You are on page 1of 13

Laporan Praktikum Kimia

~Titrasi asam basa~


-Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M-

Latifa Dinna Prayudipta


XI IPA 1
SMAN 3 TANGERANG SELATAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
Laporan praktikum kimia
-titrasi asam basa-
I. Tujuan
Menentukan konsentrasi NaOH dengan HCl 0,1 M

II. Dasar teori


A. Titrasi Asam Basa
Titrasi adalah salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu
dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap
jumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui
secara tepat. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, misalnya titrasi asam basa artinya
melibatkan reaksi larutan asam dan basa.

Titrasi asam basa terbagi dua :


✔ Asidimetri :
 Penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan
larutan baku asam
✔ Alkalimetri :
 Penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan
larutan baku basa

Dibutuhkan 2 macam larutan pada percobaan titrasi yaitu titran


dan analit. Titran (larutan penitrasi) merupakan larutan baku yang
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya, biasanya diletakkan di
dalam buret (tabung panjang yang memiliki skala volume dan kran
penetes). Sedangkan analit (larutan yang dititrasi) adalah larutan
yang akan dicari konsentrasinya namun volumenya harus sudah
diketahui terlebih dahulu dan biasanya diletakkan di dalam
erlenmeyer.

Syarat suatu senyawa dapat dijadikan sebagai titran dan analit.


 Reaksi antara titran dengan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi
keduanya dapat ditulis dalam persamaan reaksi yang telah diketahui
dengan pasti. Jadi produk reaksi antara titran dan analit diketahui
secara pasti sehingga kita dapat menulis dan menyetarakan reaksinya.
Sebagai contoh reaksi antara HCl dengan KOH dapat ditulis secara pasti
sebagai berikut:
HCl + KOH  KCl + H2O
 Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hall ini
untuk memastikan proses titrasi cepat berlangsung dan titik equivalent
(perubahan warna tertentu yang terjadi saat asam dan basa telah
mencapai perbandingan yang tepat untuk saling menetralkan) cepat
diketahui.
 Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit.
Bila ada zat-zat pengganggu maka zat tersebut harus dihilangkan.
Sebagai contoh bila kita melakukan titrasi asam asetat dengan NaOH
maka tidak boleh ada asam lain seperti H2SO4 yang nantinya akan
mengganggu reaksi antara asam asetat dan NaOH
 Bila reaksi antara titran dengan analit telah berjalan dengan sempurna
(artinya titran dan analit sama-sama habis bereaksi) maka harus ada
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk penanda keadaan ini.
Perubahan ini bisa berupa berubahnya warna larutan, perubahan arus
listrik, ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain. Perubahan ini
dalam titrasi asam basa bisa dipergunakan indicator tapi yang perlu
diingat jarak antara titik akhir titrasi dengan titik equivalent harus
berdekatan.
 Kesetimbangan reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk
sehingga dapat diukur secara kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah
jauh ke pembentukan produk maka akan sulit untuk menentukan titik
akhir titrasi.

Jenis-jenis titrasi asam basa :

1) Asam Kuat – Basa Kuat

Contoh :

- Asam kuat : HCl


- Basa kuat : NaOH

Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O

Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat


2) Asam Kuat – Basa Lemah

contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah

3) Asam Lemah – Basa Kuat


contoh :
- Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat

4) Asam Kuat – Garam dari Asam Lemah


contoh :
- Asam kuat : HCl
- Garam dari asam lemah : NH4BO2
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl
Reaksi ionnya :
H+ + BO2- → HBO2
5) Basa Kuat – Garam dari Basa Lemah
contoh :
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH

A. Prinsip Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi
tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama
dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] =
[OH-].
Keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang
biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan
warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi
ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga
sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,


kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant
untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant
sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator
diusahakan sesedikit mungkin. Untuk memperoleh ketepatan hasil
titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik
equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang
tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam
lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya
senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah
indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus
sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan
dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi
perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga
tetes larutan indikator 0.1%(b/v) diperlukan untuk keperluan titrasi.
Dua tetes (0.1 mL) indikator (0.1% dengan berat formula 100) adalah
sama dengan 0.01 mL larutan titran dengan konsentrasi 0.1 M.

Berikut tabel indikator asam basa dengan rentang pH dan perubahan


warna yang terjadi.

