You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan oksigenasi Pada Tn.W:


Congestive Heart Failure (CHF) Di ruang Cempaka RSUD Kebumen.

B. Latar Belakang

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan
setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem


(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak,
2007).

Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang


telah sangat prihatin dalam preferensi medis. Menurut WHO pada tahun 2001

penyakit kardiovaskular menyumbang hampir sepertiga dari kematian global


dan diperkirakan pada tahun 2020 hampir 25 juta kematian di seluruh dunia
akibat penyakit kardiovaskular. Pelaporan SIRS Indonesia 2007 jumlah kasus
sebanyak 57,023 pasien dengan gagal jantung dan kasus tingkat kematian
(CFR) 13,42%. Khususnya di RSU Herna Medan, sudah ada 172 penderita
yang mendapat gagal jantung sepanjang 2009-2010. Ini penelitian deskriptif
telah dirancang dengan serangkaian kasus yang bertujuan untuk mengetahui
karakteristik penderita gagal jantung di RSU Herna Medan tahun 2009-2010.
Populasi mengacu pada total 172 penderita gagal jantung di RSU Herna
Medan tahun 2009-2010. Contoh mengacu pada total sampling yang
digunakan dalam penelitian ini yang semuanya dari 172 pasien gagal jantung
di RSU Herna Medan tahun 2009-2010. Ini tahap analisis statistik, penelitian
ini menggunakan chi-square dan uji anova. Proporsi highhest dari penderita
gagal jantung: 96,5% adalah kelompok usia 40 tahun, 57,6% adalah laki-laki,
70,9% yang berasal dari suku batak, 59,9% adalah Chistian, 37,8% adalah ibu
rumah tangga , 75,6% berasal dari dari medan, 43,0% menderita gagal jantung
ketiga, dan 65,2% menjadi rawat jalan. Rata-rata panjang jika tinggal 5,19 hari
Pasien dengan gagal jantung menyarankan menghindari gaya hidup yang
dapat menyebabkan gagal jantung.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk menyusun


karya tulis ilmiah lebih dalam tentang CHF (Congestive Heart Failure) maka
penulis mengambil kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Oksigenasi Pada Tn.W: CHF (Congestive Heart Hailure) Di Ruang Cempaka


RSUD Kebumen.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum penulisan
Penulis memahami Ilmu Pengetahuan dengan pengalaman praktek
dilapangan dan mengaplikasikan ke dalam Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada TN.W: Congestive Heart Failure
(CHF) Di Ruang Cempaka RSUD Kebumen.
2. Tujuan khusus penulisan
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF).
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien
dengan Congestive Heart Failure (CHF).
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan Congestive
Heart Failure (CHF).

D. Pengumpulan Data
Karya tulis ilmiah ini ditulis menggunakan metode diskriftif naratif
agar lebih mudah dalam mengetahui gambaran CHV. Penulis
menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses keperawatan.
Adapun cara pengumpulan datanya adalah :
1. Observasi Partisipatif
Melakukan pengamatan dan perawatan langsung terhadap keadaan
pasien serta perkembangan penyakit dengan melakukan asuhan
keperawatan.
2. Interview
Metode Interview dilakukan dengan cara menanyakan tentang keadaan
pasien kepada pasien, keluarga pasien, Perawat, Dokter serta Petugas
Kesehatan yang lainnya.
3. Studi Literature/Dokumentasi
Pengumpulan data tentang keadaan pasien dari catatan medik, catatan
keparawatan, hasil laboratorium, pemeriksaan lain serta buku
keperawatan.

BAB II
KONSEP DASAR

A. Gagal Jantung Kongestif (CHF)


1. Definisi

Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau


Decomp Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana
jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk
matabolisme jaringan (Price, S. A. 2002).

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan


fungsi jantung sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer, 2003).

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik adanya kelainan


fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer, 2002).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah


keadaan dimana jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan
kebutuhan tubuh dan kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan
peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri.

2. Etiologi
a. Secara Umum
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan karena menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.

2) Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium


karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal j antung.
3) Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang
tidak jelas, hipertrofil otot jantung tadi tidak dapat berfungsi
secara normal, dan akibatnya akan terjadi gagal jantung.
4) Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

5) Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan


dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya
laju metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung (Brunner dan Suddart, 2000).
b. Faktor resiko
1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a) Usia
Laki-laki yang berusia lebih dari 45 tahun dan wanita yang
berusia lebih dari 55 tahun, mempunyai risiko lebih besar
terkena penyakit jantung.
b) Genetik atau keturunan
Adanya riwayat dalam keluarga yang menderita penyakit
jantung, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Riwayat dalam keluarga juga tidak dapat dirubah. Namun
informasi tersebut sangat penting bagi dokter. Jadi
informasikan kepada dokter apabila orang tua anda, kakek
atau nenek, paman / bibi, atau saudara ada yang menderita
penyakit jantung.

c) Penyakit Lain
Penyakit lain seperti diabetes, meningkatkan resiko penyakit
jantung. Diskusikan dengan dokter mengenai penanganan
diabetes dan penyakit lainnya. Gula darah yang terkontrol
baik dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
2) Faktor resiko yang dapat dirubah
a) Kolesterol
Kolesterol terdiri dari kolesterol baik dan kolesterol jahat.
HDL adalah kolesterol baik sedangkan LDL adalah kolesterol
jahat. Kolesterol total yang tinggi, LDL tinggi, atau HDL
rendah meningkatkan risiko penyakit jantung.
b) Hipertensi
Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung. Jika
tekanan darah anda tinggi, berolahragalah secara teratur,
berhenti merokok, berhenti minum alkohol, dan jaga pola
makan sehat. Apabila tekanan darah tidak terkontrol dengan
perubahan pola hidup tersebut, dokter akan meresepkan obat
anti hipertensi (obat penurun tekanan darah).
c) Merokok dan Minum Alkohol
Merokok dan minum alkohol terbukti mempunyai efek yang
sangat buruk. Berhentilah minum alkohol merokok. Dan
jangan merokok di dekat atau samping orang yang tidak
merokok.

d) Gemuk ( overweight atau obesitas )


Kegemukan membuat jantung dan pembuluh darah kita
bekerja ekstra berat. Diet tinggi serat (sayuran, buah-buahan),
diet rendah lemak, dan olah raga teratur dapat menurunkan
berat badan secara bertahap dan aman. Diskusikan dengan
dokter untuk menurunkan berat badan secara aman.
e) Kurang Aktifitas Fisik
Kurang aktivitas fisik juga berdampak tidak baik bagi
kesehatan. Olahragalah secara teratur untuk mencegah
penyakit jantung (Brunner dan Suddarth, 2000).
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association
terbagi dalam 4 kelainan fungsional :
1. Derajat I : timbul sesak pada aktifitas fisik berat, aktivitas fisik
sehari-hari tidak menimbulkan keluhan.
2. Derajat II : timbul sesak pada aktifitas fisik sedang ditandai
dengan adanya ronchi basah halus dibasal paru, S3 galop dan
peningkatan tekanan vena pulmonalis.
3. Derajat III : timbul sesak pada aktifitas fisik ringan ditandai
dengan edema pulmo.
4. Derajat IV : timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau
istirahat ditandai dengan oliguria, sianosis, dan diaphoresis.

3. Patofisiologi

Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis


koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokard biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan
afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas,
hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan
akhirnya akan terj adi gagal jantung.

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan


dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.


Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah
ventrikel berpasangan, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

a. Gagal j antung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel


kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan
paru. Dispneu dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah j antung
yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang
terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.

b. Gagal jantung kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera


dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas
bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites,
anoreksia, mual dan nokturia (Mansjoer, 2003).

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung


pada etiologinya. Namun dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Ortopnea, yaitu sesak saat berbaring

b. Dyspnea On Effort (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas


c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak nafas tiba-tiba pada
malam hari disertai batuk.

d. Berdebar-debar

e. Mudah lelah

f. Batuk-batuk

Gambaran klinis gagal jantung kiri:

a. Sesak napas dyspnea on effort, paroxymal nocturnal dyspnea


b.

