Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Judul
B. Latar Belakang
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan
setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2006).
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum penulisan
Penulis memahami Ilmu Pengetahuan dengan pengalaman praktek
dilapangan dan mengaplikasikan ke dalam Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada TN.W: Congestive Heart Failure
(CHF) Di Ruang Cempaka RSUD Kebumen.
2. Tujuan khusus penulisan
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF).
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien
dengan Congestive Heart Failure (CHF).
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan Congestive
Heart Failure (CHF).
D. Pengumpulan Data
Karya tulis ilmiah ini ditulis menggunakan metode diskriftif naratif
agar lebih mudah dalam mengetahui gambaran CHV. Penulis
menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan proses keperawatan.
Adapun cara pengumpulan datanya adalah :
1. Observasi Partisipatif
Melakukan pengamatan dan perawatan langsung terhadap keadaan
pasien serta perkembangan penyakit dengan melakukan asuhan
keperawatan.
2. Interview
Metode Interview dilakukan dengan cara menanyakan tentang keadaan
pasien kepada pasien, keluarga pasien, Perawat, Dokter serta Petugas
Kesehatan yang lainnya.
3. Studi Literature/Dokumentasi
Pengumpulan data tentang keadaan pasien dari catatan medik, catatan
keparawatan, hasil laboratorium, pemeriksaan lain serta buku
keperawatan.
BAB II
KONSEP DASAR
2. Etiologi
a. Secara Umum
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan karena menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung
mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
c) Penyakit Lain
Penyakit lain seperti diabetes, meningkatkan resiko penyakit
jantung. Diskusikan dengan dokter mengenai penanganan
diabetes dan penyakit lainnya. Gula darah yang terkontrol
baik dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
2) Faktor resiko yang dapat dirubah
a) Kolesterol
Kolesterol terdiri dari kolesterol baik dan kolesterol jahat.
HDL adalah kolesterol baik sedangkan LDL adalah kolesterol
jahat. Kolesterol total yang tinggi, LDL tinggi, atau HDL
rendah meningkatkan risiko penyakit jantung.
b) Hipertensi
Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung. Jika
tekanan darah anda tinggi, berolahragalah secara teratur,
berhenti merokok, berhenti minum alkohol, dan jaga pola
makan sehat. Apabila tekanan darah tidak terkontrol dengan
perubahan pola hidup tersebut, dokter akan meresepkan obat
anti hipertensi (obat penurun tekanan darah).
c) Merokok dan Minum Alkohol
Merokok dan minum alkohol terbukti mempunyai efek yang
sangat buruk. Berhentilah minum alkohol merokok. Dan
jangan merokok di dekat atau samping orang yang tidak
merokok.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
d. Berdebar-debar
e. Mudah lelah
f. Batuk-batuk
Batuk-batuk
c. Sianosis
d. Suara sesak
e. Ronchi basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
f. Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop,
tachycardia
g. BMR mungkin naik
h. Kelainan pada foto rongent
epigastrium
d. Nyeri tekan karena adanya gangguan fungsi hati
5. Penatalaksanaan
menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat
dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Penatalaksanaan:
a. Istirahat
b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan
mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau
terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema
6. Penatalaksanaan
a.
Foto torax
mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa Congestive Hearth Failure .
b.
EKG
mengungkapkan adanya takiardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan Akut Miokard Infark).
c. Pemeriksaan Lab
darah.
d.
e.
Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, dan terapi diuterik.
f.
Skan j antung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
dinding.
7. Pathway
Penyakit arteri koroner, Hipertensi, kardiomiopati, stenosis mitral, penyakit
pericardial, infark miokard, aritmia akut, infeksi, emboli paru, anemia, kehamilan
Kontraktilitas miokard menurun
Curahjantung menurun
SV menurun
Tekanan ventrikel kiri
menurun
Penumpukan darah di
vena pulmonalis
Peningkatan tekanan
hidrostatik
Gagal j antung
gg. sirkulasi
Suplai O2 ke
jaringan menurun
Metabolisme
menurun
Angiotensin II
Edema paru
Peningkatan tekanan
atrium kanan
energi menurun
Aldosteron meningkat
Kelemahan fisik
Perpindahan cairan
kapiler ke interstisial
Intoleransi aktivitas
Gangguan
pertukaran gas
Peningkatan tek.hidrostatik
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Smeltzer, 2002
Keterangan :
masalah keperawatan yang ada di askep
B. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien dengan gagal jantung adalah diarahkan kepada
pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistemik dan pulmonal.
