You are on page 1of 29

BAB I

STATUS PENDERITA NEUROLOGI


1.1 STATUS PENDERITA
A. IDENTIFIKASI
Nama

: Ny. I

Umur

: 43 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Griya Harapan

Agama

: Islam

MRS Tanggal

: 8 Desember 2015

B. ANAMNESA (Autoanamnesa dan Alloanamnesa)


Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena sulit untuk
berjalan dikarenakan kelemahan tungkai kanan dan lengan kanan yang terjadi secara
tiba-tiba.
Sejak 1 hari SMRS, saat penderita ke kamar mandi tiba-tiba mengalami
kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan tanpa disertai penurunan kesadaran.
Saat serangan terjadi penderita tidak mengalami sakit kepala, tidak ada mual dan
muntah, tidak ada kejang dan ada gangguan rasa pada sisi yang lemah. Saat serangan
penderita tidak mengalami jantung berdebar-debar dan tidak ada sesak nafas.
Kelemahan pada tungkai dan lengan kanan dirasakan sama berat. Sehari-hari
penderita menggunakan tangan kanan. Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya
secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut penderita sedikit
mengot dan ada pelo.
Riwayat darah tinggi diketahui sejak 3 tahun yang lalu dan berobat tidak rutin.
Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat
trauma disangkal. Riwayat merokok disangkal. Riwayat minum alkohol disangkal.
Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
1

C. PEMERIKSAAN (Tanggal 08 Desember 2015)


Status Praesens

Status Internus

Kesadaran

: CM, E4M6V5

Jantung : HR:96x/menit,gallop(-),murmur(-)

Suhu Badan

: 37,0C

Paru-paru: vesikuler(+),wheezing(-),ronchi(-)

Nadi

: 80 x/m

Hepar : tidak teraba

Pernapasan

: 24 x/m

Lien : tidak teraba

TD

: 150/100 mmHg

Genitalia : tidak diperiksa

Status Psikiatrikus
Sikap

: kooperatif

Ekspresi Muka : wajar

Perhatian

: ada

Kontak Psikis : ada

Status Neurologikus
A. KEPALA
Bentuk

: Brachiocephali

Ukuran

: Normocephali

Simetris

: Simetris

B. LEHER
Sikap

: tegak lurus

Deformitas

: tidak ada

Torticolis

: tidak ada

Tumor

: tidak ada

Kaku kuduk

: tidak ada

Pembuluh darah

: tidak terlihat

C. SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius

Kanan

Kiri

Penciuman

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Anosmia

tidak ada

tidak ada

Hyposmia

tidak ada

tidak ada

Parosmia

tidak ada

tidak ada

N.Opticus

Kanan

Kiri

Visus

6/60

6/60

Campus visi

Anopsia

tidak ada

tidak ada

Hemianopsia

tidak ada

tidak ada

Fundus Oculi
-

Papil edema

tidak diperiksa

tidak diperiksa

Papil atrofi

tidak diperiksa

tidak diperiksa

Perdarahan retina

tidak diperiksa

tidak diperiksa

Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens


Kanan

Kiri

Diplopia

tidak ada

tidak ada

Celah mata

simetris

simetris

Ptosis

tidak ada

tidak ada

Sikap bola mata


-

Strabismus

tidak ada

tidak ada

Exophtalmus

tidak ada

tidak ada

Enophtalmus

tidak ada

tidak ada

Deviation conjugae

tidak ada

tidak ada

Gerakan bola mata

tidak terhambat ke segala arah

Pupil
-

Bentuknya

bulat

bulat

Besarnya

3 mm

3 mm

Isokori/anisokor

Midriasis/miosis

Refleks cahaya

isokor
tidak ada

tidak ada

- Langsung

ada

ada

- Konsensuil

ada

ada

- Akomodasi

ada

ada

Argyl Robertson

tidak ada

tidak ada

Kanan

Kiri

N.Trigeminus
Motorik
-

Menggigit

normal

normal

Trismus

tidak ada

tidak ada

Refleks kornea

normal

normal

Sensorik
-

Dahi

normal

normal

Pipi

normal

normal

Dagu

normal

normal

Kanan

Kiri

N.Facialis
Motorik
Mengerutkan dahi

simetris

Menutup mata

: lagophtalmus tidak ada

lagophtalmus tidak ada

Menunjukkan gigi

: normal

normal

Lipatan nasolabialis : lipat nasolabialis tertinggal mengot ke kanan


Bentuk Muka
- Istirahat

Simetris kanan kiri

- Berbicara/bersiul :

