You are on page 1of 7

ELEKTROKARDIOGRAPH (EKG)

A.

PENGERTIAN
Elektrokardiogram (EKG atau ECG) adalah grafik yang merekam perubahan
potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Elektrodiografi adalah ilmu
yang mempelajari perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltage yang
terdapat dalam jantung.
Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan
menggunakan Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu instrumen yang
sangat peka sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan (milivolt) pada
jantung.
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
2. Kelainan-kelainan otot jantung
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
4. Ganguan -gangguan elektrolit
5. Perikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
7. Menilai fungsi pacu jantung.
B.
BENTUK GELOMBANG DAN INTERVAL EKG
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai
dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan
miokardium. Gelombang gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala
waktu horizontal dan voltase vertikal.

Gambar 1. Bentuk Gelombang EKG


Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
1. Gelombang P

Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi


atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik yang berhubungan
dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelompang P
dalam keadaan normal berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan
hantaran.
Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P,
serta mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah
konfigurasi gelombang P. misalnya, irama yang berasal dari dekat perbatasan AV dapat
menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.
2. Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval
ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui
nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik.
3. Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena
banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar
cukup cepat, normalnya lamanya komplek QRS adalah antara 0,06 dan 0,10
detikHipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena
penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa depolarisasi
ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan
atrium yang tercatat pada elektrokardiografi
4. Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi
ventrikel. Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode ini, tetapi perubahan
ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada EKG. Penurunan abnormal segmen ST
dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan
dengan infark. Penggunaan digitalis akan menurunkan segmen ST.
5. Gelombang T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan normal
gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada kebanyakan sadapan.
Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia miokardium. Hiperkalemia
(peningkatan kadar kalium serum) akan mempertinggi dan mempertajam puncak
gelombang T.
6. Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata rata adalah 0,36 sampai 0, 44
cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung.
Interval QT memanjang pada pemberian obat obat antidisritmia seperti
kuinidin, prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).
Pada umumnya dirancang tiga kategori sadapan :
1. Sadapan standar anggota tubuh (sadapan I, II, dan III)
Sadapan ini mengukur opotensial listrik antara dua titik, sehingga sadapan ini
bersifat bipolar, dengan satu kutub negatif dan satu kutub positif. Elektroda
ditempatkan pada lengan kanan, lengan kiri, dan tungkai kiri. Sadapan I melihat

jantung dari sumbu yang menghubungkan lengan kanan dan lengan kiri, dengan lengan
kiri sebagai kutub positif. Sadapan II dari lengan kanan dan tungkai kiri, dengan
tungkai kiri positif. Sedangkan, sadapan III dari lengan kiri dan tungkai kiri dengan
tungkai kiri positif.
2.
Sadapan anggota badan yang diperkuat (aVR, aVL, aVF)
Hantaran ini disesuaikan secara elektris untuk mengukur potensial listrik absolut
pada satu tempat pencatatan, yaitu dari elektroda positif yang ditempatkan pada
ekstremitas dengan demikian merupakan suatu sadapan unipolar. Keadaan ini dicapai
dengan menghilangkan efek kutub negatif secara elektris dan membentuk suatu
elektroda indiferen pada potensial nol.
EKG secara otomatis akan mengadakan penyesuaian untuk menghubungkan
elsktroda anggota badan lainnya sehingga membentuk suatu elektroda indiferen yang
pada hekekatnya tidak akan mempengaruhi elektroda positif. Voltase yang tercatat pada
elektroda positif lalu diperkuat atau diperbesar untuk menghasilkan sadapan
ekstremitas unipolar. Terdapat tiga sadapan anggota tubuh yang diperbesar, aVR
mencatat lengan kanan, aVL mencatat lengan kiri, dan aVF memcatat tungkai kiri
(lokasi aVF dapat dengan mudah diingat dengan lokasi huruf F dengan kata foot (kaki)).
3.
Sadapan prekordial atau dada (V1 hinggan V6)
Merupakan sadapan unipolar yang mencatatpotensial listrik absolut pada
dinding dada anterior atau prekordium. Identifikasi petunjuk petunjuk berikut
mempermudah meletakkan prekordial dengan tepat :
Sudut Louis yaitu tonjolan tulang dada pada sambungan antara manubrium dan
korpussterni.
- Ruang sela iga kedua, berdekatan dengan sudut Louise.
- Linea midklavikularis kiri
- Linea aksilaris anterior dan midaksilaris
Elektroda di pasang berurutan pasa enam tempat berbeda pada dinding dada :
V1 : pada sela iga keempat sebelah kanan dari sternum
V2 : pada sela iga keempat sebelah kiri dari sternum
V3 : pada pertengan antara V2 dan V4
V4 : pada sela iga kelima di garis mid-klavikularis
V5 : horisontal terhadap V4, pada garis aksilaris anterior
V6 : horisontal terhadap V5, pada garis mid aksilaris.

