Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan
masyarakat melalui program Perencanaan dan Pencegahan komplikasin(P4K).
Program ini dicanangkan oleh Nenteri Kesehatan pada tahun 2007 yang merupakan salah
satu komponen pelaksanaan desa/kelurahan siaga yang tertera dalam rencana strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2010 dalam Kepmeknes no HK.03.01/160/1/2010.
Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) adalah suatu program
yang dicanangkan dalam upaya mempercepat penurunan angka kematian ibu dengan cara
memantau, mencatat serta menandai setiap ibu hamil. Program ini dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan dibantu kader dan tokoh masyarakat dengan menempelkan stiker berisi nama, tanggal
taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalianan,
transportasi dan calon pendonor darah pada rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil. Dengan
begitu diharapkan setiap ibu hamil sampai dengan bersalin dan nifas dapat dipantau oleh
masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai standar
sehinggan proses persalianan sampai dengan nifas termasuk rujukannya berjalan dengan aman
dan selamat, tidak terjadi kesakitan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan selamat dan
sehat.
Komponen penyelenggaraan P4K yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan beserta
masyarakat terdiir dari 3 unsur kegiatan yaitu peningkatan pengetahuan masyarakat tentang KIA,
kegiatan pelayanan SIAGA (siap, antar, jaga) dari dan untuk masyarakat serta kegiatan
pendukung dari pemerintah dan tokoh masyarakat. Focus kegiatan P4K oleh masyarakat terdiri
dari nontifikasi (penandaan),penggalangan donor darah, mempersiapkan tabungan ibu bersalin
dan dana social bersalin, serta ambulan desa.
Kecemasan menurut Stuart (1998) adalah kekhawatiran yang tidak jelas menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak p;asti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik ( Riyadi dan Purwanto, 2009 ). Respon yang timbul karena kecemasan yaitu
khawatir, gelisah tidak tenang, dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami secara
subjektif dan komunikasikan dalam hubungan interpersonal ( Riyadi dan Purwanto, 2005 )
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan selama kehamilan yaitu
pengetahuan, psikologi, ekonomi, pengalaman, dan dukungan kelurga. Sebelumnya sudah ada
ditemukan ada hubungan tingkat kecemasan terhadap perubahan fisiologi saat kehamilan pada
ibu primigravida juga ada hubungan tingkat pendidikan dan umur kehamilan dengan tingkat
kecemasan dengan menggunakan 40 responden.
Penelitian sebelumya menunjukan bahwa wanita berusia >35 tahun berisiko lebih tinggi
mengalami penyulit obsetrik serta mordibilitas dan mortalitas perinatal. Bagi wanita berumur
yang mengidap penyakit kronik atau kondisi fisik yang kurang resiko ini terjadinya kehamilan
resiko tinggi lebih tinggi ( Manuaba, 2010 ). Dampak dari kehamilan resiko tinggi terhadap janin
2
itu sendiri adalah terjadinya gawat janin, penulit saat persalinan dan juga bisa berdampak
kematian ( Manuaba, 2010 ).
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah adalah pengaruh usia ibu hamil terhadap kecemasan
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil < 20 tahun
b. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil 20-35 tahun
c. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu hamil > 35 tahun
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah
primigravidarum
2. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tingkat faktor resiko pada ibu hamil
BAB II
3
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atai implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan
( Prawiroharjo, 2008 )
b. Tanda dan gejala kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi 3
bagian, yaitu :
1) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea ( tidak dapat haid )
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid
terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran
tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus
Neagie:HT-3 ( bulan+7 )
b) Mual dan muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
morning sickness
c) Mengidam ( ingin makanan khusus )
4
c) Tanda Hegar
5
B. Faktor Risiko
Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan
dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya
terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka
pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik. Dalam
kehamilan, plasenta akan berfungsi sebagai alat respiratorik, metabolic, nutrisi,
endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin
atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di atas terganggu, maka
pertumbuhan janin akan terganggu. Demikian juga bila ditemukan kelainan
pertumbuhan janin baik berupa kelainan karena pengaruh lingkungan, maka
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan.