Simetris kanan kiri

Sensorik
2/3 depan lidah

tidak dilakukan pemeriksaan

Otonom
- Salivasi

Tidak dilakukan pemeriksaan

- Lakrimasi

Tidak dilakukan pemeriksaan

- Chvosteks sign

Tidak dilakukan pemeriksaan

N. Cochlearis

Kanan

Kiri

Suara bisikan

terdengar

terdengar

Detik arloji

terdengar

terdengar

Tes Weber

Tidak dilakukan pemeriksaan

Tes Rinne

Tidak dilakukan pemeriksaan

N. Glossopharingeus dan N. Vagus

Kanan

Kiri

Arcus pharingeus

simetris

Uvula

ditengah

Gangguan menelan

tidak ada

Suara serak/sengau

tidak ada

Denyut jantung

normal

Refleks
-

Muntah

tidak dilakukan pemeriksaan

Batuk

Okulokardiak :

tidak dilakukan pemeriksaan

Sinus karotikus:

tidak dilakukan pemeriksaan

ada

Sensorik
-

1/3 belakang lidah:

N. Accessorius
Mengangkat bahu

Memutar kepala

tidak dilakukan pemeriksaaan


Kanan

Kiri

lemah

kuat
tidak ada hambatan

N. Hypoglossus

Kanan

Kiri

Menjulurkan lidah

deviasi kekanan

Fasikulasi

tidak ada

Atrofi papil

tidak ada

Disartria

ada

D. COLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis

: tidak ada

Lordosis

: tidak ada

Gibbus

: tidak ada

Deformitas

: tidak ada

Tumor

: tidak ada

Meningocele

: tidak ada

Hematoma

: tidak ada

Nyeri ketok

: tidak ada

E. BADAN DAN ANGGOTA GERAK


FUNGSI MOTORIK
LENGAN

Kanan

Kiri

Gerakan

kurang

cukup

Kekuatan
Tonus

kenyal

normal

Refleks fisiologis
-

Biceps

meningkat

normal

Triceps

meningkat

normal

Periost radius

meningkat

normal

Periost ulna

meningkat

normal

Refleks patologis
-

Hoffman Ttromner

negatif

Trofik

eutrofi

TUNGKAI

Kanan

Kiri

Gerakan

kurang

cukup

Kekuatan
Tonus

meningkat

normal

Klonus
-

Paha

Kaki

Refleks fisiologis
-

KPR

meningkat

normal

APR

meningkat

normal

Refleks patologis
-

Babinsky

Chaddock

Oppenheim

Gordon

Schaeffer

Rossolimo

Mendel Bechterew

Refleks kulit perut


-

Atas

tidak ada kelainan

Tengah

tidak ada kelainan

Bawah

tidak ada kelainan

SENSORIS
Tidak ada kelainan pada dermatom

GAMBAR

Lipat nasolabialis
tertinggal mengot ke
kanan
Disatria (+)
Deviasi lidah (+)
kanan

Gerakan :
kurang
Kekuatan : 3
Refleks
fisiologis
meningkat

Gerakan : kurang
Kekuatan : 3
Refleks fisiologis
meningkat
Refleks patologis :
Babinsky (+)
Chaddock (+)

Gerakan :
kurang
Kekuatan : 3
Refleks
fisiologis
meningkat

Keterangan: Hemiparese dextra tipe spastik

FUNGSI VEGETATIF
Miksi

: tidak ada kelainan

Defekasi

: tidak ada kelainan

Ereksi

: tidak diperiksa

F. GEJALA RANGSANG MENINGEAL


Kanan

Kiri

Kaku kuduk

negatif (-)

Kernig

negatif (-)

Gerakan : kurang
Kekuatan : 3
Refleks fisiologis
meningkat
Refleks patologis :
Babinsky (+)
Chaddock (+)