Sadapan standar anggota badan dan sadapan anggota badan yang diperkuat
melihat jantung dari bidang frontal. Perspektif relatif dari setiap sadapan paling mudah
dikonsepkan dengan menggunakan suatu diagram skematik yang disebut sistem acuam
enam sumbu. Sistem acuan ini diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1. Hubungkan sumbu dari I, II, dan III sehingga membentuk segitiga sama sisi yang disebut
segitiga einthoven. Jantungnya dianggap sebagai pusat listrik segitiga tersebut.
2. Tempatkan sumbu sadapan sedemikian rupa sehingga masing masing memancar dari
pusat segitiga dan membetuk diagram kedua yang dikenal dengan sistem acuan tiga
sumbu.
3.
Gabungkan diagram sistem acuan tiga sumbu dengan represenatsi skematik dari
sadapan anggota badan yang diperkuat, yang emmancar dari pusat listrik dari toraks,
dan menghasilkan sistem acuan enam sumbu.

Sistem acuan enam sumbu merupakan atal bantu yang sangat berharga dalam
menginterpretsi hasil EKG, memungkinkan perhitungan arah rata rata aktivitas listrik
dalam jantung. Arah rata rata aktivitas listrik yang dihitung dari EKG dikenal sebagai
sumbu
listrik
jantung.

C.

CARA MENEMPATKAN ELEKTRODE

Gambar 3. Peletakan elektroda pada tubuh

1. Elektrode

extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah
dengan telapak tangan.
2. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke
bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
Merah (RA / R) lengan kanan
Kuning (LA/ L) lengan kiri
Hijau (LF / F ) tungkai kiri
Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead):
1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
2.
Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai
dengan
simbol aVR, aVL, aVF.
3. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf
V dan disertai
angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium,
harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 : garis aksilla depan sejajar dengan V4

V6 : garis aksila tengah sejajar dengan V4


Sandapan tambahan :
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan.
Jadi pada umumnya pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu :
I , II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5, V6. Sandapan yang lain dibuat bila perlu.
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
1. Anterior : V2, V3, V4
2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal)
Lebih dari 30 : LAD (deviasi aksis kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviasi aksis kanan)
D. CARA MEMBACA EKG
Ukuran-Ukuran pada kertas EKG Pada perekaman EKG standar telah ditetapkan yaitu :
1. Kecepatan rekaman 25 mm/detik (25 kotak kecil.
2. Kekuatan voltage 10 mm = 1 millivolt (10 kotak kecil)
Jadi ini berarti ukuran dikertas EKG adalah :
Pada garis horisontal
1. Tiap satu kotak kecil = 1 mm = 1/25 detik = 0,04 detik
2. Tiap satu kotak sedang = 5 mm = 5/25 detik = 0,20 detik
3. Tiap satu kotak besar = 25 mm = 25125 = I ,00 detik
Pada garis vertikal
1. 1 kotak kecil = 1 mm =0.1 mv
2. 1 kotak sedang = 5 mm = 0,5 mv

3.

2 kotak sedang = 10 mm= I milivolt

Gambar 4. Cara Baca Kertas EKG

E. CARA MENGHITUNG EKG


Kecepatan EKG adalah 25 mm / detik.
Satu menit = 60 detik, maka kecepatan EKG dalam 1 menit yaitu 60 x 25 = 1500 mm.
Satu kotak kecil panjangnya = 1mm.
Satu kotak sedang (5 kotak kecil) : 1500 / 5 = 300 mm

Gambar 5. Kertas EKG


F.
NILAI-NILAI EKG NORMAL
1. Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.
a. Nilai-normal ; lebar <>
b. tinggi <0,25>
c. bentuk (+ ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d. (-) di lead aVR
e. + atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
2. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang
QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
a. Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam
<1/3>
b. Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
Tinggi ; tergantung lead.
Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
c. Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
3. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
a. (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
b. (-) di lead aVR.
c. () / bifasik di lead III, aVL, V1

(dominan

(+)

positif)

4. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan
dalam keadaan normal tidak terlihat.

DAFTAR PUSTAKA:
1. Gibson, Jhon. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat edisi 2. EGC:
Jakarta.
2. Harrison.2000.Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13.EGC:Jakarta.
3. Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia Edisi 2 ;dari Sel ke Sistem.EGC:Jakarta.
4. Thaler,Malcom S.2000.Satu-satunya buku EKG yang Anda Perlukan Edisi 2; Alih
Bahasa Samik Wahab.Hipokrates:Jakarta.

You might also like