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan
meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seseorang wanita mengalami
masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama
pada kehamilan yang akan resikonya untuk mengalami hal yang sama pada
kehamilan yang akan dating adalah lebih besar. Untuk menentukan suatu kehamilan
resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah
dia memiliki keadaan yang menyebabkan dia ataupun janninya lebih rentan terhadap
penyakit atau kematian. Faktor itu bisa digolongkan dua faktor, yaitu faktor medis
dan faktor non medis. Faktor medis meliputu, usia, patitas,graviditas, jarak
kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan faktor non medis adalah
pengawasan antenatal (Manuaba,1998)
Menurut Rustam (1998) faktor non medis dan faktor medis yang dapat
mempengaruhi kehamilan adalah :
1. Faktor medis antara lain:
Status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan, ketidaktahuan, adatr,
tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan
kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan yang serba kekurangan
merupakan faktor non medis yang banyak terjadi terutama dinegara-negara
berkembang yang berdasarkan penelitian sangat mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas.
2.Faktor medis antara lain:
Penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obsetrik, gangguan plasenta, gangguan
tali pusat, komplikasi persalinan.
C. Kehamilan Resiko
a. Definisi
Kehamilan resiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat
mempengaruhi keadaan ibu maupun janin apabila dilakukann tatalaksana
secara
umum
seperti yang
dilakuakan
pada
kasus
normal
( Manuaba, 2007,p.43 )
Ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
risiko tinggi ( Depkes RI,3003 )
Ibu hamil digolongkan dalam tiga golongan risiko berdasarkan karakteristik
ibu. Risiko golongan ibu hamil menurut Muslihatun ( 2009,p.132 ), meliputi :
1) Ibu hamil risiko rendah
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak
memiliki faktor-faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan
risko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya. Misalnya, ibu
hamil primipara tanpa komplikasi, kepala masuk PAP minggu ke-36
2) Ibu hamil risiko sedang
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat
sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain. Faktor ini dianggap
nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan
terjadinya penyulit pada waktu persalinan.
3) Ibu hamil risiko tinggi
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tinggi,
antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor risiko ini dianggap akan
menimbulkan komplikasi dan mengancam keselamatan ibu dan janin baik
pada saat hamil maupun persalinan nanti.
Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah
mencapai tahap mampu hidup (viable). Kehamilan dengan presentase
kepala,umur kehamilan 36 minggu dan kepala sudah masuk PAP
b) Multipara tanpa komplikasi
Adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viable atau lebih.
c) Persalinan spontan dengan kehamilan premature dan bayi hidup
Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu, tetapi berat badan lahir melebihi 2500 gram.
2) Kehamilan risiko sedang
a) Kehamilan yang masuk ke dalam kategori 4T Terlalu
(1) Umur ibu terlalu muda (<20 tahun)
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan
baik dan relative masih kecil, biologis sudah siap tetapi psikologis
belum matang.
Sebaiknya tidak hamil pada usia dibawah 20 tahun. Apabila telah
menikah pada usia di bawah 20 tahun, gunakanlah salah satu
alat/obat kontrasepsi untuk menunda kehamilan anak pertama
sampai usia yang ideal untuk hamil (BKKBN,2005,p.6)
Menurut Caldwell dan Moloy ada 4 bentuk pokok jenis panggul :
(a) Ginekoid : paling ideal, bentuk bulat 45 %
(b) Android : panggul pria, bentuk segitiga 15 %
(c) Antropoid : agak lonjong seperti telur 35%
(d) Platipelloid : menyempit arah muka belakang 5%
(Prawirohardjo,2008,p.105-106)
(2) Umur ibu terlalu tua (>35 tahun )
Pada usia ini kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat persalinan terjadi
persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan.
(3) Jarak kehamilan terlalu dekat (<2 tahun )
10
Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum
pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai
kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau
perdarahan.