Lasseque

negatif (-)

Brudzinsky
-

Neck

negatif (-)

Cheek

negatif (-)

Symphisis

negatif (-)

Leg I

negatif (-)

Leg II

negatif (-)

G. GAIT DAN KESEIMBANGAN


Gait

Keseimbangan dan Koordinasi

Ataxia

: tidak diperiksa

Romberg

: tidak diperiksa

Hemiplegic

: tidak diperiksa

Dysmetri

Scissor

: tidak diperiksa

- jari-jari

: tidak ada

Propulsion

: tidak diperiksa

- jari hidung : tidak ada

Histeric

: tidak diperiksa

- tumit-tumit : tidak diperiksa

Limping

: tidak diperiksa

Steppage

: tidak diperiksa

Trunk Ataxia : tidak diperiksa

Astasia-Abasia: tidak diperiksa

Limb Ataxia : tidak diperiksa

H. GERAKAN ABNORMAL
Tremor

: tidak ada

Chorea

: tidak ada

Athetosis

: tidak ada

Ballismus

: tidak ada

Dystoni

: tidak ada

Myocloni

: tidak ada

10

I. FUNGSI VEGETATIF
Miksi
Defekasi
Ereksi

: tidak ada kelainan


: tidak ada kelainan
: tidak diperiksa

J. FUNGSI LUHUR
Afasia motorik

: tidak ada

Afasia sensorik

: tidak ada

Apraksia

: tidak ada

Agrafia

: tidak ada

Alexia

: tidak ada

Afasia nominal

: tidak ada

LABORATORIUM (8/12/2015)
DARAH
PEMERIKSAAN
Hb
Leukosit
Trombosit
Ht
GDS
Trigliserid
Kolesterol total
HDL
LDL
Ureum
Creatinine
Uric Acid

HASIL
15,5
8.700
330.000
40
102
96
255
59
177
22
0,9
5,78

SATUAN
g/dl
/uL
/uL
%
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl

NILAI NORMAL
P=12-14 g/dl
5.000-10.000 /uL
150.000-400.000/uL
37-43%
<180
<200
<200
>50
<130
20-40
0.6-1.1
3,4-7

URINE

: tidak diperiksa

FAECES

: tidak diperiksa

LIQUOR CEREBROSPINALIS

: tidak diperiksa

PEMERIKSAAN KHUSUS

11

Rontgen foto cranium

: tidak diperiksa

Rontgen foto thoraks

: tidak diperiksa

Rontgen foto columna vertebralis

: tidak diperiksa

Electro Encephalo Graphy

: tidak diperiksa

Arteriography

: tidak diperiksa

Electrocardiography

: tidak diperiksa

Pneumography

: tidak diperiksa

Lain-lain (CT-Scan)

: infark lama pada nucleus lentiformis kanan

(9 Desember 2015)

Infark pada nucleus lentiformis kiri, korona


radiate kanan kiri.

1.2. RINGKASAN
ANAMNESA
Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena sulit untuk
berjalan dikarenakan kelemahan tungkai kanan dan lengan kanan yang terjadi secara
tiba-tiba.
Sejak 1 hari SMRS, saat penderita ke kamar mandi tiba-tiba mengalami
kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan tanpa disertai penurunan kesadaran.
Saat serangan terjadi penderita tidak mengalami sakit kepala, tidak ada mual dan
muntah, tidak ada kejang dan ada gangguan rasa pada sisi yang lemah. Saat serangan
penderita tidak mengalami jantung berdebar-debar dan tidak ada sesak nafas.
Kelemahan pada tungkai dan lengan kanan dirasakan sama berat. Sehari-hari
penderita menggunakan tangan kanan. Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya
secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut penderita sedikit
mengot dan ada pelo.
Riwayat darah tinggi diketahui sejak 3 tahun yang lalu dan berobat tidak rutin.
Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat
trauma disangkal. Riwayat merokok disangkal. Riwayat minum alkohol disangkal.

12

Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.


