You are on page 1of 138

BAHAN /MATERI UNTUK BIMBINGAN

UKDI

18 Januari 2014
Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ. ( K )
FK UWKS

POHON DIAGNOSIS
Pasien Datang
Kasus Jiwa
Psikosis

Organik

Akut

Non Psikosis

Non Organik / Fungsional

Kronis

Kasus non Jiwa


Ggg Neurosis
Ggg Kepribadian
Ggg Buatan
Ggg Penyesuaian
Ggg Pengendal.impuls
Ggg Psikosomatik
Ggg Penyalahgun. Zat
Ggg Psikoseksual
Ggg Stress Pasca Trauma

Delirium
Ggg W Organik
Ggg Afektif Organik
Ggg
Amnestik Organik
1/6/16

Dementia
Skizofrenia
Ggg W Organik
Ggg Waham
Ggg Afektif Organik
Ggg Afektif
Ggg Amnestik
Organik
Ggg Psikosis lainnya
Fattyawan
Kintono Sp.KJ.Dr.
2

Gangguan Jiwa
Terbagi dalam 2 kelompok besar :

Kelompok gangguan jiwa Psikosis ( ggg jiwa berat )


Kelompok ggg jiwa Non Psikosis
Psikosis
St. Ggg dgn hilangnya rasa kenyataan (sense of reality) dgn
terganggunya pada

Hidup Perasaan ( Afek dan Emosi )


Proses Berpikir
Psikomotor, dan
Kemauan sedemikian rupa sehingga tidak sesuai dgn
kenyataan lagi atau
Semua kondisi tentang terdapatnya hendaya (impairment) berat
dalam kemampuan daya nilai realitas (PPDGJ II)
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Kelompok gangguan jiwa Psikosis dibagi :


1. Psikosis Organik
2. Psikosis Non-Organik
Psikosis Organik :

Akut : Delirium
Kronik : Dementia
Psikosis Non-Organik :

Skizofrenia
Gangguan Afektif
Gangguan Waham
Gangguan Psikosis Fungsional Akut
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Kelompok Gangguan Jiwa Non Psikosis


1. Gangguan Neurosis
2. Gangguan Kepribadian
3. Gangguan Psikoseksual
4. Gangguan Penyesuaian
5. Gangguan Stres Pasca Trauma
6. Gangguan Pengendalian impuls
7. Faktor Psikologik yang mempengaruhi kondisi fisik
8. Gangguan Buatan
9. Gangguan Penggunaan Zat
10. Fenomena dan Sindrom yg berkaitan dengan faktor Sosial
budaya di Indonesia

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

PSIKOSIS FUNGSIONAL :
1. Skizofrenia :
1. Splitting/disharmonis antara pikiran-mood-afek= Aneh/
tdk empati/tdk serasi/inapropriate
2. Detereorasi/Kemunduran fungsi ( sosial dan pekerjaan)
3. > 1 bulan
4. Sub tipe : Hebefrenik; Paranoid; Katatonik; tak terinci;
Simpleks; Residual; Skizoafektif

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Skizofrenia :
1.

Gej. Positif :
1. Proses Pikir : Ass.long/inkoherent/neologisme/blocking/ klang
asosiasi/ konkritisasi/waham bizzar/dipengaruhi/dikendalikan
/dengar suara hati/pikir disiar/pikir bergema/pikir disedot/disisipi/
non realistik
2. Isi Pikir : Disorganized thought/Waham tidak sistematik : Waham
bizzar / kejar / kebesaran / waham rujukan (ideas of ref)/
dipengaruhi/dikendalikan/dengar suara hati/pikir disiar/pikir
bergema/pikir disedot/disisipi
3. Halusinasi Auditorik ( komentar, kritik, menyuruh, memuji
dirinya,/ orang sedang diskusi/bertengkar
4. Mood/Afek :tumpul/datar, tidak serasi, labil dll
5. Perilaku : aneh, marah, GG, Stupor, silly, gigling, childish,
2. Gej. Negatif :
. Apatis, tak acuh, psikomotor lamban, penarikan diri-isolasi sosial,
mood/afek tumpul/datar, banyak diam ( poverty of speech )miskin ide (poverty of ideas content ).
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Skizofrenia : Pedoman Diagnosa : PPDGJ III


1 dari : ( gejala Skizofrenia )
Thought echo;thought broadcasting;thought insertion/withdraw.
Delusion of control;del.of influence;del.of pasivity;delusional
perception
Halusinasi yg khas :berkomentar;memerintah;diskusi;bag.tubuh
Waham menetap yg tak sesuai budaya setempat
2 dari : ( gejala Skizofrenia )
Halusinasi yg menetap dari panca indera apa saja
Arus pikir : neologisme, ass.longgar;inkoherensi
Psikomotor katatonik : furor/stupor
Gej2 negatif : apatis;miskin bicara;blunted af.;penarikan diri dari
pergaulan/isolasi sosial

Satu bulan /lebih


Detereorasi fungsi umum/pekerjaan/sosial/sekolah
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Sub tipe Skizofrenia :


Hebefrenik : ggg di PB onset biasanya pada usia 15 25 tahun; Giggling;
Silly; Childish; Disorganize Thought dll
Katatonik : ggg di psikomotor. Stupor : mutisme; katalepsi; fleksibilitas
cerea. Furor : gaduh-gelisah yg tak bertujuan dan tak dipengaruhi stimul.
eksternal
Paranoid : ggg di isi pikiran. Waham/Halusinasi hrs menonjol: bersifat
mengancam, di-kejar2 atau memberi perintah( del.of control;del.of
influence,del. Of passivity) paling khas
Tak terinci : tidak memenuhi kriteria D/P; H; K; R; Dpasca SKIZ.
Residual : Gej. Negatif; ada riwayat/episode psikotik sebelumnya; sdh
tenang/gej. negatif > 1 tahun
Simpleks : sulit utk D/; st ggg Keprib. Skizoid/Skizotipal/Laten; gej.
Negatif yg menonjol, tak ada gej.psikotik jelas sebelumnya, tak jelas onset;
tidak memenuhi krit. D/ Skizofrenia
Ggg Skizoafektif : Gej. Skiz.lebih dulu timbul dan lebih lambat remisi dp.
Gej.afektifnya
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Obat Anti Psikotika


Antipsikotik tipikal :

Chlorpromazine : 25, 100mg, 200-800 mg/hari oral, 25 mg/x im


Haloperidol : 0,5, 1,5, 5 mg,1,5-15 mg/hari oral, 50 mg/3minggu im
Trifluoperazine : 1, 5 mg, 10 15 mg/hari oral
Thioridazine : 50, 100 mg, 150 600 mg/hari oral
Pimozide : 1, 4 mg, 1 4 mg/hari oral

Antipsikotik atipikal

Clozapine : 25, 100 mg, 25 900 mghari oral


Olanzapine : 5, 10 mg, 5 20 mg/hari oral,
Quetiapine : 50, 100, 200, 300 mg, 150 -600 mg/hari oral
Risperidon : 1, 2, 3 mg, 1 6 mg/hari oral
Aripiprazol : 5, 10, 15 mg, 5 30 mg/oral, 9,75 mg/x im

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

10

Monitor efek samping obat antipsikotika :


Extrapyramidal Syndrome ( EPS ) yang terdiri dari :
Parkinsonisme :

Tremor
Bradykinesia
Dystonia
Sikap tubuh khas
Akatisia/restless leg syndrome
Tardive dyskinesia

Neuroleptic Malignant Syndrome ( NMS ) :


Deman
- Kekakuan
Leukositosis
- Takikardia, Tensi labil
Keringat berlebih/Diaforesis - Psikosis akut
Creatine Phospho Kinase ( CPK ) meningkat
Biasanya bbrp hari dimulainya atau ditingkatkannya dosis anipsikotika
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

11

Penanganan EPS : Extra Pyramida Syndrome :


Parkinsonisme :

Turunkan dosis anti psikotika


Pertimbangkan ganti dengan antipsikotika lain, mis.: dari
haloperidol ke klorpromazin
Pertimbangkan pemberian antikholinergik :
Triheksifenidil 2-3 X 2 mg oral. Bila akut, hebat dan
mengakibatkan disabilitas diatasi dengan Benzodiazepin /
Diazepam 10 mg im atau Difenhidramin 2ml im, Sulfas
Atropin 1-2 ampul im. Perhatikan efek samping
antikholinergik berupa : sedasi; konfusi; ggg memori t.u
pada usia lanjut.
Akatisia diatasi dengan pengurangan dosis Antipsikotika atau dengan
Beta blocker
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

12

Penanganan EPS : Extra Pyramida Syndrome : lanjutan ..


