You are on page 1of 23

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG)
perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau lebih kecil
dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi kecil untuk masa kehamilan adalah berat
badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan
atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau
kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah melahirkan.

Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan


Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang.
Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi akibat PJT.
PJT terbagi atas dua, yaitu:
1.

Gangguan pertumbuhan janin simetris

Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris,
semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah
kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis,

Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes


simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita
hamil yang merokok
2.

Gangguan pertumbuhan janin asimetris (tidak simetris)

Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama


dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh
dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama
kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan
diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak
efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya
tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan
Penyebab
Pada umumnya 75% janin dengan PJT memiliki proporsi tubuh yang kecil, 15-25% terjadi
karena insufisiensi uteroplasenta, 5-10% terjadi karena infeksi selama kehamilan atau kecacatan
bawaan.
1.

Penyebab ibu

a.

Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat

Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat tidak
adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama
kehamilan sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat badan kurang harus
ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg
b.

Penyakit ibu kronik

Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, serta
penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat
menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT
c.

Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik

2.

Penyebab janin

a.

Infeksi selama kehamilan


Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus
(CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT

b. Kelainan bawaan dan kelainan kromosom

Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang
berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta
polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga
berkaitan dengan PJT
c.

Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)


Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik,
dan alkohol dapat menyebabkan PJT

3.

Penyebab plasenta (ari-ari)

a.

Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi


yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma, dan plasenta previa

b. Kehamilan kembar
c.

Twin-to-twin transfusion syndrome

Tanda dan Gejala


PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain
itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat
menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin. Selain itu
USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar
kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin
melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk melihat aliran dari
pembuluh darah arteri umbilikalis.
Terapi
Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai 2-6 kali pada janin dengan PJT. Tatalaksana
untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini,
adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1.
2.

PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom
dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan
darah janin dianjurkan

a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom
serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan
nutrisi yang baik. Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera
dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya
terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil
tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi
setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena
umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan
proses melahirkan
3.

Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan)
dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh
turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat
catch-up pertumbuhan setelah dilahirkan.

Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet,
istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan
yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein,
vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia
serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi
harus baik.

----------------------------------------------------------------------------------------------hamil, suatu yang indah dan pasti sebagian besar diharapkan oleh pasangan yang menikah, untuk meneruskan
keturunan mereka. Kadang2 dalam kehamilan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Merasa sudah menjaga asupan
nutrisi dengan baik, menjaga & merawat kehamilan dengan sebaik-baik mungkin. Membaca tulisan2 tentang
kehamilan, dan bagaimana menjalaninya dengan benar. Berusaha mempersiapkan persalinan dengan sempurna.
Suatu saat ada kondisi yang membuat kita terhenyak, kenapa bayi saya tidak tumbuh dengan sempurna, kenapa
terjadi pertumbuhan janin yang terhambat pada bayi saya ?
Apa sih pertumbuhan janin yang terhambat itu ( PJT/IUGR )?
Yuuk, kita lihat sama-sama

Masalah bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan bayi kurang dari 2500 gram sampai saat ini masih
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi berat lahir rendah mempunyai kemungkinan
meninggal sebesar 5-30 kali dibanding bayi berat lahir normal.
Pertumbuhan janin terhambat disebabkan oleh banyak faktor. Kematian perinatal sering disebabkan oleh asfiksia
saat lahir, aspirasi mekonium, perdarahan paru, hipotermia dan hipoglikemi. Pada PJT terdapata peningkatak
kematian janin 6-8 kali dalam masa kehamilan dan 5 dalaii dalam masa persalinan.
Parameter klinik yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJT misalnya ketidak sesuaian usia gestasi dengan besar
uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat badan ibu yang kurang. Kejadian yang terbukti dengan
cara ini hanya 10-25%, sehingga perlu digabung dengan pemeriksaan dan USG Doppler.
Definisi
Kelompok bayi yang beratnya dibawah persentil ke 10 untuk usia gestasionalnya.
Proses pertumbuhan sel-sel pada organ janin dan plasenta dapat dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase hiperplasia sel oto, terjadi pada 16 minggu pertama kehamilan, selama fase ini terjadi pertumbuha sel yang
cepat
2. Fase hiperplasia dan hipertropi, terjadi pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, dimana terjadi peningkatan
jumlah dan ukuran sel
3. Fase hipertropi, terjadi pada kehamilan 32 minggu sampai aterm, ditandai dengan meningkatnya dengan cepat
ukuran sel, sedangkan proliferasi sel berkurang atau bahkan berhenti

