunyai
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 6

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat


pertumbuhan tulang muka. (Passali ; Lund VJ.1997 ;
Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus
paranasal antara lain adalah :
(1) Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus

berfungsi

sebagai

ruang

tambahan

untuk

memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.


Keberatan terhadap teori ini ialah ternyata tidak didapati
pertukaran udara yangdefinitif antara sinus dan rongga
hidung.
Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang
lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas,
sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran
udara total dalam sinus. Lagipula mukosa sinus tidak
mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak
mukosa hidung. (Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)
(2) Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer (penahan)
panas , melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu
rongga

hidung

yang

berubah-ubah.

Akan

tetapi

kenyataannya, sinus-sinus yang besar tidak terletak di


antara

hidung

dan

organ-organ

yang

dilindungi.

(Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)


NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 7

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

(3) Membantu keseimbangan kepala


Sinus

membantu

keseimbangan

kepala

karena

mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara


dalam

sinus

diganti

dengan

tulang

hanya

akan

memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat


kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.
(Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)
(4) Membantu resonansi suara

Sinus

mungkin

berfungsi

sebagai

rongga

untuk

resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan


tetapi

ada

yang

berpendapat

posisi

sinus

dan

ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai


resonator

yang

efektif.

Tidak

ada

korelasi

antara

resonansi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan


tingkat rendah. (Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)
(5) Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang
besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau
membuang ingus. (Mangunkusumo E., Soetjipto D.
2007)
(6) Membantu produksi mukus.

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 8

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang


jumlahnya

kecil

dibandingkan

dengan

mukus

dari

rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan


partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena
mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang
paling strategis.
(Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)

2.

Mengapa penderita mengalami hidung


tersumbat yg semakin lama semakin berat
dan bersin bersin terutama pada pagi hari ?
RINITIS ALERGICA
Menurut WHO 2001 merupakan kelainan pada hidung dengan
gejal bersin-bersin, rinore, rasa gatal, hidung tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai oleh
IgE
Sumber : buku ajar ilmu kesehatan THT dan KL FKUI edisi keenam
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
a. Alergen Inhalan
Yang masuk bersama dengan udara pernafasan misalnya
debu rumah, tungau, serpihan epitel, dan bulu binatang
serta jamur.
b. Alergen Ingestan
Yang masuk ke saluran cerna berupa makanan, misalnya
susu, telur, coklat, ikan, udang.
c. Alergen Injektan

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 9

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Yang masuk melalui suntikan atau tusukan misalnya


penisilin dan sengatan lebah.
d. Alergen Kontaktan
Yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa
misalnya bahan kosmetik, perhiasan.
Dengan adanya antigen asing ke dalam tubuh terjadi
reaksi yang secara garis besar terdiri dari:
a. Respons primer
Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag).
Reaksi ini bersifat non spesifik dan dapat berakhir sampai
disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya dihilangkan reaksi
berlanjut menjadi respon sekunder.
b. Respons sekunder
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai
3 kemungkinan ialah system imunitas seluler atau
humoral atau keduanya di bangkitkan. Bila Ag berhasil
dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih
ada atau memang sudah ada defek dari system
imunologik maka reaksi berlanjut dengan respon tertier.
c. Respons tertier
Reaksi imunologik yang terjadi ini tidak
menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat
sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi
Ag oleh tubuh.
Sumber : buku ajar ilmu kesehatan THT dan KL FKUI edisi keenam

Gell dan Coombs mengklafikasikan reaksi ini


atas 4 tipe:
a.
b.
c.
d.

Tipe 1 (reaksi anafilaksis)


Tipe 2 (reaksi sitotoksik/sitolitik)
Tipe 3 (reaksi kompleks imun)
Tipe 4 (reaksi tuberculin)
WHO Initiative ARIA (Alletgic Rhinitis and Its Impact on
Asthma) membagi berdasar sifat berlangsungnya yaitu:
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 10