Batuk-batuk

c. Sianosis
d. Suara sesak
e. Ronchi basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
f. Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop,
tachycardia
g. BMR mungkin naik
h. Kelainan pada foto rongent

Gambaran klinis gagal jantung kanan:

a. Edema pretibia, edema presakral, asites dan hydrothorax


b. Tekanan vena jugularis meningkat (hepato jugular refluks)

c. Gangguan gastrointestinal, anorexia , mual, muntah, rasa kembung di

epigastrium
d. Nyeri tekan karena adanya gangguan fungsi hati

e. Albumin dan globulin tetap, splenomegali, hepatomegali Gangguan


ginjal, albuminuria, silinder hialin, glanular , kadar ureum meninggi (60100%), oligouria, nocturia

f. Hiponatremia, hipokalemia, hipoklorimia (Brunner dan Suddarth, 2000).

5. Penatalaksanaan

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi


beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama
dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari :
beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan biasanya dimulai
ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa. Regimen
penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik
yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan

menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat
dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .

Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang


sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi
harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu
untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa
kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan
fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan

flebotrombosi s. Pemberian antikoagulan mungkin diperlukan pada


pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.

Penatalaksanaan:

a. Istirahat
b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan
mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau
terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema

perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan


muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama,
bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan
premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal

d. Pemberian Diuretic , yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air


melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari
agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan
output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan
cairan setelah pemberian diuretik, pasien juga harus menimbang
badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tandatanda dehidrasi.
e. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hatihati depresi pernapasan
f. Pemberian oksigen
g. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif
merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk
mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel.

6. Penatalaksanaan
a.

Foto torax
mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa Congestive Hearth Failure .

b.

EKG
mengungkapkan adanya takiardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan Akut Miokard Infark).

c. Pemeriksaan Lab

Meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium


yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya
kelebihan retensi air, Kalium, Natruin, Calsium, Ureum, gula

darah.
d.

Analisa Gas Darah


Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan
atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.

e.

Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, dan terapi diuterik.

f.

Skan j antung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
dinding.

g. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin


Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal
ginjal.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai
pencetus gagal jantung kongestif (Dongoes, 2002).

7. Pathway
Penyakit arteri koroner, Hipertensi, kardiomiopati, stenosis mitral, penyakit
pericardial, infark miokard, aritmia akut, infeksi, emboli paru, anemia, kehamilan
Kontraktilitas miokard menurun
Curahjantung menurun

SV menurun
Tekanan ventrikel kiri
menurun
Penumpukan darah di
vena pulmonalis
Peningkatan tekanan
hidrostatik

Gagal j antung

gg. sirkulasi
Suplai O2 ke
jaringan menurun

Perfusi ginjal menurun

Sekresi renin meningkat


Dilatasi ventrikel kanan
Angiotensin I

Metabolisme
menurun

Angiotensin II

Edema paru

Peningkatan tekanan
atrium kanan

Cairan pindah dari


kapiler ke interstisial
Edema perifer
kerusakan integritas
kulit

energi menurun
Aldosteron meningkat

Hambatan aliran darah


ke vena cava

Retensi Na dan H2O

Darah kembali ke sistemik

Kelemahan fisik
Perpindahan cairan
kapiler ke interstisial

Aliran darah arteri


pulmonal tertahan

Intoleransi aktivitas
Gangguan
pertukaran gas

Kelebihan volume cairan

Peningkatan tek.hidrostatik

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Smeltzer, 2002

Keterangan :
masalah keperawatan yang ada di askep

masalah keperawatan yang tidak ada di askep :

B. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien dengan gagal jantung adalah diarahkan kepada
pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistemik dan pulmonal.
Semua tanda-tanda yang menunjukkan harus dicatat dan dilaporkan oleh dokter.
a. Pernafasan
Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krekels dan
mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas.
c. Jantung
Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4, kemungkinan
cara pemeriksaan mulai gagal.
d. Tingkat kesadaran
Kaji tingkat kesadaran pasien.

d. Perifer

Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk
mengetahui refluk hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ).
e. Haluaran urin ukur dengan teratur.
1). Data dasar pengkajian pasien.
a). Bernafas dengan normal
Dispneu saat aktivitas, tidur, duduk, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan, takipneu, nafas dangkal.
Tanda tandanya meliputi batuk kering / nyaring / non produktif atau batuk
terus-menerus dengan atau tanpa pembentukkan sputum, mungkin bersemu darah
warna merah muda atau berbuih (edema pulmonal), bunyi nafas tidak terdengar,
krakles, mengi, Fungsi mental menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit pucat atau
sianosis.
b). Nutrisi
Kehilangan nafsu makan, mual muntah, peningkatan BB signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : penambahan BB dengan cepat, distensi abdomen (asites), edema.