Klasifikasi PJT
1. Pertumbuhan janin terhambat tipe I : simetris atau proporsional (kronis)
2. Pertumbuhan janin terhambat tipe II : Asimetris atau disproportional (akut)

Etiologi PJT
Meskipun sekitar 50% dari pertumbuhan janin terhambat belum diketahui penyebabnya namun ada beberapa faktor
yang diketahui dapat menyebabkannya, Yaitu :
Pertumbuhan maternal yang kurang, infeksi janin, malformasi kongenital, kelainan kromosom, penyakit vaskuler,
penyakit ginjal kronis, anemia, abnormalitas plasenta dan tali pusat, janin multipel(kembar).

Penyebab PJT ini dapat dibedakan berasal dari ibu, plasenta atau bayi.
Perkembangan PJT Intrauterin :
Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet rendah nutrisi terutama protein
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang
menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan
perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan
plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan
makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali
meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan
pertumbuhan yang irreversibel
Sering terjadi peningkatan tekanan darah dalam kehamilan dan memiliki potensi sebagai suatu komplikasi kehamilan
yang sangat berbahaya oleh karena berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan anak yang tinggi.
Tekanan darah 140 / 90 mmHg adalah tidak normal. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk dan setelah
beristirahat sekurangnya 10 menit.
Angka kejadian bervariasi, diperkirakan sekitar 12 25% dari seluruh kehamilan. Angka kejadian sindroma
preeklampsia eklampsia 5 8% seluruh kehamilan.
Tekanan darah istirahat tidak pernah > 120 / 80 mmHg , mengingat bahwa selama kehamilan terjadi peningkatan
volume plasma sebesar 1200 ml maka untuk menampung peningkatan tersebut harus terjadi vasodilatasi untuk
mempertahankan tekanan darah perifer tetap rendah.
Bila vasodilatasi terhalang oleh peristiwa spasme arteriolar maka akan terjadi :

Hipertensi

Penurunan perfusi pada seluruh organ termasuk uterus dan plasental site

Komplikasi IBU :

1.

Solusio plasenta

2.

DIC Disseminated Intravascular Coagulation

3.

Gagal ginjal

4.

Gagal hepar

5.

Perdarahan CNS Central Nervous System

6.

Apopleksia serebri

Komplikasi ANAK :
1.

PJT Pertumbuhan Janin Terhambat

2.

Prematuritas

3.

Kematian perinatal

Preeklampsia eklampsia merupakan penyebab utama ke III (setelah perdarahan dan infeksi ) kematian IBU
terutama akibat perdarahan CNS.
KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN :

Preeklampsia - eklampsia

Hipertensi kronik

Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia

hipertensi gestasional ( transient hypertension )

(Based on the National Institute of Health Working Group Report on High Blood Pressure in Pregnancy,2000 )

PREEKLAMPSIA EKLAMPSIA
Preeklampsia adalah sindroma yang terjadi dalam kehamilan dan ditandai oleh gejala baru HIPERTENSI dan
PROTEINURIA pada paruh pertama kehamilan.
Meskipun lebih sering terjadi pada primigravida, penyakit ini dapat pula terjadi pada multigravida khususnya bila
memiliki faktor resiko :
1.

Kehamilan kembar

2.

Diabetes

3.

Hipertensi kronik

Bila penyakit ini terjadi pada awal trimester kedua ( minggu ke 14 20 ) maka perlu dipikirkan kemungkinan :

Mola hidatidosa

Choriocarcinoma

Kriteria diagnostik Preeklampsia :


1.

