You are on page 1of 47

KASUS KEJADIAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI DAN FAKTOR

YANG MEMPENGARUHINYA DI PUKESMAS BANGET AYU


Laporan Kasus
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh :
Aldi Setyo A
01.211.6316

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN

KASUS KEJADIAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI DAN FAKTOR


YANG MEMPENGARUHINYA DI PUKESMAS BANGET AYU
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Aldi Setyo A.
01.211.6316
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
Semarang,

November 2015

Disahkan Oleh:
Pembimbing

Kepala Puskesmas Bangetayu

dr. Ninik Relaningsih

dr. Suryanto Setyo Priyadi


Mengetahui,

Dosen Penguji 1

dr. Joko Wahyu W, M.Kes

DAFTAR ISI

Dosen Penguji 2

dr. Ratnawati

Halaman Judul...............................................................................1
BAB I Pendahuluan........................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................3
1.3. Tujuan................................................................................3
1.3.1. Tujuan Umum...............................................................3
1.3.2. Tujuan Khusus..............................................................3
BAB II Tinjauan Pustaka.................................................................4
2.1. Faktor Risiko Sebelum Kehamilan.......................................4
2.1.1. Karakteristik ibu...............................................................4
2.1.2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya......................................6
2.1.3. Kelainan struktur..............................................................8
2.1.4. Keadaan kesehatan..........................................................8
2.1.5. Riwayat keluarga..............................................................8
2.2. Faktor Risiko Selama Kehamilan..........................................8
2.2.1. Obat-obatan atau infeksi...............................................8
2.2.2. Keadaan kesehatan.....................................................11
2.2.3. Komplikasi kehamilan..................................................11
2.3. Klasifikasi Kehamilan Resiko Tinggi...................................13
2.4. Penilaian Kehamilan Dalam Resiko Tinggi.........................17
2.5. Deteksi Dan Pencegahan..................................................19
BAB III Status Present..................................................................23
Riwayat Haid............................................................................24
Riwayat Keluarga.....................................................................24
Keluarga Berencana.................................................................24

Riwayat kehamilan terdahulu...................................................24


Pemeriksaan Fisik........................................................................25
BAB IV Analisa Pembahasan........................................................27
4.1. Daftar Masalah................................................................31
4.2. Diagram HL BLUM............................................................31
4.3. Prioritas Masalah.............................................................32
4.4. Plan of Action (POA).........................................................34
BAB V Kesimpulan dan Saran......................................................35
5.1. Kesimpulan......................................................................35
5.2. Saran...............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................36

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kematian maternal menurut batasan dari

The Tenth

Revision of The International Classification of Diseases (ICD 10)


adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan atau
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh
kehamilan tersebut, atau penanganannya, akan tetapi bukan
kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan.1,2,3
Setiap

tahun

diperkirakan

529.000

wanita

di

dunia

meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan


dan persalinan, sehingga diperkirakan terdapat angka kematian
maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup (estimasi
kematian maternal dari WHO/ UNICEF/ UNFPA tahun 2000). Hal
ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia akan
meninggal setiap menitnya. Kematian maternal 98% terjadi di
negara berkembang dan sebenarnya sebagian besar kematian ini
dapat dicegah.1,2,4
Hampir dua pertiga kematian maternal disebabkan oleh
penyebab langsung yaitu perdarahan (25%), infeksi / sepsis
(15%), eklamsia (12%), abortus yang tidak aman (13%), partus
macet (8%), dan penyebab langsung lain seperti kehamilan
ektopik, embolisme, dan hal hal yang berkaitan dengan
masalah anestesi (8%). Sedangkan sepertiga lainnya disebabkan
oleh penyebab tidak langsung yaitu keadaan yang disebabkan
oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum
kehamilan atau persalinan dan memberat dengan adanya

kehamilan atau persalinan, seperti terdapatnya penyakit jantung,


hipertensi, diabetes, hepatitis, anemia, malaria

atau AIDS

(19%).2,4
Gangguan

dan

penyulit

pada

kehamilan

umumnya

ditemukan pada kehamilan resiko tinggi. Yang dimaksud dengan


kehamilan

resiko

tinggi

adalah

kehamilan

yang

akan

menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar


baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya
selama

masa

kehamilan,

melahirkan

ataupun

nifas

bila

dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.


Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat
bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan
keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zatzat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang
cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam
kandungan akan berjalan baik. Dalam kehamilan, plasenta akan
befungsi sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin,
penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke
tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi
di

atas

terganggu,

maka

janin

seperti

tercekik,

dan

pertumbuhannya akan terganggu.5,6,7


Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi
sehat pada seorang wanita berkisar antara 20-30 tahun, artinya ;
melahirkan setelah umur 20 tahun jarak persalinan sebaiknya 23 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 30 tahun. Berarti
anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran keempat
dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin.2,3,8
Akibat kurangnya pemeriksaan antenatal yang dilakukan
oleh tenaga medis terlatih ( bidan dokter dan dokter ahli )
banyak kasus dengan penyulit kehamilan tidak terdeteksi. Hal ini
tentu saja akan menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih
besar dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya sehingga

pada akhirnya akan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas


yang lebih besar pada ibu dan janin. Disamping itu karena
pelayanan obstetri di lini terdepan masih sangat terbatas
cakupannya dan belum mampu menanggulangi kasus gawat
darurat, ditambah dengan transportasi yang masih sulit dan
tidak mampu membayar pelayanan yang baik, banyak kasus
rujukan yang diterima di Rumah Sakit sudah sangat terlambat
dan gawat sehingga sulit ditolong.9,10
Prevalensi Ibu hamil yang memiliki resiko tinggi di Jawa
Tengah berjumlah 125.841 ibu hamil. Jumlah ibu hamil resiko
tinggi di kota Semarang pada tahun 2012 yaitu 5.680 . Jumlah
kasus ibu hamil dengan resiko tinggi pada tahun 2015 di
bangetayu sebanyak 336 (20% dari jumlah ibu hamil 1008 ).
Cakupan kasus ibu hamil dengan resiko tinggi pada tahun 2015
170%. Pencapaian cakupan tahun ini belum melampaui target
SPM tahun 2015 (80%)
Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengambil judul tentang tingginya angka kejadian kehamilan resiko
tinggi di pukesmas banget ayu.
1.2. Rumusan Masalah
Foktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingginya angka kejadia ibu hamil
resiko tinggi di pukesmas bangetayu
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingginya angka kejadia ibu hamil resiko tinggi berdasarkan
pendekatan HL. Blum
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.

Mengetahui kondisi lingkungan pasien yang berpengaruh

terhadap peningkatan angka kehamilan ibu resiko tinggi

1.3.2.2.

Mengetahui faktor perilaku pasien yang berpengaruh

terhadap peningkatan angka kehamilan ibu resiko tinggi


1.3.2.3.

Mengetahui faktor pelayanan kesehatan pasien yang

berpengaruh terhadap peningkatan angka kehamilan ibu resiko


tinggi
1.3.2.4.

Mengetahui faktor genetik pasien yang berpengaruh

terhadap peningkatan angka kehamilan ibu resiko tinggi


1.3.2.5.