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

a. Intermitten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4


minggu
b. Persisten (menetap): Bila gejala lebih dari 4 minggu
Berdasar tingkat berat ringannya dibagi menjadi :
a. Ringan: Bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan
aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar dll
b. Sedang atau berat: Bila disertai gejala diatas lebih dari 1.
Berdasar sifat berlangsungnya :
a. Rinitis alergi musiman
Alergen penyebabnya spesifik yaitu tepungsari
(pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu nama yang
tepat ialah polinosis atau rino konjungtivitis karena
gejala klinik yang tampak ialah gejala pada hidung dan
mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi).
b. Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)
Penyebab paling sering ialah alergen inhalan,
terutama pada orang dewasa, dan alergen
ingestan.
Alergen inhalan utama adalah alergen dalam rumah
(indoor) dan alergen diluar rumah (outdoor).
Alergen inhalan dalam rumah terdapat di selimut,
karpet, buku-buku, sofa. Komponen alergennya
terutama berasal dari serpihan kulit dan fases
tungau D. Pteronyssinus, D. Farinae dan Blomia
tropicalis, kecoa dan bulu binatang peliharaan
(anjing, kucing, burung). Alergen inhalan diluar
rumah berupa polen dan jamur.
Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada
anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala
alergi yang lain, seperti urtikaria, gangguan
pencernaan.
Pemeriksaan histologik:
Secara mikroskopik tamapak adanya dilatasi
pembuluh dengan pembesaran sel goblet dan sel
pembentuk mukous. Terdapat juga pembesaran
ruang interseluler dan penebalan membran basal,
serta ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada
jaringan mukosa da submukosa hidung. Gambaran

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 11

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

yang demikian terdapat pada saat serangan. Diluar


keadaan serangan, mukosa kembali normal.
Sumber : buku ajar ilmu kesehatan THT dan KL FKUI edisi keenam

Patofisiologi

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 12

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Patofisiologi
Tahap sensitisasi
Makrofag / monosit berperan sebagai APC (Antigen Presenting
Cell) menangkap allergen di mukosa hidung
Antigen membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung
dengan molekul HLA II membentuk kompleks peptide MHC kelas
II, kemudian dipresentasikan pd sel T helper(Th 0)
Aktivasi sitokin seperti IL 1 oleh APC, untuk aktivasi Th0 menjadi
Th 1 dan Th 2
Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, IL13
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 13

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel


limfosit B, sehingga limfosit B aktif dan memproduksi IgE
Ig E di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh
reseptor Ig E dipermukaan sel mastosit atau basofil (sel
mediator) proses sensitisasi
Bila mukosa tersensitasi, terpapar dengan allergen yang sama,
maka kedua rantai Ig E akan mengikat allergen
spesifikdegranulasi mastosit basofilprediators mediator
terlepas, terutama histamine dan lainnya (PGD2, Lt D4, PAF,
bradikinin)reaksi alergi fase cepat
Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus
sehingga gatal dan bersin2
Histamin menyebabkan sel goblet dan mukosa hipersekresi dan
permeabilitas kapiler meningkatrinorrhea
Vasodilatasi sinusoidhidung tersumbat
Histamine merangsang mukosa hidung ICAM 1
Pada IPAR, sel mastoid akan melepas molekul
kemotaktikakumulasi eosinofil dan neutrofil di jaringan target
(berlanjut 6-8 jam pasca paparan). Pd fase ini, factor non spesifik
dpt memperberat gejala seperti asap rokok, bau yg merangsang,
perubahan cuaca, kelembaban yang tinggi
Tahap provokasi/ reaksi alergi
Immediate Phase Allergic Reactionsejak kontak allergen sampai 1
jam
Late phase allergic reaction, berlangsung 2-4 jam dengan puncak 68 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dapat berlangsung
sampai 24-48 jam

Gejala klinik
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya
serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar ingus
(rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal yang kadang-kadang disertai
dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).
Gejala spesifik terdapat bayangan gelap di daerah
bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder
akibat obstruksi hidung (gejala ini disebut allergic shiner).
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 14

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Sering tampak anak menggosok-gosok hidung (disebut


allergic salute). Keadaan menggosok hidung ini lama
kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang
di dorsumnasi bagian sepertiga bawah (disebut allergic
crease)
Sumber : buku ajar ilmu kesehatan THT dan KL FKUI edisi keenam

3.Apa hubngan keluhan dgn pekerjaannya ?