HIPERTENSI
1.

TD sistolik 140 mmHg atau

2.

TD Diastolik 90 mmHg

3.

Pada wanita yang tekanan darah sebelum kehamilan normal dan terjadi pada kehamilan > 20
minggu.

2.

PROTEINURIA

Dalam keadaan normal , protein dapat dijumpai dalam urine namun tidak >
0.3 gram kuantitatif 24 jam ( 1 + atau lebih pada pemeriksaan dipstick )
Proteinuria menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal dan bersama
dengan gangguan fungsi plasenta dapat mengancam kehidupan janin.
Proteinuria juga dapat ditemukan pada kasus :

Kontaminasi

Infeksi traktus urinarius

Penyakit ginjal

Penyakit jaringan ikat

Proteinuria ortostatik

KRITERIA PREEKLAMPSIA BERAT

1.

Hipertensi berat ( tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih
atau sama dengan 90 mmHg ) diukur dalam keadaan istirahat sebanyak dua kali pengukuran selang waktu
6 jam

2.

Proteinuria berat ( lebih dari 5 gram dalam 24 jam / +++ dalam sediaan 4 jam )

3.

Oliguria (produksi urine <>

4.

Ganguan serebral atau visus

5.

Edema paru atau sianosis

6.

Nyeri epigastrium

7.

Gangguan fungsi hepar

8.

Trombositopenia

9.

PJT - pertumbuhan janin terhambat

( Data from American College of Obstetrician & Gynecologist Practice Bulletinno 33, Washington DC ACOG, 2002 )
Pre eklampsia dibagi menjadi 2 : Preeklampsia RINGAN dan Preeklampsia BERAT
Bentuk lain dari Preeklampsia Berat dengan morbiditas yang tinggi adalah sindroma HELLP , yaitu preeklampsia
yang disertai dengan :
1.

Hemolisis

2.

Elevated liver enzym

3.

Low platelet (trombositopenia )

Tidak seperti gambaran khas dari pasien preeklampsia, Preeklampsia dengan sindroma HELLP memilki
karakteristik :
1.

Multipara

2.

Usia > 25 tahun

3.

Terjadi pada kehamilan >; 36 minggu

EKLAMPSIA
Adanya peristiwa kejang tonik dan klonik yang tidak disebabkan oleh hal lain berkaitan dengan kehamilan.
Pasien preeklampsia memiliki resiko tinggi untuk menderita kejang-kejang (eklampsia ) dan terdapat beberapa tanda
akan terjadinya serangan kejang pada penderita preeklampsia (gejala impending eclampsia ) :

1.

Nyeri kepala bagian depan

2.

Gangguan visus (pandangan kabur atau berkunang kunag )

3.

Nyeri ulu hati

4.

Gejala objektif : hiperefleksia

Bila terdapat tanda diatas maka penatalaksanaan kasus adalah serupa dengan kejadian eklampsia.
Pada umumnya 25 % penderita eklampsia mengalami kejang sebelum persalinan, 50% selama persalinan dan 25%
pasca persalinan ( umumnya 24 48 jam pertama )

HIPERTENSI KRONIK
Syarat untuk menegakkan diagnosa HIPERTENSI KRONIK adalah salah satu dari :
1.

Sudah menderita hipertensi sebelum kehamilan

2.

Diketahui menderita hipertensi pada kehamilan <>

3.