PEMERIKSAAN
Status Praesens
Kesadaran

: CM, E4M6V5

Suhu Badan

: 37,0C

Nadi

: 80 x/m

Pernapasan

: 24 x/m

TD

: 150/100 mmHg

Pemeriksaan motorik
LENGAN

Kanan

Kiri

Gerakan

kurang

cukup

Kekuatan
Tonus

kenyal

normal

Refleks fisiologis
-

Biceps

meningkat

normal

Triceps

meningkat

normal

Periost radius

meningkat

normal

Periost ulna

meningkat

normal

Refleks patologis
-

Hoffman Ttromner

negatif

Trofik

eutrofi

TUNGKAI

Kanan

Kiri

Gerakan

kurang

cukup

Kekuatan
Tonus

3
kenyal

5
normal

13

Klonus
-

Paha

Kaki

Refleks fisiologis
-

KPR

meningkat

normal

APR

meningkat

normal

Refleks patologis
-

Babinsky

Chaddock

Oppenheim

Gordon

Schaeffer

Rossolimo

Mendel Bechterew

DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIK

: Hemiparese dextra + parese nervus VII & XII tipe sentral

DIAGNOSA TOPIK

: Capsula interna hemisferium cerebri sinistra

DIAGNOSA ETIOLOGI : Trombosis cerebri


PENGOBATAN
Perawatan

Bed rest

Diet nasi biasa

Medikamentosa
IVFD Ringer Laktat gtt xv makro
Citikoline 2 x 500 mg iv
Ranitidin 2 x 1 amp iv

14

Aspilet 2 x 80 mg
Neurodex 1 x 1 tab
Simvastatin 1 x 10 mg
PROGNOSA
Quo ad Vitam

: ad bonam

Quo ad Functionam

: dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal / Pukul
9 Des 2015
06.00 WIB

Perjalanan Penyakit

Instruksi/ rencana terapi

S : tidak ada keluhan


O : sens : compos mentis
Vital sign : TD 160/110mmHg
N 80x/m, RR 24x/m, T 36.5oC.
Nn.Craniales :
N.VII :lipat nasolabialis tertinggal ke
kanan
N.XII : menjulurkan lidah deviasi ke
kanan, disatria (+)

P : Bed rest

Lka
Motorik
Kekuatan Krg
Gerakan 3
Tonus
Klonus
Bicep
Tricep
p.Ulna
p.Radius
KPR
APR
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaffer
Rosolimo
Hoffman- Tromner
-

Lki

Tka

Tki

Ckp
5
N

Krg
3

Ckp
5
N

N
N
N
N
N
N
+
+
-

N
N
-

Medikamentosa
- IVFD Ringer Laktat gtt
xv makro
- Citikoline 2 x 500 mg
iv
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
- Aspilet 2 x 80 mg
- Neurodex 1 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 10 mg
- KSR 1 x 1
- Amlodipin 1x 10 mg
- Candesartan 1x 16 mg
- Clobazam 1x1

15

Fungsi Luhur : Fungsi vegetatif : Fungsi sensorik : GRM : kaku kuduk (-), kernig (-),
lasseque (-)
A : Hemiparese dextra tipe spastik +
parese N.VII dan N.XII dextra tipe
sentral ec Stroke Non Hemoragik.
10 Des 2015
06.00 WIB

S : tidak ada keluhan


O : sens : compos mentis
Vital sign : TD 170/110mmHg
N 89x/m, RR 20x/m, T 36.8oC.
Nn.Craniales :
N.VII :lipat nasolabialis tertinggal ke
kanan
N.XII : menjulurkan lidah deviasi ke
kanan, disatria (+)
Lka Lki
Tka Tki
Motorik
Kekuatan Krg Ckp Krg Ckp
Gerakan 3 5
3
5
Tonus
N
Klonus
N
Bicep
N
Tricep
N
p.Ulna
N
p.Radius
N
KPR
N
N
APR
N
N
Babinsky
+
Chaddock
+
Oppenheim
Gordon
Schaffer
Rosolimo
Hoffman- Tromner
Fungsi Luhur : Fungsi vegetatif : Fungsi sensorik : GRM : kaku kuduk (-), kernig (-),
lasseque (-)
A : Hemiparese dextra tipe spastik +