Setelah penderita bekerja di mebel dimungkinkan menghirup
allergen spesifik yang menyebabkan suatu reaksi alergi tipe cepat
maupun lambat hasil dari reaksi hipersensitivitas ini
mengakibatkan keluarnya mediator inflamasi seperti histamine yang
akan merangsang reseptor pada ujung saraf vidianus(nervus pada
mukosa hidung) sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan
bersin-bersin. Histamine juga akan menyebabkan kelenjar mukosa
dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler
meningkat sehingga terbentuk rinore. Gejala lain adalah hidung
tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid.
Sumber : buku ajar ilmu kesehatan THT dan KL FKUI edisi keenam

4.Mengapa keluar ingus kental,brwarna kuning


yg mengalir di tenggorok ?
SINUSITIS AKUT
Etiologi
Penyebab sinusitis akut ialah (1) rinitis akut (2) infeksi faring, seperti
faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut (3) infeksi gigi rahang atas M,,
M2, M3, serta P, dan P2 (dentogen) (4) berenang dan menyelam (5)
trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal
(6) barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 15

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Gejala subyektif
Gejala subjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lokal.
Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung
terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan
mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri
di daerah sinus yang terkena, serta kadangkadang dirasakan juga
di tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Pada sinusitis
maksila nyeri di bawah kelopak mata dan kadang-kadang
menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih
dirasakan di dahi dan di depan telinga.
Rasa nyeri pada sinusitis etmoid di pangkal hidung dan kantus
medius. Kadang-kadang dirasakan nyeri di bola mata atau di
belakangnya, dan nyeri akan bertambah bila mata digerakkan.
Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal).
Pada sinusitis frontal rasa nyeri terlokalisasi di dahi atau
dirasakan nyeri di seluruh kepala.
Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid di verteks, oksipital, di belakang
bola mata dan di daerah mastoid.
Gejala obyektif
Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak pembengkakan
di daerah muka. Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di
pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal di dahi dan
kelopak mata atas, pada sinusitis etmoid jarang timbul
pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan
edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis
etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius,
sedangkan pada sinusitis etmoid posterior dan sinusitis sfenoid
nanah tampak ke luar dari meatus superior.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal
drip).

5.

Mengapa dan bagaimanakah proses dari


epistaksis ?

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 16

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.


1. penyebab local :
- Idopatik (85% kasus) biasanya merupakan epistaksis ringan dan
berulang pada anak dan remaja.
- Trauma ; epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya
mengorek hidung, bersin, mengeluarkan ingus dengan kuat, atau sebagai
akibat trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh, kecelakaan lalu lintas.
- Iritasi ; epistaksis juga timbul akibat iritasi gas yang merangsang, zat
kimia, udara panas pada mukosa hidung.
- Pengaruh lingkungan, misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi,
tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya sangat kering.
- Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan epistaksis ringan unilateral
disertai ingus yang berbau busuk.
- Infeksi, misalnya pada rhinitis, sinusitis akut maupun kronis serta
vestibulitis.
- Tumor, baik jinak maupun ganas yang terjadi di hidung, sinus paranasal
maupun nasofaring.
- Iatrogenic, akibat pembedahan atau pemakaian semprot hidung steroid
jangka lama.
2. penyebab sistemik :
- Penyakit kardiovaskular, misalnya hipertensi dan kelainan pembuluh
darah, seperti yang dijumpai pada arteriosclerosis, nefritis kronis, sirosis
hepatic, sifilis dan diabetes mellitus. Epistaksis juga dapat terjadi akibat
peninggian tekanan vena seperti pada emfisema, bronchitis, pertusis,
pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung. Epistaksis juga dapat
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 17

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

terjadi pada pasien yang mendapat obat anti koagulan (aspirin, walfarin,
dll).
- Infeksi, biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili,
demam tifoid.
- Kelainan endokrin misalnya pada kehamilan, menarche, menopause.
- Kelainan congenital, biasanya yang sering menimbulkan epistaksis
adalah hereditary haemorrhagic teleangiectasis atau penyakit OslerWeber-Rendu.
Patofisiologi
Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan posterior. Pada
epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang
paling sering terjadi dan biasanya pada anak-anak) yang merupakan
anastomosis cabang arteri ethmoidakis anterior, arteri sfeno-palatina,
arteri palatine ascendens dan arteri labialis superior.
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan
arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien
usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit
kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.
Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan syok dan anemia, akibatnya
dapat timbul iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard,
sehingga dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu pemberian infuse
dan tranfusi darah harus cepat dilakukan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menilai keadaan umum
penderita, sehingga pengobatan dapat cepat dan untuk mencari etiologi.

