Professional Documents
Culture Documents
: Sarayati Khairunisah
NIM
: 04011181320024
pada
populasi
umum.
Studi
mengenai
genome
telah
tidak dapat dikenali. Hal ini menyebabkan reseptor yang telah berubah di
permukaan sel T akan salah mengenali perintah dari sel T.
b. Kelainan intrinsik sel T dan sel B
Kelainan yang dapat terjadi pada sel T dan sel B adalah sel T dan sel B
akan teraktifasi menjadi sel autoreaktif yaitu limfosit yang memiliki
reseptor untuk autoantigen dan memberikan respon autoimun. Sel T dan
sel B juga akan sulit mengalami apoptosis sehingga menyebabkan
produksi imunoglobulin dan autoantibodi menjadi tidak normal.
c. Kelainan antibodi
Ada beberapa kelainan antibodi yang dapat terjadi pada SLE, seperti
substrat antibodi yang terlalu banyak, idiotipe dikenali sebagai antigen dan
memicu limfosit T untuk memproduksi autoantibodi, sel T mempengaruhi
terjadinya peningkatan produksi autoantibodi, dan kompleks imun lebih
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal
Keadaan umum sakit Sehat
Interpretasi
abbormal
sedang
tekanan darah: 120/80 90-120/60-80
Normotensi
mmHg
sensorium
Kesadaran normal
mentis
frekuensi
nafas 16-20x/menit
5
6
7
8
20x/menit
frekuensi nadi: 92x/menit
suhu 37.3
alopesia (+)
konjungtiva
palpebral
9
10
11
12
pucat (+)
sklera subikterik
Batas normal
muka: malar rash (+)
Batas normal
mulut: ulserrasi (+)
Jantung/paru dalam batas Batas normal
normal
60-100x/menit
36,5-37,5 C
Batas normal
Batas normal
normal
normal
normal
Abnormal
Abnormal
abnormal
Abnormal
Abnormal
Normal
13
14
abdomen: asites
Dinding
perut
lemas Abnormal
edema tungkai
Abnormal
No
1
2
3
4
Hasil Pemeriksaan
Hb: 8,3 gr%
RBC 3,5 juta
lekosit: 5000/mm3
trombosit 98.000
hitung
6
7
8
Nilai Normal
13 18 g%
4,4 5,6 (10^6/mm3)
5000 10.000/mm3
150.000
400.000
keping/mm3
jenis Basofil: 0 1 %
Eosinofil: 1 3 %
0/0/2/51/36/11
N. Batang: 2 6 %
N. Segmen: 50 70 %
Limfosit: 20 40 %
Monosit: 2 8 %
Hematokrit 22 vol%
40 50 vol%
retikulosit 3%
0,5-1,5 %
LED 105 mm/jam
0-15 mm/jam atau
Interpretasi
Menurun
Menurun (anemia)
Batas bawah
Menurun
(trombositopenia)
Normal
Menurun
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Menurun
Meningkat
0-10 abnormal
mm/jam
Hb, RBC, hematokrit: Pada kasus ini hal ini dikarenakan autoantibodi dapat pula
menyerang eritrosit, dimana Hb merupakan salah satu komponen utamanya. Bila
pembentukan sel darah merah terganggu, maka pembentukan Hb juga terganggu atau rendah.
Sehingga menyebabkan anemia. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan ditemukan RBC,
hematokrit, dan Hb yang rendah
Leukosit dan trombosit: Hal ini juga diakibatkan karena autoantibodi menyerang sel
darah putih maupun trombosit.
Retikulosit: Seperti dijabarkan sebelumnya, pasien menderita anemia. Sebagai
kompensasi agar pembentukan sel darah merah dapat berlangsung cepat, maka dibentuklah
sel sel darah muda agar perfusi oksigen ke jaringan jaringan dapat dipenuhi
Monosit: Fungsi monosit adalah untuk membantu sel-sel lain dalam darah
menghilangkan jaringan yang rusak. Monosit juga membantu menghancurkan sel-sel kanker.
Ketika jumlah monosit meningkat, ini menunjukkan bahwa tubuh sedang mencoba untuk
melawan penyakit tertentu seperti kanker, infeksi atau kelainan darah. Monosit yang
bertambah banyak sedang mencoba untuk melawan sel-sel jahat.
LED: LED meningkat pada kasus ini disebabkan adanya proses peradangan yang
ditimbulkan dari kompleks imun
6. Mengapa walaupun Hb rendah tidak ditemukan tanda kompensasi pada Tn.RS?
Artinya derajat anemia pada kasus ini belum berat, sehingga belum terlihat
kompensasi seperti takikardi, takipnea.
7. Bagaimana penegakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjuang pada kasus?
Batasan operasional diagnosis SLE yang dipakai dalam rekomendasi ini diartikan sebagai
terpenuhinya minimum kriteria (definitif) atau banyak kriteria terpenuhi (klasik) yang
mengacu pada kriteria dari American College of Rheumatology (ACR) revisi tahun 1997.
Namun, mengingat dinamisnya keluhan dan tanda LES dan pada kondisi tertentu seperti
lupus nefritis, neuropskiatrik lupus, maka dapat saja kriteria tersebut belum terpenuhi. LES
pada tahap awal, seringkali bermanifestasi sebagai penyakit lain misalnya artritis reumatoid,
glomerulonefritis, anemia, dermatitis dan sebagainya. Diagnosis LES, dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klinik dan laboratorium. American College of Rheumatology (ACR),
pada tahun 1997, mengajukan 11 kriteria untuk klasifikasi LES, dimana apabila didapatkan 4
kriteria, diagnosis LES dapat ditegakkan. Bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA positif,
maka sangat mungkin LES dan diagnosis tergantung pada pengamatan klinik. Bila tes ANA
negatif, maka kemungkinan bukan LES. Apabila hanya tes ANA positfif dan manifestasi
klinik lain tidak ada maka belum tentu LES dan observasi jangka panjang diperlukan.
Kriteria tersebut adalah
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan urin
Hasil pemeriksaan darah pada penderita SLE menunjukkan adanya anemia hemolitik,
trombositopenia, limfopenia, atau leukopenia, LED meningkat selama penyakit aktif,
Coombs test mungkin positif, level IgG mungkin tinggi, ratio albumin globulin
terbalik, dan serum globulin meningkat. Selain itu hasil pemeriksaan urin pada
penderita SLE menunjukkan adanya proteinuria, hematuria, peningkatan kreatinin,
dan ditemukannya Cast, heme granular atau sel darah merah pada urin
b. Pemeriksaan autoantibodi
Antibodi Antinuklear
ANA merupakan suatu kelompok autoantibodi yang spesifik terhadap asam
nukleat dan nukleoprotein, ditemukan pada connective tissue disease. Dengan
perkembangan pemeriksaan immunodifusi dapat ditemukan spesifisitas ANA
yang baru seperti Sm, nuclear ribocleoprotein (nRNP), Ro/SS-A dan LA/SSB. ANA dapat diperiksa dengan metode immunofluorosensi. 99% penderita
SLE menunjukkan pemeriksaan yang positif. ANA juga positif pada 10 %
derajat beratnya SLE terutama adanya komplikasi ginjal. Observasi serial pada
penderita dengan eksaserbasi, penurunan kadar komplemen terlihat lebih dahulu
dibanding gejala klinis