P : Bed rest
Medikamentosa
- IVFD Ringer Laktat gtt
xv makro
- Citikoline 2 x 500 mg
iv
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
- Aspilet 2 x 80 mg
- Neurodex 1 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 10 mg
- KSR 1 x 1
- Nifedipin 2x 10 mg
- Candesartan 1x 16 mg
- Clobazam 1x1

16

parese N.VII dan N.XII dextra tipe


sentral ec Stroke Non Hemoragik.
11 Desember 2015
06.00 WIB

S : tidak ada keluhan


O : sens : compos mentis
Vital sign : TD 150/100mmHg
N 80x/m, RR 20x/m, T 36.8oC.
Nn.Craniales :
N.VII :lipat nasolabialis tertinggal ke
kanan
N.XII : menjulurkan lidah deviasi ke
kanan, disatria (+)
Lka Lki
Tka Tki
Motorik
Kekuatan Krg Ckp Krg Ckp
Gerakan 3 5
3
5
Tonus
N
Klonus
N
Bicep
N
Tricep
N
p.Ulna
N
p.Radius
N
KPR
N
N
APR
N
N
Babinsky
+
Chaddock
+
Oppenheim
Gordon
Schaffer
Rosolimo
Hoffman- Tromner
Fungsi Luhur : Fungsi vegetatif : Fungsi sensorik : GRM : kaku kuduk (-), kernig (-),
lasseque (-)
A : Hemiparese dextra tipe spastik +
parese N.VII dan N.XII dextra tipe
sentral ec Stroke Non Hemoragik.

1.3 DISKUSI
A. Diagnosis Banding Klinis
Hemiparese Dextra tipe Spastik

P : Mobilisasi duduk
Medikamentosa
- IVFD Ringer Laktat gtt
xv makro
- Citikoline 2 x 500 mg
iv
- Ranitidin 2 x 1 amp iv
- Aspilet 2 x 80 mg
- Neurodex 1 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 10 mg
- KSR 1 x 1
- Nifedipin 2x 10 mg
- Candesartan 1x 16 mg
- Clobazam 1x1

17

LMN (Perifer)

UMN (Central)

Pada penderita ditemukan

Flaksid
Spastik
gejala
Hipotonus
Hipertonus
Hipertonus
Hiporeflexi
Hiperreflexi
Hiperrefleksi
Refleks patologis (-)
Refleks patologis (+)
Refleks patologis (+)
Atrofi otot (+)
Atrofi otot (-)
Atrofi otot (-)
Jadi tipe kelemahan yang di alami penderita adalah tipe spastik
Gejala parese N. VII sentral
Pada penderita ditemukan gejala
Otot dahi tidak lumpuh
Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian atas tidak lumpuh
Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian bawah lumpuh
Tidak ada
Otot mimik di daerah pipi dan dagu lumpuh
Ada
Jadi, penderita mengalami parese N. VII dextra sentral
Gejala parese N. XII sentral
Pada penderita ditemukan gejala
Kelumpuhan otot lidah bagian yang Ada deviasi lidah
kontralateral

lesi

(penderita

menjulurkan

lidah, tampak deviasi kea rah otot yang


lumpuh)
Tidak ada atrofi papil lidah
Tidak ada
Tidak ada fasikulasi / fibrilasi lidah
Tidak ada
Jadi, penderita mengalami parese N.XII dextra sentral

2. DIAGNOSA TOPIK
Diagnosa banding topik
1. Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
2. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra
3. Lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra
1. Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
Gejala
Hemiparese/ hemiplegic tipikal
Parese N.VII dextra sentral
Parese N.XII dextra sentral
Kelemahan di lengan dan tungkai sama

Pada pasien ditemukan


Hemiparese dextra tipe spastic
Terjadi parese N.VII dextra sentral
Terjadi parese N.XII dextra sentral
Terjadi kelemahan di lengan dan

18

berat
tungkai sama berat
Jadi, pada pasien ini lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
2. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra
Gejala
Defisit motorik
Afasia motorik murni pada

Pada pasien ditemukan


Hemiparese dextra tipe spastik
Tidak ada afasia

hemisferium dominan
Jadi, lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra dapat disingkirkan
3. Lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra
Defisit motorik
Gejala iritatif

