You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada
pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi
daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada
di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Kelainan letak pada janin ini
termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan
(distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat
disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal
ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat
pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan
USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa.
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal,
sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi
luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik
terhadap ibu maupun janinnya. Faktor faktor yang mempengaruhi
kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya
letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat
menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin

B. Ruang Lingkup Pembahasan


Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam karya tulis ini adalah
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S POST SECTIO CAESAREA HARI

KE-0 DENGAN LETAK LINTANG di BANGSAL NIFAS RSIA AISYIYAH


KLATEN tanggal 19-21 November 2015
C. Tujuan
1.

Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Post Sectio Saecarea hari ke
- 0 dengan Letak Lintang di Bangsal Nifas RSIA Aisyiyah Klaten

2.

Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten. Dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
b. Dapat mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
c. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
d. Dapat menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
e. Dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
f. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.S post sectio hari
ke - 0 saecarea dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah Klaten
g. Dapat mendokumentasikan semua data temuan pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Etiologi Janin Letak Lintang


1. Pengertian Janin Letak Lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi
daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior).
(Sarwono, 2005)
Letak lintang (transverse lie) adalah bila sumbu memanjang janin
menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati

900. jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique
lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak kepala
mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak).
Karena bisaanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini
disebut juga shoulder presentation.
(Mochtar, 1998)
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira
tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu.
(Mansjoer, 1999)
2. Etiologi Janin Letak Lintang
Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding
abdomen akibat multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan
hidrosefalus,bayi yang terlalu kecil atau sudah mati, plasenta previa,
uterus abnormal, panggul sempit, hidramnion, kehamilan kembar, dan
lumbal scoliosis. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi
turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya tumor di
daerah panggul dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang
tersebut. Distosia bahu juga disebabkan oleh kegagalan bahu untuk
melipat ke dalam panggul.
Insiden letak lintang naik dengan bertambahnya paritas. Pada
wanita dengan paritas empat atau lebih, insiden letak lintang hampir
sepuluh kali lipat dibanding wanita nullipara.
3. Tanda dan Gejala Janin Letak Lintang
a. Inspeksi biasanya terlihat abdomen melebar kesamping dan
fundus uteri membentang sedikit diatas umbilikus.Ukuran
tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilan.
b. Palpasi :
1) Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus
uteri
2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa
iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain
3) Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
4)
Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada
punggung anterior suatu dataran keras terletak melintang
4

dibagian depan perut ibu. Pada punggung posterior bagian


kecil dapat ditemukan pada tempat yang sama.
c. Auskultasi : Bunyi jantung janin terdengar di di sekitar
umbilicus
d. Pada pemeriksaan dalam :
1) Pada awal persalinan bagian presentasi akan sangat tinggi
2)

dan sangat sulit untuk dijangkau.


Karena bagian presentasi yang buruk, selaput ketuban
mungkin menggantung di vagina atau dapat lebih cepat

pecah.
3) Kelahiran stadium awal, bagian dada bayi dapat dikenali
dengan adanya rasa bergigi tulang rusuk diatas pintu atas
panggul
4) Kelahiran stadiun pertengahan, skapula dan kavikula pada
sisi thoraks yang lain akan dapat dibedakan. Posisi aksila
menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu bayi menghadap.
Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan
ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan teraba
klavikula.
5) Kehahiran stadium lanjut, bahu masuk serta terjepit dalam
rongga panggul dan salah satu tangan atau lengan sering
menumbung ke dalam vagina dan lewat vulva.
e. Pada pemeriksaan USG didapatkan letak lintang ( Hanifa,1992
& Cuningham,1995 & Mochrar,1995

4. Pathofisiologi Janin Letak Lintang


Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan
bahu untuk melipat ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif
dan fase persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga
penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat
pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah
panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil
melipat masuk ke dalam panggul.

Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung


menyebabkan uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi
sumbu

memanjang

bayi

menjauhi

sumbu

jalan

lahir,

yang

menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau


letak miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi
longitudinal yang semula, dengan berpindahnya kepala atau bokong ke
salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu
dibiarkan bersalin sendiri, bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam
panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah
penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala di
salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas
panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya
yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat
akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi dan
semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep.
Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan
mengalami ruptura dan baik ibu maupun janin dapat meninggal.
5. Penatalaksanaan Janin Letak Lintang
a. Pada kehamilan
1) Deteksi dini oleh bidan
a) Konfirmasi umur kehamilan
b) Pemeriksaan luar
c) Mengenali faktor resiko
d) Diagnosis
e) Konseling