Dapat memberikan solusi terhadap faktor yang berpengaruh

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan Risiko Tinggi adalah suatu kehamilan dimana
jiwa dan kesehatan ibu serta janin atau bayi yang dilahirkan
terancam. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap
kehamilan

dengan

menyebabkan

adanya

wanita

faktor

tersebut

resiko

dan

tertentu

bayinya

akan

menghadapi

morbiditas dan mortalitas yang tinggi selama kehamilan,saat


persalinan dan setelah melahirkan (nifas).1
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan
penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia
memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun
janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan
atau ciri tersebut disebut faktor resiko). Faktor resiko bisa
memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.

2.1. FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN


Sebelum
keadaan

yang

hamil,

seorang

menyebabkan

wanita

bisa

meningkatnya

memiliki
resiko

suatu
selama

kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah


pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal
yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
1,2

2.1.1. Karakteristik ibu


Usia

wanita

mempengaruhi

resiko

kehamilan.

Anak

perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap


terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan
cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-

eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan


berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya
timbul karena mereka belum siap secara psikis maupun fisik.
Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa
saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan". Akibatnya, selain
tidak ada persiapan, kehamilannya pun tidak dipelihara dengan
baik. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat kontraksi
selama

proses

persalinan

tidak

berjalan

lancar

sehingga

kemungkinan operasi sesar jadi lebih besar.


Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ
reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk
menanggung beban kehamilan. Bagian panggul juga belum
cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan letak
janin.

1,2

Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan


defisiensi asam folat dalam tubuh. Akibat kurangnya asam folat,
janin dapat menderita spina bifida (kelainan tulang belakang)
atau janin tidak memiliki batok kepala. Risiko akan berkurang
pada ibu yang hamil di usia tua karena biasanya mereka sudah
mempersiapkan kehamilan dengan baik. 1
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua
hampir mirip pada primigravida muda. Hanya saja, karena faktor
kematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa risiko yang
akan berkurang pada primigravida tua. Misalnya menurunnya
risiko cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risiko
kelainan letak janin juga berkurang karena rahim ibu di usia ini
sudah matang. Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya
yang mengancam primigravida tua justru berkaitan dengan
fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah
menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses
persalinan dan preeklamsia.

1,2

Hal yang patut dipertimbangkan adalah meningkatnya


risiko kelainan sindrom down pada janin, yaitu sebuah kelainan
kombinasi dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik
yang disebabkan kelainan kromosom. Pada kehamilan di bawah
usia 30 tahun kemungkinan adanya sindrom down hanya 1:1600,
tapi di atas 35 tahun menjadi 1:600, dan di usia 40 tahun
menjadi 1:160. Peningkatan beberapa kali lipat ini dikarenakan
perubahan kromosom akibat usia ibu yang semakin tua. Pada
wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan
pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai
kromosom janin.

1,2

Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan


terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau obesitas dan
terhadap keadaan medis lainnya.1 Seorang wanita yang pada
saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih
mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan
(KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan
selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat
sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin
melahirkan

bayi

besar.

Obesitas

juga

menyebabkan

meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah


tinggi selama kehamilan. Seorang wanita yang memiliki tinggi
badan kurang dari 1,4 meter, lebih mungkin memiliki panggul
yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan
melahirkan bayi yang sangat kecil.1,2
2.1.2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran
pada trimester pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk
mengalami keguguran lagi. Keguguran juga lebih mungkin terjadi
pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal

pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi


prematur.
Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita
yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan
1,2

untuk

: kelainan kromosom atau hormon, kelainan struktur

rahim atau leher rahim, penyakit jaringan ikat (misalnya lupus),


reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika

penyebab

terjadinya

keguguran

diketahui,

maka

dilakukan tindakan pengobatan.


Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa
terjadi akibat: Kelainan kromosom pada bayi, diabetes, penyakit
ginjal atau pembuluh darah menahun, tekanan darah tinggi,
Penyalahgunaan obat, Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya
lupus).
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur,
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur
pada

kehamilan

berikutnya.

Seorang

wanita

yang

pernah

melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki
resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada
kehamilan berikutnya.1,2
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat
badan lebih dari 4 kg, mungkin dia menderita diabetes. Jika
selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka
resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun
bayinya meningkat.1,2
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita hamil
ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu. Seorang wanita
yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih,
lebih mungkin mengalami: kontraksi yang lemah pada saat
persalinan (karena otot rahimnya lemah), perdarahan setelah
persalinan (karena otot rahimnya lemah), persalinan yang cepat,

yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina


yang berat, plasenta previa (plasenta letak rendah).
Jika

seorang

wanita

pernah

melahirkan

bayi

yang

menderita penyakit hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki


resiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi jika
darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rhpositif dan
ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi
ini 6.menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin. Pada
kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan
ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua
anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen
untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rhpositif adalahsebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama,
perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan
masalah, tetapi kontak
persalinan

menyebabkan

antara darah ibu dan bayi pada


tubuh

ibu

membentuk

antibodi.

Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada


kehamilan berikutnya. Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rhpositif,

biasanya

pada

ibu

yang

memiliki

Rh-negatif

diberikanimmunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan


antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang
terjadi.

1,2

Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau


eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan
berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan
darah tinggi menahun. Jika seorang wanita pernah melahirkan
bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya
sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa
genetik pada bayidan kedua orangtuanya.

1,2

10

2.1.3. Kelainan struktur


Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya
rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan
resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan
struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau
rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan
resiko terjadinya :
persalinan,

1,2

kelainan

kelahiran prematur, gangguan selama

letak

janin,

kelainan

letak

plasenta,

keguguran berulang.
2.1.4. Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa
membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya. Keadaan
kesehatan yang sangat penting adalah: Tekanan darah tinggi
menahun, Penyakit ginjal, Diabetes, Penyakit jantung yang berat,
Penyakit sel sabit, Penyakit tiroid, Lupus, Kelainan pembekuan
darah.
2.1.5. Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit
keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan
meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada
bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga
sifatnya diturunkan.
2.2. FAKTOR RISIKO SELAMA KEHAMILAN
Seorang

wanita

hamil

dengan

resiko

rendah

bisa

mengalami suatu perubahan yang menyebabkan bertambahnya


resiko yang dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh teratogen
(bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi,
bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bisa

11

mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan


dengan kehamilan.
2.2.1. Obat-obatan atau infeksi
Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat
bawaan jika diminum selama hamil adalah: Alkohol, Phenitoin,
Obat-obat

yang

triamteren

kerjanya

atau

melawan

trimethoprim),

asam

folat

Lithium,

(misalnya

Streptomycin,

Tetracyclin, Talidomide, Warfarin.


Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
Herpes simpleks, Hepatitis virus, Influenza, Gondongan, Campak
Jerman

(rubella),

Toksoplasmosis,

Cacar

air

Infeksi

(varisela),

oleh

Sifilis,

virus

Listeriosis,

coxsackie

atau

sitomegalovirus.
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya,
tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama
hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama
hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita
hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami: komplikasi
plasenta,

ketubah

pecah

sebelum

waktunya,

persalinan

premature, infeksi rahim.


Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya
menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan
efek yang sama terhadap janinnya. Cacat 9 bawaan pada
jantung, otak dan wajah lebih sering ditemukan pada bayi yang
ibunya merokok.
Merokok
meningkatnya

selama
resiko

hamil
terjadinya

juga

bisa

sindroma

menyebabkan
kematian

bayi

mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkanoleh ibu perokok


bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal
pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek
ini

diduga

disebabkan

oleh

karbon

monoksida

(yang

12

menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh)


dan

nikotin

(yang

merangsang

pelepasan

hormon

yang

menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke


plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan
cacat bawaan. Sindroma alkohol pada janin merupakan salah
satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama hamil.
Sindroma ini ditandai dengan: keterbelakangan pertumbuhan
sebelum atau sesudah lahir, kelainan wajah,

mikrosefalus

(ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh


pertumbuhan

otak

yang

dibawah

normal,

kelainan

perkembangan perilaku.
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan
keterbelakangan

mental.

Selain

itu,

alkohol

juga

bisa

menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat


pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku
antisosial dan kurang memperhatikan).

1,2

Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang


mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita
tersebut

adalah

peminum

berat.

Berat

badan

bayi

yang

dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg. Suatu


pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan
biaya

besar,

yaitu

kromatografi,

bisa

digunakan

untuk

mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat,


kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita
hamil.
Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi
terhadap

Anemia,Bakteremia,

Endokarditis,

Abses

kulit,

Hepatitis, Flebitis, Pneumonia, Tetanus dan Penyakit menular


seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah
pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi tersebut juga

13

memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya,


hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim
kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir
prematur. Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak
sebagai

obat

pembuluh

bius

darah.

lokal

dan

Pembuluh

menyebabkan

darah

yang

pengkerutan

mengkerut

bisa

menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin


tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran
darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan
berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta
penyempitan sebagian usus.

1,2

Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain


biasanya

dilakukan

jika:

seorang

wanita

hamil

tiba-tiba

menderita tekanan darah tinggi yang berat, terjadi perdarahan


akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya, terjadi kematian
dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan
prematur,

19%

melahirkan

bayi

yang

pertumbuhannya

terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum


waktunya.
Jika

pemakaian

kokain

dihentikan

setelah

trimester

pertama, maka resiko persalinan prematur dan pelepasan


plasenta

sebelum

waktunya

pertumbuhan janinnya normal.

tetap

meningkat,

tetapi

1,2

2.2.2. Keadaan kesehatan


Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan
oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir
kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan
bayinya dan harus segera diobati. Jika seorang wanita hamil
pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan
pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan
bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal

14

yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah


sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga
bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah
sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut,
diberikan antibiotik.

1,2

Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari


39,4

Celsius)

pada

trimester

pertama

menyebabkan

meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan


sistem

saraf

pada

bayi.

Demam

pada

trimester

terakhir

menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan


prematur.

1,2

2.2.3. Komplikasi kehamilan


1. Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang
tidak sesuai. Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas
Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir. Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif,
ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu
membuat antibodi untuk melawan darah janin. Jika seorang ibu
hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi
terhadap janin setiap 2 bulan.
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan
berikut: setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan
darah janin bercampur, setelah pemeriksaan amniosentesis,
dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan
imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan
antibodi Rh.

2. Perdarahan

15

Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:


Kelainan letak plasenta, Pelepasan plasenta sebelum waktunya,
Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan

pada

trimester

ketiga

memiliki

resiko

terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu


pada saat persalinan. Untuk menentukan penyebab terjadinya
perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher
rahim dan Pap smear.
3. Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan
peregangan rahim dan menekan diafragma ibu. Hal ini bisa
menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau
terjadinya persalinan prematur. Air ketuban yang terlalu banyak
cenderung terjadi pada: ibu yang menderita diabetes yang tidak
terkontrol, kehamilan ganda, inkompatibilitas Rh, bayi dengan
cacat

bawaan

(misalnya

penyumbatan

kerongkongan

atau

kelainan sistem saraf).


Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada: bayi yang
memiliki

cacat

bawaan

pada

saluran

kemih,

bayi

yang

mengalami hambatan pertumbuhan, bayi yang meninggal di


dalam kandungan.
4. Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
- ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher
rahim
- perdarahan
- stress fisik atau mental
- kehamilan ganda
- ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
- bayi berada dalam posisi sungsang
- plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya

16

- ibu menderita tekanan darah tinggi


- air ketuban terlalu banyak
-

ibu

menderita

pneumonia,

infeksi

ginjal

atau

apendisitis.12
5. Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan
meningkatnya

kemungkinan

terjadinya

cacat

bawaan

dan

kelainan pada saat persalinan.12


6. Kehamilan lewat waktu
Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42
minggu, kemungkinan terjadinya kematian bayi adalah 3 kali
lebih besar.12
2.3. Klasifikasi Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan Resiko tinggi dapat digolongkan secara sederhana
berdasarkan2,3 :
A. Demografis / Umum
a. Usia Ibu
Primipara kurang dari 18 tahun
Kehamilan diatas 35 tahun
Perkawinan diatas 5 tahun ( anak mahal )
b. Suku /Ras
Bukan ras Kaukasia
Kecenderungan BBLR pada bayi kulit hitam
c. Status Sosio Ekonomi
Keadaan keuangan yang buruk
Lingkungan yang buruk
Masalah sosial yang berat / Kelas sosial
Pekerjaan orang tua
Pendidikan orang tua
d. Status Perkawinan

17

Orang tua tunggal


Orang tua tidak menikah
B. Riwayat Obstetri Terdahulu
a. Paritas
Primigravida tua primer atau sekunder
Grandemultipara
b. Riwayat kehamilan yang buruk
Pernah Keguguran ( Keguguran yang berulang lebih
dari 2 kali )
Kehamilan dengan kelainan letak

Sering

mengalami

perdarahan

saat

hamil

perdarahan antepartum (solusio plasenta / plasenta


previa)
Terjadi Infeksi saat hamil
Riwayat Mola hidatidosa atau Korio Karsinoma
Kehamilan ganda dan juga Hydramnion
Kehamilan dengan Preeklamsia dan Eklampsia
Gravida Serotinus
Riwayat IUFD
Kehamilan Ektopik
c. Riwayat persalinan terdahulu
Riwayat persalinan dengan tindakan (Ekstraksi
vakum, Ekstraksi Forceps, Operasi Sectio Caesaria,
Ekstraksi Plasenta manual)
Riwayat persalinan prematur dua kali atau lebih
Riwayat persalinan lahir mati
Riwayat persalinan dengan perdarahan pasca salin
Riwayat persalinan dengan berat bayi lahir rendah
Riwayat persalinan dengan induksi
Terdapat Disproporsi Sevalopelvik
Sangkaan Dismaturitas

18

d. Komplikasi medis dari kehamilan yang berhubungan


dengan:
Anemia
Hipertensi ( Tekanan darah > 140/90 mmHg )
Penyakit jantung ( RHD, CHD )