Gejala
kejang pada sisi

Pada Pasien ditemukan


Hemiparese dextra tipe spastik
Tidak ada kejang pada lengan dan

yang lumpuh
Gejala fokal

kelemahan pada sisi

tungkai kanan
Kelemahan pada lengan dan tungkai

yang lumpuh tidak sama berat


Defisit sensorik pada sisi yang lumpuh

kanan sama berat


Tidak ada kelainan

Afasia motorik
Tidak ada Afasia motorik
Jadi, kemungkinan lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra dapat
disingkirkan
Kesimpulan diagnosa Topik : Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
3. DIAGNOSA ETIOLOGI
Diagnosa banding etiologi :
1. Emboli cerebri
2. Thrombosis cerebri
3. Haemorrhagic cerebri
1. Emboli cerebri
Gejalanya
Kehilangan kesadaran < 30 menit
Terjadi saat aktivitas

Pada pasien ditemukan


Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat berjalan ke kamar

mandi
Ada atrial fibrilasi
Tidak ada atrial fibrilasi
Jadi, kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan

19

2. Trombosis cerebri
Gejalanya
Pada pasien ditemukan
Tidak ada kehilangan kesadaran
Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat istirahat
Terjadi saat berjalan ke kamar mandi
Jadi, kemungkinan etiologi thrombosis cerebri belum dapat disingkirkan
3. Haemorrhagic cerebri
Gejalanya
Kehilangan kesadaran > 30 menit
Terjadi saat aktivitas
Didahului sakit kepala, mual dan

Pada pasien ditemukan


Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat berjalan ke kamar mandi
Tidak ada sakit kepala, mual dan

muntah
muntah
Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi 3 tahun yang lalu
Jadi, kemungkinan etiologi haemorrhagic cerebri dapat disingkirkan
Kesimpulan diagnose etiologi : Trombosis cerebri

20

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Otak mendapatkan suplai darah dari dua pembuluh darah besar, yaitu arteri
carotis atau sirkulasi anterior dan arteria vertebralis atau sirkulasi posterior. Arteri
karotis terdiri dari arteri karotis komunis kanan dan kiri, sedangkan arteri
vertebralis terdiri dari a. vertebralis kanan dan kiri. Masing-masing karotis
membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri karotis interna dan eksterna. Dari
kedua pembuluh darah (arteri karotis dan arteri vertebralis), akan terbentuk
kolateral yang disebut sirkulus Willisi. Penyaluran darah selanjutnya melalui
sistem vena yang akan bermuara ke dalam sinus duramatris (Snell, 2006).
Sirkulus Willisi adalah area dimana percabangan arteri basiler dan karotis
interna bersatu. Sirkulasi terdiri dari dua arteri serebral, arteri komunikans anterior,
kedua artero serebral posterior, dan kedua arteri komunikans anterior (Snell,
2006).

Gambar 1. Sirkulus Willisi

2.2 Fisiologi

21

Segala aktivitas susunan saraf pusat yang dapat dilihat, didengar, direkam
dan diperiksa berwujud gerak otot. Otot-otot skeletal dan neuron-neuron menyusun
susunan neuromuscular voluntary, yaitu system yang mengurus dan sekaligus
melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. Secara anatomi sistem
tersebut terdiri atas 1) Upper Motor Neuron (UMN), 2) Lower Motor Neuron
(LMN), 3) penghubung antara unsur saraf dan otot serta 4) otot skeletal.
(Mardjono dan Sidharta, 2012).
Korteks motorik adalah semua neuron yang menyalurkan impuls motorik
secara langsung ke LMN atau melalui interneuronnya. Neuron-neuron tersebut
berapa pada girus presentralis. Masing-masing neuron memiliki hubungan dengan
gerak otot tertentu. Neuron dikorteks motorik yang menghadap ke fisura
longitudinalis serebri mempunyai koneksi dengan gerak otot kaki dan tungkai
bawah. Neuron-neuron korteks motorik yang dekat dengan fisura lateralis serebri
mengurus

gerak

otot

larynx,

faring,

dan

lidah.