c). Eliminasi
Penurunan berkemih, urin berwarna gelap, berkemih malam hari, diare
atau konstipasi
d). Berpakaian

e). Personal Hygiene


Keletihan atau kelemahan, kelemahan saat aktivitas perawatan diri,
penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
f). Gerak dan keseimbangan
Keletihan, kelemahan terus-menerus sepanjang hari, nyeri dada sesuai
dengan aktivitas.
g). Istirahat dan Tidur
Insomnia, dispnea pada saat istirahat atau pada saat pengerahan tenaga.
h). Temperatur Suhu dan Sirkulasi
Riwayat hipertensi, IM baru / akut, episode GJK sebelumnya, penyakit
katup jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic , TD mungkin
rendah, normal atau tinggi, frekuensi jantung, irama jantung, sianosis, bunyi
nafas, edema.
i). Rasa aman dan nyaman
Nyeri dada, nyeri kepala, angina akut, atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas, sakit pada otot, tidak tenang, gelisah.

j). Berkomunikasi dengan orang lain.


Marah, ketakutan, mudah tersinggung
k). Bekerja
Dispneu pada saat beraktivitas.
l). Spiritual
Terganggunya aktivitas spiritual seperti biasanya

m). Belajar
Menggunakan atau lupa menggunakan obat-obat penyakit jantung
n). Rekreasi
2. Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi glomerulus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan
perfusi jaringan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
(Heather, 2010)

3. Fokus Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar
(Heather, 2010).
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1). Respiratory status : gas exchange

Klien mampu memelihara kebersihan paru-paru, dan bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan, AGD dalam batas normal, status neurologis dalam batas normal (
Moorhead dkk, 2009).
2). Respiratory status : ventilation
Klien mampu mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat,
mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu ( mampu mengeluarkan sputum mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
Intervensi menurut NIC adalah :
Moniitor respirasi dan status oksigen, catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals, monitor
pola nafas, auskultasi sura nafas, moitor ttv, AGD dan elektrolit, observasi sianosis
khususnya membran mukosa (Dochterman, 2009).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
O2 (Heather, 2010).
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria
hasil berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR,
mampu melakukan aktivitas sehari-hari ( ADLs) secara mandiri, keseimbangan aktivitas
dan istirahat (Morhead dkk, 2009).
Intervensi menurut NIC adalah :

Kajiadanya faktor yang menyebabkan kelelahan, bantu klien untuk mengidentifikasi


aktivitas yang mampu dilakukan, observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas, bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial ( Dochterman, 2009)
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerolus
(GFR) (Heather, 2010)
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah kelebihan volume cairan dapat
teratasi dengan kriteria hasil :

1). Electrolit and acid base balance


Terbebas dari edema, efusi, anasarka, terbebas dari distensi vena jugularis, memelihara
tekenan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas
normal (Moorhead dkk, 2009).
2). Hydration
Terbebas dari kecemasan, kelelahan atau bingung, tidak ada dispneu atau orthopneu
(Moorhead dkk, 2009).
Intervensi menurut NIC adalah :

Monitor vital sign, monitor berat badan, monitor elektrolit, monitor tanda dan gejala
edema, berikan diuretik sesuai instruksi, monitor input dan output ( Dochterman,
2010).
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan
perfusi jaringan.

Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
3 x 24 jam diharapkan kerusakan integritas klien teratasi dengan kriteria hasil :
1). Tissue integrity: skin and mucous membrane
Integritas kulit dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,
pigmentasi), perfusi jaringan baik (Moorhead dkk, 2009)
2).wound healing: primer dan sekunder
Tidak ada luka atau lesi pada kulit, menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang, menunjukan terjadinya proses
penyembuhan luka, mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan parawatan alami (Moorhead dkk, 2009).
Intervensi menurut NIC adalah :
1). Pressure management
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien) setiap dua jam sekali, monitor kulit akan adanya kemerahan, oleskan

lotion atau minyak / baby oil pada daerah yang tertekan , monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien, monitor status nutrisi pasien, memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat, kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan, observasi luka :
lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus, ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka, kolaborasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin, cegah
kontaminasi feses dan urin, lakukan tehnik perawatan luka dengan steril, berikan
posisi yang mengurangi tekanan pada luka ( dochterman, 2009).
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (Heather, 2010).
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
1 x 30 menit diharapkan keluarga dan pasien menunjukan pengetahuan tentang CHF
dengan kriteria hasil:
1). Knowledge disease process
Menjelaskan spesifik proses penyakit, etiologi, dan faktor, efek dari penyakit,
manifestasi klinik penyakit (Moorhead dkk, 2009).
2). Knowledge health behavior
Strategi untuk mengatasi stress, pola tidur normal, perencanaan dilakukan dengan
keluarga, strategi untuk menghindari bahaya lingkungan, strategi untuk mencegah
penularan penyakit (Moorhead dkk, 2009).
Intervensi menurur NIC adalah:

1). Behavior modification


Sediakan informasi tentang kondisi dengan cara yang tepat, diskusikan pilihan terapi
atau penanganan, sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat, identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
(Dochterman, 2009).
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn.W:
Congestive Heart Failure (CHF) oleh marsini pada tanggal 23 juli 20012 Di Ruang Cempaka.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Pasien bernama Tn.W berumur 47 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat
Sertajaya, Cikarang timur, No.Rekam medis 843993 dengan diagnosa medis
congestive heart failure.
2. Riwayat keperawatan
Klien datang dari IGD dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit dan klien juga mengatakan kedua kakinya sempat bengkak tetapi
sekarang sudah kempes. Kemudian klien pindah di ruang cempaka tanggal 17 Juli
2012 jam 13.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian tanggal 23 Juli 20012 jam 11.00
WIB klien mengeluh sesak napas, nafsu makan menurun, batuk tidak berdahak, sulit
tidur dan nyeri dada sebelah kiri, nyeri tidak menyebar, nyeri bertambah saat bergerak

dan berkurang saat istirahat. Nyeri hilang timbul 5X/hari. Skala nyeri:5. Klien
tampak memegangi dada, terpasang O2 2 liter/mnt. RR : 30 X/mnt .
Riwayat penyakit dahulu klien pernah di rawat di rumah sakit bekasi 6 hari
dengan penyakit yang sama. Klien juga mengatakan mengalami keluhan seperti ini
semenjak tahun 1992.
Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan bahwa ayah kandungnya
mempunyai riwayat penyakit jantung seperti yang dialaminya sekarang. Klien juga
mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit menurun maupun
menular.
3. Fokus pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 23 juli 2012 pukul 11.00 WIB klien
mengeluh sesak napas dan nyeri dada sebelah kiri. Klien beraktivitas dibantu oleh
keluarga seperti mandi dengan diseka 2 X/hari, ke kamar mandi juga di bantu. Klien
mengatakan belum mengetahui tentang makanan yang boleh di konsumsi pada pasien
j antung.
Pengkajian fungsional menurut Virginia handerson didapatkan data klien
mengeluh sesak nafas, RR: 30 x/mnt dan klien tampak terpasang oksigen. Klien juga
mengatakan kadang terbangun pada malam hari karena nyeri pada dada sebelah kiri.
Aktivitas klien di bantu oleh keluarga. Klien tampak lemah dan tiduran di tempat
tidur.
Pemeriksaan fisik pada saat pengkajian didapatkan data, keadaan umum
lemah, kesadaran komposmentis, terdapat retraksi dinding dada, RR:30 x/mnt. Pada

palpasi dada didapatkan fokal fremitus jelas, pada perkusi di dapatkan bunyi nafas
sonor dan auskultasi di dapatkan bunyi nafas ronkhi.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juli 2012 jam 13.30 WIB
didapatkan hasil : Haemoglobin 14,3 g/dl (11, 7 17,3 ), WBC 10.3 x 10 /l (3.6 11
3