Hamil

dengan

penyakit

menular

seksual

( Chlamidia, HIV, GO )
Hamil dengan Penyakit Metabolik ( DM, Penyakit
Thyroid )
Hamil dengan Kejang
Hamil dengan obesitas
Hamil dengan penyakit ginjal ( Glomerulonephritis,
Nefrotik syndrome )
Hamil dengan penyakit hepar ( Hepatitis )
Hamil dengan penyakit paru ( TBC, Asma bronchiale
)

Hamil

dengan

kelainan

endokrin

Pituitary,

Adrenal )

Hamil

dengan

penyakit

gastrointestinal

( Appendicitis )
e. Hasil kehamilan
Kelainan Kongenital ( Kemungkinan untuk berulang )
misalnya : Hidrosepalus, anensepalus, kembar siam
f. Riwayat infertilitas
C. Riwayat Medis Terdahulu
a. Perokok
b. Penyalahgunaan Alkohol
c. Penyalahgunaan Obat-obatan
d. Ibu yang sedang sakit kronis dan sedang mendapatkan
pengobatan
e. Riwayat operasi

19

Operasi plastik pada fistel vagina atau tumor vagina


Operasi persalinan atau operasi pada rahim
Riwayat adanya masalah dengan anastesi
D. Riwayat Ginekologi
a. Subfertilitas
b. Kontrasepsi
c. Ketidakteraturan pola menstruasi
E. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Kelainan kongenital
b. Diabetes Mellitus
c. Hipertensi
d. Penyakit ginjal
F. Pemeriksaan Fisik
a. Hasil pemeriksaan umum :
Berat badan ibu
BB < 45 kg (Resiko bayi IUGR)
BB > 65 kg (Hipertensi, Diabetes Gestasional)
Tinggi badan ibu <145 cm
Deformitas pada tulang belakang
b. Hasil pemeriksaan Kehamilan (Faktor resiko yang timbul
selama kehamilan) :
Kehamilan Triemster I
Hiperemesis gravidarum berat
Perdarahan
Nyeri abdomen
Infeksi Intrauterine (CMV, TORCH)
Kehamilan Trimester II dan III
Perdarahan
Preeklamsi, Eklampsi
Gangguan pertumbuhan
Hidramnion

20

Kehamilan ganda
Saat Inpartu
Keadaan Resiko Tinggi Dari Sudut Ibu
- Ketuban Pecah dini
- Persalinan lama melampaui batas waktu
perhitungan partograf WHO
- Persalinan terlantar
- Ruptura uteri imminens
- Ruptura uteri
- Persalinan kelainan letak janin 18
-

Distosia

karena

tumor

jalan

lahir,

distosia bahu bayi atau bayi yang besar


- Perdarahan antepartum
- Retensio plasenta
Keadaan Resiko Tinggi Ditinjau Dari Janin
- Distres Janin
- Pecah ketuban disertai perdarahan
- Dismaturitas
- Makrosomia
- Infeksi Intrauterine
- Pembentukan kaput yang besar
Keadaan Resiko Tinggi Paska Partus
- Persalinan dengan Retensio plasenta
- Atonia uteri paska partus
- Persalinan dengan robekan perineum yang
luas, robekan serviks, vagina dan juga ruptura
uteri.
G. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis (Glukosuria, Proteinuria, Hematuria)
b. Pemeriksaan darah rutin dan skrining antibody : Hb < 10
mg/dl

21

c. Skrining serologis untuk Rubella, HIV, dan sebagainya


tergantung dari
prevalensi tempat ibu hamil berada (Mis : Hepatitis, HIV)
d. Skrining serologis untuk anomali janin (Mis: Neural Tube
Defect,
Downs Syndrome)
2.4. Penilaian Kehamilan Dalam Resiko Tinggi
Ada 2 cara menetukan pengelompokkan kehamilan resiko
tinggi, yaitu kriteria, dan cara nilai (skor). Keduanya diperoleh
dari anamnesis tentang umur, paritas, riwayat kehamilan dan
persalinan yang lalu, pemeriksaan lengakp kehamilan sekarang,
dan pemeriksaan laboratorium penunjang yang diperlukan.
Kasus-kasus yang telah dikumpulkan diteliti terhadap resiko yang
terjadi terhadap ibu dan anak.4
Cara kriteria
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai
institut

berbeda-beda,

namun

dengan

tujuan

yang

sama

mencoba mengelompokkan kasuskasus resiko tinggi.


Rochayati dkk mengemukakan kriteria kehamilan resiko tinggi
sebagi berikut :

Primi Muda
Primi tua
Primi tua sekunder
Umur 35 tahun atau lebih
Tinggi badan 145 cm atau kurang
Grandemultiupara
Riwayat persalinan yang buruk
Bekas seksio sesaria
Preeklampsia
Hamil serotinus
Perdarahan antepartum
Kelainan letak
Kelainan medis dan lain-lain

22

Dealy (Medan) memakai krieteria sebagai berikut

Komplikasi obstetrik
a. Umur
- 19 tahun atau kurang
- 35 tahun ke atas
b. Paritas
- Primigravida
- Grandemultipara (para lebih dari 6)
c. Riwayat persalinan yang lalu
- 2 kali abortus atau lebih
- 2 kali partus prematurus atau lebih
- Kematian janin dalam kandungan atau kematian
perinatal
- Perdarahan pasca persalinan
- Preeklampsi dan eklampsi
- Kehamilan mola
- Pernah ditolong secara obstetri operatif
- Pernah operasi ginekologi
- Pernah insersia uteri
d. Disporposi cefalo pelvik
e. Perdarah antepartum
f. Pre eklampsi dan eklampsi
g. Kehamilan ganda
h. Hidramnion
i. Kelainan letak pada hamil tua
j. Dismaturitas
k. Kehamilan pada infertilitas
l. Persaliinan terakhir 5 tahun atau lebih
m. Inkompetensi servik 21
n. Postmaturitas
o. Hamil dengan tumor (mioma atau kista ovarii)
p. Uji serologik lues positif

23

Komplikasi medis

Anemia, Hipertensi, Penyakit jantung, Diabetes melitus,


Obesitas, Penyakit saluran kencing, Penyakti hati, Penyakti
paru, Penyakit-penyakit lain dalam kehamilan
Cara Nilai (skor)
Bagi tenaga paramedik atau tenaga kesehatan lainnya,
memang agak sulit menggolongkan kasus resiko tinggi denga
cara kriteria. Maka dibuatlah cara yang lebih praktis yaitu
membuat daftar nilai yang dapat diisi oleh paramedis. Sebagai
contoh,

disini

dikemukakan

daftar

skor

oleh

Rochayati

(Surabaya). Daftar skor ini dapat diisi pada setiap kaus yang
datang waktu pemeriksaan antenatal. Dengan perhitungan
secara statistik diperoleh nilai 150 sebagai batas pemisah antara
kehamilan

resiko

tinggi

dan

bukan

resiko

tinggi.