(4) Jumlah anak terlalu banyak ( >4 anak )
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil lagi,
perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalian lama, karena
senmakin banyak anak, rahim ibu makin melemah.
b) Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan dari 145 cm, dalam
keadaan sperti itu perlu diwaspadai adanya panggul sempit karena
dapat mengalami kesulitan dalam melahirkan.
c) Kehamilan lebih bulan (serotinus)
Kehamilan yang melewati waktu 42 minggu belum terjadi persalinan,
dihitung berdasarkan rumus Naegele.
Gejala dan tanda :
Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu, gerak
janinnnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali,
air ketuban terasa berkurang, kerentanan akan stress.
Penanganan :
Persalianan anjuran atau induksi persalinan, bila keadaan janin baik
maka tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai
gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari. Bila hasil positif, segera
lakukan seksio sesarea. ( Mansjoer,2001,p.275-276)
d) Persalianan lama
Partus lama adalah partus yang berlangsung lebih dari 24 jam untuk
primigravida dan 18 jam bagi multigravida. Penyebabnya adalah
kelainan letak janin, kelaianan panggul, kelainan kekuatan his dan
mengejan.
Gejala dan tanda :
KU lemah, kelelahan, nadi cepat, respirasi cepat, dehidrasi, perut
kembung dan edema alat genital.
11
Bahaya :
Bisa terjadi infeksi, fetal distress dannruptur uteri
Penanganan :
Memberikan rehidrasi dan infuse cairan pengganti, memberikan
perlindungan antibiotika-antipiretika. ( Prawirohardjo,2008 )
4) Penyakit jantung
13
g) Pre eklampsia
Pre eklampsia adalah keadaan dengan timbulnya hipertensi disertai
proteinnuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah lahir
Gejala dan tanda :
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki,
jari tangan dan muka, sakit kepala hebat, tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Proteinuria sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam
15
Penanganan umum :
Istirahat ( tirah baring ), diet rendah garam, diet tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium, obat antihipertensi dan dirawat di
rumah sakit bila ada kecendrungan menjadi eklamsia
h) Eklamsia
Eklamsia merupakan kelanjutan dari pre eklamsiaberat ditambah
dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak
Gejala dan tanda :
Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre-eklamsia berat dan kejang
atau koma
Penanganan :
Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang
dapat
menimbulkan
penyulit
yang
lebih
berat.
(Prawirohardjo,2008,p.212)
i) Hamil kembar (gemili)
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur,
dan paritas.
Gejala dan tanda :
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya
kehamilan, gerakan janin dirasakan lebih banyak, uterus terasa lebih
cepat membesar, pada palpasi bagian kecil teraba lebih banyak, teraba
ada 3bagian besar janin, teraba ada 2 bollatmen terdengar 2 denyut
jantung janin
Penanganan dalam kehamilan :
Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul , periksa darah lengkap, hb, dan
golongan darah
16
dipertahankan istirahat
observasilah dengan teliti
dan
pemberian
obat-obatan
dan
18
20
21
3. Jarak kehamilan
Dalam pemanfaatan layanan antenatal, jumlah anak hidup berhubungan dengan
pengasuhan anak, diasumsikan bahwa semakin banyak anak maka akan semakin
sedikit kesempatan ibu untuk meninggalkan rumah dan memeriksakan
kehamilannya(Rochjati,2005)
Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat juga menjadi faktor predisposisi terjadinya
kelahiran premature, perdarahan antepartum dan hipertensi (Wiknjosastro,2007)
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang sebaiknya diatas 2
tahun karena bila kurang dari 2 tahun akan berpengaruh pada kehamilan dan
persalinan (Depkes RI,2001:28)
Jarak adalahselang waktu antara dua peristiwa, ruang antara dua objek bagia.
