You are on page 1of 8

Cara Mudah Membaca EKG Normal

Hola!!! Kali ini saya ga bakalan nyampah, tapi bakal ngepost ilmu yang bermanfaat, insya
Allah. Kali ini saya mau membahas tentang elektrokardiogram atau istilah kerennya sering
dibilang EKG. Semoga ilmunya bisa bermanfaat ya, khususnya buat yang mau OSCE atau
yang lagi P3D di kardio. Sumbernya selain dari ingetan sewaktu kuliah juga dari pelatihan
yang pernah saya dapat. (Karena ini blog, ilmu mungkin ga bisa 100% bener lho, jadi kalau
nanti ada salah, silap, khilaf, mbok ya monggo dikomen aja, di-share mana yang bener.
Oke langsung aja.
Jadi ada beberapa hal yang harus kita tentukan dalam membaca dan menginterpretasikan
sehelai kertas EKG nun panjang itu. Langsung aja kita simak.
1. Tentukan Irama.
a. Sinus/asinus
Jadi, pertama-tama kita harus tahu, ini gelombang merupakan gelombang sinus atau bukan.
Suatu gelombang sinus itu ditandai dengan setiap gelombang P diikuti dengan kompleks
QRS.

b. Ritme

Kemudian, setelah kita tahu itu gelombang sinus atau bukan, kita tentukan ritmenya. Ritme
bisa kita lihat dari jarak antara gelombang P ke gelombang P berikutnya, atau jarak dari
puncak kompleks QRS ke puncak kompleks QRS berikutnya. Kalau jaraknya sama, maka
gelombang tersebut kita sebut gelombang yang ritmik atau berirama reguler. Kalau jaraknya
ga sama, itu yang disebut disritmia/aritmia. Aritmia sendiri terbagi lagi bisa bradiritmia atau
takiritmia. Tapi karena kita membahas EKG normal, saya cuma bakal ngasi gambaran yang
normal aja.

2. Tentukan Jumlah Gelombang P dan Tentukan Jumlah Gelombang QRS.


Nah, selanjutnya kita akan menentukan jumlah gelombang P dan QRS. Jika gelombang
tersebut gelombang sinus, maka sudah dapat kita pastikan jumlah gelombang P akan sama
dengan jumlah gelombang QRS.
Di tahap ini, kita juga harus menentukan denyut jantung/heart rate (HR), walaupun biasanya
di kertas EKGnya juga udah ada nilai HRnya. HR bisa ditentukan dengan 3 metode, 2
metode di antaranya dapat digunakan untuk gelombang yang sinus ritmik, antara lain seperti
berikut:
1. HR = 300/Jumlah Kotak Besar (KB) di antara R ke R berikutnya
2. HR = 1500/Kotak Kecil (KK) di antara R ke R berikutnya
Contohnya, untuk gambar sebelumnya yang merupakan gelombang sinus ritmik, HRnya
dapat kita tentukan dengan metode tadi. Jika kita lihat kembali, yang terlihat dari gambar
hanyalah kotak besar (KB), dan jarak dari R ke R berikutnya sekitar 3 KB, berarti kita dapat
memastikan bahwa HRnya ialah 100 x/menit dengan menggunakan metode 1, yaitu 300/3 =
100.
Metode selanjutnya digunakan jika gelombang berupa gelombang aritmik. HR ditentukan
dengan:
3. Hitung jumlah gelombang R dalam 6 detik kemudian dikali dengan 10 ATAU hitung jumlah
gelombang R dalam 12 detik kemudian dikali dengan 5. Itulah HRnya.