Dasar

perhitungan dibuat setelah mengadakan penelitian dan evaluasi


terhadap hasil persalinan berupa prematurisa, skor APGAR
dibawah 7, dan kematian perinatal.4
2.5. Deteksi Dan Pencegahan
Untungnya semua kelainan yang menjadi risiko kehamilan
di usia rawan sudah bisa dideteksi. Sebagian malah dapat
dicegah dan yang lain bisa dirawat sehingga mengurangi tingkat
morbiditas dan mortalitasnya. Tekanan darah, misalnya bisa
diukur

dan

diobati

sehingga

dapat

mencegah

terjadinya

preeklamsia. Kasus plasenta previa juga dapat ditangani dengan


bedah sesar Jadi sebagian kelainan bisa dikoreksi. Sebagian lagi
bisa dipantau dengan ketat dan yang lain bisa diatasi dengan
melakukan tindakan untuk pertolongan.
Usaha

pencegahan

penyakit

pada

kehamilan

dan

persalinan tidak hanya pada segi medis atau kesehatan saja.

24

Faktor sosial ekonomi rendah juga tidak terlepas dari kemiskinan,


kebodohan, ketidaktahuan, mempunyai kecenderungan untuk
menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam keluarga
berencana. Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah
juga akan mengakibatkan gizi ibu dan perilaku pemanfaaatan
kesehatan yang buruk.13,14
Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaan pusatpusat pelayanan yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil
untuk mendapat asuhan prenatal yang baik, cakupan yang luas
dan jumlah pemeriksaan yang cukup.

13,14

Di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri


sekitar 15 kali selama kehamilannya.Sedangkan di Indonesia
biasanya wanita hamil hanya memeriksakan diri 4-5 kali.

13,14

Jadi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa usaha


yang

dapat

dilakukan

untuk

pencegahan

penyulit

pada

kehamilan dan persalinan adalah :


1. Asuhan prenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita
hamil
2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem
rujukan kesehatan
3. Peningaktan pelayanan gawat darurat sampai ke lini
terdepan
4. Peningakatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi,
masalah kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan
status sosial ekonominya
5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tingggi melalui program
keluarga berencana
6. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus
lebih sering dan lebih intensif.13,14
Kelainan yang tidak dapat dicegah adalah sindrom down.
Satu-satunya cara untuk meminimalkan risiko ini adalah ibu
harus hamil di usia reproduksi sehat. Namun kelainan tersebut
dapat

dideteksi

dengan

screening

darah

dan

USG

pada

25

kehamilan dini. Tapi deteksi terakurat hanyalah melalui tindakan


amniosentesis atau mengambil contoh jaringan janin untuk
dilihat

kromosomnya.

jika

janin

terbukti

menderita

down

syndrome maka dokter bisa melakukan konseling pada suamiistri. Apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan oleh dokter,
apakah kehamilan akan diteruskan atau tidak. Bila diteruskan
bagaimana risikonya dan lainnya.

1,2

2.6. Strategi Penanganan Kehamilan Resiko Tinggi


Setiap

kasus

kehamilan

resiko

tinggi

memerlukan

penanganan yang lebih intensif selama kehamilan, persalinan,


maupun masa nifas oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman.
Penanganan

dilakukan

sesuai

dengan

faktor

resiko

yang

dijumpai, dan kalau perlu penderita dirujuk ke tempat-tempat


yang lebih mampu menanganinya dimana tersedia tenaga dan
fasilitas yang memadai5.
Pengawasan selama kehamilan dengan cara melakukan
koreksi terhadap faktor resiko yang dijumpai, serta melakukan
monitoring kadaan janian di dalam kandungan. Dengan demikian
dapat diambil sikap yang sebaik-baiknya untuk menetukan waktu
dan

cara

pengakhiran

kehamilannya.Untuk

tujuan

tesebut,

perawatan antenatal/prenatal jelas memegang peranan yang


sangat penting. Demikian juga proses pengawasan selama
proses persalinan, kadaan janin harus meliputi secara seksama
dan pertolongan persalinan harus diverikan dengan sebaikbaiknya. Sehingga dapat ditentukan cara dan waktu yang tepat
untuk mengakhiri persalinan 5.
Perawatan postpartum dengan fasilitas resusitasi bayi dan
perawatan khusus untuk bayi-bayi BBLR serta asfiksia serta
neonatorum juga sangat penting. Disamping itu dianjurkan juga
perawatan pada masa antar konsepsi seperti :

26

perbaikan gizi, pengobatan anemia, penyembuhan penyakit


kronis, dan untuk mengikuti keluarga berencana.
Untuk penanganan yang menyeluruh diperlukan kerjasama
yang baik antara beberapa tenaga ahli seperti ahli kebidanan,
ahli kesehatan anak, ahli penyakit dalam, ahli anestesi, dan
sebagainya. Juga tidak kalah pentingnya kerja sama dengan
petugas-petugas kesehatan diluar rumah sakit, terutama dalam
hal konsultasi dan rujukan5.
Perawatan Prenatal
Sasaran perawatan prenatal adalah menjamin bahwa
setiap kehamilan yang diinginkan diberi kesempatan maksimal
untuk mencapai puncaknya delam melahirkan seorang bayi yang
sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu6.
Pada

kunjungan

prenatal

pertama,

anamnesis

yang

menyeluruh harus dilakukan termasuk penilaian resiko dengan


melakukan skrining awal seperti : umur ibu, cara melakukan
konsepsi, riwayat medis sebelumnya, riwayat keluarga, riwayat
obstetri sebelumnya, dan juga pemeriksaan fisik. Penilaian resiko
dapat dilakukan dengan cara yang telah diorganisasikan dengan
menggunakan

bentuk

standar

seperti

yang

telah

dibahas

diatas5,6.
Dan selama kehamilan dilakukan juga pemeriksaan rutin.
Dalam memerintahkan pemeriksaan laboratorium, keseimbangan
antara

keuntungan

informasi

yang

diperoleh

dan

biaya

pemeriksaan sebaiknya ditekan. Pemeriksaan 26 laboratorium


tertentu, yang telah bersifat tradisional atau secara hukum
diamanatkan,

dapat

dipertanyakan

dari

sudut

pandang

kefeektifan biaya. Karena itu individualisasi yang tepat harus


digunakan pada tiap pasien prenatal.Tabel berikut mencatumkan
pemeriksaan yang biasa dilakukan 5,6.
Tabel 2. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemriksaan Prenatal

27

Pada perawatan prenatal berikutnya pengawasan yang


cermat pada pasien obstetrik diarahkan untuk pengenalan
masalah yang timbul yang dapat mempengaruhi janini secara
buruk seperti : kenaikan berat badan ibu, urinalisa, tekanan
darah,perkiraan

umur

gestasi,pemeriksaan

fundus

uteri,

pemeriksaan perut, penilaian kesehatan janin, pemeriksaan non


stress, penilaian ultrasonografi, dan uji tekanan kontraksi. 5,6
Menilai kehamilan untuk menetukan resiko seperti juga
melakukan

pemantuan

pemantauan

yang

cermat

untuk

mengenali munculnya resiko dalam kehamilan harus dilakukan


sedini mungkin pada masa kehamilan. Konseling prakonsepsi
pada pasien yang diketahui memiliki kelainan medis atau genetik
dapat

membantu

mencapai

hasil

yang

lebih

menjanjikan.