), RBC 4.54 x 10 6/l (3.8 5.9), MCV 91.2 fl (80 100), MCH 31.4 pg (26- 34),
MCHC 34.5g/dl (32 - 36). Dan pada pemeriksaan EKG tanggal 19 Juli 2012 jam
09.30 WIB didapatkan hasil ST elevasi.
Pada tanggal 23 juli 2012 klien mendapat terapi peroral yaitu digoxin 2 x 1
tablet, alprazolam 1 x 1 tablet.
B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Dari data pengkajian tanggal 23 juli 2012 jam 11.00 WIB ditemukan data
subyektif klien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri. Data obyektif : terdapat
retraksi dinding dada, terpasang O2 2 liter/mnt, tampak gelisah, RR: 30 x/mnt. Sehingga
dapat disimpulkan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolar.
Dari pengkajian ditemukan data subyektif klien mengatakan sesak nafas dan
mudah lelah. Data obyektif klien tampak lelah dan tiduran di tempat tidur, aktivitas
dibantu oleh keluarga, TD : 110/80 MmHg, nadi 70 x/mnt, RR : 30 x/mnt, S :37,3 C.
Sehingga dapat disimpulkan masalah keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Dari data pengkajian ditemukan data subyektif klien mengatakan belum
mengetahui tentang makanan yang boleh dikonsumsi pada pasien jantung. Data obyektif
klien tampak bertanya-tanya pada perawat tentang penyakitnya. Sehingga dapat

disimpulkan masalah keperawatan kurang pengetahuan tentang nutrisi gagal jantung


kongestif berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi , implementasi dan evaluasi
Setelah didapatkan analisa data maka dirumuskan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi menjadi satu bagian agar pembaca lebih mudah memahami masalah-masalah
yang dihadapi oleh pasien, rencana tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan
masalah tersebut, bagaimana pelaksanaan tindakanya, serta bagaimana hasil akhir dari
asuhan keperawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan pertama adalah Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran kapiler alveolar.
NOC: Respiratory status : gas exchange, keseimbangan asam basa dan elektrolit,
Respiratory status : ventilation, vital sign status.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Memelihara kebersihan paru paru dan
,

bebas dari tanda tanda distress pernafasan tidak ada sianosis dan dyspneu, Tanda tanda
,

vital dalam rentang normal AGD dalam batas normal (Morhead dkk, 2009).
,

Intervensi NIC yang telah dibuat adalah monitor respirasi dan status oksigen, catat
pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostals, monitor pola nafas, auskultasi sura nafas, moitor ttv,
AGD dan elektrolit, observasi sianosis khususnya membran mukosa (Dochterman, 2009).
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pukul 11.00 WIB adalah
mengkaji pernafasan klien, klien mengeluh sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada,

RR: 30x/mnt, memberikan posisi yang nyaman (semifowler), klien dalam posisi
semifowler, mempertahankan pemberian oksigen 2 liter/mnt, oksigen terpasang dengan
binasal kanul, memberikan terapi digoxin 2 x 1/2 tablet, alprazolam 1 x 1 tablet, terapi
masuk.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 24 juli 2012 pukul 07.00 WIB adalah
mengkaji pernapasan klien, klien mengatakan masih sesak nafas, terdapat retraksi dinding
dada, RR: 28x/mnt, memberikan posisi yang nyaman, mempertahankan pemberian
oksigen 2 liter/mnt, memberikan terapi obat digoxin 2 x %2 tablet, alprazolam 1 x 1 tablet
dan terapi injeksi farsik 2x10 mg, terapi masuk, mengajarkan tekhnik nafas dalam, klien
mau mengikuti dan mengatakan nyeri dada dan sesak nafasnya berkurang, menganjurkan
klien untuk melakukan nafas dalam bila sesak nafas.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 07.00 WIB adalah
mengkaji pernfasan klien, klien mengatakan masih sesak nafas, memberikan terapi obat
isosorbidinitrat 3 x 5 mg, digoxin 2 x %2 tablet, dan terapi injeksi farsik 2 x 10 mg, terapi
masuk, mengajarkan tekhnik nafas dalam, klien mengatakan sesak nafasnya sudah
berkurang.
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 10.30 WIB adalah klien
mengatakan sesak nafasnya sudah berkurang, RR: 26 x/mnt, tidak ada dispneu, tidak
didapatkan hasil AGD dan edema paru. Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi,
dilanjutkan dengan memotivasi klien untuk melakukan nafas dalam ketika sesak nafas,
menganjurkan klien untuk banyak istirahat di rumah dan tidak melakukan pekerjaan yang
berat.

