You are on page 1of 13

Benjolan

Ny. Karsi 38 tahun, datang ke Poli Klinik RS mengeluhkan adanya benjolan sebesar bola
pimpong pada payudara kanan yang jika ditekan terasa sakit. Benjolan ini dirasakan semakin
hari semakin bertambah besar. Ny. Karsi khawatir benjolan itu adalah tumor. Oleh dokter poli
Ny. Karsi di sarankan untuk dilakukan pemeriksaan biopsi pada benjolan tersebut. Dari hasil
biopsi dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi dan kemoterapi. Untuk
persiapan operasi dan kemoterapi dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium seperti
pemeriksaan darah rutin dan tumor marker.
Unfamiliar terms
Tumor : massa abnormal yang terus tumbuh karena responsivitas pertumbuhan hilang,
meskipun rangsangan awal dihentikan
Biopsi : pengambilan dan pemeriksaan, biasanya mikroskopik, jaringan dari tubuh untuk
penegakkan diagnosis
Untuk mengetahui adanya kanker
Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa
X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu untuk
mengalokasikan area biopsi
Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses pembedahan
Tujuan
Mengetahui morfologi tumor
Tipe histologic tumor
Subtipe tumor
Grading sel
Radikalitas operasi
Staging tumor
Besar specimen dan tumor dalam centimeter
Luas ekstensi tumor
Bentuk tumor
Nodus regional
Jenis biopsi
Biopsi insisional
Pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah
Pembiusan total atau lokal tergantung lokasi massa
Biospi eksisional
Pengambilan seluruh massa yang dicurigai untuk kemudian diperiksa di
bawah mikroskop
Dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa
Biopsi jarum
Pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat
jarum
Dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum)
Bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan
atau USG sebagai panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai
massa atau lokasi yang diinginkan
Core biospy : jarum berukuran besar
Fine needle aspiration biopsy : jarum kecil atau halus

Biopsi jarum dengan endoskopi


Pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode
ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya
Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran
pernafasan, pencernaan dan kandungan
Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi
kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
Punch biopsy
Biasa dilakukan pada kelainan di kulit Dilakukan dengan alat berukuran
seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu
instrument tajam di dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan
Kemoterapi : pengobatan penyakit menggunakan zat-zat kimiawi
Tumor marker : substansi biokimia yang menunjukkan neoplasia, idealnya spesifik, sensitif,
dan proporsional terhadap beban tumor
Umumnya diperiksa dari darah
Untuk menyaring dan membantu menegakkan diagnosis untuk kanker, mengikuti
perjalanan penyakit dan ingin mengetahui adanya kekambuhan (relapse)
Pemeriksaan petanda tumor tidak dapat diperiksa secara tunggal untuk mendeteksi
adanya kanker, harus dengan menggunakan beberapa petanda tumor
Beberapa petanda tumor (tumor marker) dalam darah
Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang
akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 95%
pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran
cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa
Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor
associated glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan
jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan
ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna
Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu
menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus
besar
Cancer antigen 12-5 (Ca 12-5) dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel
non-mucinous
Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan
monitoring hasil pengobatan
Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat

Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan
perjalanan penyakit keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan
seminoma
Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel
skuamosa dari serviks utri
Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak
seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema
1. Pemeriksaan laboratorium dasar sesuai etiologi penyakit
2. Sistem grading dan staging neoplasia
Grading
Grading : pengelompokan jaringan neoplastik berdasarkan derajat maturitas dan
diferensiasi sel
Maturitas : proses pematangan sel
Diferensiasi : perkembangan sel berdasarkan fungsinya masing-masing yang
membedakannya dengan sel punca
Grading neoplasia dilihat berdasarkan :
Histologic grade
Berdasarkan kemiripan sel neoplastik dengan sel normal (diferensiasinya)
Nuclear grade
Berdasarkan bentuk dan ukuran inti (ada tidaknya hiperkromatik inti) dan
mitosis yang terlihat
Pembagian grade
GX : tidak dapat ditentukan grade-nya
G1 : diferensiasi baik (low), masih memiliki kesamaan dengan sel punca, prognosis
baik
G2 : diferensiasi sedang (intermediate)
G3 : diferensiasi buruk (high), prognosis buruk
G4 : tidak dapat berdeferensiasi (aplasia : sel tidak dapat berkembang)
Grading system
Cara menentukan grade suatu sel neoplastik dapat digunakan sistem yang berbeda
tergantung pada sel mana terjadi neoplasma
Contoh :
Gleason : prostat cancer
Elston-ellis : breast cancer
Fuhrman : kidnet cancer
Clinical Staging (surgical staging)
Staging : perluasan tumor primer dan penyebarannya ke bagian tubuh
Fungsi : merencanakan pengobatan, estimasi prognosis
Tidak ada tipe staging spesifik untuk masing-masing jenis neoplasma

