Professional Documents
Culture Documents
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae, serta familia
Solanaceae. Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis adalahNicotianae Tabocum L
dan Nicotianae Rustica. Pada mulanya tanaman tembakau hanya digunakan oleh masyarakat
indian hanya dalam upacara upacara keagamaan mereka. Namun lambat laun ketika budaya
barat mulai mengenal tembakau, tanaman ini menjadi salah satu komoditas penting dalam
perdagangan dunia.
Sebagaimana diketahui tanaman tembakau merupakan merupakan salah satukomoditi
yang strategis dari jenis tanaman semusim perkebunan. Perantembakau bagi masyarakat
cukup besar, hal ini karena aktivitas produksi danpemasarannya melibatkan sejumlah
penduduk untuk mendapatkan pekerjaandan penghasilan.Produk tembakau yang utama
diperdagangkan adalah dauntembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk
bernilai tinggi,sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam
perekonomiannasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber penerimaan
pemerintah dan pajak (cukai)sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha
tanidan pengolahan rokok).
Tembakau di Indonesia ada bermacam jenis, yang masing-masing memiliki sifat-sifat
spesifik. Harga jual tembakau sangat tergantung pada kualitas tembakau dan permintaan. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi mutu tembakau, baik secara langsung maupun tidak, atau
disebut dengan faktor teknis dan non-teknis.Sebagaimana halnya beberapa faktor dapat saling
berkaitan erat ataupun tidak, maka beberapa unsurpun dapat saling berkaitan ataupun berdiri
sendiri dalam menentukan mutu tembakau. Sehingga pemahaman mengenai keterkaitan
unsur-unsur tersebut perlu dimiliki, terutama bagi pihak-pihak yang nantinya berkecimpung
di bidang pengolahan hasil pertanian.Oleh karena itu, dalam praktikum ini mahasiswa
diharapkan mengerti tentang proses pengolahan tembakau secara umum. Hal ini disebabkan
karena begitu pentingnya peran komoditas tembakau bagi perekonomian Indonesia. Untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas tembakau sendiri perlu dilakukan penanganan yang
khusus.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mahasiswa dapat memperoleh kemampuan untuk mengendalikan kondisi serta proses
pengolahan tembakau di lapang atau dalam gudang pengering maupun sortasi, untuk
memperoleh hasil olah sesuai dengan tujuan pengolahan.
1.2.2
Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan sortasi daun tembakau basah/hijau dan kering/krosok
dari jenis tembakau sigaret maupun cerutu (tembakau Besuki Na-oogst atau Besmo
dan tembakau bawah naungan atau TBN) yang telah disediakan, berdasarkan ukuran
panjangnya, kemudian menuliskan kelas ukurnya.
2. Mahasiswa dapat mengukur lebar dan indeks daun tembakau.
3. Mahasiswa dapat menggambarkan bentuk dari beberapa jenis daun tembakau.
4. Mahasiswa dapat membuat bagan kelas panjang ukur daun tembakau di beberapa
daerah.
5. Mahasiswa dapat membuat irisan daun pembalut (Wrapper, deblad) dan pembungkus
(binder, omblad) cerutu dengan pola yang sudah ditetapkan dari beberapa macam
ukuran.
6. Mahasiswa dapat menghitung berat nisbi ibu tulang daun (midrib) terhadap berat
krosok.
7. Mahasiswa dapat mengukur sudut yang dibentuk antara ibu tulang daun dengan
cabang tulang daun.
8. Mahasiswa dapat menggambar penampang melintang daun tembakau di bawah
mikroskop.
9. Mahasiswa dapat menentukan mutu bakar daun tembakau, yang meliputi : daya pijar,
cepat bakar, sempurna bakar.
10. Mahasiswa dapat menganalisa kadar nikotin tembakau sigaret dan cerutu.
lingkungan yang berpengaruh terhadap kadar nikotin antara lain tipe tanah, ketinggian
tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk dan jenis lahan. Tembakau yang ditanam
pada tanah berat berkadar nikotin lebih rendah dibanding yang ditanam di tanah lempung.