I. Alat dan Bahan

Alat  Corong
 Buret
 Erlenmeyer Bahan
 Gelas ukur  NaOH
 Pipet tetes  HCl
 Gelas beker  Fenolftalein
 Kertas putih  Air
I. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pastikan semua alat tercuci bersih
3. Letakkan kertas putih di bawah buret
4. Tuangkan 50 mL NaOH ke dalam buret
5. Tuangkan 10 mL HCl ke dalam Erlenmeyer
6. Tuangkan fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam Erlenmeyer berisi 10
mL HCl
7. Amati perubahan warna yang terjadi, catat pada data
8. Siapkan dan genggam Erlenmeyer dengan tangan kanan di bawah
buret
9. Buka perlahan-lahan kran pada buret, biarkan NaOH menetes
perlahan-lahan sambil menggoyangkan Erlenmeyer
10.Perhatikan banyak NaOH yang menetes, hitung volume yang terpakai
11.Perhatikan perubahan warna pada Erlenmeyer berisi fenolftalein dan
HCl
12.Pastikan warnanya menjadi merah muda
13.Catat pada data

I. Data

Volume Fenolftalein Warna setelah


NO Volume
HCl 0,1 +fenolftal ditambah
. Warna NaOH
M ein NaOH
1. 10 mL 3 tetes Bening 29,3 mL Merah muda
sangat bening
2. 10 mL 3 tetes Bening 50 mL Merah muda
hampir
transparan
+1 tetes Ungu 50 mL Ungu pekat
pekat
3. 10 mL 4 tetes Bening 10 mL Ungu
4. 10 mL 3 tetes Bening 18,6 mL Merah muda
5. 10 mL 4 tetes Bening 8 mL Pink tua

II. Analisis
Dari 5 percobaan yang telah dilakukan, hanya satu percobaan yang
mendapatkan perubahan warna merah muda sempurna (percobaan 4).
Berdasarkan percobaan tersebut kita dapat menghitung konsentrasi HCl dengan
menggunakan konsentrasi NaOH, volume HCl, dan volume NaOH yang sudah
diketahui sebelumnya dengan rumus :

V1x a.M1= V2xb.M2


Ket :
V1 = volume dik
a = valensi dik
M1 = konsentrasi dik
V2 = volume dit
b = valensi dit
M2 = konsentrasi dit

Jadi, konsentrasi NaOH

➢ Percobaan 1

VHCl x a.MHCl= VNaOH x OH-=1 x 3,4.10-2


b.MNaOH
10 mL x 0,1M=29,3 mL x pOH= -logOH-
MNaOH pOH= -log3,4.10-2
MNaOH= 10 x 0,129,3 pOH=2-log3,4
MNaOH=0,034129
MNaOH=0,034
pH=14-pOH
MNaOH=3,4 x 10-2
pH=14-(2-log3,4)
pH=12+log3,4
pH=12,53

OH-=n.M
➢ Percobaan 2

VHCl x a.MHCl= VNaOH x OH-=1 x 2.10-2


b.MNaOH
10 mL x 0,1M=50 mL x pOH= -logOH-
MNaOH pOH= -log2.10-2
MNaOH= 10 x 0,150 pOH=2-log2
MNaOH=0,02
MNaOH=2 x 10-2
pH=14-pOH
pH=14-(2-log2)
pH=12+log2
OH-=n.M pH=12,3
➢ Percobaan 3

VHCl x a.MHCl= VNaOH x OH-=1 x 10-1


b.MNaOH
10 mL x 0,1M=10 mL x MNaOH pOH= -logOH-
MNaOH= 10 x 0,110 pOH= -log101
MNaOH=0,1 pOH=1
MNaOH=10-1

pH=14-pOH
pH=14-1
pH=13
OH-=n.M

➢ Percobaan 4

VHCl x a.MHCl= VNaOH x b.MNaOH


10 mL x 0,1M=18,6 mL x pOH= -logOH-
MNaOH pOH= -log5,4.10-2
MNaOH= 10 x 0,118,6 pOH=2-log5,4
MNaOH=0,05376
MNaOH=0,054
pH=14-pOH
MNaOH=5,4 x 10-2
pH=14-(2-log5,4)
pH=12,73
OH-=n.M
OH-=1 x 5,4.10-2

➢ Percobaan 5
VHCl x a.MHCl= VNaOH x b.MNaOH
10 mL x 0,1M=8 mL x MNaOH
MNaOH= 10 x 0,18
MNaOH=0,125