Jarak adalah masa antara dua kejadian yang berkaitan. Kehamilan adalah keadaan
dimana terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.
a. Kehamilan dengan jarak < 3 tahun
Pada kehamilan dengan jarak <3 tahun keadaan endometrium mengalami
perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu
timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta
Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskuylasrisasi pada daerah
endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang
subur sehingga kehamilan dengan jarak <3 tahun dapat menimbulkan kelainan
yang berhubungan letak dan keadaan plasenta.
b. Kehamilan dengan jarak >3 tahun
Pada kehamilan dengan jarak >3 tahun keadaan endometrium yang semula
mengalami thrombosis dan nekrosis karena pelepasan plasenta dari dimding
endometrium (korpus uteri) telah mengalami pertumbuhan dan kemajuan
endometrium
Dinding-ding endometrium mulai regenerasi dan sel epitel kelenjar-kelenjar
endometrium mulai berkembang, bila pada saat ini terjadi kehamilan
endometrium telah siap menerima sel-sel memberikan nutrisi bagi
pertumbuhan sel telur
c. Kehamilan dengan jarak >4 tahun
24
Pada kehamilan dengan jarak >4 tahun sel telur yang dihasilkan sudah
tidak baik, sehingga bisa menimbulkan kelainan-kelainan bawaan seperti
sindrom down, saat persalinan pun berisiko terjadi perdarahan post partum.
Hal ini disebabkan otot-otot rahim tidak selentur dulu,hingga saat harus
mengkerut kembali bisa terjadi gangguan yang berisiko terjadi hemoragic post
partum(HPP) , resiko terjadi pre-eklampsia dan eklampsi juga sangat besar
karena terjadi kerusakan sel-sel endotel (Rochjati,2005)
4.
5. Riwayat obsetri
a) Jejas atau luka dalam pada alat-alat kandungan, ataupun jalan lahir yang
ditimbuhkan oleh persalinan terdahulu akan memberikan akibat buruk pada
kehamilan sekarang
25
b) Pernah mengalami abortus (sengaja atau tidak, dengan atau tanpa tindakan
kerokan.kuretase), terlebih lagi bila mengalami abortus ulangan,makin besar
kemungkinan terjadi pada kehamilan berikut dan kemungkinan perdarahan.
c) Pernah mengalami gangguan organic daerah panggul seperti adanya perangan,
tumor ataupun kista
d) Pernah mengalami penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum,
kematian janin, pre-eklampsi-eklampsi, hidramnion, kelianan letak janin,
kelainan janin bawaan, janin kembar (gemili)
e) Pernah mengalami penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes mellitus,
hyperthyroid(, penyakit jantung, penyakit paru(asthma, TBC), penyakit ginjal,
penyakit hati,sendi dan penyakit kelamin seperti syphilis serta infeksi lainnya
baik oleh virus, bakteri maupun parasit
f) Pernah mengalami persalian dengan tindakan seperti ekstraksi forcep ataupun
vakum, seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan (manual plasenta).
G. Upaya Pencegahan
Usaha untuk pencegahan penyakit kehamilan dan persalinan tergantung
pada berbagai faktor dan tidak semata-mata tergantung dari sudut medis atau
kesehatan saja. Faktor social ekonomi juga sangat berpengaruh. Karena pada
27
28
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Tabel 3.1 Distribusi frekuensi karakteristik ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanah
Garam Bulan juni 2015
Usia ibu hamil
Jumlah
<20 tahun
Persentase
60%
20-35 tahun
65
100%
>35 tahun
10
100%
Jumlah
78
260%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah ibu hamil yang berusia <20 tahun sebanyak
3 orang atau 405, usia 20-35 sebanyak 65 orang atau 100% dan yang berusia >35 tahun
sebanyak 10 orang atau 100%
Tabel 3.2 Distribusi frekuensi LILA pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanah
Garam Bulan juni 2015
LILA
Jumlah
Presentase
<23,5 cm
13
100%
>23,5 cm
36
100%
Jumlah
49
100%
29
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil yang memili LILA <23,5
cm sebanyak 13 orang atau 100% dan yang memiliki LILA >23,5 sebanyak 36 orang atau 100%
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Kehamilan Resiko Tinggi pada wilayah kerja Puskesmas Tanah
Garam bulan juni 20154
Jumlah
Presentase
Iya
100%
Tidak
34
100%
Jumlah
43
100%
Bedasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kehamilan yang berisiko tinggi sebanyak 9 orang
sedangkan yang tidak berisiko tinggi sebanyak 34 orang.