Dilihat berdasarkan :
Lokasi tumor primer
Ukuran dan jumlah tumor
Penyebaran ke nodul limfe
Ada tidaknya metastasis
Secara umum dibedakan berdasarkan :
T : perluasan tumor ke jaringan sekitarnya
N : perluasan tumor ke nodul limfe
M : ada tidaknya metastasis
3. Pemeriksaan laboratorium histopatologi
4. Pemeriksaan hematologi, pemeriksaan kimia klinik
5. pemeriksaan imunologi
Pemeriksaan laboratorium
Memperkuat dugaan adanya penyakit alergi
Pemantauan pasien (menilai timbulnya penyulit penyakit, hasil pengobatan)
Jumlah leukosit dan hitung jenis sel
Alergi : jumlah leukosit normal
Sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, sputum
Periode simtomatik : eosinofil banyak dalam sekret
Terjadi infeksi : neutrofil dominan
Serum IgE total
Menyokong adanya penyakit alergi
Fungsi khusus :
Ramalan alergi (jika ortu mengalami alergi dan dibutuhkan pemeriksaan anak)
Ramalan alergi bronkiolitis
Membedakan asma dan rinitis alergik dengan non-alergik
Membedakan dermatitis atopik dengan dermatitis lain
IgE spesifik
Mengukur IgE terhadap alergen tertentu secara invitro dengan cara RAST (radio
allergo sorbent test) atau ELISA (enzym linked immuno sorbent assay)
Tes kulit
Tujuan : menentukan antibodi IgE spesifik dalam kulit pasien
Hanya dilakukan terhadap alergen yang dicurigai sebagai penyebab keluhan pasien
Tes tusuk (prick test)
Mudah, murah, spesifik, aman (banyak digunakan)
Penetesan alergen tertentu yang dicurigai sebagai penyebab alergi pasien
pada volar lengan bawah

Hasil tetesan, ditusuk dangkal oleh jarum disposible (setiap ekstrak alergen
beda jarum)
Hasil pembacaan 15-20 menit
Membandingkan kontrol positif (histamin fosfat 0.1persen) pada tempat yang
disediakan (bukan dikulit). Berdasarkan kemiripan :
Hasil +1. 25 persen
Hasil +2. 50 persen
Hasil +3. 100 persen
Hasil +4. 200 persen
Membandingkan kontrol negatif (phospate buffered saline 0.4persen).
Hasil negatif. Sama dengan kontrol negatif
Tes tempel (patch test)
Menempelkan suatu ekstrak yang dicurigai sebagai penyebab dermatitis alergi
kontak
Bahan tersebut diletakan dalam kertas saring dan ditempelkan pada kulit
(punggung) dengan plester
Hasil pembacaan 2 x 48 jam
0 : tidak bereaksi
+/- : eritemia ringan, meragukan
+1 : reaksi ringan (eritemia disertai edema ringan)
+2 : reaksi kuat (papular eritemia dengan edema)
+3 : reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)
Tes provokasi
Memberikan alergen secara langsung kepada pasien hingga timbul gejala
Hanya dilakukan ketika diagnosis sulit dilakukan
Provokasi nasal
Alergen diberikan dengan disemprotkan atau dihisap (jika alergen
kering) dengan satu lubang hidung bergantian
Tes positif jika timbul reaksi bersin, pilek, batuk, hidung tersumbat
Provokasi bronkial
Pemberian berupa alergen atau nonalergen pada pasien dengan melihat
adanya obstruksi laring, trakea, bronkus)
Berupa :
Tes kegiatan jasmani : dapan menimbulkan serangan asma jika positif
Tes inhalasi antigen : diperlukan alat penyemprot secara langsung
Tes inhalasi histamin dan metokin : menentukan reaktivitas saluran
napas
6. Urinalisis dan pemeriksaan feses
Urinalisis
Urinalisis : analisa urine, pemeriksaan lab.terhadap spesimen urine
Fungsi :
Diagnosis penyakit : pemeriksaan penunjang Pemantauan : perjalanan penyakit,
komplikasi pengobatan