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 18

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi


lengkap, fungsi hemostatis, uji faal hati dan faal ginjal.
Jika diperlukan pemeriksaan radiologik hidung, sinus paranasal dan
nasofaring dapat dilakukan setelah keadaan akut dapat diatasi.
Penatalaksanaan
Pertama-tama keadaan umum dan tanda vital harus diperiksa. Anamnesis
singkat sambil mempersiapkan alat, kemudian yang lengkap setelah
perdarahan berhenti untuk membantu menentukan sebab perdarahan.
Penanganan epistaksis yang tepat akan bergantung pada suatu
anamnesis yang cermat. Hal-hal penting adalah sebagai berikut :
1. riwayat perdarahan sebelumnya
2. lokasi perdarahan
3. apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan (ke
posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien
duduk tegak
4. lama perdarahan dan frekuensinya
5. kecenderungan perdarahan
6. riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
7. hipertensi
8. diabetes mellitus
9. penyakit hati
10.

gangguan anti koagulan

11.

trauma hidung yang belum lama

12.

obat-obatan misalnya aspirin, fenilbutazon (butazolidin).

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 19

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu menghentikan


perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.
Kalau ada syok, perbaiki dulu keadaan umum pasien.
Dampak hilangnya darah harus ditentukan terlebih dahulu sebelum
melakukan usaha mencari sumber perdarahan dan menghentikannya.
Walaupun sudah dihentikan, kemungkinan fatal untuk beberapa jam
kemudian untuk seorang pasien tua yang mengalami perdarahan banyak
akibat efek kehilangan darahnya adalah lebih besar jika dibanding dengan
akibat perdarahan (yang terus berlangsung) itu sendiri. Penilaian klinis
termasuk pengukuran nadi dan tekanan darah akan menunjukkan apakah
pasien berada dalam keadaan syok. Bila ada tanda-tanda syok segera
infuse plasma expander.
Menghentikan perdarahan
Menghentikan perdarahan secara aktif, seperti kaustik dan pemasangan
tampon, lebih baik daripada pemberian obat hemostatik sambil
menunggu epistaksis berhenti dengan sendirinya.
Posisi penderita sangat penting, sering terjadi pasien dengan perdarahan
hidung harus dirawat dengan posisi tegak agar tekanan vena turun.
Sedangkan kalau sudah terlalu lemah, dibaringkan dengan meletakkan
bantal di belakang punggungnya, kecuali sudah dalam keadaan syok.
Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk
membersihkan hidung dari bekuan darah. Kemudian tampon kapas yang
telah dibasahi dengan adrenalin 1/10.000 dan lidocain atau pantocain 2 %
dimasukkan ke dalam rongga hidung, untuk menghentikan perdarahan
dan mengurangi rasa nyeri pada waktu tindakan-tindakan selanjutnya.
Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit. Dengan cara ini dapatlah
ditentukan apakah sumber perdarahan letaknya di bagian anterior atau
posterior.

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 20

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Perdarahan anterior seringkali berasal dari septum bagian depan. Bila


sumbernya terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan
Nitras Argenti 20-30%, atau dengan larutan Asam Trikloroasetat 10%, atau
dapat juga dengan elektrokauter.
Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka
diperlukan pemasangan tampon anterior, dengan kapas atau kain kasa
yang diberi vaselin atau salep antibiotik. Pemakaian vaselin atau salep
pada tampon berguna agar tampon tidak melekat, untuk menghindari
berulangnya perdarahan ketika tampon dicabut. Tampon dimasukkan
melalui nares anterior dan harus dapat menekan tempat asal perdarahan.
Tampon ini dapat dipertahankan selama 1-2 hari.
Bila hanya memerlukan tampon hidung anterior dan tanpa adanya
gangguan medis primer, pasien dapat diperlakukan sebagai pasien rawat
jalan dan diberitahu untuk duduk tegak dengan tenang sepanjang hari,
serta kepala sedikit ditinggikan pada malam hari. Pasien tua dengan
kemunduran fisik harus dirawat di rumah sakit.
Perdarahan posterior lebih sulit diatasi sebab biasanya perdarahan hebat
dan sulit dicari sumber perdarahan dengan rinoskopi anterior. Untuk
menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon
posterior, yang disebut tampon Bellocq.
Tampon ini terbuat dari kasa padat berbentuk bulat atau kubus
berdiameter kira-kira 3 cm. Pada tampon ini terdapat 3 buah benang,
yaitu 2 buah pada satu sisi dan sebuah pada sisi lainnya. Tampon harus
dapat menutupi koana (nares posterior).
Untuk memasang tampon posterior ini kateter karet dimasukkan melalui
kedua nares anterior sampai tampak di orofaring, lalu ditarik keluar
melalui mulut. Kedua ujung kateter kemudian dikaitkan masing-masing
pada 2 buah benang pada tampon Bellocq, kemudian kateter itu ditarik
kembali melalui hidung. Kedua ujung benang yang sudah keluar melalui
nares anterior kemudian ditarik dan dengan bantuan jari telunjuk, tampon
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 21

