You are on page 1of 5

DISFUNGSI MUSKULOSKELETAL DEFEK

KONGENITAL
A. Pengertian Disfungsi Muskuloskeletal Defek Kongenital
Disfungsi Muskuloskeletal Defek Kongenital adalah gangguan pada bagian-bagian
otot skeletel yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan
terus menerus dalam waktu yang lama dan akan dapat menyebabkan keluhan pada sendi,
ligamen, dan tendonn yang diperoleh dari faktor keturunan.
Klasifikasi Disfungsi Muskuloskeletal Defek Kongenital :
1. Development Displasia Of The HIP
Pengertian:
Adalah kelompok kelainan abnormal tulang panggul, yang mencakup subluksasi, dislokasi
dan preluksasi.
Penyebab:
Efek esterogen maternal pada janin, menyebabkan relaksasi ligamen-ligamen
Posisi panggu dan kaki intrauterin
Faktor-faktor genetik
Gejala:
Nyeri
kaki dapat terlihat lebih pendek di sisi dislokasi hip
kaki di sisi dislokasi hip bisa berbelok ke luar
lipatan pada kulit paha atau bokong mungkin muncul tidak merata
ruang antara kaki mungkin terlihat lebih luas dari biasanya
Patofisiologi:
Perkembangan dari displasia pinggul (DDH) adalah hasil dari gangguan dalam hubungan
normal antara acetabulum dan kepala femoralis. Without adequate contact between them,
neither develops normally. Tanpa kontak yang cukup di antara mereka, tidak berkembang
normal. At birth, the acetabulum has small bony and large cartilaginous contents, and the
percentage of the femoral head covered by the acetabulum is smaller than it is at any other
time in development; therefore, the first 6 weeks of an infant's life are critical to healthy
hip joint formation. 6 , 7 , 8 Saat lahir, acetabulum telah kurus kecil dan isi kartilaginosa besar,
dan persentase kepala femoralis tercakup acetabulum lebih kecil daripada saat lainnya dalam
pembangunan, sehingga 6 minggu pertama kehidupan bayi sangat penting untuk sehat
hip joint formasi.
2. Clubfoot Kongenital
Pengertian:
umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki
berubah/bengkok dari keadaan atau posisi normal. Beberapa dari deformitas kaki termasuk
deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan
pes (yang berarti kaki).Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan

ankle
-

dan

kaki.

Deformitas

talipes

diantaranya

Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam


Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit
Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit
Penyebab:
Penyebab kaki pekuk tidak diketahui (idiopatik).
Patofisiologi :
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan
bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim.
Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang
abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.
Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana
dipengaruhi
pula
oleh
tekanan
intrauterine.

3. Metatarsus Adduksi ( Varus )


Pengertian :
Anak dengan metatarsus adduktus atau kadang disebut metatarsus varus adalah suatu keadaan
dimana forefoot mengalami adduksi atau deviasi ke medial, bagian lateral kaki konvek,
sementara bagian medial konkaf dan mungkin terdapat juga lipatan kulit yang dalam, serta
hindfoot dalam keadaan netral atau sedikit valgus pada heel. Normal garis bisecsi
heel melintasi ruang antara jari II dan jari III, pada pasien dengan metatarsus adduktus, garis
bergeser ke jari-jari lateral.
Klasifikasi:
Smith mengklasifikasikan menjadi ringan, sedang dan berat.
Bleck mengklasifikasikan berdasarkan fleksibilitasnya:
Fleksibel forefoot jika masih dapat diabduksikan melebihi garis tengah heel bisector angle.
Parsial fleksibel forefoot jika dapat diabduksikan sampai ke garis tengah dan disebut
rigit forefoot jika tidak dapat diabduksikan ke garis tengah.
Penyebab:
Meskipun penyebab pastinya belum diketahui namun diyakini deformitas disebabkan oleh
posisi intrauterin atau crowding. Studi-studi awal menunjukkan adanya hubungan metatarsus
adduktus dengan hip dysplasia, namun studi terbaru menyatakan bahwa hal tersebut tidak ada
hubungan.
Penanganan:
a.
Konservatif
Kasus metatarsal adduktus paling banyak mengalami perbaikan secara spontan tanpa
memerlukan splinting, brace, atau sepatu khusus. Sebagian besar kasus flexible metatarsus
adduktus biasanya mengalami perbaikan ke arah normal tanpa terapi dan jarang