Spesimen urine dapat berupa :


Urine sewaktu
Urine pagi
Urine puasa
Urine post prandial
Urine 24 jam
Urine kateter
Syarat penampungan urine
Digunakan dalam keadaan segar (setelah dikemihkan, langsung diadakan
pemeriksaan)
Bila pemeriksaan ditunda, disimpan pada suhu 5 derajat celsius (atau diberi
pengawet : toluena)
Pemeriksaan urine rutin
Pemeriksaan penyaring, dasar pemeriksaan tindak lanjut
Volume urine
Normal : 1.5 liter/24 jam
Poliurea : lebih dari 2.5 liter/24 jam
Oligourea : kurang dari 200 mL/24 jam
Pemeriksaan makroskopis (warna, kejernihan, berat jenis, bau, pH)
Pemeriksaan mikroskopis (sedimen)
Protein
Glukosa
Pemeriksaan feses
Adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang dikeluarkan lewat anus
dari saluran cerna
Jumlah normal produksi 100-200 gram/hari Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel
epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis
Frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu
Salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis
suatu penyakit
Menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam
Dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan
Pemeriksaan makroskopis
Jumlah
Normal : 100-250 gram/hari
Jika banyak makan sayur, jumlah feses meningkat
Warna
Kuning kecoklatan : normal. Dipengaruhi oleh urobilin (makin banyak,
makin tua warnanya)
Hijau : bayi baru lahir karena adanya biliverdin atau porphyrin, konsumsi
sayuran berklorofil

Kelabu : tidak adanya urobilinogen (akholis) pada penderita ikterus


obstruktif
Merah muda : perdarahan daerah distal GI, konsumsi tomat atau bit
berlebih
Coklat : urobilin meningkat (anemia hemolitik), perdarahan proximal
akibat kopi, coklat berlebih
Hitam : obat mengandung besi, arang, bismuth
Bau
Bau normal : indol, skatol, asam butirat
Tengik atau asam : peragian gula yang tidak dicerna (diare)
Konsistensi
Normal : konsistensi agak lunak dan bebentuk
Diare : konsistensi menjadi sangat lunak atau cair
Konstipasi : tinja yang keras atau skibala
Peragian karbohidrat dalam usus : tinja yang lunak dan bercampur gas
Hisprug : konsistensi tinja berbentuk pita
Alabsorpsi usus : sangat besar dan berminyak
Lendir
Normal : sedikit lendir
Radang dinding usus : lendir berlebih
Darah
Perdarahan proximal : berwarna kehitaman
Perdarahan distal : berwarna merah muda
Nanah
Ulseratif kolon, fistula colon sigmoid, lokal abses, disentri basiler
Parasit
Ada tidaknya cacing ascaris, anylostoma pada feses
Sisa makanan
Pemeriksaan mikroskopis
Protozoa
Telur cacing
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Kristal
Makrofag
Sel ragi
Jamur
Pemeriksaan kimia
Darah samar
Mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
makroskopik atau mikroskopik
Guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan
penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin
Ditentukan apakah kadarnya berlebihan atau kekurangan
Urobilinogen
Bilirubin