Semua tanda-tanda yang menunjukkan harus dicatat dan dilaporkan oleh dokter.
a. Pernafasan
Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krekels dan
mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas.
c. Jantung
Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4, kemungkinan
cara pemeriksaan mulai gagal.
d. Tingkat kesadaran
Kaji tingkat kesadaran pasien.
d. Perifer
Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk
mengetahui refluk hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ).
e. Haluaran urin ukur dengan teratur.
1). Data dasar pengkajian pasien.
a). Bernafas dengan normal
Dispneu saat aktivitas, tidur, duduk, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan, takipneu, nafas dangkal.
Tanda tandanya meliputi batuk kering / nyaring / non produktif atau batuk
terus-menerus dengan atau tanpa pembentukkan sputum, mungkin bersemu darah
warna merah muda atau berbuih (edema pulmonal), bunyi nafas tidak terdengar,
krakles, mengi, Fungsi mental menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit pucat atau
sianosis.
b). Nutrisi
Kehilangan nafsu makan, mual muntah, peningkatan BB signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : penambahan BB dengan cepat, distensi abdomen (asites), edema.
c). Eliminasi
Penurunan berkemih, urin berwarna gelap, berkemih malam hari, diare
atau konstipasi
d). Berpakaian
m). Belajar
Menggunakan atau lupa menggunakan obat-obat penyakit jantung
n). Rekreasi
2. Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi glomerulus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan
perfusi jaringan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
(Heather, 2010)
3. Fokus Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar
(Heather, 2010).
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1). Respiratory status : gas exchange
Klien mampu memelihara kebersihan paru-paru, dan bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan, AGD dalam batas normal, status neurologis dalam batas normal (
Moorhead dkk, 2009).
2). Respiratory status : ventilation
Klien mampu mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat,
mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dispneu ( mampu mengeluarkan sputum mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
Intervensi menurut NIC adalah :
Moniitor respirasi dan status oksigen, catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals, monitor
pola nafas, auskultasi sura nafas, moitor ttv, AGD dan elektrolit, observasi sianosis
khususnya membran mukosa (Dochterman, 2009).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
O2 (Heather, 2010).
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria
hasil berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR,
mampu melakukan aktivitas sehari-hari ( ADLs) secara mandiri, keseimbangan aktivitas
dan istirahat (Morhead dkk, 2009).
Intervensi menurut NIC adalah :
Monitor vital sign, monitor berat badan, monitor elektrolit, monitor tanda dan gejala
edema, berikan diuretik sesuai instruksi, monitor input dan output ( Dochterman,
2010).
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan
perfusi jaringan.
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
3 x 24 jam diharapkan kerusakan integritas klien teratasi dengan kriteria hasil :
1). Tissue integrity: skin and mucous membrane
Integritas kulit dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,
pigmentasi), perfusi jaringan baik (Moorhead dkk, 2009)
2).wound healing: primer dan sekunder
Tidak ada luka atau lesi pada kulit, menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang, menunjukan terjadinya proses
penyembuhan luka, mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan parawatan alami (Moorhead dkk, 2009).
Intervensi menurut NIC adalah :
1). Pressure management
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien) setiap dua jam sekali, monitor kulit akan adanya kemerahan, oleskan
lotion atau minyak / baby oil pada daerah yang tertekan , monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien, monitor status nutrisi pasien, memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat, kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan, observasi luka :
lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus, ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka, kolaborasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin, cegah
kontaminasi feses dan urin, lakukan tehnik perawatan luka dengan steril, berikan
posisi yang mengurangi tekanan pada luka ( dochterman, 2009).