3. Tentukan Gelombang P.
a. Durasi normal = sekitar 0,06 detik. (Panjangnya sekitar 1,5 KK)
b. Amplitudo normal = sekitar kurang dari 0,25mV. (Tingginya sekitar ga lebih dari 2,5 KK)
c. Morfologi = lihat, bentuk gelombang P, normalnya, gelombang yang terbentuk tumpul,
seperti setengah lingkaran dan memiliki durasi dan amplitudo sesuai yang di atas. Perhatikan
juga apakah ada bentuk gelombang P yang lain, seperti gelombang P mitral (lebih melebar,
biasanya lebih dari 0,12 detik, bentuknya menyerupai huruf M) yang menandakan adanya
pembesaran atrium kiri (Left Atrial Hypertrophy/LAH), gelombang P pulmonal (runcing) yang
menandakan pembesaran atrium kanan (Right Atrial Hypertrophy/RAH), gelombang P inversi
ataupun bifasik.
4. Tentukan Durasi Interval PR.
Interval PR ini terjadi karena penyebaran impuls ke seluruh atrium sebelum memulai sebuah
kontraksi ventrikel, yang berupa gelombang isoelektris mulai dari awal P hingga ke awal
kompleks QRS. Normalnya gelombang ini berdurasi 0,12 hingga 0,2 detik (Panjangnya
sekitar 3-5 kotak). Apabila interval PR ini memanjang, maka kita harus mencurigai adanya
suatu blok jantung.
5. Tentukan Durasi QRS Kompleks.
Nah, QRS kompleks ini menandakan terjadinya depolarisasi dan kontraksi dari ventrikel.
Durasi normal QRS kompleks ini tak lebih dari 0,10 detik. Suatu QRS kompleks yang
melebar dapat berasal dari ventrikel sendiri atau berasal dari supraventrikular dengan
konduksi yang abnormal. Sedangkan, QRS yang menyempit hampir seluruhnya berasal dari
supraventrikular.
6. Tentukan Aksis Gelombang P dan Aksis Gelombang QRS (Untuk melihat aksis jantung).
a. Aksis gelombang P
Peninjauan aksis gelombang P digunakan untuk melihat aksis otot atrium jantung. Oleh
karena komposisi otot atrium lebih kecil daripada otot ventrikel, maka peninjauan ini sering
diabaikan. Namun, aksis bisa dilihat dengan memastikan arah defleksi gelombang P yang
umumnya mengarah ke atas (defleksi positif) di semua lead kecuali lead aVR yang berarti hal
tersebut normal.
b. Aksis gelombang QRS
Peninjauan aksis gelombang QRS digunakan untuk melihat aksis otot ventrikel jantung, yang
sering dan umum juga untuk melihat aksis jantung itu sendiri. Normalnya, aksis jantung
berada di antara -30 derajat sampai 110 derajat. Cara mudah untuk menentukan aksis
jantung ialah dengan menilai resultan gelombang R (defleksi ke atas) dengan Q dan S
(defleksi ke bawah) di lead I dan di lead aVF (dengan batas hitung ialah setara dengan garis
isoelektris pada interval PR). Misal ya, kita mau melihat lead I positif atau tidak, caranya kita
hitung berapa jumlah kotak kecil gelombang R, kemudian hitung lagi berapa jumlah kotak
kecil di Q dan S, kemudian kita kurangkan. Contohnya, ada 8 KK di R, dan 1 KK di Q, serta 5
KK di S. Maka resultannya = 8-(1+5) = 2 (Positif 2!!). Berarti hasilnya positif. (Hamil dong
doi? Ekh ngaco, lanjut bahas EKGnya!). Kemudian, hal yang sama juga dilakukan untuk

menghitung resultan di lead aVF. Nah interpretasinya, normalnya jika di lead I dan aVF
bernilai normal (sesuai dengan arah arus jantung). Tetapi jika lead I positif dan lead aVF
negatif (berarti ke kiri atas kan?), maka ini sebuah LAD/Left Axis Deviation. Dan jika lead I
nya yang negatif dan lead aVF positif, maka ini suatu RAD/Right Axis Deviation. Dan jika
kedua lead negatif, ini merupakan suatu extreme RAD.
Semoga gambar handmade berikut bisa membantu ehehe #innocentface.

7. Tentukan Konfigurasi QRS Kompleks.


a. Tentukan ada tidak Q patologis
Q patologis ialah dimana durasi gelombang Q lebih dari 0,04 detik (1 KK) dan tinggi atau
dalamnya lebih dari 0,2 mV (2KK) atau lebih dari 1/3 dari amplitudo QRS kompleks. Q
patologis ini menandakan suatu miokard infark (8-48 jam).
b. Tentukan apakah terdapat hipertrofi ventrikel
- hipertrofi ventrikel kiri, yaitu apabila jumlah kotak kecil gelombang S di Lead V1 ditambah
dengan jumlah kotak kecil gelombang R di V5 atau V6 lebih dari 35 KK (lebih dari 35 mm)
- hipertrofi ventrikel kanan, yaitu apabila jumlah kotak kecil gelombang R di lead V1 lebih dari
10 KK (lebih dari 10mm/ > 1mV)
c. Konfigurasi gelombang R dan S
Normalnya, dari V1 ke V6 gelombang R akan semakin meninggi dan dari V1 ke V6
gelombang S akan semakin memendek.

8. Tentukan Segmen ST.


Segmen ST ini merupakan gelombang isoelektris yang dimulai dari J point hingga awal
gelombang T. Apakah itu J point? J point merupakan titik batas antara akhir kompleks QRS
dengan awal segmen ST. Normalnya segmen ST berupa gelombang isoelektris dan bisa
saja naik 2 KK atau turun 0,05 KK di V1 hingga V6. Jadi jangan buru-buru mendiagnosis itu
sebuah ST elevasi atau ST depresi, karena ST elevasi dan ST depresi gambarannya khas
(benar-benar naik atau benar-benar turun).
9. Tentukan Gelombang T.
Normalnya gelombang T lebih tinggi sedikit dari pada gelombang P, dan ini menandakan
terjadinya repolarisasi ventrikel. Sebenarnya, bukan hanya ventrikel yang repolarisasi, tetapi
atrium juga, namun, karena otot atrium komposisinya lebih kecil daripada otot ventrikel
seperti yang telah dijelaskan tadi, maka repolarisasi atrium akan kalah (istilahnya boleh lah
ya) dengan depolarisasi si ventrikel. Selanjutnya, perhatikan jika gelombang T yang muncul
berbentuk runcing, ini menandakan suatu hiperkalemi, atau bisa saja gelombang yang
muncul inversi yang menandakan suatu infark yang sudah lama.
10. Gelombang U.
Gelombang U ini dimana-mana jarang dibahas. Kenapa? Karena penampakannya juga
jarang didapati wkwkwk (langka bok).