Normalnya tidak ada


Bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian
oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin
7. Pemeriksaan laboratorium pada gangguan hemostasis
8. Pemeriksaan laboratorium infeksi bakteri, virus, jamur
1. Macam pemeriksaan laboratorium neoplasma (biokim, morfologi, molekular), biopsi, tumor
marker
2. Pemeriksaan urin
3. Karsinogenesis
4. Respon imun terhadap karsinogen
Immunosurveillance kanker
Mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk bereaksi melawan antigen yang diekspresikan
oleh neoplasma
Onkogen menginduksi terbentuknya protein tumor yang sifatnya non-self (protoonkogen) sehingga akan disajikan oleh sel tumor dengan MHC kelas 1 (pada
kebanyakan kanker yang disebabkan oleh virus)
Molekul tumor yang disajikan oleh MHC kelas 1 akan dikenali oleh sel T sitotoksik
CD8+ (CTL) dan terjadi reaksi imunitas
Terdapat pula molekul tumor yang tidak dapat disajikan oleh MHC, yang nantinya akan
disensitisasi oleh sel NK
Mekanisme efektor antitumor
Respon seluler
Lebih menitikberatkan pada kerja sel T sitotoksik lewat ekspresi oleh MHC kelas 1
Limfosit T sitotoksik CD8+
Aktif mengenali (reseptor sel T) protein tumor yang diekspresikan oleh
sel tumor spesifik melalui MHC kelas 1
Aktif oleh interleukin
Sel natural killer
Aktif ketika ekspresi protein tumor tidak disajikan oleh MHC kelas 1
Aktif oleh interleukin
Berikatan dengan antigen tumor oleh IgG yang menempel pada
reseptor Fc NK cell
Atau berikatan dengan reseptor NKG2D apabila jenis protein yang
dihasilkan merupakan protein stress
Makrofag
Menyerang sel tumor yang mengekspresikan protein tumor dengan
mekanisme fagosit (tidak lagi menggunakan mekanisme pengenalan
reseptor seperti sel NK)
Aktif karena interferon-y, yakni sitokin yang disekresikan oleh sel T dan
sel NK yang saling bekerja sama

Respon humoral
Lebih menitikberatkan pada fungsi sel B yang langsung mengenali karsinogen
sebagai antigen spesifik (pencetus terbentuknya protein tumor pada sel tumor)
Sesudah berikatan dengan karsinogen sebagai antigen, maka sel B yang aktif oleh
interferon-y (sitokin dari sel T) akan mengalami mitosis (klonal) sehingga terbentuk
sistem komplemen yang melisiskan antigen
Proses kerja :
Antigen (materi asing) masuk
Aglutinasi, pengikatan antibodi (permukaan sel B) pada antigen (mengurangi
jumlah antigen bebas)
Opsonisasi, antigen diselubungi oleh sistem komplemen dan antibodi
merangsang fagositosis
Netralisasi, antibodi berikatan dengan sel tubuh dan menginaktifkan toksin
Sitotoksisitas, reseptor Fc IgG (antibodi) berikatan dengan sel imun lain
(makrofag, neutrofil dan eosinofil) memicu fagositosis
Aktivasi komplemen, pengikatan antibodi dengan komplemen menimbulkan
lisis sel (pembuangan sisa fagositosis)
5. Tumor jinak menjadi ganas
6. Pasien dalam skenario mengalami apa?
Pasien dalam skenario mengalami karsinoma mammae
7. Pemeriksaan fisik neoplasma jinak atau ganas
Dapat dilihat dari : konsistensi atau tingkat kepadatan tumor, batas tepi tumor, pergerakan
tumor, bentuk dan ukurannya
Rasa sakit atau tidak ketika tumor disentuh tidak menentukan apakah tumor tersebut jinak
atau ganas. Rasa sakit timbul apabila tumor tertanam hingga lapisan dermis kulit yang
terkonsistensi saraf sensorik, tidak timbul rasa sakit. Apabila tidak sampai tertanam pada
dermis (tidak mengenai syaraf)
Tumor jinak
Konsistensinya relatif keras
Batas tepi yang tidak jelas
Relatif terfiksir atau terikat pada jaringan sekitarnya sehingga agak sukar digerakkan
seperti ada yang menahannya
Bentuk biasanya tidak bulat sekali
Ukurannya bisa mulai dari kecil sampai besar sekali
Tumor ganas
Konsistensinya lembek
Batas tepi jelas
Termobilisasi, tidak terfiksasi dengan jaringan di sekitarnya, sehingga mudah
digerakkan
Bentuk bisa bulat penuh

