Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada
pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi
daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada
di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Kelainan letak pada janin ini
termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan
(distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat
disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal
ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat
pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan
USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa.
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal,
sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi
luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik
terhadap ibu maupun janinnya. Faktor faktor yang mempengaruhi
kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya
letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat
menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin
Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Post Sectio Saecarea hari ke
- 0 dengan Letak Lintang di Bangsal Nifas RSIA Aisyiyah Klaten
2.
Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten. Dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
b. Dapat mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
c. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
d. Dapat menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
e. Dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
f. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.S post sectio hari
ke - 0 saecarea dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah Klaten
g. Dapat mendokumentasikan semua data temuan pada Ny.S post sectio
saecarea hari ke - 0 dengan letak lintang di bangsal nifas RSIA Aisyiyah
Klaten
BAB II
TINJAUAN TEORI
900. jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique
lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak kepala
mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak).
Karena bisaanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini
disebut juga shoulder presentation.
(Mochtar, 1998)
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira
tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu.
(Mansjoer, 1999)
2. Etiologi Janin Letak Lintang
Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding
abdomen akibat multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan
hidrosefalus,bayi yang terlalu kecil atau sudah mati, plasenta previa,
uterus abnormal, panggul sempit, hidramnion, kehamilan kembar, dan
lumbal scoliosis. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi
turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya tumor di
daerah panggul dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang
tersebut. Distosia bahu juga disebabkan oleh kegagalan bahu untuk
melipat ke dalam panggul.
Insiden letak lintang naik dengan bertambahnya paritas. Pada
wanita dengan paritas empat atau lebih, insiden letak lintang hampir
sepuluh kali lipat dibanding wanita nullipara.
3. Tanda dan Gejala Janin Letak Lintang
a. Inspeksi biasanya terlihat abdomen melebar kesamping dan
fundus uteri membentang sedikit diatas umbilikus.Ukuran
tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilan.
b. Palpasi :
1) Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus
uteri
2) Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa
iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain
3) Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
4)
Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada
punggung anterior suatu dataran keras terletak melintang
4
pecah.
3) Kelahiran stadium awal, bagian dada bayi dapat dikenali
dengan adanya rasa bergigi tulang rusuk diatas pintu atas
panggul
4) Kelahiran stadiun pertengahan, skapula dan kavikula pada
sisi thoraks yang lain akan dapat dibedakan. Posisi aksila
menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu bayi menghadap.
Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan
ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan teraba
klavikula.
5) Kehahiran stadium lanjut, bahu masuk serta terjepit dalam
rongga panggul dan salah satu tangan atau lengan sering
menumbung ke dalam vagina dan lewat vulva.
e. Pada pemeriksaan USG didapatkan letak lintang ( Hanifa,1992
& Cuningham,1995 & Mochrar,1995
memanjang
bayi
menjauhi
sumbu
jalan
lahir,
yang
Rujukan (MNH,2002 )
2) Penanganan pada kehamilan dilakukan oleh ginekolog
a) Versi luar
Menurut Phelan (1986) versi luar efektif dilakukan pada
usia kehamilan setelah 39 minggu karena tingginya
perubahan spontan ke letak logitudinal . untuk menghindari
perubahan ke posisi awal dilakukan pemasangan korset
untuk fiksasi (Hanifa,1992)
dini
agar
dapat
ditentukan
diagnosa
dan
panatalaksanaan
b. Pada Persalinan
1) Deteksi dini oleh bidan
a) Komfirmasi umur kehamilan
b) Pemeriksaan luar
c) Mengenali faktor resiko
d) Melakukan pemeriksaan dalam
e) Diagnosis
f) Konseling
g) Rujukan (MNH,2002 )
2) Persiapan persalinan
a) Pemantau persalinan dengan partograf
b)Pemantauan kondisi kelainan janin
c) Pemberian cairan infus dan pemeriksaan laboratorium
d)Pemantau DJJ dan his secara elektronis
e) Dukungan mental pada ibu
f) Persiapan tenaga dan alat untuk mengantisifasi terjadi
kegawatdaruratan
3) Persalinan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi dan
kegawat
daruratan
neonatal,
dilakukan
oleh
ginekolog
prolaps funikuli
6) Pada janin kecil dan sudah mati adan menjadi lembek
persalinan dapat terjadi spontan, dengan cara :
a) Cara Denman
letak lintang
ditunggu
hingga
pembukaan
lengkap,
kemudian
Indikasi Ibu
8
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
b
Panggul sempit
Tumor jalan lahir
Stenosis serviks uteri atau vagina
Plasenta praevia
Disporposi janin panggul
Rupture uteri
Partus tidak maju
Incordinate uterine action
Indikasi Janin
i. Kelainan letak
ii. Gawat janin
3. Kontra Indikasi Sectio Saecarea
a.
b.
c.
d.