Diagnosa keperawatan kedua adalah Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
NOC : self care : ADLs, toleransi aktivitas, konservasi energi
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR, mampu melakukan aktivitas sehari-hari (
ADLs) secara mandiri, keseimbangan aktivitas dan istirahat (Morhead dkk, 2009).
Intervensi NIC yang dibuat adalah kaji adanyafaktor yang menyebabkan
kelelahan, bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, observasi
adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial ( Dochterman,
2009)
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pukul 20.00 WIB adalah
mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kegelisahan, klien mengatakan cepat
merasa lelah dan gelisah jika kelelahan, membantu klien merapikan tempat tidur, tampak
rapi, melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien, keluarga ikut membantu
merapikan tempat tidur klien, memonitor ttv, TTV dengan hasil TD : 110/80 MmHg, nadi
:70 x/mnt, RR: 30 x/mnt, S : 37,3 C.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 24 juli 2012 pukul 07.00 WIB adalah
memantau TTV, hasilnya TD: 120/80 MmHg, nadi: 64 x/mnt, RR: 28 x/mnt, S: 35,5C,
membantu klien merapikan tempat tidur, klien tampak rapi, memotivasi klien untuk
melakukan aktivitas secara mandiri, klien tampak lemah, melibatkan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan klien, keluarga tampak membantu merapikan tempat tidur,


membantu klien makan dan ke kamar mandi.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 07.00 WIB adalah
memantau TTV, hasilnya TD : 110/70 MmHg, nadi: 72 x/mnt, RR: 26 x/mnt, S : 35,5 C,
membantu klien merapikan tempat tidur, klien tampak rapi, memotivasi klien untuk
melakukan aktivitas secara mandiri, klien tampak lemah, melibatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan klien, keluarga tampak membantu merapikan tempat tidur,
membantu klien makan dan ke kamar mandi.
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 10.30 WIB adalah klien
mengatakan masih merasa lemes, klien tampak tiduran di tempat tidur, TTV dengan hasil
TD : 110/70 mmhg, nadi : 72 x/mnt RR: 26 x/mnt, S:35,5C. Masalah intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara sulai dan kebutuhan O2 belum teratasi
dilanjutkan dengan memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri dan
melibatkan keluarga untuk membantu aktivitas klien.
Diagnosa keperawatan ketiga adalah Kurang pengetahuan tentang nutrisi gagal
jantung kongestif berhubungan dengan kurangnya informasi.
NOC: Knowledge: disease process, knowledge: health Behavior.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit pasien
menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil Pasien dan
keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi dan program pengobatan,
pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, pasien
dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan
lainnya (Morhead dkk, 2009).

Intervensi NIC yang telah dibuat adalah kaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang diit pada pasien gagal jantung kongestif, berikan penjelasan terhadap tindakan
yang akan dilakukan, berikan penkes tentang diit pada pasien gagal jantung kongestif,
evaluasi hasil penkes, dan beri reinforcement positif pada klien dan keluarga
(Dochterman, 2009).
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 08.45 WIB adalah
mengkaji tingkat pengetahuan klien / kelurga tentang penyakitnya, klien mengatakan
belum mengetahui tentang nutrisi pada pasien jantung. Melakukan pendidikan kesehatan
tentang nutrisi pada pasien gagal jantung kongestif (CHF), klien dan keluarga
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan perawat.
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 10.30 WIB adalah
keluarga klien mengatakan makanan yang harus dihindari adalah makanan yang asin-asin
dan gorengan. Klien dan keluarga klien tampak tenang dan mendengarkan penjelasan
perawat. Masalah kurang pengetahuan tentang nutrisi gagal jantung kongestif
berhubungan dengan kurangnya informasi teratasi. Dilanjutkan dengan memberikan
media untuk mengingatkan klien / keluarga klien tentang nutrisi pada pasien gagal
jantung kongestif, memotivasi klien untuk melaksaaan diit pada penyakit jantung dan
kontrol kesehatan.

You might also like