Rujukan (MNH,2002 )
2) Penanganan pada kehamilan dilakukan oleh ginekolog
a) Versi luar
Menurut Phelan (1986) versi luar efektif dilakukan pada
usia kehamilan setelah 39 minggu karena tingginya
perubahan spontan ke letak logitudinal . untuk menghindari
perubahan ke posisi awal dilakukan pemasangan korset
untuk fiksasi (Hanifa,1992)

b) Pemanatauan letak dan keadaan janin melalui ANC


c) Memasuki persalinan dianjurkan untuk masuk rumah sakit
lebih

dini

agar

dapat

ditentukan

diagnosa

dan

panatalaksanaan
b. Pada Persalinan
1) Deteksi dini oleh bidan
a) Komfirmasi umur kehamilan
b) Pemeriksaan luar
c) Mengenali faktor resiko
d) Melakukan pemeriksaan dalam
e) Diagnosis
f) Konseling
g) Rujukan (MNH,2002 )
2) Persiapan persalinan
a) Pemantau persalinan dengan partograf
b)Pemantauan kondisi kelainan janin
c) Pemberian cairan infus dan pemeriksaan laboratorium
d)Pemantau DJJ dan his secara elektronis
e) Dukungan mental pada ibu
f) Persiapan tenaga dan alat untuk mengantisifasi terjadi
kegawatdaruratan
3) Persalinan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi dan
kegawat

daruratan

neonatal,

dilakukan

oleh

ginekolog

kolaborasi dengan pediatric


4) Versi luar masih mungkin dilakukan pada pasien inpartu ,
5)

dengan syarat : Pembukaan < 4 cm dan Ketuban masih utuh.


Pada primigravida apabila versi luar tidak berhasil
pertimbangkan untuk segera dilakukan SC :
a) Bahu tidak dapat melakuan dilatasi pada servik dengan
baik, sehingga pada primigravida kala 1 menjadi lama dan
pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
b) Tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra
uterin sewaktu his maka lebih sering terjadi ketuban pecah
sebelum pembukaan sempurna dan dapat mengekibatkan

prolaps funikuli
6) Pada janin kecil dan sudah mati adan menjadi lembek
persalinan dapat terjadi spontan, dengan cara :
a) Cara Denman

Bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat


dibagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah,
bokong dan kaki turun diringga panggul dan lahir kemudian
disusul dengan bagian badan atas dan kepala
b) Cara Douglas
Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati
oleh bokong dan kaki sehingga bahu,bokong dan kaki lahir,
selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala
7) Pada multiparitas, pertolongan persalinan

letak lintang

tergantung dari beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik baik


dapat

ditunggu

hingga

pembukaan

lengkap,

kemudian

dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan


SC.
8) Persalinan dengan SC pada letak lintang di indikasikan , untuk
menghindari resiko perinatal (Cuningham,1995 & Hanifa 1992,
Mochtar,1995)

B. Tinjauan Tentang Tindakan


1. Pengertian Sectio Saecarea
Sectio Caesarea (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dindin uterus (Sarwono,
2005).Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

2. Indikasi Sectio Saecarea


a

Indikasi Ibu
8

i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
b

Panggul sempit
Tumor jalan lahir
Stenosis serviks uteri atau vagina
Plasenta praevia
Disporposi janin panggul
Rupture uteri
Partus tidak maju
Incordinate uterine action

Indikasi Janin

i. Kelainan letak
ii. Gawat janin
3. Kontra Indikasi Sectio Saecarea
a.
b.
c.
d.

Infeksi intrauteri
Janin mati
Syok/ anemia berat
Kelainan kongenital berat

C. Tinjauan Tentang Masa Nifas


1 Pengertian Masa Nifas
Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluiruh alat
genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan (Prawiroharjo, 2002).
Nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Manjoer, 2000. Hal.316)
Hanifa (2006) mengatakan bahwa masa puerperium atau masa
nifas mulai setelah putus selesai danberakhir setelah kira-kira 6
minggu
Nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pre hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1999).
Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan normal (Manuaba, 1999).

Masa nifas atau puerperium mulai setelah partus selesai dan


berakhir kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2006).
2

Klasifikasi Masa Nifas

Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :


a

Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan


berdiri dan berjalan-jalan.

Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya mencapainya 6 8 minggu.


Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
3

Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu :
Involusi uterus, lochea dan laktasi.

a) Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup
sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post
partum. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot
mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil
sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan
berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang
akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat hamil
akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil
pemecahan protein dapat dikeluarkan.
Proses Involusi Uteri
INVOLUSI

TFU

10

BERAT UTERUS

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Placenta lahir

2 cm di bawah umbilicus dengan

1000 gram

bagian fundus bersandar pada


1 minggu

promontorium sakralis
Pertengahan antara umbilikus dan

500 gram

2 minggu

simfisis pubis
Tidak teraba di atas simfisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

60

ram

b) Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan
sisa dari tempat implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan
warna sebagai berikur:
1) Lochea rubra (kruenta)
1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel
desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium,
sisa darah.
2) Lochea sanguinolenta
3-7 hari berwarna merah muda
3) Lochea serosa
7-14 hari berwarna merah kekuningan
4) Lochea alba
Setelah hari ke-14, berwarna putih.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
c) Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah
terjadi sejak dari kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada
kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
11

keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut


colostrums berwarna kuning putih susu, hipervaskularisasi
pada permukaan dan bagian dalam dimana vena berdilatasi
sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi
estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh
hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan
mioefitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi
lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental.
Kolostrum kaya akan protein immunoglobulin yang
mengandung antibodi sehingga menambah kekebalan anak
terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa transisi
dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan
ASI matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.