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

ini didorong ke nasofaring. Jika dianggap perlu, jika masih tampak


perdarahan keluar dari rongga hidung, maka dapat pula dimasukkan
tampon anterior ke dalam cavum nasi. Kedua benang yang keluar dari
anres anterior itu kemudian diikat pada sebuah gulungan kain kasa di
depan lubang hidung, supaya tampon yang terletak di nasofaring tidak
bergerak. Benang yang terdapat di rongga mulut terikat pada sisi lain dari
tampon Bellocq, dilakatkan pada pipi pasien. Gunanya adalah untuk
menarik tampon ke luar melalui mulut setelah 2-3 hari. Obat hemostatik
diberikan juga di samping tindakan penghentian perdarahan itu.
Pada epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat diatasi dengan
pemasangan tampon anterior maupun posterior, dilakukan ligasi arteri.
Arteri tersebut antara lain arteri karotis interna, arteri maksilaris interna,
arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior dan anterior.
Mencegah komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat langsung dari epistaksis sendiri
atau sebagai akibat usaha penanggulangan epistaksis.
Sebagai akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi syok dan anemia.
Turunnya tekanan darah mendadak dapat menimbulkan iskemia serebri,
insufisiensi koroner dan infark miokard, sehingga dapat menyebabkan
kematian. Dalam hal ini pemberian infusi atau transfusi darah harus
dilakukan secepatnya.
Pemasangan tampon dapat menyebabkan sinusitis, otitis media dan
bahkan septikemia. Oleh karena itu antibiotik haruslah selalu diberikan
pada setiap pemasangan tampon hidung, dan setelah 2-3 hari tampon
harus dicabut, meskipun akan dipasang tampon baru, bila masih ada
perdarahan.
Selain itu dapat juga terjadi hemotimpanum, sebagai akibat mengalirnya
darah melalui tuba Eustachius, dan air mata yang berdarah (bloody tears),

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 22

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

sebagai akbat mengalirnya darah secara retrograde melalui duktus


nasolakrimalis.
Laserasi palatum mole dan sudut bibir terjadi pada pemasangan tampon
posterior, disebabkan oleh benang yang keluar melalui mulut terlalu ketat
dilakatkan di pipi.
Mencegah epistaksis minor berulang
Saat pertama kali datang, pasien mungkin tidak dalam keadaan
perdarahan aktif, namun mempunyai riwayat epistaksis berulang dalam
beberapa minggu terakhir. Biasanya berupa serangan epistaksis ringan
yang berulang beberapa kali.
Pemeriksaan hidung dalam keadaan ini dapat mengungkap adanya
pembuluh-pembuluh yang menonjol melewati septum anterior, dengan
sedikit bekuan darah. Pembuluh tersebut dapat dikauterisasi secara kimia
atau listrik. Penggunaan anestetik topical dan agen vasokonstriktor,
misalnya larutan kokain 4% atau Xilokain dengan epinefrin, selanjutkan
lakukan kauterisasi, misalnya dengan larutan asam trikloroasetat 50%
pada pembuluh tersebut.
Perdarahan berulang dari suatu pembuluh darah septum dapat diatasi
dengan meninggikan mukosa setempat dan kemudian membiarkan
jaringan menata dirinya sendiri, atau dengan merekonstruksi deformitas
septum dasar, untuk menghilangkan daerah-daerah atrofi setempat dan
lokasi tegangan mukosa.
Pada perdarahan hidung ringan yang berulang dengan asal yang tidak
diketahui, dokter harus menyingkirkan tumor nasofaring atau sinus
paranasalis yang mengikis pembuluh darah. Sinusitis kronik merupakan
penyebab lain yang mungkin. Akhirnya pemeriksa harus mencari
gangguan patologik yang terletak jauh seperti penyakit ginjal dan uremia,
atau penyakit sistemik seperti gangguan koagulasi. Agar epistaksis tidak
berulang, haruslah dicari dan diatasi etiologi dari epistaksis.
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 23