Tardive dyskinesia diatasi dengan ganti antipsikotika dgn
atipikal spt Clozapin, Quetiapin, Beta blocker,
Klonazepam.
Neuroleptic Malignant Syndrome diatasi dengan

Bromokriptin 2,5-5 mg 3 x /hari oral, Dantrolen


(mencegah kontraksi otot ) 1-5 mg/Kg BB IV
Stop Antipsikotika
Terapi symptomatik : Antipiretika, Bz
Rujuk ke RS terdekat

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

13

Ggg Waham Menetap


Psikosis fungsional
Serasi afek ( tidak disharmoni/splitting)
Waham yang dominan ( ggg isi pikiran ): curiga; kejar;
kebesaran; cemburu
Halusinasi auditorik tidak ada/sedikit
Minimal 3 bulan
Psikosis Akut dan Sementara

< 1 bulan
Ada / tanpa stressor bermakna
Dengan gej Skizofrenia
Mirip Skizofrenia
Tanpa Skizofrenia

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

14

GANGGUAN MOOD dan AFEK


Kelompok ini ditandai dengan adanya perubahan suasana
perasaan ( mood ) atau afek, biasanya ke arah depresi
(dengan/tanpa kecemasan) atau ke arah elasi, yang disertai
dengan perubahan keseluruhan tingkat aktivitas.
Gangguan Afektif dibedakan menurut ( PPDGJ III) :
Episode tunggal atau multipel;
Tingkat keparahan gejala :
Mania dengan gejala psikotik mania tanpa gejala
psikotik hipomania
Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik
berat dengan gejala psikotik
Dengan atau tanpa gejala somatik

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

15

Gejala-Gejala Manik :
Afek ( mood ) yg meningkat, ekspansif atau iritabel
Peningkatan aktivitas di tempat kerja, hubungan
sosial/seksual, ketidaktenangan fisik
Lebih banyak bicara dari lazimnya
Lompat gagasan ( flight of ideas )
Rasa harga diri yang melambung ( grandiositas, yang dapat
bertaraf waham )
Berkurangnya kebutuhan tidur
Mudah teralih perhatiannya
Aktivitas2 yg berisiko tinggi / Risk-taking behavior : boros;
tingkah laku seksual secara terbuka; penanaman modal secara
bodoh; mengebut dll
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

16

Mayor Depression Includes :

PHYSICAL :
Weight Change : lost or gain.
Fatigue : Loss of Energy /Motivation.
Insomnia / Hypersomnia Early Morning Awakening
Pain / Somatic Complaints

EMOTIONAL :
Depressed / Disphoric Mood ( rasa salah, tak berguna,
menyalahkan diri sendiri, rasa dosa, nihilistik )
Guilt / Worthlessness
Diminished Pleasure / Interest : Sexual Frigidity /
Impotensi
Anhedonia, Anxiety

COGNITIVE :
Impaired Concentration (berpikir lambat, sulit
mengambil keputusan )
Suicidal Ideation
Psychomotor Retardation or Agitation

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

17

Bipolar :

Bipolar I : Episode manik : ditanya gejala2/tanda2 Manik : A/E


Meningkat; Psikomotor meningkat; Boros; Risk-taking behavior;
Kebutuhan tidur kurang dll.
Derajat : hipomanik Manik tanpa gej.Psikotik Manik dgn gej.
Psikotik
Pernah ada gejala depresi

Bipolar II : Episode Depresi : ditanyakan gejala2 depresi


Derajat : depresi ringan /sedang dengan /tanpa gej. Somatik - berat
tanpa gej. Psikotik berat dgn gej. Psikotik
Pernah ada gejala hipomanik

Bipolar I-II : Campuran


1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

18

Terapi Bipolar
Mood stabilizer : Lithium Carbonat ( tab 200, 400 mg, 600
-900 mg/hari ); Carbamazepin ( tab 200mg, 400 600
mg/hari; Lamotrigin ( 50, 100 mg, 100 200 mg/hari);
Sodium valproat ( tab 250, 500 mg, 250 500 mg/hari.
Antipsikotik : Aripiprazol; Olanzapine; Risperidon;
Quetiapine; Paliperidone; Haloperidol.
Prognosis
Lebih baik dibanding skizofrenia
Lebih buruk dibanding gangguan mood.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

19

Terapi dengan Anti depresi ( episode depresi )

Amitriptilin : tab 25 mg, 75 150 mg/hari


Imipramin : tab 25 mg, 75 150 mg/hari
Klomipramin : 25 mg, 75 150 mg/hari
Maprotilin : 10,25, 50, 75 mg, 75 - 150 mg/hari
Amoksapin : tab 100 mg, 200 300 mg/hari
Mianserin : tab 10, 30 mg, 30 60 mg/hari
Sertralin : 50 mg, 50 100 mg/hari
Fluoksetin : 20 mg, 20 40 mg/hari
Esitalopram : 10, 20 mg, 10 20 mg/hari
Venlafaksin : 75 mg, 75 150 mg/hari
Tianeptin : 25 mg, 25 75 mg/hari

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

20

DELIRIUM ( F05 )

Oleh :
Dr. Fattyawan Kintono Sp.KJ ( K )
Nop 2013
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

21

DD/ Psikosis Organik akut dan Psikosis Fungsional


Psikosis Organik Akut
1. Tanda klinis fisik/Zat +
2. Kesad. menurun/kabut
3. Disorientasi ( + )
4. Amnesia ( + )
5. Hal. Visual ( utama )
6. Gejala Klinis fluktuatif
7. Pola Tidur-Bangun terbalik
8. Lab.Ro.CT.Scan: kel. ( + )

1/6/16

Psikosis Fungsional
1.
-2. kesad.berubah/ jernih
3. Disorientasi ( - )
4. Amnesia ( - )
5. Hal. Auditorik (utama)
6. Gej. Klinis konsisten
7. pola T-B tak berubah
8. Tak ada kelainan

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

22

II. Delerium ( F05 )


Delirium adalah st disfungsi metabolisme otak yg
menyeluruh, bersifat sementara dan reversibel, biasanya terjadi
secara akut, kadang2 subakut
Gejala klinis :
Onset mendadak
Bingung ( Confuse ) / Delirium : kesadaran berkabut atau
menyempit /menurun/tidak jernih yg ditandai dengan
ketidakmampuan konsentrasi, mengarahkan, memusatkan,
mempertahankan perhatian pada satu objek. Perhatian mudah
dialihkan., disorientasi.
Gangguan Persepsi : Halusinasi ( terutama Optik lebih sering
daripada Auditorik) dan ilusi
Gangguan Psikomotor : Hiper/Hipoaktivitas, agitasi
Gangguan Mood/ Suasana perasaan : cemas; takut; depresi
iritabvilitas, marah,eforia, apati, labil, curiga.
Gangguan pola tidur
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

23

Etiologi :

Intoksikasi atau putus Alkohol atau zat/obat lain


Infeksi Sistemik
Gangguan Metabolik seperti Hipoksia, Hipoglikemi
Penyakit Hati atau Ginjal
Gangguan Endokrin
Gangguan Kardiovaskuler
Trauma Kepala
Defisiensi vitamin B1, B12, Asam Folat, Asam Nikotinik,
Niacin
Sesudah Serangan Epilepsi/ ECT
Hipertensi Berat / Encefalopati
Kondisi Pasca Bedah
Kondisi segera setelah ECT

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

24

Perjalan penyakit dan prognosis


Onset :
Mendadak
Gejala prodromal mungkin sudah timbul beberapa hari
sebelum gejala lengkap Delirium tampak
Delirium akan tetap bertahan selama penyebab /kondisi organik
belum mereda
Bila kondisi organik membaik, Delirium membaik dalam 3 7
hari berikutnya, kadang sampai 2 minggu, pada Penderita dengan
lanjut usia memerlukan waktu lebih lama.
Patofisiologi :
Banyak penelitian menyebutkan akibat Penurunan aktivitas
asetilkholin otak atau,
Hiperaktivitas neuron Nor Epineprin ( NE ) Pada kasus
delirium akibat putus Zat atau Alkohol
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

25

Pemeriksaan dan Diagnosis


Diagnosis berdasarkan adanya gejala2 :
1. Penurunan kesadaran / kewaspadaan dan penurunan
kemampuan utk memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian
2. Perubahan kognitrif : gangguan memori segera dan jangka
pendek. Disorientasi waktu tempat orang, gangguan
berbahasa/ persepsi yg tidak terkait dengan demensia
3. Gejala bersifat fluktuatif
4. Adanya gangguan organik / kondisi medik umum / kondisi
intoksikasi/lepas zat ( anamnestik, pemeriksaan fisik dan
laboratorium)

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

26

Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ III


Kesadaran berkabut ditandai oleh :
Kesukaran memusatkan, memindahkan dan mem
pertahankan perhatian pd stimulus luar dan dalam
Gangguan kognitif secara umum :
Gangguan persepsi sensorik seperti halusinasi terutama
optik dan ilusi
Hendaya daya pikir, pengertian abstraksi, dgn/tanpa waham
sementara dan inkoherensi ringan
Disorientasi,
Gangguan konsentrasi dan daya ingat ( amnesia )

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

27

Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ III lanjutan

Gangguan Psikomotor :
hipo/hiperaktivitas,
reaksi terperanjat meningkat
Waktu bereaksi terhadap stimulus lebih panjang
Gangguan siklus tidur bangun
Insomnia
Pola tidur bangun terbalik
Gejala klinis memburuk pada malam hari
Gangguan Emosional : Depresi, Anxietas, Mudah Marah,
Apatis, Euforia dll
Perjalanan gangguannya fluktuatif
Berlangsung kurang dari 6 bulan

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

28

Diagnosis banding :
1. Demensia
2. Skizofrenia
3. Psikosis akut dan sementara
4. Gangguan suasana perasaan : episode manik atau depresi
5. Histeria dan Isolasi sensorik
Penatalaksanaan :
6. Perlu kerjasama dengan bidang2 lain yang terkait sesuai
dengan etiologinya
7. Mengatasi penyakit organik yg mendasarinya (memperbaiki
fungsi fisiologis tubuh )
8. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan dugaan etiologi dan
segera mengatasi kausanya sedapat mungkin.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

29

Penatalaksanaan lanjutan......
4. Medikamentosa dan manipulasi lingkungan :
1. Terapi thdp toksisitas Antikholinergik (penyebab turunnya
Asetilkholin ) : Physostigmin 1-2 mg iv /im, dapat
diulang15 30 menit kemudian
2. Terapi simptomatis :
1. haloperidol : 0,5 1 mg tiap 4 jam oral/iv kp
2. Risperidon 0,5 1 mg tiap 4 jam oral kp
3. Lorazepam 0,5 1 mg tiap 4 jam oral kp
3. Manipulasi lingkungan
1. Tempatkan Px di ruang tidak berisik, tenang dan
nyaman
2. Suasana familiar
3. Selalu didampingi oleh orang yang dikenal/caregiver
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

30

Demensia ( F00 )
Suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yg biasanya
bersifat kronik progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur
kortikal yg multipel, termasuk daya ingat, daya pikir, orientasi,
daya tangkap ( comprehension), berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, daya nilai ( judgment)
Disebabkan kerusakan jar. otak yg tidak dpt kembali lagi
(
irreversible ) Atau hilangnya kemampuan fungsi intelektual yg
dmk beratnya hingga menghalangi fungsi sosial / pekerjaan.
Epidemiologi : prevalensi :
Usia > 65 < 85 tahun 5 %
Usia > 85 tahun 20 % - 40 %
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

