Professional Documents
Culture Documents
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
BAB IV
Kondisi kota-kota di Indonesia yang umumnya berkembang pesat dan berfungsi sebagai pusat
kegiatan serta menyediakan layanan primer dan sekunder, telah mengundang penduduk dari daerah
perdesaan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik serta berbagai kemudahan lain termasuk
lapangan kerja. Kondisi tersebut pada kenyataannya mengakibatkan:
-
Tumbuhnya kawasan permukiman yang kurang layak huni, yang pada berbagai kota
cenderung berkembang menjadi kumuh, dan tidak sesuai lagi dengan standart lingkungan
permukiman yang sehat.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas permukiman
meliputi upaya melalui perbaikan atau pemugaran, peremajaan serta pengelolaan dan
pemeliharaan yang berkelanjutan. Upaya yang dimaksud adalah :
-
4 .1 . 1. P E NG E LO LA A N K A W A S A N P ER KOT A A N
Pengelolaan Kawasan Perkotaan adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan Kawasan Perkotaan
secara efisien dan efektif. Perencanaan pembangunan Kawasan Perkotaan didasarkan pada kondisi,
potensi, karakteristik kawasan, dan keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya.
Lingkup perencanaan Kawasan Perkotaan memuat pengembangan, peremajaan,
pembangunan, reklamasi pantai atau rawa, dan/ atau perubahan fungsi lahan. Dimana yang
dimaksud dengan peremajaan adalah penataan kembali area terbangun bagian kawasan perkotaan
yang mengalami degradasi kualitas lingkungan, degradasi fungsi kawasan, dan/atau penyesuaian
bagian kawasan perkotaan terhadap rencana pembangunan kawasan perkotaan.
Tujuan pengaturan tentang pengelolaan Kawasan Perkotaan sebagaimana diamanatkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan fungsi Kawasan Perkotaan secara serasi, selaras dan seimbang antara
kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan.
b.
c.
d.
IV - 1
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
pendukungnya
yang
Sebagai penjabaran dari RPJPN tersebut, maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2010 2014 menugaskan Kementerian Perumahan Rakyat untuk
melaksanakan program dan kegiatan yang termasuk dalam prioritas Bidang Sarana dan Prasarana,
sub bidang PKP. Prioritas Nasional untuk sektor perumahan rakyat adalah Pembangunan 685.000
Rumah Sederhana Sehat Bersubsidi, 180 Tower Rusunami, dan 650 twin block Rusunawa berikut
fasilitas pendukung kawasan permukiman yang dapat menampung 836.000 keluarga yang kurang
mampu pada 2012.
Sasaran umum yang akan dicapai dalam pembangunan PKP adalah meningkatnya akses bagi
rumah tangga terhadap rumah dan lingkungan permukiman yang layak, aman, dan terjangkau, dan
didukung oleh prasarana dan sarana dasar serta utilitas yang memadai serta memiliki jaminan
kepastian hukum dalam bermukim (secure tenure) untuk mendukung pencapaian target MDGs.
Sasaran lain yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas perencanaan dan penyelenggaraan
pembangunan PKP di tingkat pusat dan daerah. Sedangkan sasaran khusus untuk sektor perumahan
adalah tersedianya akses bagi masyarakat terhadap perumahan, baik perumahan baru maupun
peningkatan kualitas perumahan dan lingkungan permukiman serta kepastian hukum, bagi 5,6 juta
rumah tangga.
Untuk mewujudkan prioritas dan sasaran bidang PKP, maka arah kebijakan pembangunan
perumahan 2010 2014 yang terkait dengan Kementerian Perumahan Rakyat adalah meningkatkan
aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak dan terjangkau, dengan:
1) Meningkatkan penyediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat
berpenghasilan rendah melalui:
a. Pembangunan 650 twin blok Rusunawa.
b. Pembangunan 685.000 unit Rumah Sederhana Sehat Bersubsidi.
c. Fasilitasi pembangunan 180 tower Rusunami melalui peran swasta.