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (Heather, 2010).
Tujuan dan kriteria hasil menurut NOC adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
1 x 30 menit diharapkan keluarga dan pasien menunjukan pengetahuan tentang CHF
dengan kriteria hasil:
1). Knowledge disease process
Menjelaskan spesifik proses penyakit, etiologi, dan faktor, efek dari penyakit,
manifestasi klinik penyakit (Moorhead dkk, 2009).
2). Knowledge health behavior
Strategi untuk mengatasi stress, pola tidur normal, perencanaan dilakukan dengan
keluarga, strategi untuk menghindari bahaya lingkungan, strategi untuk mencegah
penularan penyakit (Moorhead dkk, 2009).
Intervensi menurur NIC adalah:
dan berkurang saat istirahat. Nyeri hilang timbul 5X/hari. Skala nyeri:5. Klien
tampak memegangi dada, terpasang O2 2 liter/mnt. RR : 30 X/mnt .
Riwayat penyakit dahulu klien pernah di rawat di rumah sakit bekasi 6 hari
dengan penyakit yang sama. Klien juga mengatakan mengalami keluhan seperti ini
semenjak tahun 1992.
Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan bahwa ayah kandungnya
mempunyai riwayat penyakit jantung seperti yang dialaminya sekarang. Klien juga
mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit menurun maupun
menular.
3. Fokus pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 23 juli 2012 pukul 11.00 WIB klien
mengeluh sesak napas dan nyeri dada sebelah kiri. Klien beraktivitas dibantu oleh
keluarga seperti mandi dengan diseka 2 X/hari, ke kamar mandi juga di bantu. Klien
mengatakan belum mengetahui tentang makanan yang boleh di konsumsi pada pasien
j antung.
Pengkajian fungsional menurut Virginia handerson didapatkan data klien
mengeluh sesak nafas, RR: 30 x/mnt dan klien tampak terpasang oksigen. Klien juga
mengatakan kadang terbangun pada malam hari karena nyeri pada dada sebelah kiri.
Aktivitas klien di bantu oleh keluarga. Klien tampak lemah dan tiduran di tempat
tidur.
Pemeriksaan fisik pada saat pengkajian didapatkan data, keadaan umum
lemah, kesadaran komposmentis, terdapat retraksi dinding dada, RR:30 x/mnt. Pada
palpasi dada didapatkan fokal fremitus jelas, pada perkusi di dapatkan bunyi nafas
sonor dan auskultasi di dapatkan bunyi nafas ronkhi.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juli 2012 jam 13.30 WIB
didapatkan hasil : Haemoglobin 14,3 g/dl (11, 7 17,3 ), WBC 10.3 x 10 /l (3.6 11
3
), RBC 4.54 x 10 6/l (3.8 5.9), MCV 91.2 fl (80 100), MCH 31.4 pg (26- 34),
MCHC 34.5g/dl (32 - 36). Dan pada pemeriksaan EKG tanggal 19 Juli 2012 jam
09.30 WIB didapatkan hasil ST elevasi.
Pada tanggal 23 juli 2012 klien mendapat terapi peroral yaitu digoxin 2 x 1
tablet, alprazolam 1 x 1 tablet.
B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Dari data pengkajian tanggal 23 juli 2012 jam 11.00 WIB ditemukan data
subyektif klien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri. Data obyektif : terdapat
retraksi dinding dada, terpasang O2 2 liter/mnt, tampak gelisah, RR: 30 x/mnt. Sehingga
dapat disimpulkan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolar.
Dari pengkajian ditemukan data subyektif klien mengatakan sesak nafas dan
mudah lelah. Data obyektif klien tampak lelah dan tiduran di tempat tidur, aktivitas
dibantu oleh keluarga, TD : 110/80 MmHg, nadi 70 x/mnt, RR : 30 x/mnt, S :37,3 C.