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

6.Mengapa pederita mengeluh rhinore


,bersin2,hidung gatal sejak remaja ?
7.Bagaimanakah proses terjadinya polip ?
Karena polip bisa terjadi akibat peradangan kronis pada mukosa
hidung yang berturbulensi, terutama didaerah sempit terutama
didaerah osteomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh
reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru.juga terjadi
penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat
retensi air sehingga terbentuk polip.
Cara mendiagnosis :
Anamnesis : keluhan utama hidung tersumbat, rinore mulai
jernih sampai purulen, disertai bersin-bersin, nyeri kepala, bila ada
infeksi disertai post nasal drip dan rinore purulen.
Pemeriksaan fisik : menyebakan deformitas hidung luar
sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung.
Pada rinoskopi anterior tampak masa yang pucat yang berasal dari
meatus medius dan mudah digerakan.
Stadium polip mackay dan lund (1997) : stadium 1 polip terbatas di
meatus medius; stadium 2 keluar dari meatus medius, tampak di
rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung; stadium 3
polip yang massif.
Sumber : buku ajar ilmu kesehatan THT dan KL FKUI edisi keenam
Etiologi
3 faktor penting:
a. Adanya peradangan kronik dan berulang pada mukosa hidung
dan sinus
b. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 24

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

c. Adanya peningkatan cairan intersitial dan edema mukosa


hidung
Fenomema bernoulli menjelaskan bahwa udara yang mengalir
melalui tempat yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif
pada daerah sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap oleh
tekanan negatif ini sehingga mengakibatkan edema mukosa
danpembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan mengapa polip
kebanyakan berasal dari area yang sempit di komplek ostiomeatal
(KOM) di meatus medius.
Patogenesis
Edema mukosa di daerah meatus medius stroma akan terisi
oleh cairan interseluler mukosa yang sembab menjadi polipoid
Mukosa yang sembab makin membesar turun ke dalam
rongga hidung sambil membentuk tangkai polip
Mikroskopis
Tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung
normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa
yang lembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, plasma, eosinofil,
neutrofil dan makrofag, mukosa mengandung sel-sel goblet.
Pembuluh darah sangat sedikit dan tidak mempunyai serabut
saraf. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel
karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional,
kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.
Diagnosis
Pada anamnesis kasus polip keluhan utama biasanya ialah
hidung tersumbat. Sumbatan ini menetap, tidak hilang-timbul dan
semakin lama semakin berat. Pasien sering mengeluhkan
terasa ada massa di dalam hidung dan sukar membuang ingus.
Gejala lain ialah gangguan penciuman (anosmia atau hiposmia).
Gejala sekunder dapat terjadi bila sudah disertai kelainan organ
di dekatnya berupa: adanya post nasal drip, sakit kepala, nyeri
muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur,
gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Dengan pemeriksaan rinoskopi anterior biasanya polip
sudah dapat dilihat. Polip yang masif sering sudah
menyebabkan deformitas hidung luar. Kalau ada fasilitas
endoskopi untuk pemeriksaan hidung, polip yang masih sangat
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 25

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

kecil dan belum keluar KOM dapat terlihat. Pemeriksaan


penunjang berupa foto Rontgen polos atau CT scan dibuat
untuk mendeteksi adanya sinusitis. Pemeriksaan biopsi dapat
diindikasikan jika ada massa unilateral pada pasien usia lanjut,
jika penampakan makroskopis menyerupai keganasan atau bila
pada foto, Rontgen ada gambaran erosi tulang.
Terapi
Pengobatannya berupa terapi medikamentosa dan operasi.
Terapi medikamentosa ditujukan untuk polip yang masih kecil
(belum memenuhi rongga hidung) yaitu pemberian
kortikosteroid sistemik yang diberikan dengan dosis tinggi
dalam jangka waktu singkat. Dapat juga berupa kortikosteroid
intranasal atau kombinasi keduanya. Pada pengobatan kortikosteroid sistemik harus perhatikan kontraindikasi dan efek
samping. Bila ada tanda infeksi perlu diberikan antibiotika.
Tindakan pengangkatan polip atau polipektomi dapat
dilakukan menggunakan senar polip dengan anestesi lokal,
untuk polip yang besar tetapi belum memadati rongga hidung.
Operasi pengangkatan polip dan operasi sinus pada polip
hidung biasanya diindikasikan pada polip yang sudah sangat
besar atau kasus polip berulang atau bila jelas ada kelainan di
KOM. Jenis operasinya ialah etmoidektomi atau Bedah Sinus
Endoskopi Fungsional (BSEF). Dapat juga dilakukan terapi
kombinasi, yaitu pemberian medikamentosa sebelum dan
setelah tindakan operasi. Antibiotika diberikan bila ada tanda
infeksi dan sebagai profilaksis pasca operasi. Perlu juga
diperhatikan pengobatan alergi bila merupakan faktor
penyebab timbulnya polip.