IV - 2
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Strategi pendanaan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran bidang sarana dan
prasarana, selain mengandalkan sumber pendanaan dari APBN juga mendorong sharing pembiayaan
dari sumber-sumber lainnya yaitu dari :
1) Pemerintah Daerah yang bersumber dari APBD
2) Swasta, baik melalui pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dan
mekanisme kerjasama pemerintah swasta (Public Private Partnership)
3) Luar negeri melalui Pinjaman atau Hibah Luar Negeri (PHLN).
IV - 3
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
4.2.
Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010 2014 memiliki visi bahwa setiap keluarga
Indonesia menempati rumah yang layak huni. Dimana untuk mewujudkan visi tersebut telah
dirumuskan berbagai misi dalam pelaksanannya, yaitu:
1. Meningkatkan iklim yang kondusif dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pembangunan
PKP.
2. Meningkatkan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat dan aman serta didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai.
3. Mengembangkan sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang efisien, akuntabel,
dan berkelanjutan.
4. Meningkatkan pendayagunaan sumber daya PKP secara optimal.
5. Meningkatkan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
pembangunan PKP.
Adapun tujuannya adalah untuk :
1. Meningkatkan pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan untuk
mendorong terciptanya iklim yang kondusif dalam pembangunan PKP;
2. Meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan menengah bawah terhadap lahan
untuk pembangunan PKP;
3. Meningkatkan pembangunan perumahan berbasis kawasan yang serasi dengan tata
ruang, daya dukung lingkungan, dan penyediaan infrastruktur;
4. Pemenuhan kebutuhan hunian yang layak dan terjangkau serta didukung dengan
prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai;
5. Mengurangi luas lingkungan permukiman kumuh;
6. Meningkatkan akses MBM termasuk MBR terhadap pembiayaan perumahan;
7. Meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan PKP;
8. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya pembangunan PKP;
9. Mendorong peran dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pembangunan
PKP;
10. Menyelenggarakan tugas dan fungsi Kementerian Perumahan Rakyat dalam rangka
memberikan pelayanan di bidang PKP.
Kementerian Perumahan Rakyat juga menetapkan sasaran strategis untuk dicapai, yaitu:
1. Meningkatnya pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
pembangunan PKP, khususnya:
i. Revisi UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
ii. Revisi UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
iii. Revisi PP No. 80 Tahun 1999 tentang KASIBA/ LISIBA BS
iv. Revisi PP No. 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian
bagi Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia
IV - 4
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
Revisi PP No. 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat Atas PP No. 12 Tahun
2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat
Strategis yang Dibebaskan dari pengenaan PPN
Revisi PP No. 15 Tahun 2004 tentang Perum Perumnas
Penyiapan masukan formulasi kebijakan Hak Tanggungan atas Tanah beserta
benda-benda yang berkaitan dengan Tanah
Revisi Keppres No. 22 Tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan
Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan
Revisi Keppres No. 63 Tahun 2000 tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian
Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N)
Revisi Keppres No. 14 Tahun 1993 jo. Keppres No. 46 Tahun 1994 tentang Tabungan
Perumahan Pegawai Negeri Sipil (Taperum PNS)
Pengembangan NSPK dalam rangka penerapan SPM bidang Perumahan Rakyat.
IV - 5
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
1. Pengembangan regulasi dan kebijakan untuk menciptakan iklim yang kondusif, serta
koordinasi pelaksanaan kebijakan di tingkat pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang PKP.