Hipertensi masih terjadi pada 12 minggu pasca persalinan

Sebagian besar wanita hamil dengan hipertensi kronik adalah penderita hipertensi esensial ; sebagian kecil
menderita hipertensi sekunder akibat gangguan padaginjal , pembuluh darah atau endokrin

HIPERTENSI KRONIK DENGAN SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA

Preeklampsia dapat terjadi pada penderita hipertensi kronik yang sedang


hamil. Latar belakang hipertensi adalah renal atau dari sebab lain dan
menjadi semakin berat dengan adanya kehamilan
Superimposed preeklampsia sulit dibedakan dengan hipertensi kronik yang
tidak diawasi dengan baik, khusus nya bila pasien baru datang ke dokter
setelah kehamilan > 20 minggu.
Diagnosa superimposed preeklampsia hanya ditegakkan pada pasien
hipertensi kronik, yang baru menunjukkan adanya proteinuria 3 gram /
24 jam setelah kehamilan 20 minggu.
Pada wanita hamil dengan hipertensi dan proteinuria , diagnosis
hipertensi kronis superimposed preeklampsia ditegakkan hanya bila
tekanan darah semakin meningkat dan proteinuria semakin berat secara

mendadak atau bila disertai dengan salah satu atau beberapa tanda
yang menunjukkan kriteria beratnya preeklampsia.

HIPERTENSI GESTASIONAL

Diagnosis hipertensi gestasional ditegakkan bila hipertensi TANPA


proteinuria pertama kali terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu
atau dalam waktu 48 72 jam pasca persalinan dan hilang setelah 12
minggu pasca persalinan.
Diagnosa ditegakkan secara retrospektif bila kehamilan dapat berlangsung
tanpa proteinuria dan bila tekanan darah kembali ke nilai normal sebelum 12
minggu pasca persalinan.

PREEKLAMPSIA EKLAMPSIA
ETIOLOGI

The Disease of Theory genetik , imunologi endokrinologi nutrisi atau infeksi, semua ini
diperkirakan merupajan penyebab tejadinya preeklampsia eklampsia

ISKEMIA UTEROPLASENTA pusat dari segala masalah pada penyakit ini.


1.

Perubahan fisiologi yang seharusnya terjadi pada perkembangan arteri spiralis dan arteri
radialis pada kehamilan TIDAK TERJADI dengan baik sehingga terjadi ISKEMIA
UTEROPLASENTA

2.

Penyakit vaskular yang terjadi pada hipertensi kronis dan kerusakan vaskular plasenta yang
memiliki latar belakang imunologi

3.

Peningkatan resistensi pembuluh darah uterus intramural seperti yang dijumpai pada
primipara , kehamilan kembar , bayi besar atau hidramnion

ISKEMIA UTERO PLASENTA menyebabkan produksi dan pelepasan toksin yang masuk kedalam
sirkulasi dan menyebabkan disfungsi endotel secara luas.

DISFUNGSI ENDOTELIAL menyebabkan ketidakseimbangan produksi vasokonstriktor dan


produksi vasodilator.

Preeklampsia berkaitan dengan kekacauan produksi prostaglandin berupa penurunan perbandingan


antara vasodilator yang terdiri dari PGE2 dan prostasiklin dengan vasokonstriktor yang terdiri dari
PGF dan tromboxan.

Kehamilan normal : sintesa prostasi klin (PGI2) meningkat 4 kali lipat dan produksi thromboxan
A2 tidak berubah.

PGI2 : Prostasiklin

Penurunan resistensi vaskular


Penurunan agregasi platelet

Hipertensi dalam Kehamilan : peningkatan produksi PGI2 tidak sebesar kehamilan normal, dan
thromboxane A2 juga tidak berubah. Sebagai resultante adalah bahwa penurunan perbandingan
PGI2 : Thromboxane A2 secara relatif akan menyebabkan peningkatan resistensi vaskular dan
aktivasi trombosit.

Perubahan endotelial berkaitan dengan defisiensi relatif produksi NO2 yang berperan sebagai
vasodilator dan inhibitor agregasi trombosit serta peningkatan produksi endothelin - I

Endothelin-I adalah vasokonstriktor kuat dan aktivator trombosit

Pergeseran produksi bahan vasoaktif lokal akan menyebabkan vasokonstriksi . Hasil akhir dari
semua ini adalah :

Konstriksi arteriolar luas yang mengakibatkan hipoksia dan kerusakan iskemik


pada jaringan berbagai organ tubuh

Hipertensi

Iskemia plasenta

Gejala dan tanda dari Hipertensi Dalam Kehamilan sesuai dengan organ yang mengalami kerusakan.