31

Kriteria Dianosis menurut PPDGJ III


Demensia
Hilangnya kemampuan intelektual yang sedemikian berat
sehingga menghalangi fungsi sosial atau pekerjaan
Hendaya daya ingat
Hendaya kemampuan daya pikir abstrak
Hendaya daya nilai
Gangguan fungsi kortikal : Afasia; Apraksia; Agnosia dll
Perubahan Kepribadian atau aksentuasiciri kepribadian
pramorbid
Kesadaran Jernih/tidak berkabut
Terdapat faktor organik sebagai penyebab.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

32

BPSD
Behaviour and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD) :
Keluhan2 dan gejala2 yg diakibatkan oleh terganggunya
persepsi, isi pikiran, suasana perasaan/mood atau perilaku yg
sering terdapat pada penderita Demensia.
Gangguan Perilaku tersebut berupa : agresivitas, gelisah,
agitasi, ber-teriak2, berjalan/keluyuran tanpa tujuan,
perilaku yg tak senonoh, melanggar nilai budaya
setempat, perilaku seksual yg menyimpang.
Gangguan psikologis berupa kecemasan, depresi,
halusinasi dan waham

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

33

Patofisiologi :
Proses penuaan/Degenerasi primer : Demensia pada Penyakit
Alzheimer, Pick dan Huntington
Ggg pembuluh darah otak: Penyumbatan/Pecahnya pemb.
darah pasca Stroke pd Demensia Vaskular/Multi infark
Infeksi SSP : Lues ( Demensia Paralitika ), Meningitis Tbc dan
jamur, Encefalitis virus, HIV, Abses Otak, Penyakit CruetzfeldtJacob.
Gangguan Toksik, Metabolik, Endokrin. Contoh : Demen sia
akibat defisiensi Thiamine/Folat, Anemia Pernisiosa, Hipothiroid,
Hipoglikemia, intoksikasi Bromida.
Trauma kapitis : Hematoma subdural
Penyakit SSP lainnya : Tumor Otak, Korea Huntington,
Multipel Sklerosis, Penyumbatan (Normal Pressure
Hydrocephalus).
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

34

Gejala Klinis :
1. Gangguan daya ingat : daya ingat jangka pendek jangka sedang
jangka panjang, kesukaran belajar/mengingat hal2 baru
2. Gangguan daya nilai : berdampak pd perilaku tidak realistik, logis
dan proporsional.
3. Gangguan daya berpikir abstrak : semua peribahasa / perumpama
an diartikan secara konkrit
4. Gangguan daya pikir : bagian dr ggg fungsi luhur yg kompleks,
merup. gabungan daya nilai, daya abstrak dan daya ingat. Penderita
menjadi kehilangan inisiatif dan kreativitas
5. Gangguan penempatan dalam ruang ( visuospasial )
6. Gangguan wicara : diawali ggg berbahasa(naming,comprehension)
kemudian ggg artikulasi sp gejala afasia
7. Gangguan perilaku : BPSD
8. Gangguan suasana perasaan/mood : Depresi, cemas, emosi labil.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

35

Jenis-jenis Demensia :
PPDGJ III membagi Demensia menjadi :
Demensia pada penykit Alzheimer
Onset Dini
Onset Lambat
Tipe Campuran
Demensia Vaskular
Onset Akut
Multi infark
Subkortikal
Campuran Subkortikal dan Kortikal
Demensia pada Penyakit Pick
Demensia pada Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Demensia pada Penyakit Huntington
Demensia pada Penyakit Parkinson
Demensia pada Penyakit HIV
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

36

Medikasi :

Memperbaiki fungsi kognitif :


1. Choline Esterase Inhibitor :Donepezil 5 -10 mg/hari oral; Rivastigmine
2 X 1,5 mg /hari oral 2 minggu kmd disesuaikan
2. Piracetam 3 X 800 mg/hari oral 6 minggu kmd maintenance 3 X 400mg
/hari oral
Memperlambat progresivitas : vitamin E : 400 600 mg/hari oral
Mengatasi masalah perilaku :
Bila Pasien Agitasi, Agresi dan tanda2 Ggg Psikosis lainnya, beri
Antipsi kotika dosis rendah :
Haloperidol 2x 0,5 1 mg atau
Risperidon 2 x 0,5 1 mg
Olanzapine 5 mg/hari oral dosis tunggal
Dan lain2
Hati-hati dgn E.S. Antipsikotika : EPS (Extra Pyramidal Syndrome )
seperti Parkinsonisme, efek Antikholinergik.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

37

Medikasi : lanjutan..
Anti cemas : Lorazepam 2 X 0,5 1 mg/hari oral, Alprazolam
2 X 0,25- 1 mg /hari oral; Clobazam 2 X 5 7,5 mg/hari oral
Hindari pemakaian long acting Benzodiazepine
Bila depresi : Amitriptyline 2 X 5 25 mg/hari oral;
Sertraline 25 50 mg /hari oral dosis tunggal; Fluoxetine 5
80 mg/hari oral dosis tunggal ( bila >20mg dalam dosis
terbagi)
Perlu dipikirkan penyakit2 yg umum terjadi pada usia lanjut dan
konsultasikan kepada spesialisnya :
Hipertensi, DM, Lues, HIV/AIDS, Parkinson disease, Stroke,
Hipercholestrolisme dll
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

38

Neurosis
Adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional
karena tidak dapat diselesaikannnya suatu konflik tak sadar
Ciri-ciri :
Tidak mempunyai dasar organik
Mempunyai tilikan
Kemampuan daya nilai realita tidak terganggu
Perilaku dalam batas2 norma sosial
Kepribadian utuh

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

39

Gangguan Neurosis
Tiga kelompok besar gangguan jiwa non psikosis yang saling
terkait berdasarkan konsep Neurosis adalah:
1. Gangguan Neurotik
2. Gangguan Somatoform
3. Gangguan terkait Stres
. Tdpt konsep lain yg merup. penggabungan bbrp ggg disebut
Gangguan Anxietas, Yg merup. kelompok ggg yg paling banyak
dijumpai ( disamping Ggg Depresi) di masyarakat :
1. Gangguan anxietas fobik
2. Gangguan anxietas menyeluruh
3. Gangguan panik,
4. Gangguan campuran anxietas dan depresi
5. Gangguan obsesif-kompulsif
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

40

Gejala gejala Anxietas :


1. Komponen Psikis / Mental : anxietas / kecemasan / kawatir /
was-was
2. Komponen Fisik merupakan manifestasi dari keterjagaan
berlebihan : Jantung berdebar; napas cepat/hiperventilasi
terasa sesak, mulut kering, keluhan lambung, tangan dan kaki
terasa dingin dan ketegangan otot, perasaan pusing seperti
melayang, rasa kesemutan di tangan dan kaki, sampai spasme
otot tangan dan kaki.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

41

Gangguan Cemas Menyeluruh /GAD

Gangguan Cemas Menyeluruh ( General Anxiety Disorder /


GAD / Free Floating Anxiety ) termasuk paling sering
dijumpai disamping gangguan Panik
Gambaran umum berupa
Kecemasan yang relatif konstan dan tidak sebanding dgn
tingkat stresor sesungguhnya
Terdapat rasa gelisah, kelelahan, sulit berkonsenterasi,
mudah tersinggung, ketegangan otot dan gangguan tidur.
Kecemasan hampir sepanjang hari dan berlangs. minimal 6
bulan dan setiap stres yg timbul memperburuk keadaannya
Pd Ggg anxietas menyeluruh, Gej. anxietasnya dibedakan dgn
anxietas pd ggg anxietas lain, lbh dr separuh Px ggg anxietas
menyeluruh juga menderita ggg anxietas lain atau depresi.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

42

Kecemasan Menyeluruh ( Free Floating Anxiety ):


Ketegangan Motorik : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tak
dapat santai, kelopak mata bergetar, muka tegang, kening
berkerut, gelisah, tak dapat diam, mudah kaget.
Hiperaktivitas saraf otonomik : berkeringat, jantung
berdebar, rasa dingin, telapak tangan lembab, mulut kering,
pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran
panas dingin, sering kencing, diare, kerongkongan tersumbat,
muka merah/pucat, rasa tak enak di ulu hati.
Kecemasan/Rasa kawatir berlebihan ttg hal2 yang akan
datang ( apprehensive expectation ) : cemas, kuatir, takut,
berpikir berulang (ruminasi).
Kewaspadaan berlebihan : perhatian mudah dialihkan, sukar
konsenterasi, sukar tidur, iritabel, rasa ngeri, tak sabar.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

43

Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Golongan Benzodiazepine : dimulai dgn dosis terendah dan ditingkatkan sp
mencapai respons terapi, selama 2 6 minggu kmd tapering off selama 1 2
minggu
Diazepam : tab. 2 5 mg, 2 3 x/hari oral
ampul 10 mg/2cc, 2 10 mg/X im/iv
Chlordiazepoxide : dragee/tab 5 10 mg, 2 3 x/hari oral
Lorazepam : tab 0,5 1 2 mg, 2 3 mg/hari oral
Clobazam : tab 10 mg, 2 3 x /hari oral
Alprazolam : tab 0,5 1 2 mg, x 0,25 0,5 mg oral
Golongan non benzodiazepine
Sulpiride : cap. 50 mg, 100 200 mg/hari
Buspirone : tab 10 mg, 15 30 mg/hari. Efektif pd 60 80 % Px GAD, tu.
gej.Kognitif diband. gej. Somatik. Tak terjd withdrawl. Efek klinik baru
tampak 2 3 minggu setelah pemberian.
SSRI : Sertralin dan Paroxetin. Tu untuk Px GAD dgn riwayat Depresi.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

44

b. Psikoterapi

Terapi Kognitif-perilaku
Mengajak Px secara langsung mengenli distorzsikognitif dan
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Terutama pendekatan behavioral yaitu relaksasi dan biofeedback
Terapi Suportif
Px diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potewnsi2 yg ada
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasioptimal daloam fungsi sosial dan pekerjaannya.
Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Mengajak Px utk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, menilik
egostrength, relasi objek, serta keutuhan self Px, mengubah menjadi
lbh matur, bila tidak tercapai, minimal memfasilitasi agar Px dapat
beradaptasi dlm fungsi sosial dan pekerjaan.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

45

Gangguan Panik
Ditandai serangan Anxietas/Kecemasan berat yg berkala,
setiap periode biasanya 15 30, efek sisa berlangsung lbh
lama. Serangan bs berlangsung ber-minggu2 sp ber-bulan2
kadang diselingi periode tenang selama ber-minggu2.
Selama serangan, Px ketakutan disertai jantung berdebar,
nyeri/rasa tak enak di dada, sesak napas, perasaan
tercekik, berkeringat, rasa aliran panas dingin ,
kesemutan gemetar, mual, pusing, rasa akan pingsan,
takut mati atau takut menjadi gila
Terjadi sec. spontan atau sbg respon thd situasi ttt, seperti pd
Ggg fobia dan Ggg stres pasca trauma

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

46

Gangguan Panik lanjutan......