Infeksi intrauteri
Janin mati
Syok/ anemia berat
Kelainan kongenital berat
a) Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup
sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post
partum. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot
mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil
sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan
berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang
akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat hamil
akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil
pemecahan protein dapat dikeluarkan.
Proses Involusi Uteri
INVOLUSI
TFU
10
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta lahir
1000 gram
promontorium sakralis
Pertengahan antara umbilikus dan
500 gram
2 minggu
simfisis pubis
Tidak teraba di atas simfisis
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
60
ram
b) Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan
sisa dari tempat implantasi plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan
warna sebagai berikur:
1) Lochea rubra (kruenta)
1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel
desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium,
sisa darah.
2) Lochea sanguinolenta
3-7 hari berwarna merah muda
3) Lochea serosa
7-14 hari berwarna merah kekuningan
4) Lochea alba
Setelah hari ke-14, berwarna putih.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
c) Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah
terjadi sejak dari kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada
kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
11
12
c) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke
rumah, ibu menerima tanggung jawab untuk merawat bayi
baru
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Masa Nifas
a) Keluhan Utama
Nyeri abdomen,perdarahan,nyeri pada luka jahitan,takut bergerak.
b) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit yang menyertai.
c) Riwayat Persalian
1) Tempat persalinan
2) Normal atau terdapat komplikasi persalinan
3) Keadaa bayi
4) Keadaan ibu
d) Riwayat nifas yang lalu
1) Lancar tidaknya pengeluaran ASI
2) BB Bayi
3) Rwayat KB
e) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Keadaan saluran cerna
3) Abdomen
4) Lochea
5) Vagina
6) Perineum dan rectum
7) Ektremitas
8) Kemampuan merawat diri
f) Pemeriksaan Psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologi ayah
3) Respon keluarga terhadap hadirya anggota keluarga baru
13
B. Diagnosa Keperawatan
a Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi, involusi
uterus.
b
c
d
kerusakan kulit.
Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
C. Intervensi
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri berkurang.
Intervensi :
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala
10).
Rasional: membantu dan mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan
pasien.
Observasi tanda-tanda vital, khususnya peningkatan nadi.
Rasional: peningkatan tanda-tanda vital (nadi) dapat menandakan
peningkatan nyeri.
Ajarkan teknik distraksi (menonton TV) dan relaksasi (nafas dalam).
Rasional: dapat merelaksasikan otot-otot dan mengalihkan perhatian
derajat
ketidaknyamanan.
Beri posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya (dalam posisi
miring atau terlentang).
Rasional: meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan
perhatian.
14
a
b
infeksi.
Monitor tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus.
Rasional: kegagalan miometrium untuk involusi post partum
menandakan terjadinya infeksi.
Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas
(kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), perubahan fungsi
(fungsiolaesa).
Rasional: dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini
15
urine.
Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pasca partum dan setiap 4 jam
setelahnya.
Rasional : kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan
involusi uterus.
Kaji adanya edema pada luka episiotomi.
Rasional : trauma kandung kemih atau uretra dan edema dapat
mengganggu berkemih.
Ajarkan klien teknik Kegel exercise setiap hari.
Rasional : kegel exercise 100 kali sehari meningkatkan sirkulasi
pada perinium membantu penyembuhan dan penyembuhan tonus
otot pubokoksigeal.
Anjurkan minum 6-8 gelas/hari.