Perubahan Psikologis Masa Nifas


a) Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi
difokuskan pada perubahan tubuh, ibu sering mengulang
kembali pengalaman persalinan. Nutrisi tambahan mungkin
diperlukan karena selera makan ibu meningkat. Periode ini
berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
b) Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada
kemampuannya untuk menjadi orang tua yang berhasil dan
menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya,
ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru
lahir. Periode ini berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan.

12

c) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke
rumah, ibu menerima tanggung jawab untuk merawat bayi
baru

lahir, ibu harus beradaptasi terhadap otonomi,

kemandirian dan interaksi sosial.

BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Masa Nifas
a) Keluhan Utama
Nyeri abdomen,perdarahan,nyeri pada luka jahitan,takut bergerak.
b) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit yang menyertai.
c) Riwayat Persalian
1) Tempat persalinan
2) Normal atau terdapat komplikasi persalinan
3) Keadaa bayi
4) Keadaan ibu
d) Riwayat nifas yang lalu
1) Lancar tidaknya pengeluaran ASI
2) BB Bayi
3) Rwayat KB
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Keadaan saluran cerna
3) Abdomen
4) Lochea
5) Vagina
6) Perineum dan rectum
7) Ektremitas
8) Kemampuan merawat diri
f) Pemeriksaan Psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologi ayah
3) Respon keluarga terhadap hadirya anggota keluarga baru

13

B. Diagnosa Keperawatan
a Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi, involusi
uterus.
b

Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau

c
d

kerusakan kulit.
Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

perawatan post partum.


Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
tranmisi / kontak interpersonal, kurang pengetahuan tentang rutinitas pra
operasi.

C. Intervensi
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri berkurang.

Intervensi :
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala
10).
Rasional: membantu dan mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan

pasien.
Observasi tanda-tanda vital, khususnya peningkatan nadi.
Rasional: peningkatan tanda-tanda vital (nadi) dapat menandakan

peningkatan nyeri.
Ajarkan teknik distraksi (menonton TV) dan relaksasi (nafas dalam).
Rasional: dapat merelaksasikan otot-otot dan mengalihkan perhatian

pasien sehingga rasa nyeri berkurang.


Observasi perbaikan episiotomi dan penyatuan perbaikan luka,
perhatikan adanya edema dan haemoroid.
Rasional:
trauma
dan
edema
meningkatkan

derajat

ketidaknyamanan.
Beri posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya (dalam posisi
miring atau terlentang).
Rasional: meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan
perhatian.

14

Kolaborasi dalam pemberian analgetik.


Rasional: anlgetik bekerja pada pusat otak lebih tinggi untuk
menurunkan persepsi nyeri.

b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan


kulit.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

a
b

diharapkan tidak terjadi infeksi.


Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam (khususnya suhu).
Rasional : peningkatan tanda vital menunjukkan tanda infeksi.
Observasi pengeluaran lochea beserta karakteristiknya.
Rasional: lochea secara normal mempunyai bau amis, namun
apabila lochea purulenta dan berbau busuk menandakan adanya

infeksi.
Monitor tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus.
Rasional: kegagalan miometrium untuk involusi post partum
menandakan terjadinya infeksi.
Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas
(kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), perubahan fungsi
(fungsiolaesa).
Rasional: dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini

adanya tanda infeksi sehingga bisa dicegah secara dini.


Jelaskan kepada pasien tanda-tanda infeksi.
Rasional: diharapkan pasien mengetahui tanda infeksi sehingga
pasien dapat melaporkan terjadinya tanda infeksi.
Anjurkan pasien untuk melakukan vulva hygiene 2 kali sehari dan
mengganti pembalut 3 kali sehari, apabila dirasa penuh serta cebok
yang benar setiap habis BAK.
Rasional: diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan kuman
sehingga infeksi tidak terjadi.

c. Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma


mekanis.

15

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan pasien dapat BAK secara normal.


Intervensi :
Kaji masukan cairan dan haluaran urine.
Rasional : persalinan lama dan pergantian cairan yang tidak
efektif dapat mengakibatkan dehidrasi dan menurunkan haluaran

urine.
Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pasca partum dan setiap 4 jam
setelahnya.
Rasional : kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan

involusi uterus.
Kaji adanya edema pada luka episiotomi.
Rasional : trauma kandung kemih atau uretra dan edema dapat

mengganggu berkemih.
Ajarkan klien teknik Kegel exercise setiap hari.
Rasional : kegel exercise 100 kali sehari meningkatkan sirkulasi
pada perinium membantu penyembuhan dan penyembuhan tonus

otot pubokoksigeal.
Anjurkan minum 6-8 gelas/hari.
Rasional : membantu mencegah statis dan dehidrasi dan
mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang rutinitas pra


operasi.

a
b

Tujuan : ansietas berkurang sampai hilang.