Penyelidikan

dengan

elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahan tubuh dapat


dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal
sebagai Homunkulus motorik (Mardjono dan Sidharta, 2012).
2.3 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai
suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24, atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparese atau hemiparalisis
akibat lesi vascular yang bias bangkit dalam beberapa detik sampai hari,
tergantung pada jenis penyakit yang menjadi kausanya. Daerah otak yang tidak
berfungsi disebabkan karena secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah lagi
karena arteri yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat. Penyumbatan itu
bias terjadi secara mendadak, secara berangsur-angsur ataupun tiba-tiba namun
hanya berlangsung sementara (Mardjono dan Sidharta, 2012).

22

2.4 Etiologi
Lesi vascular regional yang terjadi diotak sebagian besar disebabkan oleh
proses oklusi pada lumen arteri serebral, sebagian lainnnya disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah. Penyakit vascular utama yang menimbulkan
penyumbatan ialah aterosklerosisdan arteriosklerosis. (Mardjono dan Sidharta,
2012).
Daerah otak yang secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah karena arteri
yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat akan mengalami kematian sel.
Penyumbatan ini dapat terjadi akibat trombus dan emboli. Trombus terdiri dari
trombosit, fibrin, sel eritrosit dan lekosit. Trombus yang lepas dan menyangkut di
pembuluh darah lebih distal disebut embolus. Sedang emboli dapat terbentuk dari
gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara, tumor, metastase,
bakteri, benda asing (Mardjono dan Sidharta, 2012).
Jika suatu cabang arteri serebral pecah, maka daerah perdarahannya tidak
mendapat darah lagi dan daerah ekstravasal tertimbun sehingga merupakan proses
desak ruang akut. Hipertensi merupakan faktor etiologi paling umum (Mardjono
dan Sidharta, 2012).
2.5 Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah 750.000
pertahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren (Price dan Wilson, 2005).
Di Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO)
selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap. Trombosis
lebih sering pada umur 50-an hingga 70-an. GPDO pada anak muda banyak
dijumpai akibat infark karena emboli, yaitu mulai dari usia di bawah 20 tahun dan
meningkat pada dekade ke-4 hingga ke-6 dari usia, lalu menurun dan jarang
dijumpai pada usia yang lebih tua (Aliah, dkk, 2003).
2.6 Klasifikasi

23

Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.
1. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
a. Berdasarkan waktu :
-

Serangan Iskemik Sepintas / Transient Ischemic Attack (TIA)


Defisit Neurologik Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic Neurological
Deficit)

b. Berdasarkan etiologi :
-

Stroke Trombotik
Stroke Emboli

2. Klasifikasi Stroke Hemoragik


Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problem 10th Revision (ICD 10), stroke hemoragik dibagi atas:
-

Perdarahan Intraserebral (PIS), perdarahan primer yang berasal dari pembuluh

darah parenkim otak.


Perdarahan Subaraknoid (PSA), keadaan terdapatnya atau masuknya darah ke
dalam ruang subaraknoid karena pecahnya aneurisma, malformasi arteriovena
(AVM), atau sekunder dari perdarahan PIS.

2.7 Patofisiologi
Penyumbatan pembuluh darah merupakan 80% kasus dari kasus stroke.
Penyumbatan sistem arteri umumnya disebabkan oleh terbentuknya trombus pada
ateromatous plaque pada bifurkasi dari arteri karotis. Erat hubungannya dengan
aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik dengan
cara :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau perdarahan
aterom.
3. Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.

24

4. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang


kemudian dapat robek.
Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan terjadi kerusakan
(baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di daerah tersebut tentu akan
mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan
membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini akan menempel pada membran sel
neuron di sekitar daerah primer yang terserang. Glutamat akan merusak membran sel
neuron dan membuka kanal kalsium (calcium channels). Kemudian terjadilah influks
kalsium yang mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya, sel yang mati ini akan
mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri lagi neuron-neuron
disekitarnya (Dewanto dan George, 2009).
2.8 Diagnosis
Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Adapun garis besarnya sebagai berikut (Dewanto dan
George, 2009):
1. Skor stroke : skor stroke siriraj atau skor gadjah mada
2.