2. Pembahasan
a.Usia
Berdasarkan tabel 3.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil yang berusia 20 tahun
sebanyak 3 orang, usia 20-35 tahun sebanyak 65 orang dan berusia >35 tahun sebanyak 10
orang.
Hal ini sesuai dengan Rochjati (2003) yang menjelaskan usia 20-35 tahun merupakan
usia yang baik untuk seeorang ibu mengandung, karena apabila usia ibu hamil kurang dari 20
tahun atau terlalu muda pada usia <20tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul belum
berkurang optimal, sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada
kehamilan dan dapat menyebabkan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu terhambat karena
apabila usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau terlalu muda dapat terjadi kompetisi makanan
antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan
hormonal yang terjadi selama kehamilan. Begitu pula dengan usia diatas 35 tahun atau terlalu tua
untuk hamil , dapat menyebabkan resiko tinggi pada ibu,kehamilan dan janin. Sehingga usia
30
yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status
gizi ibu hamil akan lebih baik.
b. Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah ibi hamil yang memiliki LILA
<23,5 cm sebanyak 13 orang, yang memiliki LILA >23,5 cm sebanyak 36 orang.
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara
lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi. Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya(premature), perdarahan setelah
persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
Kekurangan gizi kronis gizi pada ibu hamil juga dapat mempengarahi proses
pertumbuhan janin dan dapat meninmbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksiaintra partum(mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) . bila BBLR bayi mempunyai
resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.
b.kehamilan resiko tinggi
Berdasarkan tabel 3.3 diatas dapat dilihat bahwa kehamilan yang berisiko tinggi
sebanyak 9 orang sedangkan kehamilan yang tidak berisiko tinggi hanya 34 orang.
Dapat disimpulkan bahwa kalau hamil resiko tinggi, jika tidak ditangani dengan baik
bisa berdampak pada kematian ibu maupun kematian bayi. Dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu .
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jumlah angka kejadian kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Garah sebanyak 9 orang.
2. Dilihat dari faktor resiko tinggi yang mempengaruhi kehamilan adalah sebagai
berikut :
a. Usia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam masih banyak 20 tahun
dan di atas 35 tahun yaitu sebanyak 65 orang .
b. Jumlah angka kejadian kurang energy kronis pada wilayah kerja Puskesmas Tanah
Garam sebanyak 13 orang
B. Saran
1. Untuk ibu hamil
Untuk ibu hamil disarankan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang kehamilan
resiko tinggi dengan cara aktif mencari informasi tentang hal tersebut selama masa
kehamilan baik bertanya kepada petugas kesehatan maupun inisiatif mencari
inforamsi melalui media-media informasi. Serta diharapkan partisipasi masyarakat
untuk melaksanakan deteksi dini pada ibu-ibu hamil yang berisiko tinggi. Dengan
deteksi dini diharapkan untuk selanjutnya dapat dilakukan pencegahan maupun
penanggulangan yang sesuia. Dan untuk ibu-ibu yang memiliki resiko kehamilan agar
memmeriksakan kehamilannya secara teratur agar jika terjadi masalah dengan
kehamilannnya dapat ditangani dengan cepat.
2. Untuk puskesmas
Diharapkan meni gkatkan pelayanannya melalui program Making Pragnancy Safer
(MPS)Nyaitu strategi sector kesehatan yang merupakan kelanjutan dari program
Safe Motherhood dengan tiga pesan kuncinya yaitu, setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obsetri dan neonatal mendapat pelayanan
32
yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses pencegahan terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan penanganan komplikasi selalu
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Bahri Saifudin, dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Bagian Obstetri dan Ginekolog, 1982, Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran
Padjajaran Bandung. Obstetri Sosial,1982
2. Manuaba,1998. Ilmu kebidanan Penyakit dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
3. Mochtar,R.1998. Sinopsis Obsetri. Jilid 2. EGC Jakarta
4. Sastrawinata, Sulaiman.2004. Obsetri Patologi. EGC, Jakarta
33