8.Apa hubungan keluhan penderita dgn adanya


riwayat hipertensi ?
9.Apa hubungan keluhan dgn riwayat
penggunaan obat pilek ?
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 26

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

10.
Mengapa penderita krg bs membau
parfum ?

STEP 3

1.Anatomi dari hidung !


-

Bagian hidung :

1. Pangkal hidung (bridge )

2.Puncak hidung

3.Dorsum nasi

4.Ala Nasi

5. Colummela

6. Nares anterior dan posterior (menghubungkan antara


rongga hidung dgn nasofaring ) ( Lubang Hidung )

Pembatas dari hidung :


Bag.medial ada septum nasi , Bag.Lateral ada concha ( ada 4
macam concha : concha media,inferior,superior,supreme )
diantara concha ada sinus frontal,maxilla,ethmoidal ,sphenoid
. Dari sinus ,terdapat tlg rawan (perichondrium ),tlg nya
sendiri ( periostium ). Tulang tersebut dilapisi oleh epitel .
Ada meatus : meatus media,meatus superior ,meatus
inferior . sinus maxilla muaranya ke meatus nasi medial .

Rongga hidung dibentuk dari 4 tulang : vomer,os


.palatina,os.ethmoidal lamina perpendicular ,os. Maxilla,crista
nasalis os.palatina

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 27

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Bag.luar : collumela ,dan cartilage septum (lamina


kuadrangularis ) ,

Persarafan :

Bag.depan dan rongga hidung N.ethmoidalis anterior


cab,dari N.nasosiliaris dan cab.dari N.ophtalmicus .

Rongga hidung sebagian besar dari N.maxilla mll ganglion


N.palatinum.

Perdarahan :

Bag.atas dari rongga hidung dari a.ethmoidalis anterior dan


posterior cab.dari a .ophtalmica cabang dari a.carotis interna

Bag.bawahnya cab.dari a.maxillaris interna ( a.palatine mayor


dan a.sphenopalatina )

Bag.depan cabang2 a.facialis

Bag.depan septum nasi anastomosis a. sphenopalatina


,a.ethmoidalis anterior,a.labialis superior,a.palatina mayor
disebut sbg plexus.Kiesselbach .

Bangunan di sekitar hidung ( sinus paranasal ) :

2.Histology dari hidung !


Dibagi 2 :
1. Vestibulum ( epitel squamous complex
non keratin )
2.nasofaring (epitel columnar
pseudocomplex bersilia )
di mukosa hidung ada 2 epitel :
dinding hidung: epitel respiratori
( bertingkat semu bersilia dgn sel goblet )
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 28

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

epitel olfaktori ( bertingkat semu silindris


tinggi tanpa sel goblet ) ada 3 sel : sel
basal,sel penyokong,sel olfaktori . sel
silianya immotil . Di bwh epitel trdpt
lamina propria
(pemb.drah,pemb.limfe,kelenjar
tubuloasinar mghasilkan secret seerous u/
melarutkan partikel bau ,trdapt filaolfaktori
(menerus ke lamina cribosa ethmoidal
melanjut ke N.I )
- Palut lendir ada bag.atas (berupa serous
mngandung laktoferin,lyzozim,IgA
brfungsi u/ mngeluarkan benda asing dgn
cara mnempelkan pd palut lendir shingga
timbul reflex nasal) dan bag.bawah
(mngandung IgG ,IgM,albumin,factor
komplemen ) .
- Tipe Hipersensitivitas ada 4 :
- Tipe 1 reaksi cepat ( fase sensitisasi
(mengenal ) ,fase provokasi ( aktivasi ) .
- Tipe 2 sitostatika
- Tipe 3 Komplex imun
- Tipe 4 Lambat
3.fisiologi dari hidung !
Berfungsi u / :
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 29

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

a.Respirasi :
lwt nares anterior udara dihangatkan
suhunya penyaringan dari debu,bakteri
disaringo/silia dihangatkan o/concha
naik setiggi concha media nasofaring
udara mengalami turbulensi melanjut ke
saluran oernafasan .
b.Penghidu :
Mencium bau apabila ada inspirasi
terserap hidung bag.olfaktorius ada
reseptor penghoidu di sepertiga atas
ada reseptor apabila ada partikel
partikel bau ked lm mucus menutupi silia
berikatan dgn protein reseptor (protein
G) protein alfa memecah protein G
mngaktifkan adenosine siklase pd
membrane silia di dkt bdn sel reseptor
mengubah adensine fosfat mnjadi cAMP
gerbang kanal ion terbuka natrium
mlwati membrane silia mnuju ke reseptor
mningkatkan potensial aksi
mrangsang neuron olfaktorius mnyalurkan
ke N.olfaktorius terjemahkan o/otak .
c.