PATOFISIOLOGI

Latar belakang abnormalitas patofisiologi : VASOSPASME GENERALISATA

Kenaikan tekanan darah dapat disebabkan oleh meningkatnya cardiac output dan atau
meningkatnya tahanan vaskular sistemik.

Terjadi penurunan Renal Blood Flow RBF dan GFR Glomerular Filtration Rate pada PE E

Menurunnya RBF menyebabkan konstriksi sistem aferen arteriolar sehingga menyebabkan


kerusakan membran glomerulus sehingga terjadi PROTEINURIA

Vasokonstriksi Renal dan menurunnya GFR menyebabkan OLIGURIA

Resistensi vaskular cerebral pada PE E meningkat. Pada penderita yang tidak mengalami kejang ,
aliran darah cerebral berada dalam batas normal sebagai akibat dari fenomena autoregular. Pada
penderita kejang, aliran darah serebral dan konsumsi oksigen rendah dibandingkan keadaan normal

- Pada kasus PE-E terjadi penurunan aliran darah dan meningkatnya resistensi vaskular dalam
sirkulasi uteroplasenta

PATOLOGI
Pada PE dan E terdapat 3 lesi patologi utama :
1.

Tidak terjadi desidualisasi pada arteri spiralis segmen miometrial

2.

Glomerular Capillary Endotheliosis

3.

Perdarahan dan nekrosis sejumlah organ akibat vasokostriksi

MANIFESTASI KLINIK & LABORATORIUM


Sejumlah manifestasi klinik dan laboratorium pada preeklampsia eklampsia dapat dijelaskan atas dasar
DISFUNGSI ENDOTEL dan VASOSPASME
1.

SENSITIVITAS ANGIOSTENSIN
1.

Salah satu tanda dini terjadinya PE adalah menurunnya dosis efektif angiostensin II.

2.

Pada kehamilan normal terjadi peningkatan kebutuhan angiostensin II untuk meningkatkan


tekanan diastolik sebesar 20 mmHg , pada penderita preeklampsia dosis tersebut menurun.

2.

EDEMA & KENAIKAN BERAT BADAN


1.

Kenaikan berat badan dan edema pada awal kehamilan menggambarkan adanya ekspansi
cairan ekstravaskular akibat meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga volume cairan
intravaskuler menurun.

2.

Hematokrit meningkat akibat hipovolemia dan hemokonsentrasi

PENINGKATAN TEKANAN DARAH

1.

Meningkatnya tekanan darah terutama tekanan darah diastolik yang mencerminkan adanya
peningkatan resistensi vaskular perifer.

2.

Pada periode antepartum, perubahan tekanan darah terjadi beberapa hari sampai beberapa
minggu pasca adanya retensi cairan.

2.

PROTEINURIA

1.

Pada periode antepartum , proteinuria terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah
timbulnya hipertensi.

2.

Preoteinuria pada preeklampsia eklampsia terjadi akibat konstriksi arteriolar aferen dengan
peningkatan permeabilitas protein glomerular

3.

FUNGSI RENAL

1.

Tanda klinik dini pada PE-E adalah meningkatnya kadar serum uric acid

2.

Gangguan klinik pada ginjal dapat berkembang sampai oliguria dan gagal ginjal

4.

SISTEM KOAGULASI

1.

Trombositopenia adalah satu abnormalitas yang jelas terlihat.

2.

Penurunan patologis dalam kehamilan : < 100.000 sel /mm3

3.

Solusio plasenta yang terjadi dapat menyebabkan DIC

4.

Sindroma HELLP dapat terjadi tanpa disertai dengan gejala DIC dan ini adalah pertanda
memburuknya keadaan pada preeklampsia eklampsia.

5.

7. FUNGSI HEPAR

1.