Ukurannya bisa kecil


8. Anatomi kelenjar limfoid
9. Macam dan mekanisme metastasis
Mekanisme invasi dan metastasis
Invasi : proses bermigrasinya sel tumor pada tumor primer menuju vaskular dan terjadi
ekstravasasi
Metastasis : proses ketika sel tumor hasil migrasi tertanam pada organ atau jaringan yang
sesuai (ligan-reseptor sesuai) menjadi tumor sekunder
Invasi terdiri atas 4 proses utama :
Terlepasnya sel tumor satu sama lain
E-kaderin bekerja sebagai lem antarsel
E-kaderin terikat kuat dalam sitoplasma dengan B-katenin
Pada sel kanker epitel, E-kaderin lenyap akibat mutasi inaktivasi gen E-kaderin
maupun oleh aktivasi gen B-katenin (pendorong pertumbuhan)
Melekatnya sel tumor ke komponen matriks
Sel tumor memiliki banyak reseptor terhadap komponen matriks seperti
laminin dan fibronektin pada membran basalnya
Membantu proses penembusan membran basal
Penguraian ECM
Sel tumor mengeluarkan enzim proteolitik untuk menginduksi sel pejamu
(misal : fibroblas) mengeluarkan protease, metaloprotease, gelatinase,
kolagenase
Kolagenase tipe IV memecah, mengdegradasi kolagen tipe IV dan membran
basal vaskular
Migrasi sel tumor
Sel tumor menembus membran basal yang telah rusak (akibat degradasi tadi)
dan mengalami lisis
Produk penguraian matriks (laminin, kolagen, fibronektin) dan faktor
pertumbuhan (IGF I dan II) berfungsi sebagai kemokin yang memaksa
motilitas sel kanker berjalan melalui matriks dan terjadi intravasasi
Komponen penguraian matriks seperti fibronektin akan berikatan dengan
faktor motilitas autokrin (sejenis sitokin)
Metastasis
Selanjutnya sel tumor akan mengalami intravasasi menembus pembuluh darah
karena proses invasi tadi
Sel tumor akan mengadakan interaksi dengan sel limfoid B ataupun T di dalam
pembuluh
Sebagian sel tumor akan mengalami embolus dengan trombosit untuk melindungi
dirinya dari sel T dan B
Sel tumor mengalami ekstravasasi dengan sebelumnya berlekatan dengan endotel
vaskular
Sel tumor mendegradasi pembuluh darah dan ECM sama seperti mekanisme invasi
(kali ini ke arah luar pembuluh)
Sel tumor membentuk endapan metastatik dengan memanfaatkan ligan yang sesuai
untuk reseptornya yang ada pada organ tertentu

Terjadi angiogenesis untuk tumor sekunder dan terjadi pertumbuhan lanjutan


Macam metastasis
Berdasarkan penyebarannya metastasis melalui :
Rongga tubuh
Invasi sel tumor melintasi suatu rongga alami tubuh, seperti dinding usus
(karsinoma kolon), permukaan peritoneum, rongga pleura
Limfatik
Lebih khas untuk karsinoma
Pola penyebaran bergantung pada letak neoplasma primer dan jalur drainase
limfe alami
Sel melintasi semua kelenjar getah bening sampai ke kompartmen vaskular
melalui ductus thoracicus
Hematogen
Lebih khas untuk sarkoma
Vena lebih sering mengalami invasi karena lebih tipis dibandingkan arteri
Cendrung mengalami penyebaran yang cepat
10. Prognosis itu apa?
Suatu prediksi terhadap kemungkinan perjalanan dan akibat dari suatu penyakit
Perkiraan kesembuhan suatu penyakit, apakah bisa dilenyapkan lagi atau lainnya
Macam prognosis
Ad vitam (hidup)
Ad functionam (fungsi)
Ad sanationam (sembuh)
Jenis prognosis
Sanam (sembuh)
Bonam (baik)
Malam (buruk/jelek)
Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)
Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)
11. Grading neoplasma
12. Hemopoesis
Hemopoesis adalah proses pembentukan komponen darah berupa sel-sel darah seperti
eritrosit, leukosit, dan trombosit
Tahap awal embriogenesis : sel-sel darah muncul dari mesoderm yolk sac
Trimester kedua : hemopoesis terjadi dalam hati (utama) dan limpa (pembantu) yang
sedang berkembang
Trimester ketiga : terjadi osifikasi, sumsum tulang terbentuk, sumsum tulang menjadi
jaringan hemopoetik utama
Sesudah lahir : sel-sel darah berasal dari sel punca pluripotent (HSC : hematopoetic stem
cells)

Pluripotent HSC (hematopoetic stem cells)