Sehingga dapat disimpulkan masalah keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Dari data pengkajian ditemukan data subyektif klien mengatakan belum
mengetahui tentang makanan yang boleh dikonsumsi pada pasien jantung. Data obyektif
klien tampak bertanya-tanya pada perawat tentang penyakitnya. Sehingga dapat
bebas dari tanda tanda distress pernafasan tidak ada sianosis dan dyspneu, Tanda tanda
,
vital dalam rentang normal AGD dalam batas normal (Morhead dkk, 2009).
,
Intervensi NIC yang telah dibuat adalah monitor respirasi dan status oksigen, catat
pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostals, monitor pola nafas, auskultasi sura nafas, moitor ttv,
AGD dan elektrolit, observasi sianosis khususnya membran mukosa (Dochterman, 2009).
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 juli 2012 pukul 11.00 WIB adalah
mengkaji pernafasan klien, klien mengeluh sesak nafas, terdapat retraksi dinding dada,
RR: 30x/mnt, memberikan posisi yang nyaman (semifowler), klien dalam posisi
semifowler, mempertahankan pemberian oksigen 2 liter/mnt, oksigen terpasang dengan
binasal kanul, memberikan terapi digoxin 2 x 1/2 tablet, alprazolam 1 x 1 tablet, terapi
masuk.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 24 juli 2012 pukul 07.00 WIB adalah
mengkaji pernapasan klien, klien mengatakan masih sesak nafas, terdapat retraksi dinding
dada, RR: 28x/mnt, memberikan posisi yang nyaman, mempertahankan pemberian
oksigen 2 liter/mnt, memberikan terapi obat digoxin 2 x %2 tablet, alprazolam 1 x 1 tablet
dan terapi injeksi farsik 2x10 mg, terapi masuk, mengajarkan tekhnik nafas dalam, klien
mau mengikuti dan mengatakan nyeri dada dan sesak nafasnya berkurang, menganjurkan
klien untuk melakukan nafas dalam bila sesak nafas.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 07.00 WIB adalah
mengkaji pernfasan klien, klien mengatakan masih sesak nafas, memberikan terapi obat
isosorbidinitrat 3 x 5 mg, digoxin 2 x %2 tablet, dan terapi injeksi farsik 2 x 10 mg, terapi
masuk, mengajarkan tekhnik nafas dalam, klien mengatakan sesak nafasnya sudah
berkurang.
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 10.30 WIB adalah klien
mengatakan sesak nafasnya sudah berkurang, RR: 26 x/mnt, tidak ada dispneu, tidak
didapatkan hasil AGD dan edema paru. Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi,
dilanjutkan dengan memotivasi klien untuk melakukan nafas dalam ketika sesak nafas,
menganjurkan klien untuk banyak istirahat di rumah dan tidak melakukan pekerjaan yang
berat.
Intervensi NIC yang telah dibuat adalah kaji pengetahuan klien dan keluarga
tentang diit pada pasien gagal jantung kongestif, berikan penjelasan terhadap tindakan
yang akan dilakukan, berikan penkes tentang diit pada pasien gagal jantung kongestif,
evaluasi hasil penkes, dan beri reinforcement positif pada klien dan keluarga
(Dochterman, 2009).
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 08.45 WIB adalah
mengkaji tingkat pengetahuan klien / kelurga tentang penyakitnya, klien mengatakan
belum mengetahui tentang nutrisi pada pasien jantung. Melakukan pendidikan kesehatan
tentang nutrisi pada pasien gagal jantung kongestif (CHF), klien dan keluarga
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan perawat.
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2012 pukul 10.30 WIB adalah
keluarga klien mengatakan makanan yang harus dihindari adalah makanan yang asin-asin
dan gorengan. Klien dan keluarga klien tampak tenang dan mendengarkan penjelasan
perawat. Masalah kurang pengetahuan tentang nutrisi gagal jantung kongestif
berhubungan dengan kurangnya informasi teratasi. Dilanjutkan dengan memberikan
media untuk mengingatkan klien / keluarga klien tentang nutrisi pada pasien gagal
jantung kongestif, memotivasi klien untuk melaksaaan diit pada penyakit jantung dan
kontrol kesehatan.