Perawatan prenatal yang dilakukan sedini dan sesering mungkin


membantu dokter untuk mengidentifikasi munculnya resiko pada
kehamilan. Ditambah lagi kehamilan yang diidentifikasi memiliki
komplikasi, satu atau lebih masalah dapat diikuti dengan
bermacam-macam teknik pengawasan ibu dan janin untuk
memaksimalkan terapi terapeutik5,6.

28

BAB III
ANALISA SITUASI
IDENTITAS
Nama

: Ny. S

Umur

: 37 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Pedagamg

Alamat

: Bangetayu Kulon rt 8 rw 03

Suku/ Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

TTL

: 28 November 1978

Nama Suami

: Tn. M/ 39 tahun

Pendidikan Suami : SMP


Pekerjaan Suami : Pedagang
ANAMNESIS
Anamnesis Utama: diberikan oleh pasien
Keluhan Utama: Riwayat penyakit sekarang:
-

Tidak ada pelepasan lendir campur darah

Tidak ada pelepasan air dari jalan lahir

Pergerakan janin masih dirasakan

Pasien sebelumnya telah direncanakan untuk operasi tanggal 15 Januari


2016

Tidak terdapat makanan tambahan selama kehamilan.

Riwayat penyakit dahulu:


-

Penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit hati, penyakit ginjal,


penyakit darah tinggi, penyakit kencing manis disangkal pasien

Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

29

Pemeriksaan Antenatal (ANC)


ANC dilakukan pada sebanyak 3 kali di bidan dan 1 kali dipukesmas
Mendapatkan suntikan Tetanus Toksoid sebanyak 2 kali.
Riwayat Haid
-

Haid pertama dialami pada usia 12 tahun dengan siklus yang teratur dan
lamanya haid setiap siklus adalah 3 - 4 hari. HPHT tanggal 8 April 2015,
taksiran tanggal partus 15 Januari 2016.

Riwayat Keluarga
-

Pernikahan dengan suami yang sekarang merupakan pernikahan pertama


dan sudah berlangsung 19 tahun. Pasien mempunyai 3 orang anak.
Setelah ini, pasien sudah tidak ingin punya anak lagi. Riwayat gemelli (-)

Keluarga Berencana
Pasien pernah ikut KB suntik. Pasien telah berhenti KB selama 1 tahun.
Riwayat kehamilan terdahulu
1. Pasien melahirkan anak pertama, perempuan pada tahun 1997, lahir
normal, berat badan lahir 3500 gr, hidup, lahir di bidan.
2. Pasien melahirkan anak pertama, laki-laki pada tahun 2009,

lahir

normal, berat badan lahir 3500 gr, hidup, lahir di bidan.


3. Pasien melahirkan anak ketiga, laki-laki pada tahun 2011,

lahir

melalui SC atas indikasi KPD, berat badan lahir 3500 gr, hidup, lahir di RS
Sultan Agung.
4. Ini (2015)

30

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
- Keadaan Umum
- Kesadaran

: Cukup

: Compos mentis

- Tekanan darah : 130/80 mmHg


- Nadi

: 80 kali/menit

- Pernapasan

: 24 kali/menit

- Suhu Badan

: 36,7 o C

- BB/TB : 83 kg / 155 cm
- Gizi

: Cukup

- Kepala : Kepala bentuk simetris, kedua konjungtiva tidak


anemis, kedua sklera tidak ikterik, telinga normal, tidak
ada sekret yang keluar dari liang telinga, hidung bentuk
normal dan tidak ada sekret, tenggorokan tidak hiperemis,
karies dentis tidak ada
- Leher : Tidak ditemukan pembengkakan kelenjar getah
bening.
- Dada : Bentuk simetris normal.
- Jantung

: Bunyi jantung I dan II normal, tidak

terdengar bising jantung.


- Paru-paru

: Tidak ditemukan rhonki dan wheezing di

kedua lapangan paru.


- Abdomen

: Hepar dan lien sukar di evaluasi

- Anggota gerak: Tidak ditemukan edema, varises tidak ada


- Refleks fisiologis
- Refleks patologis : -/-

: +/+

31

Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
-

TFU

Letak janin

: Letak Kepala Punggung Kiri

BJA

His

32 cm

(+) 130 - 150

: jarang - jarang

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
-

Hb

: 10,6 gr%

DIAGNOSIS SEMENTARA
G4P3A0, 37 tahun, hamil 34 35

minggu, Janin intrauterin,

tunggal, hidup, letak kepala dengan resiko tinggi, usia 37


tahun, paritas 3, bekas SC 1 kali dan anemia

32

BAB IV
ANALISA PEMBAHASAN
Pada anamnesis didapatkan pasien berumur 37 tahun dengan kehamilan keempat, dari anamnesis ditemukan belum ada pelepasan lendir campur darah,
belum ada pelepasan air dari jalan lahir dan pergerakan janin masih dirasakan.
Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8 April 2015. Kehamilan sebelumnya
sebanyak tiga kali dengan persalinan melalui persalinan normal pada tahun 1997
dan 2009,

seksio sesarea pada tahun 2011 atas indikasi KPD. Berdasarkan

anamnesis ditemukan bahwa usia kehamilan telah mencapai kehamilan 34 35


minggu dengan taksiran tanggal 15 Januari 2016.
Kehamilan pada pasien ini dapat dikategorikan kehamilan resiko tinggi
dimana pada ibu terdapat faktor resiko seperti usia lebih dari 35 tahun, paritas 3,
bekas seksio satu kali. Skor yang didapat berdasarkan daftar skor menurut
Rochyati (Surabaya) adalah 22 dimana batasan kehamilan resiko tinggi dengan
bukan resiko tinggi adalah 12. Rochyati dkk mengelompokkan kehamilan resiko
tinggi dan kehamilan bukan resiko tinggi berdasarkan kriteria seperti primimuda,
primitua, primitua sekunder, umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan 145 cm atau
kurang, riwayat persalinan buruk, bekas seksio sesarea, preeklamsi, perdarahan
antepartum, usia kehamilan kelainan letak, kelainan medis, status perkawinan.11
Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada seorang ibu hamil, maka
semakin tinggi risiko kehamilannya. Riwayat obstetri yang buruk seperti
persalinan dengan tindakan, perdarahan, partus lama, bekas seksio sesaria akan
mempengaruhi kematian maternal. 15% persalinan yang terjadi di negara
berkembang merupakan persalinan dengan tindakan, dalam hal ini seksio sesarea
paling sering dilakukan. Semua persalinan dengan tindakan memiliki risiko, baik
terhadap ibu maupun bayinya. Sebagian risiko timbul akibat sifat dari tindakan
yang dilakukan, sebagian karena prosedur lain yang menyertai, seperti anestesi
dan transfusi darah, dan sebagian lagi akibat komplikasi kehamilan, yang
memaksa dilakukannya tindakan.3,8
Status reproduksi yang berperan penting terhadap kejadian kematian
maternal adalah usia ibu hamil, jumlah kelahiran, jarak kehamilan dan status