Kadar nikotin tembakau cenderung meningkat bila ditanam di daerah yang lebih tinggi.
Semakin banyak populasi tanaman per hektar kadar nikotin semakin rendah, dan semakin
tinggi dosis pemupukan nitrogen kadar nikotin semakin tinggi. Kadar nikotin tembakau yang
ditanam di lahan sawah lebih rendah dibanding di lahan tegal (Mipanesia, 2010).
Asam organik yang paling banyak terdapat pada tembakau krosok adalah asam
aksalat. Zat-zat anorganik umumnya lebih banyak pada lembaran daun dibandingkan pada
tangakai daun. Kadar abu pada daun bagian bawah sekitar dua kali lebih besar daripada daun
bagian atas, tetapi sebaliknya dengan kadar nikotin dan gula umumnya semakin besar dengan
semakin tingginya letak daun.
Tabel 1.Komposisi daun tembakau hijau
Persenyawaan
Selulosa dan lignin
Pektin
Tanin
Karbohidrat
Asam-asam organic
Protein
Alkaloid
Minyak atsiri, gum dan resin
Lain - lain
(Matnawi, 1997)
2.3 Jenis jenis Tembakau Daerah Di Indinesia
Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan diIndonesia, baik
oleh rakyat maupun oleh perusahaan.Matnawi (1997) menyatakan, secara umum tembakau di
Indonesia dapat dipisahkan menurut musim tanamnya yaitu:
1. Tembakau Voor-Oogst
Tembakauini
biasanya
dinamakan
tembakau
musim
kemarau
atau
onberegend.Artinya, jenis tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan dan dipanen
pada waktu musim kemarau.
2. Tembakau Na-Oogst
Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau,
kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.
3. Tembakau Bawah Naungan (TBN)
Merupakan tembakau yang dibudidayakan pada daerah-daerah yang tidak memiliki
suasana Cloudinnes, yang mana disuatu daerah tempat/lahan untuk penanaman tembakau
kurang mendapatkan pancaran sinar matahari (matahari tertutup awan) dalam jumlah yang
banyak. Untuk itu solusinya adalah dengan cara cloudiness buatan yang mana diusahakan
dengan membuat naungan.
Tembakau Bawah Naungan (TBN) atau Vorstenlanden Bawah Naungan (VBN)
dibudidayakan pada daerah-daerah yang tidak memiliki suasana Cloudiness, yaitu daerahdaerah yang dapat menerima sinar matahari dalam jumlah banyak.Sehingga pada daerahdaerah yang mendapatkan sinar matahari yang banyak tersebut dibuatlah naungan untuk
mencapai Cloudiness tiruan atau buatan.Daerah yang sering mengalami Cloudiness (langit
yang sering tertutup awan pada siang hari) terdapat di daerah Sumatera (Deli).Di tempat
itulah dihasilkan tembakau yang telah dikenal dalam pasaran dunia. (Matnawi, 1997)
Beberapa jenis tembakau yang sering dibudidayakan antara lain Tembakau Besuki ,
Deli dan Lombok, bahkan baru baru ini deterapkan suatu sistem penanaman tembakau
dengan menggunakan naungan. Tembakau yang ditanam dibawah naungan ini biasanya
diusahakan pada daerah-daerah yang tidak memiliki suasana Cloudiness, yaitu daerah-daerah
yang dapat menerima sinar matahari dalam jumlah banyak.Sehingga pada daerah-daerah
yang mendapatkan sinar matahari yang banyak tersebut dibuatlah naungan untuk mencapai
Cloudiness tiruan atau buatan.Daerah Sumatera (Deli) misalnya.Tembakau Bawah Naungan
(TBN) atau Vorstenlanden Bawah Naungan (VBN) ini dibudidayakan dalam rangka mencari
alternatif menghadapi masalah produksi dan pemasaran tembakau Besuki Na-oogst(Setiadji,
2003).