Etiologi :
Seperti Ggg jiwa lainnya Etiologi belum pasti. Terdiri atas
faktor Organobiologik, Psikoedukatif ( termsk Psikodi
namik ), serta Sosiokultural.
Faktor Biologik
Terdapat abnormalitas struktur dan fungsi otak, NT spt 5HT;
GABA; dan NE
Bbrp kasus Terdapat peningkatan tonus simpatetik dalam
sistem otonomik
Terdapat fear network yg terll sensitif yi : Amigdala; Korteks
Prefron tal; Hipokampus yg berperan terhadap timbulnya Panik
Faktor Genetik
Pada keturunan I Px dgn Ggg Panikdengan Agorafobia memp.
Resiko 4 8 X mengalami serangan yang sama
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

47

Tanda dan Gejala


Ggg Panik Tu. ditandai dgn Serangan panik yg berulang, spontan
dan tak terduga disertai gej. Otonomik yang kuat, Tu sistem
kardiovaskuler dan sistem pernafasan.
Serangan dimulai selama 10, meningkat hingga timbul gej2 mirip
Ggg jantung, yi nyeri di dada, ber-debar2, keringat dingin, leher
serasa dicekik. Dapat berlangsung 20 -30
Serangan diatas dpt berulang, membuat Px sangat kawatir ( antici
patory anxiety )
Sistem pernafasan brp cepat dan pendek dan tidak stabil ( termsk
sindroma hiperventilasi dan peningkatan variasi pernafasan )
adalah spesifik pada Ggg Panik.
Gej. Mental brp Rasa takut yg hebat dan ancaman kematian dan
bencana, sulit konsenterasi.perasaan takut mati dan menjd gila
Tanda fisik berupa palpitasi, takikardi, dispnoe dan keringat,
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

48

DSM V
A. Serangan Panik yg berulang dan tidak diduga, terjadi secara
gelombang didahului rasa takut dan tidak nyaman yg memun
cak dalam bbrp menit, dimana terdapat minimal 4 gejala
dibawah ini :
1. Palpitasi, denyut jantung yang keras dan cepat
2. Berkeringat
3. Gemetar atau menggigil
4. Rasa nafas sesak atau tercekik
5. Sesenggukan
6. Nyeri dada atau rasa tak enak di dada
7. Nausea atau perut terasa tak enak
8. Rasa pusing / rasa melayang
9. Rasa panas dingin
10. Derealisasi / depersonalisasi
11. Takut lepas kendali atau menjadi gila
12. Takut mengalami kematian.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

49

DSM V Lanjutan......
B. Paling sedikit 1 serangan panik telah disertai 1 atau kedua
gejala dibawah ini dalam 1 bulan ( atau lebih ) :
1. Kekawatiran yang menetap akan terjadinya serangan
panik tambahan serta akibatnya ( misalnya, lepas kendali;
mendapat serangan jantung; menjadi gila)
2. Perubahan maladaptasi yang bermakna dari perilaku yg
berkaitan dengan serangan panik
C. Tidak diakibatkan oleh efek fisiologis dari zat tertentu ( mis.,
penyalahgunaan zat, obat2an) atau kondisi fisik lainnya
( hiperthyroid, ggg kardiopulmonal )
D. Tidak dapat dikaitkan dengan serangan panik yang menyertai
gangguan mental lainnya ( gangguan fobik; OCD; PTSD,
Ggg cemas perpisahan )
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

50

Penatalaksanaan
Terdiri dari farmakoterapi dan Psikoterapi
Farmakoterapi :
1. SSRI Serotonin Selective Reuptake Inhibitiors : Sertralin; Fluoksetin;
Fluvoksamin; Escitalopram dll selama 3 6 bulan atau lebih.
2. Benzodiazepine : Alprazolam biasanya diberi 4 6 minggu, setelah itu
ditapering off hingga minum gol SSRI saja
3. Obat anti Panik Trisiklik : Imipramin
4. Obat anti Panik RIMA Moklobemid
Psikoterapi :
1. Terapi relaksasi : diberikan pd hampir semua Px dgn Ggg Panik,
bermanfaat meredakan ( bagi yg terlatih pernafasan, menarik nafas dalam dan
lambat lalu mengeluarkan dgn lambat pula )
2. Terapi kognitif perilaku
3. Psikoterapi dinamik

Prognosis biasanya cukup baik.


1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

51

Obat anti panik :


SSRI Serotonin Selective Reuptake Inhibitiors : Sertralin ( 50 100
mg/hr ); Fluoksetin ( 10-20 mg/hr ); Fluvoksamin ( 50 100 mg/hr );
Escitalopram ( 10-20 mg/hr )
Golongan Bezodiazepine : Alprazolam( 2 4 mg/hr)
Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) : Sertraline ( 50
100 mg/hr ), Fluoxetine ( 20 40 mg/hr ), Fluvoxamine ( 50 100 mg/hr ),
Paroxetine ( 20 40 mg/hr )
Golongan Trisiklik anti depresiva : Imipramine ( 75 150 mg/hr ),
Clopmipramine ( 75 150 mg/hr)
Golongan Reversible Inhibitors of Monoamine Oxydase-A ( RIMA ) :
Moclobamide ( 300 600 mg/hr )
Pemilihan obat : semua obat anti panik mempunyai efek yang sama dalam
menanggulangi gangguan panik pada taraf sedang dan pada stadium awal.
Alprazolam adalah obat yang paling sering digunakan, karena onset cepat dan
kurang toksik, namun golongan Bz mempunyai kecende rungan
ketergantungan obat, sehingga penggunaannya sebaiknya tidak lebih 3 bulan
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

52

Anti Panik
Obat Acuan : Imipramin
Indikasi : Sindrom panik
Sediaan obat :

Imipramin : Tofranil 25mg 3 6 tab/hari


Klomipramin :Anafranil 25 mg 3 6 tab/hari
Alprazolam : Xanax 0,25; 0,5; 1 mg 2 4 mg/hari
Fluvoksamin : Luvox 50 mg 1 2 tab/hari
Sertralin : Zoloft/Zerlin/Iglodep 50 mg 1-2 tab/hari
Fluoksetin : Prozac 20 mg 1 2 tab/hari

Efeksamping : lihat obat anti depresan dan anti ansietas


Perhatian khusus :
Pengobatan perlu dosis agak tinggi ( dari pada px depresi atau ansietas)dan jangka
lama
Hati2 untuk pasien lansia
Harus dikombinasi dengan terapi perilaku/ psikoterapi
Hindari dari mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin
Tidak dianjurkan bagi wanita hamil atau menyusui
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

53

Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ III


F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Bila ditemukan baik sindrome depresi maupun sindrome
anxietas yg cukup berat, maka ke 2 diagnosis tersebut harus
dikemukakan, diag nosis campuran tidak dapat digunakan.
Bila karena sesuatu hal ha nya dapat dikemukakan 1 diagnosis,
maka gangguan depresif yang diutamakan.
Bila gejala2 tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan
yg jelas maka harus digunakan kategori Gangguan
Penyesuaian ( F43.2)

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

54

Pengobatan
Penggunaan obat anti anxietas dan antidepresi
Obat anti anxietas
Golongan Benzodiazepine
Diazepam : tab. 2 5 mg, 2 3 x/hari oral
ampul 10 mg/2cc, 2 10 mg/X im/iv
Chlordiazepoxide : drage/tab 5 10 mg, 2 3 x/hari oral
Lorazepam : tab 0,5 1 2 mg, 2 3 mg/hari oral
Clobazam : tab 10 mg, 2 3 x /hari oral
Alprazolam : tab 0,5 1 2 mg, x 0,25 0,5 mg oral

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

55

Anti Insomnia

Nama lain : Hipnotika, Somnifacient.


Obat Acuan : Phenobarbital
Indikasi : Sindrom insomnia.
Sediaan obat :
Nitrazepam : Mogadon/Dumolid 5mg 1 2 tab
Triazolam : Halcion 0,125 1-2 tab / 0,250 mg -1 tab
Estazolam : Esilgan 1 2 mg, 1 2 mg/malam
Zolpidem : Stilnox 10 mg 1 tab/malam
Agomelatin : Valdoxan 25 mg 1-2 tab malam
Untuk profilaksis mania : Lithium Karbonat

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

56

Indikasi : Sindrom insomnia.