Laboratorium darah :
-

hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, hitung jenis, trombosit dan laju

endap darah.
Agregasi trombosit dan fibrinogen.
Gula darah.
Profil lipid, kolestreol dan asam urat.

3. EKG dan Ekokardiograf untuk mengetahui pencetus stroke akibat penyakit


jantung.
4. Foto toraks untuk membantu melihat kelainan pada jantung.
5. CT-Scan dan MRI untuk melihat daerah kepala yang mengalami lesi.
Skor Siriraj

25

Skor Gajah Mada


Penurunan Kesadaran
+
+
-

Nyeri Kepala
+
+
-

Babinski
+
+
-

Jenis Stroke
Hemoragik
Hemoragik
Hemoragik
non hemoragik
non hemoragik

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (Permenkes, 2014).
a. Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
b. Perimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau gagal nafas.
c. Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam
(jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan SALIN
0,45% karena dapat memperhebat edema otak.
d. Berikan O2 : 2-4 liter/menit via kanul hidung.
e. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
Stroke Hemoragik
a. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang pada orang
yang dasarnya normotensif (tensi normal) diturunkan sampai sistolik 160
mmHg, pada orang dengan hipertensi sedikit lebih tinggi.
b. Tekanan dalam ronggo tengkorak diturunkan dengan cara meninggikan posisi
kepala 15-30% (satu bantal) sejajar dengan bahu.

26

Pasien dirujuk setelah kondisi lebih stabil.


Rencana tindak lanjut
a. Memodifikasi gaya hidup sehat
1. Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari lingkungan
perokok.
2. Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol.
3. Mengurangi berat badan pada penderita atroke yang obes.
4. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik atau TIA.
Intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang cukup
berarti hingga berkeringat atau meningkatkan denyut jantung 1-3 kali
perminggu.
b. Mengontrol faktor risiko
1. Tekanan darah
2. Gula darah pada pasien DM
3. Kolesterol
4. Trigliserida
5. Jantung
c. Pada pasien stroke iskemik diberikan obat-obat antiplatelet : asetosal dan
klopidogrel
Konseling dan Edukasi
a. Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak terjadinya serangan
kedua
b. Jika terjadi serangan berikutnya segera mendatangi pelayanan primer
c. Mengawasi agar pasien teratur minum obat
d. Membantu pasien menghindari faktor risiko

2.10

Komplikasi

Komplikasi dini (0-48 jam pertama) (Sudoyo, dkk, 2007):


1.Edema

serebri:

mengakibatkan

defisit

peningkatan

neurologis
tekanan

cenderung

intrakranial,

memberat,

herniasi,

dan

menimbulkan kematian.
2. Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama) (Sudoyo, dkk, 2007) :

dapat
akhirnya

27

1. Pneumonia : Akibat immobilisasi lama.


2. Infark miokard.
3.Emboli paru : Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
4. Stroke rekuren : Dapat terjadi pada setiap saat.
Komplikasi Jangka Panjang (Sudoyo, dkk, 2007) :
1. Kelemahan otot (Sequele)

2.11

Pencegahan

Primer

: Mengendalikan faktor resiko, gizi seimbang dan olahraga teratur.

Sekunder

: Mengendalikan faktor resiko, medikamentosa, dan tindakan invasif


bila perlu.

2.12

Prognosis

Prognosis bergantung dari usia pasien, penyebab stroke dan kondisi medis lain
yang mengawali dan menyertai stroke. Penderita yang selamat akan memiliki resiko 2
kali untuk menjadi stroke di kemudian hari.

28

DAFTAR PUSTAKA
Aliah A., Kuswara FF., Limoa RA., Wuysang. Gangguan Peredaran Darah Otak.
Kapita Selekta Neuorologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2003: 79-102.
Dewanto, George dkk.

2009. Panduan Praktis : Diagnosis dan Tatalaksana

Penyakit Saraf . EGC. Jakarta.


Israr, Y. 2008. Stroke. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Rumah Sakit Umum Arifin Achmas Pekanbaru.
Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:
Penerbit Dian Rakyat.
Price, Silvia Anderson dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam, Edisi 4, Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta.

29

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.5 Tahun 2014. Panduan


Praktis Klinis Dokter Di fasilitas Pelayanan Primer.

You might also like