2. Peningkatan pemenuhan kebutuhan Rumah Layak Huni (RLH) yang didukung dengan
prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) serta kepastian bermukim bagi masyarakat
berpenghasilan menengah bawah, melalui:
a) Pembangunan RLH melalui pasar formal maupun secara swadaya masyarakat baik
untuk pembangunan baru maupun peningkatan kualitas.
b) Pembangunan rumah susun sederhana (Rusuna) baik sewa maupun milik.
c) Penyediaan PSU PKP yang memadai untuk pengembangan kawasan dan PSU
perumahan swadaya.
d) Penanganan lingkungan PKP kumuh.
e) Pembangunan rumah khusus, termasuk rumah sederhana sewa dan pasca bencana.
f) Pengembangan kawasan khusus, termasuk kawasan perbatasan, daerah tertinggal
dan pasca bencana.
g) Fasilitasi pra sertifikasi dan pendampingan pasca sertifikasi tanah bagi MBR
3. Pengembangan sistem pembiayaan PKP bagi MBM melalui :
a) Pengembangan pembiayaan perumahan melalui fasilitas likuiditas
b) Pengembangan Tabungan Perumahan Nasional.
c) Peningkatan pemanfaatan sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan PKP.
4. Peningkatan pendayagunaan sumber daya pembangunan PKP serta pengembangan dan
pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan teknologi maupun sumber daya
dan kearifan lokal.
5. Peningkatan sinergi pusat daerah dan pemberdayaan pemangku kepentingan lainnya
dalam pembangunan PKP.
Strategi Kementerian Perumahan Rakyat untuk memastikan tercapainya sasaran-sasaran
pembangunan PKP 2010 2014 adalah sebagai berikut:
a. Mengefektifkan kewenangan perumus kebijakan dan regulasi untuk menciptakan iklim
yang kondusif bagi percepatanpembangunan PKP melalui pengembangan dan penyediaan
produk-produk pengaturan yang memadai;
b. Memantapkan koordinasi antar pemangku kepentingan dan kelembagaan di bidang PKP
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan PKP yang lebih terintegrasi;
c. Mengefektifkan kewenangan operasionalisasi kebijakan untuk mendukung penyediaan
PKP khususnya sebagai proyek-proyek percontohan dan best practice di berbagai lokasi
terpilih yang dapat direplikasi dan dikembangkan secara lebih luas;
d. Mengoptimalkan peran dan kapasitas para pemangku kepentingan, khususnya peran
pemerintah daerah dalam pembangunan PKPmelalui bimbingan/bantuan teknis,
pendampingan dan penyebarluasan informasi dan kebijakan nasional pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
e. Memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya perumahan dan kawasan
permukiman, hasil penelitian dan pengembangan teknologi, serta kearifan lokal untuk
mendukung pembangunan PKPyang berkelanjutan;
IV - 6
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
f.
Mengoptimalkan
berkelanjutan;
pemanfaatan
sumber
pembiayaan
PKPyang
akuntabel
dan
4.3.
IV - 7
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Program ini bertujuan untuk memantapkan sistem hunian bagi masyarakat melalui upaya
penyempurnaan peraturan pembangunan PKPserta sistem pembiayaan perumahan,
mengembangkan pola subsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR), meningkatkan
keswadayaan masyarakat dalam penyediaan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman, meningkatkan peran aktif swasta dalam penyediaan dan pembangunan PKP serta
meningkatkan kualitas pengelolaan yang bergerak dalam penyediaan dan pengelolaan
perumahan dan kawasan permukiman.
Sasaran yang ingin dicapai adalah penyediaan rumah dan menghindarkan spekulasi tanah untuk
perumahan dan kawasan permukiman, meningkatnya ketersediaan dana bagi pembiayaan
perumahan yang berasal dari dana masyarakat, terciptanya pasar primer dan pasar hipotek
sekunder yang berkualitas, terciptanya mekanisme subsidi perumahan yang efisien dan tepat
sasaran sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah, meningkatkan kemudahan bagi
masyarakat miskin dan berpendapatan rendah dalam mendapatkan hunian yang layak,
meningkatnya investasi di bidang perumahan, serta terciptanya yang efisien, efektif dan
akuntabel serta terfokusnya kegiatan pembangunan/penyediaan, pengelolaan hunian murah
dan rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kegiatan pokok yang dilakukan yaitu:
2.
a)
b)
c)
Pembinaan pengembangan
masyarakat.
sistem
penyediaan
PKPyang
bertumpu
pada
swadaya
IV - 8
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
4.4.