33

perkawinan ibu. Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia
berisiko untuk hamil dan melahirkan. The Fifth Annual State of the Worlds
Mothers Report, yang dipublikasikan oleh The International Charity Save The
Children, melaporkan bahwa setiap tahun, 13 juta bayi dilahirkan oleh wanita
yang berusia < 20 tahun, dan 90% kelahiran ini terjadi negara berkembang. Para
wanita ini memiliki risiko kematian maternal akibat kehamilan dan kelahiran dua
sampai lima kali lebih tinggi bila dibandingkan wanita yang lebih tua. Risiko
paling besar terdapat pada ibu berusia 14 tahun.3,12
Penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa risiko kematian maternal
lima kali lebih tinggi pada ibu berusia 10 14 tahun daripada ibu berusia 20 24
tahun, sedangkan penelitian yang dilakukan di Nigeria menyebutkan bahwa
wanita usia 15 tahun memiliki risiko kematian maternal 7 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang berusia 20 24 tahun.12,13
Kehamilan di atas usia 35 tahun menyebabkan wanita terpapar pada
komplikasi medik dan obstetrik, seperti risiko terjadinya hipertensi kehamilan,
diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal dan gangguan fungsi paru.
Kejadian perdarahan pada usia kehamilan lanjut meningkat pada wanita yang
hamil di usia > 35 tahun, dengan peningkatan insidensi perdarahan akibat solusio
plasenta dan plasenta previa. Persalinan dengan seksio sesaria pada kehamilan di
usia lebih dari 35 tahun juga meningkat, hal ini terjadi akibat banyak faktor,
seperti hipertensi kehamilan, diabetes, persalinan prematur dan penyebab kelainan
pada plasenta.13
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa kematian
maternal akan meningkat 4 kali lipat pada ibu yang hamil pada usia 35 39 tahun
bila dibanding wanita yang hamil pada usia 20 24 tahun. Usia kehamilan yang
paling aman untuk melahirkan adalah usia 20 30 tahun. 8,10,13
Paritas 2 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 (belum pernah melahirkan / baru melahirkan pertama kali)
dan paritas > 4 memiliki angka kematian maternal lebih tinggi. Paritas 1 dan
usia muda berisiko karena ibu belum siap secara medis maupun secara mental,
sedangkan paritas di atas 4 dan usia tua, secara fisik ibu mengalami kemunduran
untuk menjalani kehamilan. Akan tetapi, pada kehamilan kedua atau ketigapun

34

jika kehamilannya terjadi pada keadaan yang tidak diharapkan (gagal KB,
ekonomi tidak baik, interval terlalu pendek), dapat meningkatkan risiko kematian
maternal. Menurut hasil SKRT 2001, proporsi kematian maternal tertinggi
terdapat pada ibu yang berusia > 34 tahun dan paritas > 4.3,4,14
Jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) dapat
meningkatkan risiko untuk terjadinya kematian maternal. Persalinan dengan
interval kurang dari 24 bulan (terlalu sering) secara nasional sebesar 15%, dan
merupakan kelompok risiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan
kematian ibu. Jarak antar kehamilan yang disarankan pada umumnya adalah
paling sedikit dua tahun, untuk memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari
kebutuhan ekstra pada masa kehamilan dan laktasi. Penelitian yang dilakukan di
tiga rumah sakit di Bangkok pada tahun 1973 sampai 1977 memperlihatkan
bahwa wanita dengan interval kehamilan kurang dari dua tahun memiliki risiko
dua setengah kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan wanita yang
memiliki jarak kehamilan lebih lama.4,8
Pada anamnesis juga ditemukan bahwa pasien melakukan pemeriksaan
antenatal care sebanyak 4 kali yaitu sebanyak 3 kali di bidan dan 1 kali
dipukesmas
Akses terhadap pelayanan kesehatan memegang peranan yang penting. Hal
ini meliputi antara lain keterjangkauan lokasi tempat pelayanan kesehatan, dimana
tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis/sulit dicapai oleh para ibu
menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, jenis
dan kualitas pelayanan yang tersedia dan keterjangkauan terhadap informasi.
Akses terhadap tempat pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor,
seperti lokasi dimana ibu dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi, pemeriksaan
antenatal, pelayanan kesehatan primer atau pelayanan kesehatan rujukan yang
tersedia di masyarakat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu bidan, dokter dan
perawat yang sudah terlatih. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil
dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat.
Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuan satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan sebelum 14 minggu),

35

satu kali selama trimester kedua (antara 14 sampai dengan 28 minggu), dan dua
kali selama trimester ketiga (antara minggu 28 s/d 36 minggu dan setelah 36
minggu).4,10
Pada pasien ini pemeriksaan antenatal care sudah dilakukan sebanyak
jumlah minimal yang disarankan, akan tetapi mengingat banyaknya faktor resiko
kehamilan, seharusnya pasien menjalani pemeriksaan antenatal care lebih sering
dan lebih teratur. Khusus pada pasien dengan bekas seksio, terutama bekas seksio
dua kali disarankan untuk pemeriksaan secara teratur di RS karena resiko
ancaman ruptur uteri yang lebih besar. Pada pasien ini juga sudah direncanakan
seksio sesarea elektif begitu kehamilan aterm.
Hal ini dilakukan dimana pasien dengan bekas seksio dua kali memiliki
resiko tiga kali lebih besar terjadinya ruptur uterus, sehingga jika kehamilan telah
mencapai usia 37-38 minggu (aterm), pasien dapat dianjurkan untuk masuk RS
dan direncanakan untuk seksio elektif untuk menghindari terjadinya ruptur uterus
dan pada usia kehamilan ini dipertimbangkan bahwa janin sudah memungkinkan
untuk hidup diluar kandungan.17,18,19
Pada umumnya kematian maternal di negara negara berkembang,
berkaitan dengan setidaknya satu dari tiga keterlambatan (The Three Delay
Models). Keterlambatan yang pertama adalah keterlambatan dalam mengambil
keputusan untuk mencari perawatan kesehatan apabila terjadi komplikasi
obstetrik. Keadaan ini terjadi karena berbagai alasan, termasuk di dalamnya
adalah keterlambatan dalam mengenali adanya masalah, ketakutan pada rumah
sakit atau ketakutan terhadap biaya yang akan dibebankan di sana, atau karena
tidak adanya pengambil keputusan, misalnya keputusan untuk mencari
pertolongan pada tenaga kesehatan harus menunggu suami atau orang tua yang
sedang tidak ada di tempat. Keterlambatan kedua terjadi setelah keputusan untuk
mencari perawatan kesehatan diambil. Keterlambatan ini terjadi akibat
keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan dan pada umumnya terjadi
akibat kesulitan transportasi. Keterlambatan ketiga yaitu keterlambatan dalam
memperoleh perawatan di fasilitas kesehatan. Seringkali para ibu harus menunggu
selama beberapa jam di pusat kesehatan rujukan karena manajemen staf yang
buruk, kebijakan pembayaran kesehatan di muka, atau kesulitan dalam

36

memperoleh darah untuk keperluan transfusi, kurangnya peralatan dan juga


kekurangan obat obatan yang penting, atau ruangan untuk operasi.4
asupan nutrisi pasien tidak membedakan apakah dia hamil atau tidak , tidak
terdapat makanan tambahan selama kehamilan, untuk hasil laboratorium
menunjuakan hb 10,6 sehingga kurang mencakup dari target hb selama ibu hamil.
4.1. Daftar Masalah
4.1.1. Faktor Lingkungan
4.1.2. Faktor Perilaku
a. Resiko tinggi dengan dropout kb
b. Kurang pengetahuan tentang bahawa ibu hamil
resiko tinggi
c. Kurangnya konsumsi makanan untuk ibu hamil
4.1.3. Faktor pelayanan kesehatan
4.1.4. Faktor genetik
4.2. Diagram HL BLUM
Pelayanan Kesehatan:

Genetik
Tidak ada masalah

Ibu Hamil
RISTI

Lingkungan
Tidak ada masalah

37

4.3.