MNaOH=12,5 x 10-2
OH-=n.M
OH-=1 x 12,5.10-2

pOH= -logOH-
pOH= -log12,5.10-2
pOH=2-log12,5

pH=14-pOH
pH=14-(2-log12,5)
pH=13,1

Dari percobaan dan rumus tersebut, kita dapat mengetahui


bahwa konsentrasi NaOH dari hasil rata-rata perhitungan di atas

MNaOH= 0,034+0,02+0,1+0,054+0,1255 =0,3335=0,0666 M

Dan pHnya

pHNaOH=12,53+12,3+13+12,73+13,15= 12,732
Sekarang kita akan menganalisis apa yang terjadi sehingga
warna percobaan satu sama lain hampir berbeda jauh
✔ Percobaan 1
Setelah ditetesi NaOH sebanyak 29,3 mL, warna larutan di
dalam Erlenmeyer menjadi merah muda sangat bening. Hal
ini bisa saja disebabkan karena ini merupakan percobaan
pertama, setelah kami mencuci alat-alat yang akan
digunakan, kami tidak memastikan alat-alat tersebut kering
sempurna oleh karena itu kami menduga bahwa sisa-sisa air
yang menempel pada alat-alat tersebut dapat mempengaruhi
percobaan kami. Bisa juga disebabkan karena takaran yang
kurang tepat, goyangan tangan dalam menggenggam
Erlenmeyer, juga kurang telitinya kami memperhatikan NaOH
yang menetes sehingga kemungkinan besar NaOH-nya terlalu
banyak.
✔ Percobaan 2
Pada percobaan kali ini, Erlenmeyer 2 juga belum terlalu
kering setelah dicuci, sehingga gagalnya percobaan kedua ini
kami masih menduga bahwa air berpengaruh terhadap
keberhasilan percobaan kami. Belajar dari percobaan
pertama, kami mencoba lebih teliti namun semakin menetes
warna merah muda telah kelihatan tapi semakin bening
larutannya sehingga tanpa disadari NaOH yang menetes
sudah mencapai 50 mL. Setelah itu kami mencoba untuk
menambah fenolftalein satu tetes lagi tapi warnanya malah
menjadi sangat ungu. Kami anggap gagal untuk kedua
kalinya.
✔ Percobaan 3
Kemudian kami mencoba untuk memberikan 4 tetes
fenoftalein ke dalam HCl 10 mL. Pada percobaan ketiga ini,
baru 10 mL larutan NaOH diteteskan, warnanya sudah
menjadi ungu. Pada percobaan ini harusnya kami mencoba
teliti dan sigap untuk mengunci kran agar NaOH yang
menetes tidak terlalu banyak.
✔ Percobaan 4
Percobaan ke 4 ini kami kembali memberi HCl 10 mL dengan
3 tetes fenolftalein dan meminimalkan sisa air pada
Erlenmeyer sesedikit mungkin. Kami juga lebih teliti dengan
cara sangat memperhatikan perubahan warna, goyangan
tangan dan kran buret agar warnanya bisa sesuai dengan
keinginan.
✔ Percobaan 5
Pada pecobaan terakhir ini kami kembali mencoba kembali
menggunakan fenolftalein 4 tetes dan membiarkan kran
meneteskan NaOH sampai 8 mL namun warnanya sudah
menjadi pink tua. Hal ini dapat disebabkan kurang telitinya
kami dalam mengukur volume HCl dan membiarkan NaOH
mengalir dan goyangan tangan yang kurang baik sehingga
warnanya tercampur hingga tidak sesuai dengan yang
diharapkan.

I. Kesimpulan
Dengan melakukan titrasi, kita dapat menentukan
konsentrasi suatu zat dengan menggunakan indicator asam basa
(hingga mencapai warna tertentu) yang ditambahkan pada
larutan lain yang sudah diketahui konsentrasi dan volumenya.
Kemudian dapat kita cari konsentrasi tersebut dengan rumus
V1x a.M1= V2xb.M2

Namun dalam melakukan titrasi, pastikan tangan


kita dan alat-alat yang akan dipakai bersih. Juga pastikan volume
tertakar dengan sempurna. Dan kita juuga harus teliti dalam
memperhatikan skala volume larutan dalam buret dan
memperhatikan perubahan warna, pastikan agar warnanya tepat
sesuai dengan keinginan. Dengan demikian akan memudahkan
kita untuk menentukan konsentrasi zat yang akan kita cari.
Apabila masih terdapat kesalahan dan kekeliruan jangan malas
untuk mengulang kembali percobaan tersebut.

You might also like