Intervensi :
Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.
Rasional : mengetahui tingkat kecemasan pasien.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang
lazim.
Rasional

membantu memfasilitasi adaptasi yang positif

terhadap peran baru mengurangi perasaan ansietas.


Beri informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
Rasional : kurangnya informasi atau kesalahpahaman dapat
meningkatkan tingkat ansietas.

16

D. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang perawatan post partum.


Tujuan : pengetahuan pasien meningkat.
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan post partum.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien
tentang cara perawatan post partum.
Beri rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format
standarisasi.
Rasional
: membantu menjamin kelengkapan informasi yang

diterima orang tua dari perawat.


Berikan penyuluhan yang berhubungan dengan perawat post
partum seperti : cara perawatan payudara, merawat tali pusat,
memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
Rasional : menambah pengetahuan pasien tentang perawatan
post partum seperti : cara perawatan payudara, merawat tali pusat,

memandikan bayi dan cara cebok yang benar.


Demonstrasikan cara perawatan payudara, merawat tali pusat,
memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
Rasional : demonstrasikan akan lebih mengingatkan pasien

tentang penjelasan yang diberikan.


Evaluasi kembali penjelasan yang telah diberikan kepada pasien
tentang perawatan post partum.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pasien

pada penjelasan yang diberikan.


Libatkan keluarga dalam perawatan post partum.
Rasional : dapat meningkatkan rasa percaya dalam pasien

17

BAB IV
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Post SC Hari Ke-0 Di Bangsal Nifas
RSIA Aisyiyah Klaten
A Pengkajian
a. Identitas
1

Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 32 tahun
Alamat
: Klaten
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Tanggal Partus: 19 November 2015
Jenis Partus
: Sectio Caesarea (SC)
Penanggung Jawab
Nama
: Tn. S
Umur
: 34 tahun
Alamat
: Klaten
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh

Riwayat Kesehatan
1 Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka post SC dan takut untuk
2

bergerak karena takut sakit pada lukanya.


Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan memilih melahirkan dengan cara SC
atas anjuran dokter kandungan karena setelah diperiksa, tekanan

darah pasien tinggi dan letak janin pasien melintang.


Riwayat Kesehatan Dahulu
18

Pasien mengatakan sehari-hari tidak pernah menderita sakit


apapun seperti hipertensi, DM, tetapi setiap kali akan SC tekanan
darah pasien selalu tinggi karena takut akan dioperasi.
c

Riwayat Obstetri
N
o
1
2
3

Umur

L/ P

H/ M

BBL

10 th
7 th
0 hr

P
P
L

H
H
H

2800 gr
2750 gr
2730 gr

Cara
Lahir
SC
SC
SC

Penolong
Dokter
Dokter
Dokter

Nifas
Lalu
Normal
Normal

Riwayat Kehamilan Sekarang


1 Gangguan Hamil Muda
Pasien mengatakan saat hamil usia 1 bulan, mengeluarkan
flek darah dan dibawa ke RS oleh suaminya. Saat dibawa ke RS,
pasien

mengatakan

kenceng-kenceng

dan

akhirnya

dokter

memutuskan pasien harus bedrest sampai usia 5 bulan kehamilan.


2

Pasien sempat dirawat di RSIA sebelum akhirnya bedrest di rumah.


Pasien memeriksakan kehamilan secara bergantian di klinik dr.
Usman dan RSIA setiap bulan. Saat hamil, pasien mengatakan
gizinya terpenuhi karena makan teratur 3 kali sehari serta
mengkonsumsi susu ibu hamil.

Riwayat Persalinan
Pasien melahirkan dengan cara SC di RSIA pada tanggal 19
November 2015 pukul 07.10 dengan TIM SC RSIA serta keadaan
umum pasien baik.

Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengatakan menjadi akseptor KB jenis hormonal yaitu
suntik 3 bulan sekali sejak 2009 selama 4 tahun. Kemudian berhenti
KB karena mendapat informasi dari bidan yang bersangkutan bahwa
pasien mengalami kelebihan hormonal.

Data Psikologis

19

Empati terhadap Bayi


Pasien mengatakan tidak tega membiarkan bayinya
menangis, ketika bayinya menangis maka pasien akan memberi
ASI agar tangisnya berhenti, jika bukan karena haus, maka pasien

meminta suami untuk memeriksa apakah anaknya BAB/ BAK.