Sindrom insomnia :
Sindrom insomnia psikik : ggg bipolar; ggg ansietas
Sindrom insomnia organik : hiperthiroidisme, drug abuse
Sindrom insomnia situasional : ggg penyesuaian; stres psikososial
Sindrom insomnia penyerta : ggg fisik; ggg jiwa lainnya
Efek samping :
Supresi SSP : Depresi pernapasan
Ketergantungan
Perhatian khusus :
Diberikan 15 30 sebelum tidur
Lansia dosis kecil, peningkatan perlahan, dosis dewasa
Penggunaan sebaiknya tidak lebih 2 minggu
Kontra indikasi : sindrom sleep apnoe, congesti heart failure,chronic respiratory
disease
Efek teratogenik tu trimester I
Hati2 ibu yg menyusui (Penekanan fungsi SSP pada bayi).
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

57

Anti Obsesi-kompulsi
Obat Acuan : Klomipramin
Indikasi : Sindrom obsesif kompulsi
Sediaan obat :

Klomipramin : Anafranil 25mg 3 8 tab/hari


Fluvoksamin : Luvox 50 mg 2 5 tab/hari
Sertralin : Zoloft/Zerlin/Iglodep 50 mg 1-3 tab/hari
Fluoksetin : Prozac 20 mg 1 4 tab/hari

Efeksamping : lihat obat anti depresan


Perhatian khusus :

1/6/16

Pengobatan perlu dosis tinggi dan jangka lama


Hati2 untuk pasien lansia
Harus dikombinasi dengan terapi perilaku/ psikoterapi
Hindari dari mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin
Tidak dianjurkan bagi wanita hamil atau menyusui
Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

58

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER


( PTSD )

I. PENDAHULUAN

Istilah PTSD = Kontroversial :


Perlu Stresor berat provokasi
Trauma Psikologik masa kanak
Terapi Medikamentosa tak menjanjikan
Debriefing Psikologi/ Konseling sederhana membaik

Apa PTSD ? Posttraumatic Stress Disorder / Stres Pasca Trauma


Kelompok ggg ansietas dgn 3 gej. Menonjol
1.
Re-experiencing / Penghayatan kembali
2.
Avoidance / Menghindar
3.
Hyperarousal / Kesiagaan berlebih
1 bulan menyusul setelah seseorang mengal. Peristiwa traumatik
Diagnosa PTSD ditekankan pd Faktor Etiologi + observ. Gej2nya
Sbg D/ formal sejak tahun 1980

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

60

II. GAMBARAN KLINIS

PPDGJ II/DSM III :


Gambaran utama :
1.
Gej. Khas menyusul trauma Psikol.diluar batas2 pengal. Man. yg lazim
2.
Penghayatan kembali Perist. Traumatik tsb
3.
Penumpulan reaksi
4.
Gej. Autonomik, disforik, kognitif
Stresor diluar batas pengal. Manusia yg lazim terjd : panjang/ singkat :
5.
Dialami sendiri : perkosaan, penyerangan
6.
Dialami bersama : pertempuran, kerusuhan SARA, benc. Alam
7.
Kec. Akib. Ulah man : Kec.mobil/k.a., kec pesawat, kapal laut, kebakaran hebat dll
8.
Benc. Yg sengaja dibuat oleh man. : pemboman, kamp konsentrasi / kematian,
penyiksaan
Stresor dlm batas pengal. Manusia : berdukacita akibat kematian, peny.Kronis, kerugian
Dagang, konflik perkawinan dll

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

61

Gambaran penyerta :
1. Gej. Depresi
2. Kecemasan
3. Iritabel impulsif :agresif, melak. perjalanan.
4. GMO (kamp konsentrasi) : hendaya daya ingat, emosi labil, sukar konsentr.
sy.autonom labil, nyeri kepala, vertigo

Krit. D/ PTSD menurut PPDGJ II

A.
B.

Stresor berat > Penderitaan yg berarti bagi hampir setiap man.


Penghayatan berulang dari trauma paling sdkt 1 hal dibawah :
1.
2.
3.

1/6/16

Ingatan yg berulang & menonjol ttg perist.itu


Mimpi berulang ttg perist. Itu
Tiba2 timbul perasaan/perilaku, seolah perist. Sdg timbul kembali

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

62

C. Penumpulan respons / kurangnya hub. dgn dunia luar bbrp saat ssdh
trauma :
1. kurang minat thdp aktivitas
2. Perasaan terlepas / terasing dari orang lain
3. Afek menyempit

D.

Sedikitnya 2 gej. Dibawah tidak ada sebelumnya :


1. Kewaspadaan/terkejut berlebihan
2. Gangguan tidur
3. Perasaan bersalah krn lolos dari bahaya maut
4. Hendaya daya ingat /kesukaran konsentrasi
5. Penghindaran diri dari aktivitas yg mengingatkan perist. Traumatik
tsb.
6. Peningkatan gej2 bila dihadapka pd perist. Yg mensimbolisasi atau
menyerupai perist. Traumatik tsb.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

63

KRITERIA DIAGNOSA PTSD menurut DSM IV.


A.

The person -- > traumatic event :


1.
2.

Experience, witnessed, confronted with an event/events involved


threatend death / injury
Response with intense fear, helpessness, horror

B. Traumatic event reexperience in the way/ways :


1.
2.
3.
4.
5.

1/6/16

Recurrent of the event : images, thought, perception


Recurrent distressing dream of event
Acting / feeling traumatic event were recurr.
Intense psychol. Distress
Physiological reacvtivity

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

64

C. Avoidance of stimuli associated with the trauma and numbing of


general responsiveness ( not present before the traima ), as indicated
by 3 or more of the following :
1. Effort to avoid thoughts, feelings, conversation associated with the
trauma
2. Eff. To avoid activities, places, people that arouse recollection of the
trauma
3. Inability to recall an important aspect of the trauma
4. Diminished interest or participation in activities
5. Feeling of detachment or estrangement from others
6. Restricted range of affect
7. Sense of a foreshortened future : Doesnt expect to have a career,
marriage, children or a normal life span

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

65

D. Persistent symptoms of increase arousal as indicated by 2 (or more)


1.
2.
3.
4.
5.

Difficulty falling or staying asleep


Irritability or outburst of anger
Difficulty concentrating
Hipervigilance
Exaggerated startle response

E. Duration of the disturbance is more then 1 month


F. The disturb cause clinically significant distress / impairment in social
occupational/ functioning
Perbedaan PPDGJ II/ DSM III dan DSM IV :
1.
2.
3.

Peristiwa traumatik tidak perlu hebat diluar batas pengal. Man lazim
Menyaksikan peristiwa = stressor
Peristiwa traumatik termasuk reaksi hebat : ketakutan, tak berdaya, horror.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

66

III. USIA TIMBUL


Usia timbul : tidak terbatas pada usia tertentu

IV. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor resiko terjadinya PTSD :


PTSD merup. Masalah Kesehatan Masyarakat / Public Heakth Problem.

Penel. Epidemiologi membuktikan : banyak perist. Traumatik dlm


kehidupan, tidak sll PTSD karena masih dipengaruhi faktor2 :
A. Faktor sebelum trauma / Psikopatol. Yg sdh ada :
1. Temparemen
2. Ansietas / depresi sebelumnya
3. Lingkungan keluarga
4. Status sosioekonomi
5. Riwayat trauma psikologik masa kanak
B.
Stressor yg traumatik
Sifat dan karakteristik dari peristiwa traumatik yg potensial

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

67

C. Faktor pasca trauma :


1.. Dukungan Sosial
2. Sumber2 ekonomi
3. Stresor tambahan lain

Pretrauma Factors:
Factors:
Pretrauma
Temperament
Temperament
Pre-existingAnxiety/
Preexisting-Anxiety/
Major depression
MajorDep.
Charact.of
Character
offamil
Fam.
Socioec.
Status
Socioec.status
Early
Earlytraum.History
traum history,
Abuse
abuse in
in child
child

Traumatic Stressor
Stressor
Traumatic
Exposure
Exposure

Post-Exposure
Post-Exposure
Factors
Factors
: :
Social
Support
Social Support
EconomicResources
Economic
Resources
Additional
AdditionalStressors
Stressors

PTSD
PTSD

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

68

V. PERJALANAN DAN SUB TIPE


1.
2.

Gejala dapat timbul segera / tak lama sesudah trauma


Baru timbul sesudah suatu periode laten beberapa bulan / tahun ssdh
trauma

Bila gejala timbul dlm 6 bulan ssdh trauma dan berlangsung < 6
bulan AKUT, prognosa remisi baik

Bila gejala timbul lebih dari 6 bulan atau berlangsung > 6 bulan
KRONIK / TERTUNDA, prognosa remisi kurang baik

Literatur lain membagi PTSD menjadi :


1. AKUT gejala berlangsung < 3 bulan
2. KRONIK gejala berlangsung > 3 bulan

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

69

Gejala PTSD sering sudah tampak tidak lama setelah seseorang


mengalami
peristiwa traumatik

Pada kasus2 perkosaan didapatkan 94% korban mengal. PTSD 1 minggu


setelah kejadian.

Penelitian di Israel : 39 % kasus PTSD 1 bulan ssdh perist. Traumatik.


17 % kasus PTSD 4 bulan ssdh perist. Traumatik
10 % kasus PTSD 1 tahun ssdh perist. Traumatik

Recovery kasus2 PTSD dini kira2 60 % .