Prioritas Masalah
Permasalahan yang teridentifikasi tersebut kamudian

ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan


mmetode hanlon kulitatif dengan 3 kelompok kriteria :
Perilaku
1. Kelompok Kriteria U : Mendesak (Urgency)
a. Resiko tinggi dengan dropout
NO
1
2
3
TH
kb
b. Kurang pengetahuan tentang
1
+
+
2
bahawa ibu hamil resiko tinggi
2
0
c. Kurangnya konsumsi makanan
3

untuk ibu hamil

TH
Gambar 1 Diagram HL. Blum

TV
Total

2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan


NO
1
2
3
TH
TV
Total

2
+

3
+
-

TH
2
0
0

38

3. Kelompok Kriteria G : Growth


NO
1
2
3
TH
1
+
+
2
2
+
1
3
0
TH
TV
Total
Keterangan
1. Resiko tinggi dengan dropout kb
2. Kurang pengetahuan tentang bahawa ibu hamil resiko
tinggi
3. Kurangnya konsumsi makanan untuk ibu hamil
Urutan Prioritas Masalah
Masalah
1
2
3

U
2
0
0

S
2
0
0

G
2
1
0

Total
6
1
0

Prioritas
1
2
3

Daftar prioritas
1. Resiko tinggi dengan dropout kb
2. Kurang pengetahuan tentang bahawa ibu hamil resiko
tinggi
3. Kurangnya konsumsi makanan untuk ibu hamil
Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Metode

Tempat

Waktu

Konsultasi
kb

Penggunaan
kb

Pasien
dan
Suami

Rumah ibu
S

28
Novemb
2015

Pemberian
susu ibu
hamil dan
konsultasi
gizi

Meningkatkan
nutrisi ibu
hamil

pasien

Konsultasi
langsung
dua arah
dengan
pasien dan
suami
Komunikasi
dan
Pemberian
langsung
kepada
pasien

Rumah ibu
S

2
desemb
2015

34

Pemberian
leaflet Ibu
hamil Risti

Menambah
pengetahuan
tentang
bahawa
kehamilan risti

Konsultasi
Memotivasi
progam ibu pasien untuk
hamil
mengikuti
kelas bumil
4.4.

Pasien
dan
tetanggatetangga
pasie
pasien

Plan of Action (POA)

Pemberian
secara
langsung
kepada
pasien dan
tetangga
Komunikasi
langsung
kepada
pasien dan
keluarga

Bangetayu
kulon rt 8

2
desemb
2015

Rumah ibu
S

28
novemb
2015

35

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari analisa pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
a. Penyebab masih tingginya angka kejadian ibu hamil resiko
tinggi di wilayah pukesmas Bangetayu oleh karena :
I. Faktor Perilaku
1. Resiko tinggi dengan dropout kb
2. Kurang pengetahuan tentang bahawa ibu
hamil resiko tinggi
3. Kurangnya konsumsi makanan untuk ibu
hamil
5.2. Saran
Pada saat

kehamilan

perlu

dilakukan

pemeriksaan

antenatal yang baik. Secara khusus, pasien dengan bekas


seksio sebelumnya sebaiknya diedukasi untuk melahirkan

di RS dan jarak kehamilan yang lebih dari 2 tahun.


Memotivasi ibu hamil yang berada di wilayah tersebut
untuk mengikuti progam-progam ibu hamil salah satunya
kelas ibu hamil

36

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.

Maternal

mortality

in

2000.

Department

of

Reproductive Health and Research WHO, 2003.


2. Wikjosastro

H,

Saifuddin

AB,

Rachimhadhi

T.

Ilmu

kebidanan Ed. III. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2006
3. Tim Kajian AKI-AKA, Depkes RI. Kajian kematian ibu dan
anak di Indonesia.
4. UNFPA,

SAFE

Research

study

and

impacts.

Maternal

mortality update 2004, delivery into good hands. New York,


UNFPA; 2004.
5. Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta.
EGC. 2012.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta;
Depkes R.I, 2004.
7. Leveno KJ. Sesar dalam Obstetri Williams Panduan Ringkas.
Hal 247 258. Jakarta. EGC. 2009.
8. Royston E, Amstrong S. Pencegahan kematian ibu hamil.
Alih bahasa : Maulany R.F. Jakarta. Binarupa aksara. 1998.
9. Wiyati N. Hubungan perawatan antenatal dan penolong
pertama dengan kematian maternal di propinsi daerah
istimewa yogyakarta. Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. 2004.
10.

Depkes RI. Pedoman pelayanan antenatal di tingkat

pelayanan dasar. Ditjen Binkesmas. Jakarta. 1994.


11.

Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 2.

Jakarta. EGC. 2012


12.

London SM. Pregnancy and childbirth are leading

causes of death in teenage girls in developing countries.


British Medical Journal Vol 328. 2004 : 1152.

37

13.

De Cheney AH, Nathaan L. Current obstetric and

gynecologic diagnosis and treatment. 9thedition. Mc. Graw


Hill, Inc. 2003.
14.

Djaja S, Mulyono L, Afifah T, Penyebab kematian

maternal di Indonesia, survey kesehatan rumah tangga


2001. Majalah Kedokteran Atmajaya vol 2 No. 3, 2003:191202.
15.

Razum O, Jahn A, Snow R. Maternal mortality in the

former

east

germany

before

and

after

reunification:

changes in risk by marital status. British Medical Journal Vol


319. 1999; 1104 1105.
16.

Cunningham, MacDonald, Grant. Operative Obstetric,

cesarean Delivery and Postpartum Hysterectomi, William


Obstetric 21th ed, 2001, 537-60
17.

Manuaba, IBG. Pertolongan Persalinan Bekas Seksio

Sesarea dalam Penunutun Kepanitraan Klinik Obstetri dan


ginekologi Edisi 2. Hal 123 125 Jakarta. EGC 2004
18.

Manuaba, IBG. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin

Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta. EGC 2001


19.

Achadiat CM. Bekas Seksio Sesarea dalam Prosedur

Tetap Obstetri dan Ginekologi. Hal 55 62. Jakarta. EGC


2004
20.

Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 1.

Jakarta. EGC. 2012


21.
2008

Gunawan GS. Farmakologi dan Terapi. Jakarta. FKUI.

38

DOKUMENTASI

You might also like