Vasospasme pembuluh darah hepar menyebabkan perdarahan fokal dan infark ; keadaan ini
menyebabkan adanya keluhan nyeri eopigastrium dan meningkatnya kadar enzym hepar :

Alanine aminotranferase

Aspartat aminotranferase

2.

Ruptura hepar jarang terjadi dan ini adalah komplikasi dari sindroma HELLP

3.

Seringkali ditemukan peningkatan serum bilirubin pada kasus yang disertai dengan
hemolisis.

FUNGSI PLASENTA

1.

Vasospasme sirkulasi uteroplasenta akan menyebabkan infark plasenta dan menurunnya


perfusi uteroplasenta sehingga dapat mengganggu kehidupan janin dalam bentuk PJT ,
oligohiramniond dan abnormalitas pola DJJ.

2.

Infark plasenta yang luas dapat menyebabkan perdarahan retroplasenta (solusio plasenta )
penyebab penting meningkatnya morbiditas dan mortalitas perinatal.

2.

EFEK SISTEM SARAF PUSAT

1.

Gangguan visus ( pengelihatan kabur, berkunang-kunang) disebabkan oleh vasospasme


pembuluh retina

2.

Meningkatnya iritabiltas ( hipererfleksia )

3.

Tanda tanda diatas menunjukkan adanya proses di CNS yang berbahaya dan merupakan
tanda awal dari kemungkinan terjadinya kejang ( impending eclampsia )

EVALUASI & PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA


Terdapat 3 pertanyaan yang harus dijawab :
1.

Apakah penyakit yang terjadi RINGAN atau BERAT

2.

Adakah tanda tanda terjadinya GANGGUAN PADA JANIN ( PJT, oligohidramnion atau abnormalitas
pola DJJ )

3.

Apakah janin sudah CUKUP MATUR untuk dilahirkan

Terminasi kehamilan adalah satu satunya terapi definitif untuk mengatasi Preeklampsia :

Tujuan penatalaksanaan adalah mencegah terjadinya komplikasi maternal dan komplikasi janin
akibat prematuritas

Pada preeklampsia ringan tanpa komplikasi pada janin kehamilan dipertahnkan sampai 34 minggu

Pada preeklampsia berat atau eklampsia , terminasi kehamilan dilakukan setelah stabilisasi tanpa
memandang usia kehamilan

PENILAIAN AWAL :
1.

Anamnesa medis
o

Riwayat hipertensi penyakit ginjal

Keluhan yang berhubungan dengan PE Berat

Keluhan impending eklampsia (nyeri uluhati scotoma dan pengelihatan kabur


hiperefleksia - nyeri kepala )

o
2.

3.

4.

Perdarahan pervaginam

Pemeriksaan fisik :
o

Tekanan darah

Berat badan

Edema

Petechiae

Tinggi Fundus Uteri

Nyeri epigastrium

Pemeriksaan opthlamoskop

Reflek patologik

Pemeriksaan laboratorium :
o

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan faal Ginjal

Pemeriksaan fungsi Hepar

Pemeriksaan janin :
o

Ultrasonografi ( pertumbuhan janin dan volume air ketuban )

NST non stress test dan profil biofisikal

PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA INTRAPARTUM


Induksi persalinan ( atau persalinan spontan pervaginam pada kasus inpartu ) bila tidak ada indikasi seksio
sesar .
Dilakukan monitoring keadaan IBU dan Anak

3 hal penting yang harus dilakukan :


1.

Mencegah kejang atau mencegah serangan ulang kejang

2.

Mengendalikan tekanan darah

3.

Mengamati adanya komplikasi ;


1.

Gawat janin

2.

Sindroma HELLP

3.