Recov. Spontan dpt terjadi dalam 1 tahun .
Sesudah 6 tahun tidak pernah dilaporkan terjadi recovery.
Kasus2 kronis PTSD sering mengalami recovery tidak komplit setiap
saat dpt timbul gej. PTSD

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

70

PENELITIAN Syah Reza M. di Aceh tahun 2002


mendapatkan :
Dari 25 kasus PTSD :
Usia : 25 65 tahun 92 %
Jenis kelamin : wanita 80%, pria 20%
Pendidikan : tertinggi SLTP, 76% SD
Status perkawinan : menikah 60%
Pekerjaan : Petani 72%
Jenis stresor/trauma : melihat pembunuhan/penganiayaan 44%
Gej.PTSD yg tampak : Penyempitan afek 96%
Penghayatan perist. Traumatik 4X perminggu : 72%
Mimpi berulang 1X perminggu : 38%
Menghindar dari hal yg mengingatkan trauma : 76%
Reaksi fisik thdp sisa2 trauma : 52%
Penderitaan psikologis : 80%

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

71

VI. SEVERITY AND COMORBIDITY

PTSD kronis sangat peka thdp stresor lingkungan cepat timbul


perasaan tak nyaman, marah, isolasi diri, menyalah gunakan zat / alkohol

Lingkungan kondusif : keluarga yg stabil, lingk. Pekerjaan yg baik


mempengaruhi remisi PTSD

Ggg/ penyakit yg sering menyertai PTSD :Depresi mayor, ggg ansietas,


penyalahgunaan zat

The US National Comorbidity Survey menunjukkan :


Pria 88,3%, wanita79% dgn PTSD disertai 1ggg mental lain
- Depresi : wanita 48,5%, pria : 47,9%
- Ansietas 1/3 kasus
- Penyalagunaan obat dan alkohol : 1/3 wanita, 1/2 pria

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

72

VII. KOMPLIKASI

Hendaya dapat ringan atau dapat mempegaruhi seluruh aspek kehidupan


Timbul Fobia thdp situasi/aktivitas menyerupai/mensimbolisasi perist trauma tsb
Penumpulan Psikik : hambatan hub. interpersonal : perkawinan, kehidupan
keluarga
Labilitas emosional, depresi, rasa bersalah > perilaku mengalahkan diri /self
defeating behavior berakibat tindakan bunuh diri/suicide atau substance abuse.

VIII. DIFFERENSIAL DIAGNOSA


1. Reaksi thdp Stres :
Gej. Bersif. Sepintas /transient dgn aneka taraf ggg.
Sebgai respon thdp stress fisik atau mental yg luar biasa spt : bencana alam,
pertempuran dll.
Biasanya mereda ssdh bbrp jam atau hari
2. Ggg Penyesuaian : stres ringan, tak ada penghayatan ulang dll.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

73

IX. ALAT TEST PTSD

Untuk diagnosa :
1. Structured Clinical Interview for DSM IV ( SCID-IV )
2. The Clinician Administered PTSD Scale ( CAPS )
3. The Posttraumatic Diagnostic Scale ( PTDS )

Untuk mengukur derajat gejala PTSD


1. The impact of Events Scale ( IES )
2. The Davidson Trauma Scale ( DTS )
3. The Mississippi Scale for Posttraumatic Stress Disorder ( MISS )

X. SSP DAN PTSD


Anggapan dan perlu pembuktian :
1.
Atropi Hipocampus dan penurunan aliran darah area Broca
2.
Perubahan rasio aktivitas thalamus dan kortek otak
3.
Perub. Neuroendokrin yg berhub. Dgn HPA aksis

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

74

XI. PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA
1. Anti depresan SSRI merup. Obat pilihan pd kebanyakan kasus.
2. Anti ansietas penting bila pend. cemas, tegang bahkan panik.

TERAPI PSIKOSOSIAL
1. Intervensi sec. Psikodinamika : sebagian menunjukkan hsl kurang
memuaskan
2. Cognitif Behaviour Therapy ( CBT ) terbukti lebih efektif. Prolonged
Exposure Procedures, Stress Inoculation Training, Cognitif
Processing Therapy.
3. Psychological Debriefing hasil belum menjamin imunitas thdp
episode ulangan gej. PTSD.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

75

Reaksi terhadap Stres


Dapat timbul dalam bbrp fase yg bertumpang tindih :

1.
Fase ancaman atau antisipasi
2.
Fase tubrukan atau fase pengaruh yg kuat
3.
Fase kemunduran ( rekoil )
4.
Fase pasca trauma
Fase 2 dan 3 berlangsung bbrp menit sampai bbrp jam, sedang fase 1 dan 4 bisa seumur
hidup.

Fase pascatrauma :
5.

Stres dlm batas2 pertahanan psikologik manusia; perasaan tenang dan sadar akan
diri sendiri telah pulih kembali, tercapai kembali orientasi, fungsi motorik dan
pengawasan afektif.

6.

Penyesuaian diri pascatrauma yg tak berhasil kembali ke konsep diri sendiri,


kelompok, dan dunia sec. Baik, maka timbul kecemasan, kesedihan, kelesuan
menahun, mimpi berulang yg menakutkan, rasa salah, amarah, agresi akibat fobi,
kompulsi, tic,pembatasan hub. antar manusia, sincope berulang, disosiasi, amnesia,
perilaku eksplosif.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

76

ADANYA STRES PASCA TRAUMA :

Menunjukkan adanya indikasi integrasi kepribadian atau


kelompok tidak lengkap.
Bimbingan untuk pengobatan sebaiknya yang membangkitkan,
tidak memerintahkan ( non-directif ) dan yang membantu
( suportif )

SEKIAN
TERIMA KASIH

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

77

NARKOTIKA

NAPZA

PSIKOTROPIKA

ZAT ADIKTIF
(lainnya)

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

78

Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya


( Napza ) :

NAPZA

1/6/16

Heroin

Bentuk bubuk, umunya


disuntik

Shabu

Bubuk kristal, hisap dgn


bong

Ekstasi

Pil ditelan, di Diskotik /


klab2 malam

Ganja

Daun kering, dilinting,


dihisap

Kokain

Bubuk putih, disuntik,


tunggal / campur

Benzodiazepine

Pil penenang, ditelan

Pil koplo

Bbg jenis pil tanpa tujuan


medis jelas spt artane,
antimo, somadril, dextro.

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

79

Penggunaan
terus-menerus

ZAT
ADIKTIF

Jangka
panjang
Dosis
tinggi

ABUSE
Tak sesuai
indikasi

ADIKSI

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

80

Berdasarkan klasifikasi kerjanya maka Napza dibagi menjadi :


Depresan

Stimulan

Halusinogen

Alkohol

Amfetamin

LSD, DMT

Bz

Metamfetamin

Meskalin

Opioid

Kokain

PCP

Solven

Nikotin

Ketamin

Barbiturat

Khat

Kanabis ( dosis tinggi )

Kanabis (dosis rendah) Kafein


MDMA

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Magic Mushrooms
MDMA

81

Adiksi berasal dari bahasa Inggris Addiction yang berarti


ketagihan atau kecanduan. Bukan merup. st Diagnosis
entity.
Adiksi membuat seseorang ketergantungan sec fisik maupun
psikologis mengakibatkan perubahan perilaku menjadi obsesif
compulsif ( dalam menggunakan zat), mengakibatkan
gangguan fungsi sosial dan pekerjaan
Menurut PPDGJ III Ggg penggunaan Napza terdr 2 bentuk :
Penyalahgunaan, yi yg memp. Harmful effects terhadap
kehidupan orang, menimbulkan problem kerja, menggg
hub. Dengan orang lain serta memp. Aspek legal.
Adiksi atau ketergantungan, yi mengal. toleransi, putus
zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan mengguna
kan, menggunakan dosis Napza lebih dr yang diinginkan.
Jadi penyalahgunaan Napza belum tentu menderita
ketergantungan.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

82

Adiksi berasal dari bahasa Inggris Addiction yang berarti ketagihan


atau kecanduan. Bukan merupakan suatu Diagnosis entity.
Adiksi membuat seseorang ketergantungan sec fisik maupun
psikologis mengakibatkan perubahan perilaku menjadi obsesif
compulsif ( dalam menggunakan zat), mengakibatkan gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan
Menurut PPDGJ III Ggg penggunaan Napza terdr 2 bentuk :
Penyalahgunaan, yi yg memp. Harmful effects terhadap kehidupan orang,
menimbulkan problem kerja, menggg hub. Dengan orang lain serta memp.
Aspek legal.
Adiksi atau ketergantungan, yi mengalami toleransi, putus zat, tidak mampu
menghentikan kebiasaan menggunakan, menggunakan dosis Napza lebih
dari yang diinginkan.

Jadi penyalahgunaan Napza belum tentu menderita ketergantungan.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

83

TINGKAT PEMAKAIANNAPZA
EXPERIMENTAL USE
SOCIAL /
RECREATIONAL USE
SITUATIONAL USE
Pola Penggunaan
Patologik

ABUSE

DEPENDENT USE

Toleransi

Putus zat

Addiction use
Compulsive use
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

84

Macam macam Zat Adiktif

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

85

NARKOTIKA UU No 22/1997
GOL II. al :
Metadon,Mor
fin,Petidin,
fenazosina, tebain
87

GOL I. al. :
Opium, Kokain,
Heroin, Ganja
26

GOL III. Al. :


Kodein,
Dihidrokodein
3

NARKOTIKA UU No 35/2009

GOL I. al. :
Opium, Kokain, Heroin, Ganja,
Katinona,Liser gid,
MDMA,Metamfe tamin,
Psilosibin, Am fetamin,
Fensiklidina
65
1/6/16

GOL II. al :
Metadon,
Morfin, Petidin.
Oksikodon,
fenazosina,
tebain
86
Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

GOL III. Al. :


Kodein,
Buprenorfin,
Etilmorfin,
Dihidrokodein
14
86

Gangguan mental dan perilaku akibat


penyalahgunaan zat psikoaktif ( F10-F19 )
Zat Psikoaktif adalah obat atau senyawa yang apabila masuk
ke dalam tubuh mansia dapat mempengaruhi tubuh terutama
susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan perubahan
aktivitas mental emossional dan perilaku dan bila digunakan
terus menerus dapat menimbulkan Adiksi
Meningkatnya penyalahguna serta ketergantungan Napza
sudah sangat memprihatinkan
Upaya penanggulangan tlh dilakukan melalui berbagai pende
katan. Salah satu : Inpres 12 tahun 2011 ttg kebijakan dan stra
tegi nasionalprogram Pencegahan, Pemberantasan,
Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba ( P4GN) yaitu
melalui :
1.
2.
3.
1/6/16

Demand Reduction
Harm Reduction
Supply Control / Supply Reduction

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.