2.4 Mutu Tembakau
Mutu tembakau adalah sejumlah kumpulan sifat fisik, kimia, dan organoleptik dari
tembakau yang menjadikan bahan tersebut dikehendaki ataupun tidak dikehendaki sesuai
dengan tujuan penggunaannya.Beberapa aspek utama yang sering digunakan sebagai faktor
penentu mutu tembakau adalah letak daun dan daya pijar. Unsur-unsur penentu mutu daun
tembakau antara lain :
a)
Ukuran, bentuk, dan letak daun, Merupakan unsur mutu yang penting karena menentukan
rendemen yaitu banyaknya daun yang akan dibuat dari tiap helai daun. Selain itu juga
Tulang dan lamina, Tulang daun secara keseluruhan merupakan rangka daun yang
mengokohkan tegak daun dan berfungsi sebagai pembuluh angkut bahan atau produk
metabolisme. Rangka daun yang terletak tepat di bagian tengah daun disebut ibu tulang daun
atau midrib. Daun berlamina tipis dengan tulang daun relatif kecil atau halus dikehendaki
untuk pembalut atau pembungkus. Daun yang tipis, percabangan tulang merata, halus,
f)
Berat per satuan luas, Berat persatuan luas dapat digunakan sebagai pengukur hasil
produksi. Berat per satuan luas ini berpengaruh pada hasil rendemen yaitu perbandingan
antara berat tembaku kering setelah mengalami pengeringan dengan tembakau basahnya.
Neraca analitis
Erlenmeyer
Pengaduk
Bulb pipet
pipet ukur
Mortar
Gelas ukur
Busur derajat
Penggaris
Kompor
Stopwatch
3.1.2
Bahan
Rokok kretek
Rokok Cerutu
Rokok Sigaret
Tembakau krosok
Petroleum eter
Metil orange
HCl 0,01N
NaOH 0,01N
Aquadest
Indicator PP
H2SO4 0,02N
Mutu bakar
Panaskan kawat hingga memerah
2 3 tetes
Merah lembayung
Titrasi dengan
H2SO40,02N
10
3.2.4
Komposisi berat
Timbang berat rokok (a gram)
Diamkan selama
2 jam
Masukkan erlenmeyer
3.2.6
Dauntembakau
Sifat Higroskopis
dibungkus
Terbuka
Koran
Kardus
Simpan 48 jam
Tambahkrosok halus
Timbang botol timbang kosong (a gram)
Eksikator 15 menit
P(cm)
40
40
L(cm)
20
18
Mutu
2
2
A(g)
1,79
2,20
B(g)
0,83
0,84
Mutu Tembakau
Jenis Tembakau: Kak Deck
Kelompok
Jenis Daun
1
Kaki
2
Tengah
3
Pucuk
Jenis Tembakau: Kos Deck
Kelompok
1
2
3
4.1.3
Hasil
Tidak merata
Tidak merata
Tidak merata
ml H2SO4(A)
0,5 ml
0,5 ml
0,5 ml
N H2SO4
0,1N
0,1N
0,1N
ml sampel (C)
20 ml
20 ml
20 ml
Sifat Higroskopis
Kel
1
2
3
4
5
6
4.1.5
Hasil
Tidak merata
Merata
Merata
4.1.4
Jenis Daun
Kaki
Tengah
Pucuk
Perlakuan
Simpan
Terbuka
Simpan Kertas
Koran
Simpan
Kardus
A (g)
B (g)
C (g)
9,25
10,25
9,63
9,64
9,69
8,12
9,12
8,56
8,55
8,57
7,95
8,95
8,37
8,38
8,37
No
1
2
3
4
5
6
4.1.6
Jenis
Dji Sam Soe
Djarum 76
Mild
Sampoerna
Argopuro (cerutu)
Cardinal (cerutu)
A gram
1,72
2,29
1,02
0,97
5,16
5,73
Kadar Nikotin
No
1
2
3
4
5
6
Jenis
Cardinal