Rasional : membantu mencegah statis dan dehidrasi dan
mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
a
b
16
17
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Post SC Hari Ke-0 Di Bangsal Nifas
RSIA Aisyiyah Klaten
A Pengkajian
a. Identitas
1
Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 32 tahun
Alamat
: Klaten
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Tanggal Partus: 19 November 2015
Jenis Partus
: Sectio Caesarea (SC)
Penanggung Jawab
Nama
: Tn. S
Umur
: 34 tahun
Alamat
: Klaten
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh
Riwayat Kesehatan
1 Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka post SC dan takut untuk
2
Riwayat Obstetri
N
o
1
2
3
Umur
L/ P
H/ M
BBL
10 th
7 th
0 hr
P
P
L
H
H
H
2800 gr
2750 gr
2730 gr
Cara
Lahir
SC
SC
SC
Penolong
Dokter
Dokter
Dokter
Nifas
Lalu
Normal
Normal
mengatakan
kenceng-kenceng
dan
akhirnya
dokter
Riwayat Persalinan
Pasien melahirkan dengan cara SC di RSIA pada tanggal 19
November 2015 pukul 07.10 dengan TIM SC RSIA serta keadaan
umum pasien baik.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengatakan menjadi akseptor KB jenis hormonal yaitu
suntik 3 bulan sekali sejak 2009 selama 4 tahun. Kemudian berhenti
KB karena mendapat informasi dari bidan yang bersangkutan bahwa
pasien mengalami kelebihan hormonal.
Data Psikologis
19
20
terapi oksigen.
Aktifitas dan Istirahat
Saat hamil tua, pasien mengatakan telah membatasi
aktifitas untuk menjaga kandunganya tetap sehat sehingga pasien
tidak banyak beraktifitas. Tidak terdapat gangguan tidur yang
dialami pasien. Pasien tidur 7 jam dimalam hari dan 1 jam di
siang hari, namun pasien tidak selalu tidur saat siang hari. Setelah
melahirkan, pasien mengatakan masih takut beraktifitas karena
sakit pada luka post SC-nya dan tidurnya pun tidak pasti karena
harus terbangun setiap minimal 2 jam sekali untuk menyusui
bayinya.
Seksualitas
Pasien mengatakan saat hamil sangat jarang berhubungan
suami isteri karena takut membahayakan janin yang ada didalam
kandungannya karena kandungannya lemah.
Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
TD: 120/80 mmHg S: 36,4oC
N: 80 x/mnt RR: 20 x/mnt
2 Mata
Konjungtiva tidak pucat, sklera bersih dan berwarna putih.
3 Leher
Leher bersih, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembersaran
4
21
Pemeriksaan Penunjang
1 Laboratorium
Tanggal pemeriksaan: 19 November 2015
Parameters
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW-CV
ROW-SD
21,80
3,84
11,9
35,1
91,4
31,0
33,9
232
13,4
43,8
22
10^3/uL
10^6/uL
g/dL
%
fL
Pg
g/dL
10^3/uL
%
fL
Nilai Normal
4,80 - 10,80
4,20 - 5,40
12,0 - 16,0
37,0 - 47,0
79,0 - 99,0
27,0 - 31,0
33,0 - 37,0
150 450
11,5 - 14,5
35,0 - 47,0
PDW
MPV
P-LCR
k
Terapi
1 Cefadroxil
2 Asmef
3 Terfacef
4 Tramadol
5 Protopen
12,8
10,5
29,8
10
15
1
2
supp
fL
fL
%
9,0 - 13,0
7,2 - 11,1
15,0 - 25,0
2x1
3x1
1x1
B . Analisa Data
Data Fokus
DS : Pasien mengatakan nyeri pada
Problem
Gangguan rasa aman
nyeri
Etiologi
Luka post operasi
Hambatan mobilitas
fisik
23
melakukan gerakan
Pasien terpantau jarang
melakukan gerakan hanya
tidur diatas bed saja.
Ansietas
Kurangnya
pegetahuan dan
informasi
Konstipasi
Penurunan
peristaltik , efek
DO : tidak ada
progesteron dan
dehidrasi
Diagnosa Keperawatan.
1
2
3
4
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Gangguan rasa
Tujuan
Setelah
Kriteria Hasil
1 Pasien
aman : nyeri
dilakukan
mengatakan
secara
berhubungan
tindakan
nyeri
dengan luka
keperawatan
berkurang/hil
komprehensif
Ajarkan tehnik
post operasi
selama 3x8
ang
24
Intervensi
1 Mengkaji nyeri
relaksasi dan
jam ,
Skala nyeri
distraksi untuk
0-1
TTV dalam
mengurangi
3
4
batas normal
Tidak terlihat
diharapkan
nyeri pasien
berkurang
3
4
rasa nyeri
Mengkaji TTV
Kolaborasi
ekspresi
pemberan
menahan
analgetik.
nyeri pada
1
pasien
Pasien
Hambatan
Setelah
mobilitas fisik
dilakukan
mengatakan
tahapan latihan
berhubungan
tindakan
dapat
mobilisasi post
beraktifitas
selama 3x8
dengan
jam ,
nyaman dan
diharapkan
tidak
pasien dapat
terganggu
melakukan
dengan luka
mobilitas fisik
post OP nya.