87

P4GN :
Demand Reduction/Reduksi permintaan : Dilaksanakan oleh
RSJ (Depkes ), LSM2 ( NGO )/panti2 /yayasan2 swasta dlm /
luar negeri dll Informasi/Edukasi, Pendekatan Prevensi dan
Promosi Kesehatan, Detoks dan Terapi Pemeliharaan
Harm Reduction/Reduksi dampak buru : Dilaksanakan oleh
RSJ, PKM ( Depkes ) melalui Program Terapi Rumatan
Metadon ( PTRM ), Buprenorphine + Nalokson, distribusi
jarum suntik steril dan sosialisasi penggunaan kondom, terapi
dampak buruk HIV dan IO ( Infeksi Opportunistik )
Supply Control / Supply Reduction / Reduksi Suplai : dilaksa
nakan oleh jajaran penegak hukum Polri, Kejaksaan, Depkum
ham, Sistem Peradilan dll

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

88

Strategi Penanggulangan
Penyalahgunaan Napza (P4GN)

Supply
Reduction

Pengurangan
persediaan

Peran instansi
hukum : polisi,
peraturan2 / perundang2an RI

1/6/16

Demand
Reduction

Pengurangan permintaan

Medik dan
Non medik

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Harm
Reduction

Pengurangan dampak
buruk

HIV/AIDS , Heps B dan C


TBC Paru,Oedema Paru, En
docarditis, Emboli,Sepsis,Osteo
myelitis, Thrombophlebitis dll.

89

Supply Reduction

UU RI No.35
2009 ttg N.
SEMA
Maret/2009
No. 4 / 2010
SEMA No.3 /
2011
PP 25 2011 ttg
wajib lapor
pecandu

1/6/16

Polisi
Jaksa
Hakim
Depkumham
Sist. Peradilan
Lapas Npz??

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Bea cukai
Bandara
Pelabuhan

90

Demand
Reduction :

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

91

Harm Reduction

Program
Terapi
Rumatan
Metadon

1/6/16

Pemberian
substitusi
Buprenorp
hine/
+Nalokson

Pembagian
jarum
suntik
steril sesuai
tujuan

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

Pembagian
Kondom
sesuai
tujuan

92

Narkotika

zat atau obat yang


berasal dari tanaman /
bukan tanaman, ,

baik sintetik maupun


semisintetik
dapat menyebabkan
penurunan atau
perubahan kesadaran
mengurangi sampai
menghilangkan rasa
sakit

menimbulkan
ketergantungan

Golongan I, II, III


1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

93

OPIOID
Tanaman Papaversomniverun : 20 alkaloid opium a.l morfin
Opioid : Narkotik sintetik contoh heroin, kodein, dilaudid,
meperidin, methadon dll
Antagonis : Nalokson, naltrekson, nalorfin, apomorfin
Campuran a/antagonis : Pentazocin, buprenorfin
Reseptor : Reseptor u- opiat : mengatur analgesik, depresi
pernafasan, Konstipasi dan
adiksi
Resptor K-opiat : analgesia, diuresis, sedasi
Resptor gamma-opiat : analgesia

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

94

OPIOIDA :

TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

Intoksikasi Opioida :
Penekanan SSP : sedasi, penurunan kesadaran sampai
delirium
Menurunnya motilitas GI konstipasi
Depresi pernafasan,
Bicara cadel
Hipotensi Ortostatik
Bradikardia
Miosis sampai pinpoin pupil
Kejang ( saat OD )

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

95

Keadaan putus Opioida :


Ngantuk, pilek, bersin, lakrimasi, dilatasi pupil, piloereksi,
takikardia, hipertensi, RR meningkat, Mual, muntah diare,
suhu badan meningkat, insomnia
Craving/Sugesti
Ansietas, gelisah, mudah tersinggung, mialgia, arthralgia,
sakit dan keram perut, anoreksia, tremor dan kejang2 kecil

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

96

Penatalaksanaan
Intoksikasi Opioid :
Termasuk kasus kedaruratan medik
Periksa Vital Sign
A/ riwayat pakai sec. Lengkap: frek., jumlah dan cara
pakai, terakhir pakai. campur alkohol, ganja, derivat
amfetamin ?
Bila ada tanda2 OD, Px dirawat di ICU.
Lakukan Naloxon Challenge test
Observasi 24 jam untuk menilai tanda2 vital.
Motivasi untuk ikut program Rehabilitasi

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

97

Penatalaksanaan
Putus opioida / Withdrawal opioida
1. Termasuk kasus kedaruratan Psikiatri
2. Tujuan : mengurangi penderitaan klien, mencegah komplikasi
medik
3. Metadon. Merup. Standar terapi di banyak negara
substitusi opioida
4. Klonidin : diberikan 0,3-0,6 mg/hari ( dosis terbagi )
5. Buphrenorphin (+Naloxon). Pemberia sublingual 1X sehari.
Tapi sering disalahgunakan dgn cara iv. Pengawasan harus
ketat.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

98

Terapi simptomatis
Rasa sakit dapat dikurangi dengan analgetika, : tramadol, asam
mefenamat, metampiron dll
Insomnia : hipnotika spt estazolam, triazolam, b
Nitrazepam, Zolpidem, clozapin dll
Diare : imodium dan sejenisnya
Mual/muntah : sulpirid 25 -50 mg 3x sehari, SA, Papaverin,
Buscopan dll
Cicatrix baru : thrombophob, lasonil jelly
Terapi pemeliharaan /rumatan
Agonis opioida spt Metadon, LAAM ( levacetylmetadol )
Campuran agonis-antagonis spt buphrenorphin
Antagonis opioida spt naltrexon
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

99

KANABIS

Cannabis sativa, mariyuana, ganja. Eksudat resin daunnya


disbt hashish
Intoksikasi :
Perilaku maladaptif : ggg koordinasi psikomotor, euforia,
cemas waktu terasa berjalan lambat
Mata merah, nafsu makan meningkat, mulut kering,warna2
jadi lebih terang
Depersonalisasi/derealisasi

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

100

KANABIS
Psikosis Kanabis
Jarang terjadi, kadang ide2 paranoid
Amotivational syndrome
Pramorbid Skiz. ( diintensifkan )
Kecemasan kanabis
Pada pemula
Akibat intoks.
Bisa timbul serangan panik

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

101

GANJA :

TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

Intoksikasi ganja :

1/6/16

Rasa waktu berjalan lambat, apatis dan bingung


Perasaan melambung
Depersonalisasi, derealisasi
Tampak seperti orang tolol/bego
Daya nilai realita terggg.
Hal.audit/optik
Konsentr. Terggg, mengantuk seperti mimpi
Nafsu makan meningkat
Tremor
Mulut kering
Gelisah
Mata merah
Ataksia
Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

102

Keadaan putus ganja :


Insomnia
Mialgia
Depresi, bingung
Menguap
Fotofobia canabis craving
Cemas, gelisah, mudah tersinggung
Mual, nafsu makan menurun, diare, kehilangan bb.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

103

Penatalaksanaan
Intoksikasi ganja :
Umumnya tak perlu Farmakoterapi. Terapi suportif dengan
talking down
Tempatkan px di ruang tenang
Jarang menyebbkan kematian
Tak ada pengobatan khusus : cemas dengan anticemas. Bila
ada gejala psikotik bisa diberi antipsikotika.
Motivasi klien mau ikut program rehabilitasi
Keadaan Putus Ganja :
Kondisi klinis umumnya ringan dan akan menghilang dgn
sendirinya dlm waktu bbrp hari
Motivasi pasien agar mau ikut program rehabilitasi.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

104

Kokain
Zat yang paling adiktif dan berbahaya
Merup. zat adiktif stimulans thdp SSP
Asal zat : tanaman Erythroxylon Coca
Nama populer : Coke, Snow birds, Charlie, Crack, Nose
Candy
Bentuk sediaan :
Kokain murni ( freebase ) : serbuk
Kokain yang dicampur berbagai zat lain, mis. : Heroin
Cara pakai :
Snorting
Disuntikkan
Merokok
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

105

KOKAIN : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS


Intoksikasi kokain :
Dilatasi pupil/midriasis - Tremor - Berkeringat - Mual,
muntah
Selera makan menurun - Halusinasi visual / taktil
Nyeri dada
- Takikardia
Tekanan darah naik
- Aritmia
Over dosis : kejang, koma dan kematian
Penilaian realita kurang wajar, ggg fungsi sosial / pekerjaan
Meningkatnya kewaspadaan dan aktivitas, bergerak terus
menerus, memaksakan kehendak dan banyak bicara ( agitasi
psikomotor )
Meningkatnya percaya diri
Euforia/disforia
Waham paranoid
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

106

Keadaan Putus Kokain

Keletihan / Fatigue
Bradikardia
Insomnia atau Hipersomnia
Perasaan disforik yang menetap > 24 jam
Agitasi psikomotor
Ide2 bunuh diri dan paranoid
Mudah tersinggung / iritabel
Depresi
Craving

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

107

Penatalaksanaan
Intoksikasi Kokain
Tempatkan klien di tempat tenang
Periksa tanda vital dan fisik lainnya
Atasi kelainan fisik akibat kokain :
Demam beri antipiretika
Takikardia dan hipertensivdiberikan beta blocker propanolol atau
klonidin
Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, ggg respirasi, ggg
jantung merupakan indikasi rawat di ICU
Pertimbangkan MRS untuk detoksifikasi
Bila terjadi agitasi, agresif dan membahayakan lingkungan atau delusi
berikan derivat Bz ringan mis. lorazepam 1 2 mg oral, atau
oksazepam 10 30 mg oral dan dapat diulangi sesudah 1 jam
Persiapkan klien utk menghadapi keadaan putus kokain
Motivasi klien ikut program rehabilitasi
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

108

Keadaan putus kokain


Pastikan apakah ada resiko bunuh diri ? MRS
Beri ketenangan dan penjelasan kpd klien bahwa gejala akan
mereda dalam 1 2 minggu
Evaluasi apakah klien mengalami ggg psikosis
Terapi psikofarmaka :
Agitasi berat sampai perilaku maladaptif dapat diberi gol.
Bz. Seperti Estazolam 0,5 1 mg oral, Oksazepam 10 30
mg oral atau lorazepam 1 2 mg oral
Anti depresiva dapat diberikan bila ada gejala depresi
menetap yang umumnya terjadi 2 minggu setelah
penggunaan kokain dihentikan
Motivasi klien untuk ikut dalam program rehabilitasi