HSC berproliferasi membentuk :
Garis keturunan mieloid
Dibentuk dan berkembang di sumsum tulang
Granulosit
Monosit
Eritrosit
Megakariosit
Garis keturunan limfoid
Dibentuk di sumsum tulang, berproliferasi dan berdeferensiasi di timus, limfonodus, limpa,
organ limfoid lain
Limfosit B
Limfosit T
Proses proliferasi dan diferensiasi sel :
Perkembangan darah menjadi bentuk yang benar-benar terdiferensiasi memerlukan
lingkungan sesuai, yakni adanya faktor perangsang koloni (colony stimulating factor/CSF)
atau hematopoetin
Fungsi CSF : merangsang proliferasi (mitogenik), mendukung diferensiasi fungsional sel
hingga matang
Sel punca (HSC)
Bergaris keturunan sel punca mieloid dan sel punca limfoid
Sel progenitor (CFU : colony forming unit)
Membentuk koloni dari satu jenis sel
Berdiferensiasi hampir sama dengan HSC keturunan mieloid dan limfoid
CFU-E : garis keturunan eritroid
CFU-Meg : garis keturunan trombositik
CFU-GM : garis keturunan granulosit-monosit
CFU-L : garis keturunan limfoid
Sel prekursor (blas)
Diferensiasi berbeda dalam hal morfologi dari CFU (morfologi khas)
Misal : proeritroblas (eritrosit), megakarioblas (trombosit), mieloblas (granulosit),
monoblas (monosit)
Sel matang
Morfologi khas
Aktivitas fungsional terdiferensiasi
Proses pematangan :
Eritropoesis
Lingkungan : eritropoetin
CFU-E - proeritroblas - eritroblas awal (basofilik) - eritroblas polikromatofilik - eritroblas
otokromatofilik (inti keluar) - retikulosit - eritrosit
Granulopoesis
Lingkungan : G-CSF
CFU-GM - mieloblas - promielosit :

Mielosit eosinofilik - metamielosit eosinofilik - eosinofil


Mielosit basofilik - metamielosit basofilik - basofil
Mielosit neutrofilik - metamielosit neutrofilik - neutrofil
Monositopoesis
Lingkungan : M-CSF
CFU-GM - monoblas - promonosit - monosit
Trombositopoesis
Lingkungan : trombopoeitin
CFU-Meg - megakarioblas - promegakariosit - megakariosit - trombosit
Limfopoesis
CFU-L - limfoblas B - limfosit B (pematangan di sumsum tulang)
CFU-L - limfoblas T - limfosit T (pematangan di timus dan organ limfoid lain)
13. Hemostasis
Hemostasis (hemo: darah; stasis: berdiri) adalah penghentian perdarahan dari suatu
pembuluh darah yang rusak (hemoragia)
Kapiler kecil, arteriol, venula sering kali pecah akibat adanya trauma internal maupun
eksternal
3 langkah utama hemostasis
Trombosit berperan kunci dalam hemostasis
Spasme vaskular
Konstriksi pembuluh darah yang pecah
Memperlambat aliran darah, memperkecil kehilangan darah
Permukaan endotel tunica intima pembuluh darah semakin mendekat dan
saling menambal (bocornya) satu sama lain
Pembentukan sumbat trombosit
Permukaan tempat ditemukannya cedera (luka) terdapat kolagen yaitu protein
fibrosa tapat di bawah endotel
Kolagen ini mengaktifkan trombosit membentuk sumbat trombosit pada
permukaan tersebut
Trombosit akan terus menggumpal pada permukaan melalui mekanisme
umpan balik positif pelepasan ADP (adenosin difosfat) dari trombosit
Sementara permukaan endotel di sekitarnya yang tidak mengalami luka, terus
melepaskan prostasiklin dan nitrogen oksida untuk menghambat agregasi
trombosit
Koagulasi darah (pembentukan bekuan darah)
Protrombin, bentuk inaktif dari trombin berupa protein plasma darah diaktifkan
menjadi trombin oleh tromboplastin yang aktif ketika adanya agregasi
trombosit
Trombin mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin
Trombin juga mengaktifkan faktor yang mengaktifkan lebih banyak protrombin
menjadi trombin, menstabilkan jala fibrin, dan meningkatkan agregasi trombosit

You might also like