Argopuro
Dji Sam Soe
Djarum 76
Sampoerna
Jarum Super
ml titrasi
4
3,1
3,8
6,12
4,9
11,5
P(cm)
40
40
ml H2SO4 (A)
0,5 ml
0,5 ml
0,5 ml
ml sampel (C)
20 ml
20 ml
20 ml
CaCO3 (mg/L)
2500
2500
2500
Sifat Higroskopis
Perlakuan
Terbuka
Koran
Kardus
4.2.4
Mutu
2
2
4.2.3
L(cm)
20
18
Jenis
Dji Sam Soe
Djarum 76
Mild
Sampoerna
5
6
4.2.5
Argopuro (cerutu)
Cardinal (cerutu)
4,8
4,3
Kadar Nikotin
No
1
2
3
4
5
6
Jenis
Cardinal
Argopuro
Dji Sam Soe
Djarum 76
Sampoerna
Jarum Super
Kadar Nikotin(%)
0,65
0,503
0,614
0,993
0,79
1,86
8,3
7,6
86,42
92,14
BAB 5. PEMBAHASAN
memiliki kadar air lebih tinggi daripada yang disimpan diruang terbuka seharusnya daun
tembakau yang disimpan dengan penutup, baik kardus maupun koran, memiliki kadar air atau
nilai higroskopis lebih rendah dari pada yang disimpan diruang terbuka karena penyimpanan
dalam kardus maupun dalam koran dapat melindungi daun dari penyerapan uap air di udara
sekitar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kesalahan saat analisa atau juga karena pada
saat penyimpanan dikardus, kondisi kardus sangat lembab sehingga ketika ditutup kadar air
udara dalam kardus sangat tinggi dan dengan penutupan menyebabkan tidak adanya
pertukaran udara sehingga kelembabannya sangat tinggi.
Nilai higroskopis atau kadar air yang lebih rendah dari standar akan menyebabkan
daun tembakau mudah menyala. Sedangkan nilai higroskopis yang terlalau tinggi dari standar
akan menyebabkan daun tembakau sulit berpijar. Sehingga jika mengacu pada hasil analisa
dapat diketahui bahwa daun tembakau yang disimpan diruang terbuka dan daun tembakau
yang dibungkus koran memiliki daya pijar lebih tinggi.
5.5 Komposisi Berat Daun
Pada komposisi berat daun menggunakan beberapa jenis rokok kretek dan cerutu, dimana
akan dilakukan penimbangan terhadapDekblad, Omblad dan Fillernya yang kemudian
dihitung persentase beratnya.Sampel yang digunakan pada acara ini adalah rokok Mild,
Sampoerna, Dji Sam Soe, Djarum 76,Argopurodan Cardinal. Pertama keseluruhan rokok
ditimbang
sebagai
A gram.
Selanjutnyalapisan-lapisanrokok
tersebut
dibuka
dan
Argopuro, dan Cerutu Cardinal berturut-turut adalah 8,3% dan 7,6%. Rokok yang baik
adalah rokok yang mempunyai komposisi filler paling besar sehingga rokok yang paling baik
berdasarkan komposisinya adalah rokok Dji Sam Soe sedangkan untuk cerutu adalah cerutu
Argopuro. Akan tetapi dari hasil pengamatan dan perhitungan ini masih banyak
penyimpangan karena masih jumlah total komposisi ada yang lebih dari 100%, seharusnya
total dari tiap-tiap komposisi adalah 100%. Hal ini kemungkinan terjadi karena kekurang
telitian dalam penimbangan.