Konsep Diri Ibu
Pasien mengatakan lega setelah bayinya lahir dengan
selamat dan sehat. Pasien merasa senang karena bisa melihat
bayinya lahir. Pasien juga mengatakan bahwa dia dan suaminya

bersyukur proses kelahiran anak ketiganya berjalan dengan lancar.


Persepsi Ibu terhadap Pengalaman Melahirkan
Pasien mengatakan meskipun telahmenjalani persalinan
secara SC kali ketiga, dirinya masih takut dan cemas setiap kali
dioperasi karena membanyangkan alat, ruangan, dan proses
operasi, tetapi ketika melihat bayinya telah lahir maka pasien akan

lebih merasa tenang.


Depresi
Tidak terdapat tanda depresi atau menarik diri pada pasien.
Interaksi antara pasien dan bayinya baik, setiap dua jam sekali
pasien sudah mengetahui bahawa harus membangunkan bayinya

untuk minum ASI.


Dukungan Sosial (Suami dan Keluarga)
Pasien mengatakan suami selalu membantu menjaga
bayinya, saat waktu istirahat maka suami akan bergantian untuk
menjaga sang bayi dan suaminya sering menunggu di RS dan
hanya pulang sekali untuk menjemput anak dan meliburkan diri
dari pekerjaannya.

Pemenuhan Kebutuhan Dasar


1 Nutrisi
Saat hamil, pasien mengatakan makan teratur 3 kali sehari
dengan nasi, sayur, dan lauk, serta susu khusus ibu hamil. Setelah
melahirkan, pasien mengatakan tetap makan teratur 3 kali sehari
2

dari makanan yang diberi RSIA.


Eliminasi

20

Saat hamil, pasien mengatakan lebih sering BAK pada


trisemester 3. Setiap 1 jam pasien pasti BAK dan BAB pasien
terkadang mengalami konstipasi tetapi tidak pernah mengkonsumsi
obat pencahar. Setelah melahirkan, pasien mengatakan BAK lancar
tidak terjadi penumpukan air seni di saluran kencing tetapi selama
3

2 hari di RS, pasien belum BAB sama sekali.


Oksigenasi
Saat hamil, pasien mengatakan terkadang sedikit sesak saat
beraktifitas berat tetapi akan membaik setelah istirahat. Setelah
melahirkan, status pernafasan pasien baik dan tidak mendapatkan

terapi oksigen.
Aktifitas dan Istirahat
Saat hamil tua, pasien mengatakan telah membatasi
aktifitas untuk menjaga kandunganya tetap sehat sehingga pasien
tidak banyak beraktifitas. Tidak terdapat gangguan tidur yang
dialami pasien. Pasien tidur 7 jam dimalam hari dan 1 jam di
siang hari, namun pasien tidak selalu tidur saat siang hari. Setelah
melahirkan, pasien mengatakan masih takut beraktifitas karena
sakit pada luka post SC-nya dan tidurnya pun tidak pasti karena
harus terbangun setiap minimal 2 jam sekali untuk menyusui

bayinya.
Seksualitas
Pasien mengatakan saat hamil sangat jarang berhubungan
suami isteri karena takut membahayakan janin yang ada didalam
kandungannya karena kandungannya lemah.

Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
TD: 120/80 mmHg S: 36,4oC
N: 80 x/mnt RR: 20 x/mnt
2 Mata
Konjungtiva tidak pucat, sklera bersih dan berwarna putih.
3 Leher
Leher bersih, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembersaran
4

kelenjar tiroid, tidak terdapat nyeri telan.


Dada/ Mamae
a Insperksi

21

Mamae bersih, terdapat hiperpigmentasi pada aerola, papila


sudah keluar dan membesar, kolostrum sudah keluar, tidak
terdapat luka.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, kolostrum sudah keluar.
Abdomen
a Inspeksi
Bentuk abdomen rata, terdapat banyak bekas hitam bergaris
b
5

diperut, terdapat luka post SC.


Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada luka post SC, TFU 1 jari dibawah
pusat, tidak terdapat masa, kontarksi uterus ada dan keras, perut

teraba keras (kontraksi), tidak terdapat penumpukan urine.


Auskultasi
Bising usus normal 25 x/menit.
Genetalia
a Vagina
Lochea rubra, konsisitensi cair tetapi terdapat gumpalan kecilc

kecil 80 cc, bau khas darah.


b Perineum
Baik, utuh karena pasien merupakan pasien post SC.
Ekstermitas
Ekstermitas atas maupun bawah berfungsi dengan baik, tidak
terdapat edema, tidak terdapat tanda homan, terpasang infus
ditangan kiri pasien.