Solusio plasenta

ANTI KEJANG : MAGNESIUM SULFAT

TERAPI ANTI KEJANG MAGNESIUM SULFAT

JENIS TERAPI

INTRAVENA

Profilaksis Loading

4 gram MgSO4
dalam 100 ml
5 gram intramuskular
cairan diberikan dimasing masing
perlahan selama bokong
20 menit

Maintanance

2 gram/ jam
dalam cairan
infus infuse
pump

INTRAMUSKULAR

5 gram i.m setiap 4 jam

MgSO4 diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau sampai 24 jam bebas kejang.
Ekskresi MgSO4 hanya melalui ginjal sehingga produksi urine tiap jam harus senantiasa diamati sebelum
pemberian MgSO4 ulangan
Untuk mencegah kejadian intoksikasi maka sebelum pemberian MgSO4 ulangan ada 3 syarat yang harus
dipenuhi :
1.

Produksi urine > 25 ml per jam

2.

Reflek patela +

3.

Frequensi pernafasan tidak kurang dari 16 kali per menit

Bila terjadi intoksikasi MgSO4


1.

Hentikan pemberian MgSO4

2.

Berikan Kalsium Glukonat 10 ml dalam larutan 10% intravena

3.

Bila perlu : resusitasi pernafasan

ANTI HIPERTENSI : HIDRALAZINE atau LABETALOL HIDROKLORIDA


Antihipertensi diberikan bila TD sistolik 180 mmHg dan atau TD diastolik 110 mmHg
Penurunan tekanan darah :

Tidak perlu ke nilai normal ( <>

Penurunan harus secara bertahap

Hidralazine lebih sering digunakan oleh karena memiliki beberapa keunggulan tertentu dalam kehamilan oleh
karena :
1.

Vasodilator langsung

2.

Tidak menyebabkan spasme bronchus

3.

Bukan kontra indikasi pada penderita penyakit jantung

Dosis Hidralazine :

5 mg intravena selama 1 2 menit dan kemudian 5 10 mg intra vena setiap


10 20 menit sampai TD sekitar 140 150 mmHg / 90 100 mmHg. Bila
setelah 20 menit tidak ada respon, ganti dengan obat lain.
NIFEDIPINE

Pemberian per oral sering memberikan hasil memuaskan

Hati hati hipotensi ( terutama bila digunakan bersama dengan MgSO4 )

Dosis 10 mg dan dapat diulang setiap 30 menit

PENATALAKSANAAN PEMBERIAN CAIRAN :

Pengamatan cairan keluar dan masuk

Penderita PE E : vasokonstriksi edema interstitsial volume intravaskular menurun produksi


urine turun.

Awas hati hati overload cairan , restriksi Na dan intoksikasi air

Bila perlu : pemasangan kateter CVP untuk menghidari kelebihan pemberian cairan.

EKLAMPSIA
1.

Merupakan keadaan gawat darurat obstetrik

2.

Bersihkan jalan nafas dan berikan oksigen dalam sungkup

3.

Posisi lateral

4.

Ukur tekanan darah setiap 10 menit

5.

Pasang infus

6.

Pasang kateter urine menetap

7.

Stabilisasi pasien :
o

Cegah serangan kejang ulangan dengan memberikan MgSO4 dosis loading dan
maintanance

Terminasi kehamilan bila : ( pilihan utama per vaginam ; kecuali bila ada indikasi)

Hipoksia sudah diatasi

Kejang sudah dikendalikan

Tekanan diastolik 90 100 mmHg

HIPERTENSI KRONIK

Tujuan utama penatalaksanaan :


1.

Mengendalikan hipertensi

2.

Deteksi superimposed preeklampsia

3.