5.6 Kadar Nikotin
Dari hasil pengamatan dan perhitungan kadar nikotin didapatkan hasil untuk Cardinal
sebesar 0,65%, Argopuro sebesar 0,503%, Dji Sam Soe sebesar 0,614%, Djarum76 sebesar
0,993%, Sampoerna sebesar 0,79%, Jarum Super sebesar 1,86%. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa rokok jarum super memiliki kadar nikotin yang paling tinggi diantara sampel yang
lainnya. Hal ini merupakan penyimpangan, karena rokok jarum super adalah jenis rokok
kretek yang pembuatannya digunakan campuran cengkeh sehingga seharusnya kadar
nikotinnya lebih kecil dan rokok cerutu kadar nikotinnya lebih tinggi karena dibuat dengan
menggunakan tembakau secara keseluruhan. Penyimpangan ini terjadi karena penggunaan
HCl yang berbeda, dimana ketika praktikum sempat kehabisan HCl sehingga harus membuat
lagi dan kemungkinan adanya perbedaan antara HCl yang pertama dengan HCl yang kedua.
Menurut Setiadji (2003), Semakin tinggi kualitas rokok atau cerutu maka semakin
tinggi pula kandungan nikotinnya. Kuat fisiologi menerapkan istilah kriteria salah satu
penilaian dari tembakau sehubungan dengan kandungan penyusun yang akan mempengaruhi
fisiologi pemakai. Semakin tinggi kadar nikotinnya maka rasa yang dihasilkan akan semakain
khas dan enak. Sehingga dari hasil analisa kadar nikotin dapat diketahui bahwa kualitas
cerutu cardinal lebih baik dari cerutu argopuro dan rokok jarum super memiliki kualitas
paling baik di antara sampel yang digunakan.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Beberapa unsur yang berpengaruh terhadap mutu tembakau antara lain adalah ukuran dan
bentuk daun, tulang dan lamina daun, tenunan daun, tebal daun, kepadatan jaringan, berat per
satuan luas, elestisitas, body, mutu bakar, warna, aroma, rasa, sifat higroskopis, dan
kandungan air.
Berat nisbi daun tembakau koseran46,37% dan daun kaki 38,2%.
Semakin kecil berat nisbi daun, mutunya semakin baik, terutama untuk pembalut dan
pembungkus.
Nilai higroskopis tergantung pada jenis dan cara penyimpanan tembakau. Pada praktikum ini
tembakau yang disimpan dalam kardus tertutup lebih besar nilai higroskopisnya.
Semakin tinggi nilai higroskopisnya, maka daya pijar tembakau akan semakin rendah dan
mutunya pun juga rendah.
7
8
9
Rokok Dji Sam Soe memiliki komposisi filler paling besar di antara yang lainnya.
Cerutu Argopuro memiliki komposisi omblad lebih besar daripada cerutu cardinal.
Kualitas cerutu cardinal lebih baik dari cerutu argopuro dan rokok jarum super memiliki
kualitas paling baik di antara sampel yang digunakan karena memiliki kandungan nikotin
lebih tinggi.
6.2 Saran
Berikan kemudahan untuk orang lain, maka anda akan mendapatkan kemudahan
dalam hidup anda... d[^_^]b
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006.Petunjuk Praktikum Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula dan Lateks. Jember:
Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, THP FTP Universitas Jember.
Anonim. 2012. Petunjuk Praktikum Teknologi Pengolahan Tembakau, Gula dan Lateks. Jember:
Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, THP FTP Universitas Jember.
Cahyono. 1998. Cahyono, bambang.1998.Tembakau Budi Daya dan Analisis Usaha Tani.Yogyakarta:
Kanisius.
Matnawi, 1997. Matnawi, H. 1997. Budi Daya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta: Kanisius.
Mipanesia. 2010. Zat Kimia Dalam Rokok.
Tutur
Pamuji.
2010.
Aspek
Botani
Tembakau.
http://tuturpamuji.blogspot.com/2010/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html[29
November 2010].
Setiadji. 2003. Setiadji. 2003. Teknologi Pengolahan Tembakau. Jember: THP FTP Universitas
Jember.
Tjiptadi, W. 1985.Pengokohan Tembakau Agroindustri. Bogor: Fateta IPB.