Pemeriksaan Penunjang
1 Laboratorium
Tanggal pemeriksaan: 19 November 2015

Parameters
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW-CV
ROW-SD

21,80
3,84
11,9
35,1
91,4
31,0
33,9
232
13,4
43,8
22

10^3/uL
10^6/uL
g/dL
%
fL
Pg
g/dL
10^3/uL
%
fL

Nilai Normal
4,80 - 10,80
4,20 - 5,40
12,0 - 16,0
37,0 - 47,0
79,0 - 99,0
27,0 - 31,0
33,0 - 37,0
150 450
11,5 - 14,5
35,0 - 47,0

PDW
MPV
P-LCR
k

Terapi
1 Cefadroxil
2 Asmef
3 Terfacef
4 Tramadol
5 Protopen

12,8
10,5
29,8

10
15
1
2
supp

fL
fL
%

9,0 - 13,0
7,2 - 11,1
15,0 - 25,0

2x1
3x1
1x1

B . Analisa Data
Data Fokus
DS : Pasien mengatakan nyeri pada

Problem
Gangguan rasa aman

luka bekas operasi dan uterusnya

nyeri

Etiologi
Luka post operasi

terasa kencang dan nyeri , saat


bergerak nyeri semakin terasa , skala
nyeri 7
DO :

Terdapat luka post SC hari


ke 0 pada abdomen

kuadran bawah pasien


Pasien meringis menahan
sakit saat bergerak

DS : Pasien mengatakan sulituntuk

Hambatan mobilitas

bergerak karena takut luka

fisik

operasinya akan terasa lebih nyeri


DO :

Pasien terlihat sangat pelan


dan berhati-hati saat

23

Luka post operasi

melakukan gerakan
Pasien terpantau jarang
melakukan gerakan hanya
tidur diatas bed saja.

DS : Pasien mengatakan takut

Ansietas

Kurangnya

bergerak karena takut berbahaya

pegetahuan dan

bagi lukanya dan takut DC yang

informasi

terpasang di organ vitalnya akan


terlepas.
DO : Pasien terlihat takut dan ragu
untuk memulai latihan mobilisasi
DS : Pasien mengatakan belum bisa

Konstipasi

Penurunan

BAB Selama 3 hari di RS

peristaltik , efek

DO : tidak ada

progesteron dan
dehidrasi

Diagnosa Keperawatan.

1
2
3
4

Gangguan rasa aman : nyeri berhubungan dengan luka post operasi


Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka pst operasi
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi
Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik , efek progesteron
dan dehidrasi

Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Gangguan rasa

Tujuan
Setelah

Kriteria Hasil
1 Pasien

aman : nyeri

dilakukan

mengatakan

secara

berhubungan

tindakan

nyeri

dengan luka

keperawatan

berkurang/hil

komprehensif
Ajarkan tehnik

post operasi

selama 3x8

ang
24

Intervensi
1 Mengkaji nyeri

relaksasi dan

jam ,

Skala nyeri

distraksi untuk

0-1
TTV dalam

mengurangi

3
4

batas normal
Tidak terlihat

diharapkan
nyeri pasien
berkurang

3
4

rasa nyeri
Mengkaji TTV
Kolaborasi

ekspresi

pemberan

menahan

analgetik.

nyeri pada
1

pasien
Pasien

Hambatan

Setelah

mobilitas fisik

dilakukan

mengatakan

tahapan latihan

berhubungan

tindakan

dapat

mobilisasi post

dengan luka pst keperawatan


operasi

beraktifitas

selama 3x8

dengan

jam ,

nyaman dan

diharapkan

tidak

pasien dapat

terganggu

melakukan

dengan luka

mobilitas fisik

post OP nya.
Mobilitas

dengan

meningkat

SC
Membuat
posisi pasien
senyaman
mungkin ,
misal dengan
memberi ganjal
punggung yang

fisik

nyaman

Ajarkan pasien

empuk
Memotivasi
keluarga untuk
membantu
aktifitas pasien
sampai pasien
bisa mobilisasi
secara mandiri.

Ansietas

Setelah

berhubungan

dilakukan

mengatakan

ansietas pasien

dengan kurang

tindakan

tidak cemas

pengetahuan

keperawatan

lagi

dan keluarga
Kaji tingkat

25

Pasien

Kaji tingkat

dan informasi

selama 3x8

Pasien

pengetahuan

jam ,

mengatakan

pasien dan

diharapkan

telah

ansietas pasien

memahami

keluarga
Memberika

berkurang atau

pentingnya

hilang

latihan

penjelasan dan
informasi
tentang

mobilitas

pentingnya

fisik bertahap
3

latihan

setelah OP
Pasien

mobilisasi post

memahami

SC secara

bahwa DC
tidak akan

bertahap
Anjurkan
keluarga

mudah

memberikan

terlepas saat

dukungan pada

digunakan

pasien.

untuk
beraktifitas
secara
Konstipasi

Setelah

berhubungan

dilakukan

mengatakan

pasien

dengan

tindakan

tidak

mengonsumsi

penurunan

keperawatan

mengalami

banyak air

peristaltik ,

selama 3x8

efek

jam ,

progesteron

diharapkan

dan dehidrasi

pasien dapat

perlahan
Pasien

BAB dengan

konstipasi.
Pasie dapat

pasien untuk

minimal 1

mengonsumsi

kali sehari

makanan tinggi

konsistensi
lunak.