4 .4 . 1. S T R UK TU R R UA N G
4.4.1.1. Rencana Sistem Perkotaan
Sistem perkotaan di Kabupaten Toba Samosir yang diarahkan memiliki 4 (empat) hierarki/
tingkatan pusat kegiatan, yang terdiri dari:
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/ kota atau beberapa kecamatan. Kota-kota sebagai pusat
pelayanan tersier yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat
pelayanan tersier ini terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah
yang lebih efisien sebagai sentra pelayanan kegiatan.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yaitu pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa.
Sesuai dengan arahaan RTRW Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 2031, Kecamatan Balige
merupakan PKW. Lokasi yang menjadi PKW tersebut adalah di pusat kecamatan Balige dengan
strategi revitalisasi dan arahan fungsi sebagai berikut:
Pusat pemerintahan kabupaten
Pusat perdagangan dan jasa
Pendidikan
Pertanian
Industri
Perikanan
Pariwisata
Transportasi danau
Permukiman
4.4.1.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
A. SISTEM RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA TRANSPORTASI
A. 1. Sistem Jaringan Jalan
Rencana jaringan jalan yang diarahkan adalah seperti yang diuraikan berikut ini:
1. Rencana Jalan Berdasarkan Kewenangan
a. Jalan bebas hambatan Tebing Tinggi Pematang Siantar Parapat Tarutung Sibolga
(sesuai dengan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN)
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR
IV - 9
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
IV - 10
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pengaturan jalur dan moda angkutan
umum di Kabupaten Toba Samosir meliputi:
-
IV - 11
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
0236, 0189 LU
Runway
Panjang total
9857, 4689 BT
750 m
Panjang 40 m; lebar 15 m
Apron
Panjang 60 m; lebar 40 m
persyaratan
keselamatan
IV - 12
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
listrik Kabupaten Toba Samosir pada akhir tahun 2031 diperkirakan mencapai 63.357.228 VA, dengan
kebutuhan terbesar mencakup kebutuhan domestik sebesar 43.694.640 VA.
Tabel IV.1.
Rencana Kebutuhan Energi Listrik Menurut Jenis Penggunaan, Kabupaten Toba Samosir
Tahun
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Sarana
Umum
K
(lain-lain)
Jumlah
Faktor
Susut
(10% x D)
PJU
(5% x D)
VA
KVA
2016
191.595
34.487.100
1.724.355
8.621.775
3.448.710
1.724.355
50.006.295
50.006,30
2021
209.374
37.687.320
1.884.366
9.421.830
3.768.732
1.884.366
54.646.614
54.646,61
2026
225.444
40.579.920
2.028.996
10.144.980
4.057.992
2.028.996
58.840.884
58.840,88
2031
242.748
43.694.640
2.184.732
10.923.660
4.369.464
2.184.732
63.357.228
63.357,23
Sumber: RTRW Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 2031; Hal. III-27
Kecamatan Nassau
Kecamatan Habinsaran
Kecamatan Borbor
Kecamatan Lumban Julu
Kecamatan Pintu Pohan Meranti
Kecamatan Silaen
IV - 13
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
pada :
Wilayah perdesaan yang letaknya berada di daerah tidak terjangkau sinyal telepon
genggam (daerah blank spot)
Wilayah perdesaan yang kondisi topografinya sulit untuk dilalui jaringan teresterial
telekomunikasi.