Fonasi :
Mmbantu proses berbicara dan mncegah
hantaran suara mll konduksi tulang .

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 30

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

Sistem respirasi trganggu artikulasi jg


terganggu
Prosesnya : rongga mulut tertutup
rongga hidung terbuka tekanan udara
pd palatum mole menurun artikulasi
M,N,NG .
d.

Reflek nasal :

Perbedaan mekanisme pilek akibat virus


dgn pilek yg sudah pernah terpapar !!
Concha besar warna pucat (alergi )
Hiperemis rhinitis akibat virus atau
alergi .
4.Mengapa penderita mengalami hidung
tersumbat yg semakin lama semakin berat
dan bersin bersin terutama pada pagi hari ?
- Hidung tersumbat allergen tipe inhalan
( adanya debu ) . allergen ingestan ( dari
makanan ) tahap sensitisasi rx.alergi
yg tipe lambat 48 jam puncaknya 6-8 jam
- Makrofag dan monosit bentuk
complex bentuk IHC presentasi sel T
Helper mngeluarkan IL3,4,5,13 IL 4
dan IL 13 merangsang limfosit B u/
NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 31

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

mmproduksi IgE mrangsang sel mast


mnghasilkan histamine ( mngakibatkan
hipersekresi kelenjar mucus dan sel goblet
) Rhinore ( permeabilitas nya
meningkat, vasodilatasi dari sinusoid )
Hidung Tersumbat .
5.Apa hubngan keluhan dgn pekerjaannya ?
- Adanya infeksi ,alergi .
- Pekerjaan meubel adanya hub,dgn
serabut kayu allergen inhalan .
6.Mengapa keluar ingus kental,brwarna kuning
yg mengalir di tenggorok ?
Ingus hiperssekresi sel goblet .
Wrna kuning yg mngalir tenggorok
biasanya pada pagi hari akibat adanya gaya
gravitasi . Kuningnya berasal dari mucus
mngandung mukoid.
7.Mengapa dan bagaimanakah proses dari
epistaksis ?
- Rhinore trjadi penyumbatan
kelenjar byk keluar vasodilatasi
trjadi hidung tersumbat trjadi
pengumpulan darah tekanan tinggi

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 32

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

epistaksis yg timbul pd bag.anterior


.
- Epistaksis posterior lebih ke riwayat
hipertensi aterosklerosis dinding
pemb.darah rapuh mudah pecah
epistaksis .
- Mengapa apabila ada riwayat
hipertensi lebih ke epistaksis yg
posterior ?
- Epistaksisnya lebih berlangsung lama
yg mana ( ant/post)?
- Penanganan epistaksis ( ant / post) ?
- Perbedaan Klinis dari epistaksis ant /
post ?
8.Mengapa pederita mengeluh rhinore
,bersin2,hidung gatal sejak remaja ?
9.Bagaimanakah proses terjadinya polip ?
3 faktor terjadinya polip :
1.Adanya peradangan kronik dan berulang
pada mukosa hidung dan sinus .
2.Adanya ggn.keseimbangan vasomotor
3.Adanya peingkatan tek,cairan interstitial
dan edema pada mukosa hidung .

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 33

SGD 8 LBM 3
Catur_Heru_Sutrisno_Agung_Hasan_Hilmi_Citta_Ramya_Endah_Isni_Fela_S
alsa

10.
Apa hubungan keluhan dgn riwayat
penggunaan obat pilek dan bagaimana
mekanisme dari obat pilek ?
Paracetamol / acetaminophen sgb analgetik
antipiretik
Pseudoefedrin : u/ melegakan jalan nafas
Klorferinamin maleat : u/ alergi nya
Salisilamit : analgetik dan antipiretik
11.
Mengapa penderita krg bs membau
parfum ?
12.

DD?
- RHINITIS
- SINUSITIS
- POLIP

STEP 4

NIGELLA SATIVA _ SEMANGATT..!!

Page 34

You might also like