26

putih
anjurkan

BAB

dengan

lancar

anjurkan

serat
Kolaborasi
pemberian

Peristaltik

laksatif

usus dalam
batas normal.

E Implementasi Keperawatan
Hari dan Waktu

NO.D

Kamis , 19 Nov

X
1

2015 jam 17.00


2

IMPLEMENTASI
1
2
3
4
1

Mengkaji TTV
Mengkaji skala nyeri
Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
Memposisikan pasien senyaman mungkin
dengan memberi ganjal punggung berupa
guling empuk saat pasien belajar
mobilisasi mika-miki sambil menyusui

bayinya.
Meganjurkan pasien untuk beraktifitas

sesuai kemampuannya
Menganjurkan suami dan keluarga untuk
membantu aktifitas pasien sampai pasien

1
2

bisa melakukan aktvitas secara mandiri


Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga
Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien

dan keluarga
Memberikan informasi yang dibutuhkan
pasien dan keluarga , yaitu pentingnya
tahapan latihan mobilisasi pasien post SC

dan keamanan dari DownCateter.


Menganjurkan suami dan keluarga untuk

memberikan dukungan moril pada pasien


menganjurkan pasien mengonsumsi

banyak air putih


menganjurkan pasien untuk mengonsumsi

27

Jumat , 20 Nov

2015 jam 11.00

3
1
2
3

makanan tinggi serat


Melakukan kolaborasi pemberian laksatif
Mengkaji TTV
Mengkaji skala nyeri
Menganjurkan pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi dan distraksi untuk

4
1

mengurangi rasa nyeri


Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
Memposisikan pasien senyaman mungkin
dengan memberi ganjal punggung berupa
guling empuk saat pasien belajar
mobilisasi bangun-duduk diatas tempat

tidur sambil menyusui bayinya.


Menganjurkan pasien untuk beraktifitas

sesuai kemampuannya
Menganjurkan suami dan keluarga untuk
membantu aktifitas pasien sampai pasien

bisa melakukan aktvitas secara mandiri


Menganjurkan suami dan keluarga untuk

2
3

memberikan dukungan moril pada pasien


Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga
Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien

dan keluarga
Mengidetifikasi kemungkinan terdapat
faktor penyebab ansietas yang lain

menganjurkan pasien mengonsumsi

banyak air putih


menganjurkan pasien untuk mengonsumsi
makanan tinggi serat

Sabtu, 21 Nov
2015 jam 16.00

1
2
3

Mengkaji TTV
Mengkaji skala nyeri
Menganjurkan pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi dan distraksi untuk

mengurangi rasa nyeri


Melakukan perawatan luka post operasi
28

5
1

Melakukan kolaborasi pemberian analgetik


Menganjurkan pasien untuk mulai belajar
turun dari tempat tidur dan berdiri

kemudian berjalan secara perlahan-lahan.


Menganjurkan pasien untuk beraktifitas

sesuai kemampuannya
Menganjurkan suami dan keluarga untuk
membantu aktifitas pasien sampai pasien

bisa melakukan aktvitas secara mandiri


Menganjurkan suami dan keluarga untuk

2
3

memberikan dukungan moril pada pasien


Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga
Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien
dan keluarga

menganjurkan pasien mengonsumsi

banyak air putih


menganjurkan pasien untuk mengonsumsi
makanan tinggi serat

F Evaluasi Keperawatan
Hari dan tanggal

NO.D

EVALUASI

Kamis , 19

X
1

S : Pasien mengatakan merasakan nyeri pada

November 2015

luka post Op nya dan terasa kencang dan nyeri


pada uterusnya, skala nyeri 6
O:
-

Pasien terlihat menahan nyeri saat


melakukan gerakan
- TD : 120/80 S : 36,4 N : 80 x pm RR :
20x pm

29

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi : kaji skala nyeri , kaji
TTV , anjurkan pasien menggunakan tehnik
relaksasi dan distraksi nyeri yg telah diajarkan,
2

kolaborasi pemberian analgetik


S : Pasien mengatakan mengatakan sudah mulai
bisa mika miki tetapi masih jarang karena
merasa nyeri pada luka diperutnya
O : Pasien masih jarang melakukan mobilisasi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi : posisikan pasien
nyaman , anjurkan latihan mobilisasi secara
perlahan. Anjurkan suami dan keluarga

membantu pasien melakukan aktivitas


S : Pasien mengatakan masih takut bergerak
karena terpasang DC dan takut merasa nyeri
pada luka post OP nya tetapi akan mencoba
perlahan-lahan untuk latihan mobilisasi
O : Pasien terlihat melakukan mobilisasi
meskipun perlahan-lahan ,
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : anjurkan suami
memberikan dukungan moril untuk pasien , kaji
tingkat kecemasan pasien dan keluarga , kaji
tigkat pengetahuan pasien dan keluarga , kaji
adanya kemungkinan hal lain yg menyebakan

ansietas.
S : Pasien mengatakan masih belum bisa BAB
O : tidak ada
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi : anjurkan minum air
putih yang banyak dan makan makanan berserat