Tahun 2031
Kebutuhan
Kecamatan
Perumahan
Telepon
Umum
Fasilitas
Penduduk
(jiwa)
Perumahan
Telepon
Umum
Fasilitas
Balige
50
1500
500
61.459
1.229,18
41
123
Tampahan
50
1500
500
7.695
153,9
15
Laguboti
50
1500
500
24.379
487,58
16
49
Habinsaran
50
1500
500
19.299
385,98
13
39
Borbor
50
1500
500
11.502
230,04
23
Nassau
50
1500
500
8.732
174,64
17
Silaen
50
1500
500
17.004
340,08
11
34
Sigumpar
50
1500
500
9.475
189,5
19
Porsea
50
1500
500
15.312
306,24
10
31
10
Pintu Pohan
50
1500
500
9.569
191,38
19
11
Siantar Narumonda
50
1500
500
8.100
162
16
12
Lumban Julu
50
1500
500
10.164
203,28
20
13
Uluan
50
1500
500
10.397
207,94
21
14
Ajibata
50
1500
500
9.678
193,56
19
15
Parmaksian
50
1500
500
11.304
226,08
23
16
Bantualunasi
50
1500
500
8.680
173,6
17
242.749
4.855
162
485
Jumlah
5.502
Sumber: RTRW Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 2031; Hal. III-29
IV - 14
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Kabupaten Toba Samosir merupakan bagian dari rencana pengembangan dan pengelolaan
jaringan sumber daya air nasional dan provinsi Sumatera Utara yang meliputi pengembangan dan
pengelolaan Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional Toba Asahan dan pengembangan pola
pengelolaan Cekungan AirnTanah (CAT) Porsea Parapat. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)
sebagai amanat PP no. 42 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air meliputi konservasi SDA,
pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air secara terpadu antara air permukaan dan air
tanah di wilayah provinsi Sumatera Utara meliputi air permukaan sungai, danau, dan mata air.
WS Strategis Nasional Toba Asahan meliputi DAS Danau Toba dan DAS Asahan
WS lintas kabupaten Barumun Kualuh meliputi DAS Kualuh dan DAS Bilah
D. 2. Jaringan Irigasi
Rencana Pengembangan sistem jaringan irigasi terdiri dari:
-
Pembangunan irigasi dari air tanah pada daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh irigasi
teknis
SDA
lainnya
Nama Sumber
Debit (ltr/dtk)
Balige
30
Aek Bolon
Mata Air
2,5
Laguboti
10
Porsea
Aek Simangkuk
Anak Sungai
15
Ajibata
Aek Sihuting
Mata Air
Sumber: RTRW Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 2031; Hal. III-33
Jika dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan air bersih di Kabupaten Toba Samosir
pada tahun 2031 yang mencapai total kebutuhan 444 ltr/dtk, maka tingkat pelayanan PDAM saat ini
IV - 15
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Data Susenas 2009 menunjukkan bahwa sebesar 83,37% rumah tangga memanfaatkan sumber
air minum yang berasal dari air permukaan dan air tanah, dan hanya 16,63% yang sudah
memanfaatkan sumber air minum yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi
Cabang Balige ataupun yang dibangun oleh pemerintah daerah.
Tabel IV.4.
