You are on page 1of 2

Penanganan kemacetan yang hampir sama dengan penanganan banjir,

Opening
Jakarta, kota dengan jumlah penduduk 12,7juta orang pada siang hari dan 9,7 juta
orang pada malam hari (Koran-sindo.com). Pertumbuhan masyarakat kelas
menengah mendorong mereka untuk mensejahterakan kehidupan, salah satunya
dengan memiliki kendaraan pribadi. Tercatat jumlah kendaraan di Jakarta dan
sekitarnya mencapai 16.043.689 unit pada tahun 2013 dengan pertumbuhan
hampir 10% per tahun (detik.com).
Apa dampaknya?
Pemandangan seperti ini telah menjadi kebiasaan bagi mereka yang biasa
bermacetan di Jakarta. Laju pertumbuhan kendaraan yang tidak diimbangi dengan
pertumbuhan jalan akan menyebabkan Jakarta macet seperti ini, terlebih di hari
kerja pada jam pulang dan pergi.
Jakarta pada 2020
Diperkirakan akan ada sekitar 27juta unit kendaraan di Jakarta pada tahun 2020.
Lalu lintas Jakarta lumpuh total
Apa solusinya?
MRT
MRT ? ya proyek triliyunan rupiah ini mungkin akan menjadi salah satu moda
transportasi masal yang akan menghiasi Jakarta, namun proyek ini baru akan
selesai secepatnya pada 2017, lalu apa yang terjadi pada masa pembangunan
proyek tersebut? Bukankan akan memperparah kemacetan sebagai imbas dari
pembangunan tersebut?
Lalu apa solusinya?
sistem visa kendaraan
sistem ini hampir sama dengan banjir,seperti yang kita ketahui banjir dijakarta
dominan disebabkan oleh kiriman air hujan dari bogor melalui sungai ciliwung,
dimana kita harus menangani banjir dari hulu nya terlebih dahulu. Yaitu dengan
membuat penampungan penampungan air raksasa di daerah hulu dan membuat
daerah daerah resapan di dki.
Dalam kasus kemacetan di Jakarta dominan disebabkan oleh kiriman kendaraan
yang masuk dari luar Jakarta,
Cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menahan kendaraan
tersebut masuk ke Jakarta.

Pertama, kita bisa membuatkan visa kendaraan, dimana kendaraan dengan kode
nomer plat selain Jakarta diwajibkan untuk membayar biaya 5x lipat dari harga
transportasi umum termahal di kali 30hari,
Kedua, kita buatkan area parkir raksasa di daerah perbatasan Jakarta, Dimana
pengendara dari luar Jakarta diwajibkan memarkir kendaraan mereka di area
tersebut dan wajib menggunakan kendaraaan masal untuk masuk ke wilayah
Jakarta.
Ketiga, optimalisasi sekolah dan universitas di dki untuk menerapkan peraturan
wajib menggunakan kendaraan umum menuju ke sekolahnya, bila yang melanggar
akan dikenakan skors bagi siswa nya, dan bagi sekolah dan universitas yang tidak
menerapkan peraturan ini diwajibkan untuk menyumbang minimal satu bus untuk
digunakan sebagai bus sekolah yang armada nya sampai saat ini belum memadai.
Keempat, kita tinggikan pajak kepemilikan kendaraan pribadi untuk daerah Jakarta
dan sekitarnya seperti jabodetabek, otomatis mereka akan membeli kendaraan
untuk plat nomer diluar daerah tersebut jika ingin pajak yang murah, namun tetap
saja jika ingin masuk ke Jakarta, mereka harus membayar visa kendaraan, sehingga
populasi kendaraan tidak terpusat di Jakarta.
Kelima, pengalihan subsidi bbm dki ke subsidi pendidikan dan transportasi masal,
subsidi bbm hanya akan membuat pengendara kendaraan pribadi semakin
dimanjakan karena harganya yang murah meski harus mengantri panjang untuk
mendapatkannya, bila subsidi ini dialihkan ke pendidikan itu akan jauh lebih baik
untuk mendidik anak cucu kita agar dapat menciptakan Jakarta yang lebih baik
dengan ilmu yang mereka dapat, dengan mengalihkan ke subsidi transportasi
masal, itu pun akan membuat jumlah dan kenyamanan transportasi masal membaik
sehingga otomatis pengendara kendaraaan pribadi pun akan memilih menggunakan
transportasi masal.
Lalu kemana uang uang parkir dan visa tersebut mengalir?
Mengenai visa kita bisa gunakan uang tersebut untuk menambah dan merawat
armada transportasi seperti bus, kereta api, dan transjakarta.
Untuk parkir, kita bisa gunakan sistem bagi hasil dimana 50% untuk pemda daerah
pinggiran dki, 25% untuk pengelola parkir, dan 25% lagi untuk pemda dki

Apa manfaat nya?

You might also like