30

Jumat, 20

November 2015

S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada


luka post OP nya tetapi sudah berkurang tetapi
nyeri pada uterusnya belum berkurag
O:
-

Pasien masih terlihat menahan nyeri

saat melakukan gerakan


TD : 120/90 S :36,8 N :78 RR : 19

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi : kaji skala nyeri , kaji
TTV , anjurkan pasien menggunakan tehnik
relaksasi dan distraksi nyeri yg telah diajarkan,
2

kolaborasi pemberian analgetik


S : Pasien mengatakan sudah latihan bangunduduk perlahan-lahan diatas tempat tidur dan
dapat menyusui bayinya sambil duduk
O : Pasien mulai bisa belajar duduk dan
menyusui bayinya walaupun aktifitas lain
masih dibantu suami.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : posisikan pasien
nyaman , anjurkan latihan mobilisasi secara
perlahan. Anjurkan suami dan keluarga

membantu pasien melakukan aktivitas


S : Pasien mengatakan sudah latihan mobilisasi
dan walaupun masih takut karena DC yang
terpasang di genetalianya
O : Pasien mulai belajar mobilisasi dengan
perlahan dan mulai nyaman beraktifitas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : anjurkan suami
memberikan dukungan moril untuk pasien , kaji

31

tingkat kecemasan pasien dan keluarga , kaji


tigkat pengetahuan pasien dan keluarga , kaji
adanya kemungkinan hal lain yg menyebakan
4

ansietas.
S : Pasien mengatakan masih belum bisa BAB
O : tidak ada
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi : anjurkan minum air

Sabtu , 21

November 2015

putih yang banyak dan makan makanan berserat


S : Pasien mengatakan nyeri luka Post SC nya
sudah berkurang tetapi kontraksi uterusnya
masih sangat terasa
O:
-

Pasien masih terlihat menahan nyeri

saat beraktifitas
TD : 90/60 S : 36,1 N : 83 RR : 20

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi : kaji skala nyeri , kaji
TTV , anjurkan pasien menggunakan tehnik
relaksasi dan distraksi nyeri yg telah diajarkan,
2

kolaborasi pemberian analgetik


S : Pasien mengatakan sudah bisa berdiri dan
berjalan setelah DC di genetalia nya dilepas
O : Pasien sudah bisa berjalan-jalan perlahanlahan
A :Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : posisikan pasien
nyaman , anjurkan latihan mobilisasi secara
perlahan. Anjurkan suami dan keluarga

membantu pasien melakukan aktivitas


S : Pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi

32

dan memahami pentingnya latihan mobilisasi


O : Pasien terlihat senang dan nyaman
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi : anjurkan suami tetap
4

memberikan dukungan moril untuk pasien


S : Pasien mengatakan masih belum bisa BAB
O : tidak ada
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi : anjurkan minum air
putih yang banyak dan makan makanan berserat

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluiruh alat

33

genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam


waktu 3 bulan.
Nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Perubahan-perubahan pada masa nifas meliputi perubahan
fisiologi yaitu: involusi uteri, lochea, dan laktasi, serta terdapat
perubahan psikologis yaitu: periode talking in, periode talking hold,
dan periode letting go.
Diagnosa pada masa nifas yaitu:
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi,
involusi uterus.
2. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau
kerusakan kulit.
3. Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma
mekanis.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang perawatan post partum.
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, tranmisi / kontak interpersonal, kurang pengetahuan tentang
rutinitas pra operasi.
B. Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan megenai materi yang
menjadi pembahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kelemahan
dan kekurangan karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang kami peroleh sehubungan dengan makalah
ini. Kami sebagai penulis berharap kepada para pembaca yang
budiman untuk memberikan kritik serta saran yang membangun
kepada kami demi sempurnanya makalah ini.Besar harapan kami
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
yang budiman.

34

DAFTAR PUSTAKA
Ben-Zion Taber MD, Kapita Selekta Obstetri dan Ginekologi, EGC 1994
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2003
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002
Dinan S. Bratakoesoema , Obstetri Patologi, edisi II ,EGC,2005
F. Gary Cunningham, Obstetri Williams, EGC 1995
Hanifa Wiknjosastro,
Prawiroharjo, 1994

Ilmu

Kebidanan,

35

Yayasan

Binapustaka

Sarwono

Helen Varney, Varneys Midwiferry, 1997


Helen Varney, Buku Saku Bidan, EGC 2002
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS, FK UNPAD,
2005
Rustam Muchtar, Sinopsis Obstetri, EGC, 1998

36

You might also like