Jumlah Pelanggan, Produksi dan Nilai Air Bersih PDAM Menurut Kategori Pelanggan
No
Kategori Pelanggan
Pelanggan
Produksi (m3)
3.835
1.101.522
1.715
20
6.346
Tempat Peribadatan
18
5.136
Sarana Umum
36
10.416
751
217.285
Instansi Pemerintah
52
16.149
Lain-lain
Tahun 2009
4.718
1.358.569
Tahun 2008
4.520
1.283.878
Tahun 2007
4.322
1.125.316
Sumber: RTRW Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 2031; Hal. III-33
Dari data-data tersebut maka rencana pengembangan jaringan air baku dan air minum di
Kabupaten Toba Samosir, yang meliputi:
-
IV - 16
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Pengamanan sempadan danau dan sungai sebagai kawasan konservasi atau budidaya
terbatas
Pengelolaan DAS dan Sub DAS meliputi konservasi air dan tanah
No
Keterangan
Standard (ltr/org/hari)
Domestik
m3/hari
485.496
485,50
0,5
121.374
121,37
RDTR Kawasan Strategis Perkotaan Balige Tahun 2012 2032; hal. II-7
IV - 17
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Komersial
Kebutuhan TPS
0,25
60.687
60,69
868.027
668
1 unit = 0,05 m3
13.351
1 unit = 2 m3
334
111
1 unit = 6 m
1 unit = 18 m3 (3 trip/hari)
37
Sumber: RTRW Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 2031; Hal. III-36
Adapun strategi pengelolaan sampah yang dicanangkan adalah dengan peningkatan kerja
melalui :
1. Pengembangan penyelenggaraan pengelolaan persampahan di Kabupaten Toba Samosir
2. Pengembangan TPA Pintu Bosi di Laguboti dan TPA Sijambur di Ajibata
3. Penambahan TPS di setiap kecamatan, terutama pada kawasan perkotaan, perdagangan,
perkantoran dan permukiman
4. Pengembangan pengelolaan TPA dengan sistem sanitary landfill
5. Pengembangan pengelolaan sampah dengan sistem 3R yaitu pengurangan (reduce),
penggunaan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle)
6. Peningkatan manajemen pengelolaan persampahan.
Standart
0,12 m3/hari
29.129,76
20.391
Sumber: RTRW Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 2031; Hal. III-37
Sistem pembuangan air limbah di wilayah Kabupaten Toba Samosir menggunakan dua sistem
yaitu sistem sanitasi setempat (on-site sanitation) dan sistem sanitasi terpisah (off-site sanitation).
Rencana arahan pengembangan prasarana saluran pembuangan limbah di wilayah Kabupaten Toba
Samosir bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dengan menerapkan sanitasi
lingkungan yang sehat dan ekonomis. Untuk penanganan limbah domestik diarahkan dengan
IV - 18
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
pengelolaan air limbah dengan sistem on site di wilayah perkotaan maupun perdesaan.
Pada wilayah dengan karakteristik tertentu perlu diterapkan pengelolaan air limbah dengan
sistem komunal. Sistem sanitasi komunial ini diarahkan pada lokasi dengan karakteristik:
-
Daerah sulit air, rawan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk akibat tercemarnya
permukiman dan tempat-tempat umum.
Daerah dengan kondisi pelayanan prasarana buruk dan pertumbuhan penduduk tinggi.
BPS Kabupaten Toba Samosir: Profil Daerah Kabupaten Toba Samosir 2012; Hal. 58
IV - 19
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
2. Pengembangan sistem jaringan drainase diarahkan akan tetap mengikuti pola atau
kerangka sistem alamiah yang ada, dimana pengalirannya dilakukan secara gravitasi
dengan memperhatikan kondisi topografi wilayah pengembangan.
3. Peningkatan sarana dan prasarana drainase di seluruh wilayah pengembangan perkotaan
maupun perdesaan.
4. Prioritas penanganan drainase dilakukan pada kawasan terbangun, kawasan rawan
genangan, dan yang memerlukan penataan atau perbaikan agar dapat berfungsi secara
maksimal.
5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam memelihara prasarana drainase, rehabilitasi,
peningkatan dan pembangunan saluran.
Ruang evakuasi bencana alam berada di ruang terbuka atau bangunan gedung yang berada di
wilayah kecamatan di daerah rawan bencana. Penyediaan kelengkapan ruang evakuasi tersebut
meliputi:
-
Ruang hunian
Ruang massal
Ruang rehabilitasi
IV - 20
LAPORANAKHIR
DOKUMENPENATAANKAWASANLAYAKHUNIIBUKOTAKABUPATENTOBASAMOSIRTAHUN20152019
Ruang logistik
Ruang kantor
Ruang utilitas
Lapangan terbuka
IV - 21