menimbulkan nyeri saat dewasa. Pasien dengan deformitas rigit metatarsus adduktus harus
menjalani early casting
b.
Pembedahan
Tindakan pembedahan pada kasus ini jarang dilakukan. Namun pada kasus yang resisten
infleksibel metatarsus adduktus yang tidak menurun dengan serial casting dapat dilakukan
pembedahan karena terjadi nyeri saat menggunakan sepatu. Pembedahan direncanakan antara
3 -7 tahun (proses osifikasi pada tulang midtarsal terjadi setelah usia 3 tahun). Pemilihan
pembedahan meliputi membebaskan tendon abductor halusis, kapsulotomi medial midfoot,
kapsulotomi sendi tarsometatarsl, dan pembebasan ligamentum intermetatarsal atau
osteotomi basis metatarsal dan cuneiforme.
4. Oseogenesis Imperfekta
Pengertian:
Osteogenesis imperfecta adalah kelompok gangguan pada pembentukan tulang yang
membuat tulang mudah patah secara tidak normal.
Etiologi:
OI biasanya menunjukan suatu pola pewarisan dominan autosomal, tetapi oi dapat juga
bersifat resesif. Etiologi pasti masih belum dapat diketahui.
Patofisiologi:
1. Defek biokimia menyebabkan penurunan sintesis kolagen
2. Hal tersebut mempengaruhi semua jaringan penyambung tubuh, yang mengakibatkan
jaringan sendi lebih longgar dan peningkatan fraktur jika diberi tekanan pada tulang.
3. Defomitas diakibatkan dari fraktur, lekukan dan gangguan pola pertumbuhan.
Gejala:
Tipe I
# Mudah patah tulang
# Riwayat penyakit dalam keluarga
# Perawakan lebih pendek
# Memiliki masalah dengan gigi
# Wajah segitiga
Tipe II
# Mutasi gen
# Bertubuh kecil
Tipe III
# Bertubuh kecil
# Gangguan pendengaran parah
# Persendian longgar
# Patah tulang pada saat lahir
Tipe IV
# Bisa diketahui dari riwayat kelaurga

c.
d.
e.

# Mudah patah tulang


# Bermasalah dengan gigi
# Tulang melengkung
# Sendi longgar
Etiologi
Penyebab utama terjadinya gangguan muskuloskeletal defek kongenital tidak
diketahui secara pasti tetapi diduga karena faktor genetik.
Tanda dan Gejala
Kehilangan keseimbangan
Pergerakan yang terbatas di daerah pinggul
Posisi tungkai yang asimetris
Lipatan lemak paha yang asimetris
Setelah bayi berumur 3 bulan rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi pinggul tampak
memendek
Penatalaksanaan
Awal masa bayi agar kaput femoralis tetap berada dalam kantungnya, maka dipasang alat
untuk memisahkan tungkai dan melipatnya ke arah luar.
Jika posisi tersebut sulit dipertahankan, bisa digunakan gips yang secara periodik diganti
sehingga pertumbuhan tulang tidak terhambat.
Jika tindakan dislokasi deketahui stelah nanak cukup besar, maka dilakukan tindakan
pembedahan.
Asuhan Keperawatan Disfungsi Muskuloskeletal Defek Kongenital
Pengkajian
Data Subyektif :
Data biografi
Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas,
ROM, gangguan sensasi.
Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat dirawat di RS
Riwayat keluarga, diet

a.
b.
c.
d.
e.

Data Obyektif :
Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
Bandingakan dengan sisi lainnya.
Pengukuran kekuatan otot (0-5)
Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
Kyposis, scoliosis, lordosis.

B.

C.
1.
2.
3.
4.
5.
D.
1.
2.
3.
E.
1.
a.
b.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan dalam melakukan ambulasi
Intervensi :
Imobilisasi

Dilakukan ROM untuk mengurangi komplikasi pada kaki,pinggul, lutut, dan jari-jari kaki.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan geseran/pergerakan fragmen tulang
Intervensi :
Merubah posisi pasien
Kompres hangat, dingin
Pemijatan
Menguragi penekanan dan support social
c. Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya
trauma jaringan/tulang.
Intervensi :

Observasi ada tidaknya kualitas nadi periver dan bandingkan dengan pulses normal.

Observasi pengisian kapiler, warna kulit dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang
fraktur.
Kaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan lokasi
adanya rasa sakit/tidak nyaman.
Observasi traksi jangan sampai terlalu menekan syaraf dan pembuluh darah.

Pertahankan daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi.

Kaji bila ada edema dan pembengkakan ekstrimitas yang fraktur.


Observasi adanya tanda-tanda ischemik daerah tungkai seperti : penurunan suhu, dingin dan
peningkatan rasa sakit.

Observasi tanda-tanda vital, catat dan laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan
gejala perubahan status mental.
Berikan kompres es sekitar fraktur.
Kolaborasi untuk pemeriksaan Laboratorium, foto rontgen, pemberian cairan parenteral atau
transfusi darah bila perlu dan persiapan operasi jika perlu

3. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan.


Intervensi :
Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.

Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.

Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
Temani klien bila gejala-gejala kecemasan timbul.

Berikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya .


Hindari konfrontasi dengan klien.
Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien
Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik

You might also like