You are on page 1of 5

BAB I

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal,
yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Arah kebijakan
pembangunan bidang kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan, termasuk
didalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta
kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya (Suharjo, 2003).
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,
kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap
sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait
gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.
Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang
optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan
bayi, anak anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan normal
atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta
terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini (Kemenkes, 2014).
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Gizi yang tidak baik
adalah faktor risiko penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung
dan pembuluh darah, hipertensi, stroke ), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan
akibat penyakit tidak menular (Depkes, 2008).
Sebagian besar PTM terkait gizi di atas berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan
kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Data Riskesdas 2013 memperlihatkan
kecenderungan prevalensi obes (IMT 25) semua kelompok umur. Anak balita 12,2%, 14%,
dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskedas 2010) naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan
1

usia lanjut (Riskedas 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki laki
obes 19,7% dan perempuan 32,9% (Depkes, 2008; Kemenkes 2013). Kelebihan gizi ini
timbul akibat kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula
dan garam tambahan, namun kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah
buahan , dan serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang. Hasil
penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran sebagai berikut. Pertama, konsumsi
sayuran dan buah buahan pada kelompok usia diatas 10 tahun masih rendah, yaitu masing
masing sebesar 36,7% dan 37,9%. Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi rata rata
perorang perhari masih rendah karena sebagian besar berasal dari protein nabati seperti
serealia dan kacang kacangan. Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula
tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan,
masih cukup tinggi. Keempat, konsumsi cairan pada remaja masih rendah. Kelima, cakupan
pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).
Riskesdas 2013 menunjukan bahwa Indonesia masih memiliki masalah kekurangan
gizi. Kecendrungan prevalensi kurus (wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan
menurun 12,1%. Sedangkan kecendrungan prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar
36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight) berturut turut 18,4%, 17,9%,
dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah sampai remaja. Riskesdas 2010 sebesar 28,5%
(Kemenkes, 2013).
Puskesmas Kaliwates sendiri didalam wilayah kerjanya di tahun 2015 didapatkan data
kasus berat badan kurang sebanyak 108 kasus, yang terdiri dari kelurahan Tegal Besar
sebanyak 20 kasus, kelurahan Kaliwates sebanyak 55 kasus , dan kelurahan Kebon Agung
sebanyak 31 kasus. Sedangkan kasus berat badan lebih sebanyak 45 kasus, yang terdiri dari
kelurahan Tegal Besar sebanyak 11 kasus, kelurahan Kaliwates sebanyak 31 kasus, dan
kelurahan Kebon Agung sebanyak 2 kasus. Untuk kasus anak balita BGM (baawah garis
merah) ditahun 2015 didapatkan 62 kasus, yang terdiri kelurahan Tegal Besar sebanyak 45
kasus, kelurahan Kaliwates sebanyak 5 kasus, kelurahan Kebon Agung sebanyak 19 kasus.
Ibu hamil dengan kurang energi kronis (KEK) ditahun 2015 didapatkan 26 kasus, yang terdiri
dari kelurahan Tegal Besar sebanyak 23 kasus, dan kelurahan Kaliwates sebanyak 3 kasus.
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak janin sampai
anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap perkembangan fisik, tetapi juga terhadap
2

perkembangan kognitif yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan


ketangkasan berpikir serta terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa ini juga
dikaitkan dengan resiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke, dan diabetes.
Untuk mencegah timbulnya masalah gizi tersebut, perlu disosialisasikan pengetahuan
pedoman gizi seimbang yang bisa dijadikan sebagai pedoman makan, beraktivitas fisik, hidup
bersih dan mempertahankan berat badan normal. Untuk mengoptimal penyampaian pesan
gizi seimbang kepada masyarakat, diperlukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
yang tepat dan berbasis masyarakat. Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan menggunakan
slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai 1952, telah berhasil menanamkan pengertian
tentang pentingnya gizi dan kemudian merubah perilaku konsumsi masyarakat. Prinsip 4
Sehat 5 Sempurna yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo
yang mengacu pada prinsip Basic Four Amerika Serikat yang dimulai diperkenalkan pada era
1940an adalah : Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
buah buahan, serta minum susu unutk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan
tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi dewasa ini
sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di
Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman
Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman
Gizi Seimbang adalah: Konsumsi makan sehari hari harus mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur.
Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu anekaragaman pangan,
perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes,
2014).
Berdasar hal-hal di atas, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan edukasi atau
pengetahuan mengenai Gizi Seimbang di Puskesmas Kaliwates sehingga mencegah
timbulnya masalah gizi dalam suatu keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perubahan tingkat pengetahuan keluarga khususnya kaum ibu mengenai
Gizi Seimbang sebelum dan sesudah penyuluhan di wilayah Puskesmas Kaliwates ?
3

1.3 Tujuan Kegiatan


1.3.1 Tujuan Umum
Dapat menerima dan mampu memahami Gizi Seimbang bagi keluarga khususnya
kaum ibu di wilayah cakupan Puskesmas Kaliwates, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten
Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga khususnya kaum ibu terhadap Gizi
Seimbang di wilayah cakupan Puskesmas Kaliwates, Kecamatan Kaliwates,
Kabupaten Jember.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman keluarga khususnya kaum ibu terhadap
Gizi Seimbang di wilayah cakupan Puskesmas Kaliwates, Kecamatan Kaliwates,
Kabupaten Jember
3. Memberikan pemahaman keluarga terhadap penyakit - penyakit akibat tidak
terpenuhinya gizi seimbang
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi masyarakat terutama kaum ibu
Dapat mengetahui pengetahuan tentang gizi seimbang sehingga diharapkan (dalam
mengkonsumsi makanan) selalu memperhatikan aspek gizi seimbang pada makanan yang
diberikan kepada keluarga.
1.4.2 Bagi petugas kesehatan dan pemerintah
Sebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan pemerintah sehingga mereka
dapat memberikan informasi, arahan kepada masyarakat khususnya kaum ibu agar
memperhatikan pola makan seimbang dan perkembangan status gizi seimbang dalam
keluarga.

1.4.3 Bagi Peneliti


4

Dengan adanya Mini Project ini, diharapkan akan mendapatkan tambahan ilmu,
pengalaman sehingga dapat menyampaikan pada masyarakat tentang cara meningkatkan
status gizi seimbang.

You might also like