Akhirnya selesai juga saya membahas 10 langkah dalam membaca EKG normal. Semoga
tidak semakin membuntukan pikiran kamu yang membaca ya gaeess.. Selamat belajar :)
Sumber: ingatan penulis akan kuliah dan pelatihan yang pernah didapat.

Note:
1 KK = 0,04 detik (lebar) = 0,1 mV atau 1 mm (tinggi)
1 KB = 0,20 detik = 0,5 mV atau 5 mm (tinggi)
Jadi 1 KB = 5 KK

Belajar Mudah Membaca Hasil EKG Untuk Perawat ( 1 )

Seandainya kita sebagai perawat/mahasiswa keperawatan, mungkin telah


mampu
dan
mahir
untuk
menggunakan/mengoperasikan EKG/ECG
(Electrocardiogam) pada pasien. Namun tidak semua perawat, mampu
membaca dan menganalisa hasil rekaman EKG tersebut termasuk saya
tentunya
!!!!.
Jelasnya kita sebagai perawat tidak berwenang untuk menegakkan diagnosa
medis. Namun apabila kita dengan segera mengetahui hasil rekaman EKG, maka
mungkin dapat segera memberikan pertolongan dan mengkolaborasikannya
dengan dokter. Umumnya kasus MI (Myocard infark) dan gangguan jantung
lainnya adalah mengancam jiwa dan memerlukan pertolongan segera; CPR
(Cardio Pulmonary Resucitation). Sehingga kemampuan perawat dalam
menganalisa hasil rekaman EKG SANGAT DIPERLUKAN dan BUKAN GAYAGAYAAN.
Kebetulan saya dan 4 teman Indonesia lainnya, bersama dengan perawat dari
negara lain (ada 20 orang total)- sedang mengikuti Training ACLS (Advanced
Cardio Life Suport). Untuk membagi hasil belajar, dan agar saya tidak lupa
juga
maka
mencoba
mem-postingnya.
Terus

terang

selama

ini

saya

hanya

paham membandingkan

hasil

EKG

pasien (biasanya di ruangan saya bekerja pada pasien gangguan jantung MI,
ACS, Angina) dilakukan EKG harian. Atau saat pasien mengeluh chest pain, maka
saat itu dilakukan EKG segera dan kita bandingkan saja ada perubahan
tampilan gelombang atau tidak.
Saya hanya mencoba membahas secara mudah dan tidak terlalu detail.

Hasil gambaran EKG terdiri dari 3 gelombang (tidak usah melihat di Lead mana
baik L1-3, V1 V6, AVR, AVL atau AVF) :
Prinsipnya dalam kertas print hasil rekaman EKG ada kotak besar (5 x
5 ) yang terdiri dari 5 x 5 kotak kecil
Sumbu kesamping (vertikal) : 1 kotak kecil = 1 mm, satu kotak besar = 5
mm, 10 kotak kecil = 1 mV, sedangkan keatas (horizontal) 1 kotak kecil =
0.04 detik, satu kotak besar = 0.2 detik.
Gelombang yang perlu diperhatikan adalah gelombang P, QRS kompleks
dan T, sedangkan gelombang U tidak terlalu penting
Interval antar gelombang yang penting adalah P-R interval dan Q-T interval
dan S-T interval.
INI PRINSIP yah !!! (Analisa pada Lead II panjang)
1. Gelombang P : P adalah kontraksi Atrium (Atrial Depolarisasi)
Maksudnya adalah kontraksi dari SA node (page maker-Sinus Atrial) menuju AV
node (Atria-ventrikular).
Ukuran normal gelombang P adalah kesamping 1 3 kotak kecil dan keatas
1 3 kotak kecil juga.
Gelombang P selalu keatas dari garis isometric
2. Kompleks Gelombang QRS adalah kontraksi Ventrikel (Ventrikel
Depolarisasi)
Gelombang QRS adalah kontraksi dari AV node menuju His (Ventrikel kiri dan

kanan) yang berakhir di serat purkinje.


Patokannya gelombang Q selalu kebawah dari garis isometric, ukuran
kesamping dan keatas 1 kotak kecil. Kalau ukuran Q keatas >= 25%
gelombang R. Hati-hati ini adalah gambaran Q patologis , pada Akut MI --bahaya banget dan mengancam jiwa, butuh segera DC shock.
Gelombang R selalu keatas garis isometric dan paling tinggi.
Ukuran kesamping 1 2 kotak kecil dan keatas 1 3 kotak besar.
Gelombang R menjadi patokan untuk mengukur rytme/irama jantung
regular/irregular dan menghitung denyut jantung (HR = heart rate).
3. Gelombang T (relaksasi ventrikel) Ventrikel Repolarisasi
Gelombang T adalah saat ventikel relaksasi selalu normal ke atas garis
isometric dan ukurannya 1 5 kotak kecil kesamping dan ke atas.

You might also like