Mobilitas
dengan
meningkat
SC
Membuat
posisi pasien
senyaman
mungkin ,
misal dengan
memberi ganjal
punggung yang
fisik
nyaman
Ajarkan pasien
empuk
Memotivasi
keluarga untuk
membantu
aktifitas pasien
sampai pasien
bisa mobilisasi
secara mandiri.
Ansietas
Setelah
berhubungan
dilakukan
mengatakan
ansietas pasien
dengan kurang
tindakan
tidak cemas
pengetahuan
keperawatan
lagi
dan keluarga
Kaji tingkat
25
Pasien
Kaji tingkat
dan informasi
selama 3x8
Pasien
pengetahuan
jam ,
mengatakan
pasien dan
diharapkan
telah
ansietas pasien
memahami
keluarga
Memberika
berkurang atau
pentingnya
hilang
latihan
penjelasan dan
informasi
tentang
mobilitas
pentingnya
fisik bertahap
3
latihan
setelah OP
Pasien
mobilisasi post
memahami
SC secara
bahwa DC
tidak akan
bertahap
Anjurkan
keluarga
mudah
memberikan
terlepas saat
dukungan pada
digunakan
pasien.
untuk
beraktifitas
secara
Konstipasi
Setelah
berhubungan
dilakukan
mengatakan
pasien
dengan
tindakan
tidak
mengonsumsi
penurunan
keperawatan
mengalami
banyak air
peristaltik ,
selama 3x8
efek
jam ,
progesteron
diharapkan
dan dehidrasi
pasien dapat
perlahan
Pasien
BAB dengan
konstipasi.
Pasie dapat
pasien untuk
minimal 1
mengonsumsi
kali sehari
makanan tinggi
konsistensi
lunak.
26
putih
anjurkan
BAB
dengan
lancar
anjurkan
serat
Kolaborasi
pemberian
Peristaltik
laksatif
usus dalam
batas normal.
E Implementasi Keperawatan
Hari dan Waktu
NO.D
Kamis , 19 Nov
X
1
IMPLEMENTASI
1
2
3
4
1
Mengkaji TTV
Mengkaji skala nyeri
Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
Memposisikan pasien senyaman mungkin
dengan memberi ganjal punggung berupa
guling empuk saat pasien belajar
mobilisasi mika-miki sambil menyusui
bayinya.
Meganjurkan pasien untuk beraktifitas
sesuai kemampuannya
Menganjurkan suami dan keluarga untuk
membantu aktifitas pasien sampai pasien
1
2
dan keluarga
Memberikan informasi yang dibutuhkan
pasien dan keluarga , yaitu pentingnya
tahapan latihan mobilisasi pasien post SC
27
Jumat , 20 Nov
3
1
2
3
4
1
sesuai kemampuannya
Menganjurkan suami dan keluarga untuk
membantu aktifitas pasien sampai pasien
2
3
dan keluarga
Mengidetifikasi kemungkinan terdapat
faktor penyebab ansietas yang lain
Sabtu, 21 Nov
2015 jam 16.00
1
2
3
Mengkaji TTV
Mengkaji skala nyeri
Menganjurkan pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi dan distraksi untuk
5
1
sesuai kemampuannya
Menganjurkan suami dan keluarga untuk
membantu aktifitas pasien sampai pasien
2
3
F Evaluasi Keperawatan
Hari dan tanggal
NO.D
EVALUASI
Kamis , 19
X
1
November 2015
29
ansietas.
S : Pasien mengatakan masih belum bisa BAB
O : tidak ada
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi : anjurkan minum air
putih yang banyak dan makan makanan berserat
30
Jumat, 20
November 2015
31
ansietas.
S : Pasien mengatakan masih belum bisa BAB
O : tidak ada
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi : anjurkan minum air
Sabtu , 21
November 2015
saat beraktifitas
TD : 90/60 S : 36,1 N : 83 RR : 20
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluiruh alat
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Ben-Zion Taber MD, Kapita Selekta Obstetri dan Ginekologi, EGC 1994
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2003
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Binapustaka Sarwono Prawiroharjo, 2002
Dinan S. Bratakoesoema , Obstetri Patologi, edisi II ,EGC,2005
F. Gary Cunningham, Obstetri Williams, EGC 1995
Hanifa Wiknjosastro,
Prawiroharjo, 1994
Ilmu
Kebidanan,
35
Yayasan
Binapustaka
Sarwono
36