Deteksi PJT

Tidak jelas terbukti bahwa menurunkan tekanan darah sampai dibawah 140 / 90 mmHg memberikan manfaat
bagi kehamilan
Pada sejumlah wanita, tekanan darah pada trimester ke II akan turun dan tidak memerlukan antihipertensi
Obat ACE angiostensin converting enyme inhibitor dan angiostensin II receptor bloker jangan diberikan
selama kehamilan oleh karena berbahaya bagi janin
Kehamilan dengan hipertensi kronis sering disertai dengan PJT sehingga harus dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi serial
Peningkatan tekanan darah yang bermakna atau terjadinya proteinuria pada penderita hipertensi kronis
menunjukkan bahwa telah terjadi hipertensi kronis superimposed preeklampsia
Bila tak ada tanda PJT , tak ada tanda-tanda superimposed PE dan tekanan darah terkendali dengan baik
maka kehamilan dapat dilanjutkan sampai aterm kecuali bial terdapat tanda tanda gawat janin.
Pilihan utama terminasi kehamilan adalah persalinan pervaginam kecuali bila ada indikasi untuk melakukan
SC
Apa itu Pre-eklamsia?
Pre-eklamsia adalah tekanan darah yang tinggi dan kelebihan kadar protein dalam urin. Ini hanya bisa terjadi selama
kehamilan atau segera setelah persalinan. Untungnya, sebagian besar kasus bersifat ringan. Ia menyerang hanya 1
dari 14 ibu, dan jarang menjadi lebih serius.
Bila Pre-eklamsia terjadi di minggu-minggu akhir kehamilan, dokter akan mengambil tindakan untuk segera
mengeluarkan bayi. Tapi bila pre-eklamsi terjadi di awal kehamilan, maka dokter akan berusaha memperpanjang
kehamilan sampai bayi dianggap telah cukup kuat untuk lahir.
Gejala-gejala pre-eklampsia
* Tekanan darah naik (hipertensi) dan kadar protein dalam urin berlebihan (proteinuria), setelah kehamilan mencapai
20 minggu.
* Sakit kepala.
* Masalah penglihatan, termasuk kebutaan sementara, pandangan buram dan lebih sensitif pada cahaya/silau.
* Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah rusuk sebelah kanan.
* Muntah.
* Pusing.
* Volume urin berkurang.
* Berat badan naik cepat, biasanya di atas 2 kg per minggu.
* Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan.
Siapa yang berisiko mengalaminya?

* Wanita berusia di bawah 20 atau lebih dari 35 tahun.


* Obesitas, indeks massa tubuh 35+.

* Sebelumnya memiliki kondisi medis yang memicu pre-eklamsi seperti diabetes, tekanan darah tinggi, lupus,
penyakit ginjal dan migren.
* Wanita dengan kehamilan pertama.
* Kehamilan kembar.
* Jarak antar kehamilan terlalu jauh- lebih dari 10 tahun.
* Riwayat pre-eklampsia jika Ibu, orangtua, atau saudara perempuan Ibu pernah mengalami pre-eklampsia
sebelumnya.

Pencegahan
Karena salah satu faktor pencetus Pre-eklampsia adalah obesitas, sebaiknya Ibu menjalankan pola makan sehat
dengan menu seimbang.
Idealnya pola makan sehat sudah Ibu lakukan sejak sebelum hamil atau ketika merencanakan kehamilan. Tapi,
sekarang pun belum terlambat.
Pola makan sehat ini bukan diet. Karena Ibu hamil tidak disarankan berdiet. Tanyakan pada dokter apa yang
seharusnya Ibu konsumsi. Atau diskusikan hal ini dengan tim ahli Club Nutricia.
Jangan lupa, tepati jadwal kunjungan ke dokter untuk memeriksa tekanan darah dan urin.
Pre-eklampsia ringan
Beruntunglah bila Ibu hanya mengalami pre-eklamsia ringan. Kondisi ini tidak selalu memerlukan obat tapi hanya
pemeriksaan rutin kehamilan. Pemberian obat atau suplemen tidak mencegah pre-eklamsi tetapi membantu
mengontrol kondisi Ibu.
Pre-eklamsia serius
Jika Ibu didiagnosa mengalami pre-eklampsia yang lebih serius, Ibu akan disarankan beristirahat di tempat tidur atau
bahkan mungkin dirawat di rumah sakit.
Ibu juga akan diperiksa setiap hari untuk melihat tekanan darah dan pemantauan perkembangan bayi Ibu. Jika Ibu
atau bayi Ibu berada dalam kondisi serius, kemungkinan dokter melakukan induksi, atau melakukan bedah sesar.
untuk menyelamatkan Ibu dan bayi.

You might also like