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

109

Setiap bahan, baik alamiah


maupun sintetis,

PSIKOTROPIKA
UU No 5/1997

Menggg
kesehatan dan
menimbulkan
masalah sosial

Mempunyai manfaat untuk


pengobatan dan/atau tujuan
ilmu pengetahuan

tetapi dapat menimbulkan


kecenderungan untuk
disalahgunakan

Golongan I, II, III dan IV

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

110

Psikotropika

Obat/Zat yang bekerja pada/ mempengaruhi


fungsi Psikik, kelakuan atau pengalaman
( WHO 1966 )

Anti Psikotika

Anti Ansietas

Anti Depresan

Psikotogenik

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

111

Anti
Psikotika

Tipikal : Chlorpromazin, Trifluoperazin, Haloperidol


Atipikal : Clozapin, Risperidon, Aripiprazol, Olanzapin

Anti
Ansietas

Gol. Benzodiasepin : Alprazolam, Clobazam, Diazepam


Gol Non Bzd : Barbiturat, Meprobamat, Buspiron

Anti
Depresan

Gol MAOI : Aurorix


Gol Trisiklik : Ami/Imipramin
Atipikal: SSRI : Fluoksetin SNRI :Duloksetin/Venlafaksin

Psikotoge
nik

ATS : Met/Amfetamin , MDMA


Halusinogen : Psilosibin, LSD, thener,
Meskalin, Fensiklidin

Tidak semua Psikotropika masuk dalam UU No 5 Psiktropika


1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

112

UU No. 5/1997 tentang PSIKOTROPIKA ( sebelum perubahan)

GOL I . al. :
MDMA,LISERG
ID, Psilosibina,
Meskalina,
Metkatinona.
Katinona
26

Hanya untuk
research/kepentingan
ilmu pengetahuan

1/6/16

GOL II. al. :


Amfetamin,
Fensiklidin,
Sekobarbital,
Metilfenidat.
Metamfet.
Metakualon
14

GOL III . al.:


Buprenorfin,
Flunitrazepam,
Pentobarbital,
Siklobarbital,
Pentazosin
Amobarbital
9

GOL IV. al. :


Alprazolam,
Bromazepam,
Diazepam,
Nitrazepam,
Fenobarbital
Klobazam
60

Untuk kepentingan medis / pengobatan dan


ilmu pengetahuan

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

113

UU No. 5/1997 tentang PSIKOTROPIKA ( sesudah perubahan)

GOL I

GOL II. al :
Sekobarbital,
Metilfenidat

0
2

Hanya untuk
research/kepentingan
Ilmu pengetahuan

GOL III . Al :
Flunitrazepam,
Pentobarbital,
Siklobarbital,
Pentazosin,
Buprenorfina
8

GOL IV. Al :
Alprazolam,
Bromazepam,
Diazepam,
Nitrazepam,
Fenobarbital
60

Untuk kepentingan medis / pengobatan dan


Ilmu pengetahuan

UU No 5/1997 ttg Psikotropika UU N0 35/2009 ttg Narkotika


Katinone dan 25 zat lain dari Golongan I dan 12 zat dari golongan II,
Buprenorfina dari gol III.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

114

NARKOTIKA UU No 22/1997
GOL II. al :
Metadon,Mor
fin,Petidin,
fenazosina, tebain
87

GOL I. al. :
Opium, Kokain,
Heroin, Ganja
26

GOL III. Al. :


Kodein,
Dihidrokodein
3

NARKOTIKA UU No 35/2009

GOL I. al. :
Opium, Kokain, Heroin, Ganja,
Katinona,Liser gid,
MDMA,Metamfe tamin,
Psilosibin, Am fetamin,
Fensiklidina
65
1/6/16

GOL II. al :
Metadon,
Morfin, Petidin.
Oksikodon,
fenazosina,
tebain
86
Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

GOL III. Al. :


Kodein,
Buprenorfin,
Etilmorfin,
Dihidrokodein
14
115

AMFETAMIN
Simpatomimatik, stimulansia.
Amfetamin klasik D-Amf.Metamfet. Metilfenidat bekerja
utama di sistem DA-ergik
Amfetamin racikan : MDMA, MMDA, MDEA, DOM bekerja
di sistem DA ( energi) dan 5HT ( halusinogen)
Intoks. Amfet. Mirip intoks. Kokain (DSM III & IV)
Perilaku maladaptif berupa euforia, tegang,kewaspadaan
ber>>, kecemasan kemarahan, segera/ selama pemakaian
Takikardi, bradikardi, dilatasi pupil, hiper/hipotensi,
keringat> menggigil, mual muntah, agitasi/retard
psikomotor, aritmia, kejang sampai koma

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

116

AMFETAMIN
Putus Amfetamin : mood disforik, kecemasan, gemetar,
depresi disertai ide bunuh diri
Fisiologis : kelelahan, insomnia/hipersomnia, nafsu makan
meningkat, mimpi menakutkan, agitasi.retardasi psikomotor

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

117

AMFETAMIN : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

Intoksikasi Amfetamin
Berkeringat dan kedinginan,
Mulut kering, rasa metalik,
Dilatasi pupil
Pusing, kejang, diskinesia, distonia,
Takikardia, bradikardia , Aritmia,
Tekanan darah naik/turun
Bila OD, dpt terjadi kejang, depresi pernapasan, koma dan
kematian.
Euforia sampai manik atau campuran
Kewaspadaan berlebih
Kecemasan, ketegangan atau kemarahan
Ggg fungsi sosial atau pekerjaan.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

118

Putus Amfetamin
Keletihan /fatigue
Tidur berlebihan
Kelaparan yang hebat
Insomnia dan hipersomnia
Reaksi kecemasan
Depresi
Agitasi psikomotor
Craving

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

119

Penatalaksanaan
Intoksikasi Amfetamin
Tempatkan Px di ruang tenang, Hindarkan dari stimulasi
berlebih
Terapi simptomatis :
Suhu tubuh meningkat, dgn selimut dingin(cooling
blankets)
Hipertensi/takikardia diberikan beta blocker/propanolol
atau klonidin
Kejang2 diberikan diazepam intravena
Agitasi beri Bz
Bila tak teratasi beri antipsikotika
Motivasi untuk ikut program rehabilitasi

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

120

Penatalaksanaan lanjutan......
Keadaan Putus Amfetamin
Pastikan adakah resiko bunuh diri
Sebaiknya rawat inap
Terapi psikofarmaka :
Agitasi berat bahkan sampai gej. Psikosis, berikan
antipsikotika
Agitasi ringan sampai sedang berikan gol. Bz
Gejala depresi berikan antidepresiva
Motivasi klien agar mau ikut program Rehabilitasi

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

121

Peragian/fermentasi madu, gula,


sari buah /umbi-umbian. hasil
alkohol sampai 15%.
Dgn proses penyulingan (destilasi)
dapat sampai 100%
Tanda/ gejala pemakaian alkohol :
gembira, kendali diri turun, muka
kemerahan.

ALKOHOL

3 gol :
gol. A; kadar etanol 1%-5% (bir),
gol. B; kadar etanol 5%-20% ( anggur/wine)
gol. C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey,
Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker,
Kamput).
1/6/16

OD : gejala perasaan gelisah,


tingkah laku menjadi kacau,
kendali turun, dan banyak bicara
sendiri.
Withdrawal : gejala gemetar,
muntah, kejang-kejang, sukar tidur,
dan gangguan jiwa.

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

122

ALKOHOL
Minuman dengan nama kimiawi Etil-alkohol atau etanol
Lazim disebut minuman keras contoh : Bir,Wisky, Vodka,
Brandy, Kognag, Anggur. Minuman tradisional spt Brem, Ciu,
Tuak, Arak dll
Peraturan MenKes no 86/menkesPer/IV/77 Menggolongkan
minuman beralkohol menjadi :
Gol. A : kadar etanol 1 5 % ( bir, sandy )
Gol. B : kadar etanol 5 20 % ( anggur )
Gol. C : kadar etanol 20 55 % ( Whisky, Brandy )

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

123

Intoksikasi Alkohol
Gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afektif dan
perilaku, daya nilai terggg.
Perasaan / afek emosi labil, perilaku agresif, fungsi sosial
dan pekerjaan terggg.
Intoksikasi ringan :
Euforia, cadel ( disartria ) drowsiness, nistagmus, ataksia,
hipoglikemik.
Intoksikasi berat ;
Stupor, koma, kejang, hipotermia, berhentinya pernafasan,
bradikardia, hipotensi
Intoksikasi sangat berat :
Koma dengan refleks2 negatif dan bahkan tanpa aktivitas
EEG
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

124

Putus Alkohol :

1/6/16

Fatigue
tremor
Insomnia
Delirium Tremens
Mual, muntah
berkeringat
Hipertensi
Halusinasi, Ilusi
Agitasi psikomotor
Kejang
Iritabel
Craving
Cemas, depresi
Hipokalemia/magnesia
Muka dan Konjungtiva merah
Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

125

ALKOHOL
Intoksikasi Alkohol :
Perilaku maladaptif yg berkembang selama/segera setelah
minum.
Gejala2 : cadel, inkoordinasi motorik, nistagmus, ggg.
Atensi dan daya ingat, stupor sampai koma krn depresi
pernafasan
Putus Alkohol :
Gejala2 : hiperaktiv. Otonomik (keringat, palpitasi), tremor,
insomnia,mual, muntah, hal/ilusi optik/aud./taktil, agitasi
psikomotor, kecemasan
Keadaan kronis : Kelelahan, malnutrisi, depresi dll.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

126

Penatalaksanaan
Intoksikasi Alkohol :

1/6/16

Tempatkan klien di ruang tenang


Periksa VS dan tanda fisik lainnya
Perhatikan A,B,C,D : Airways, Breathing, Circulation, Drugs
Pertahankan Airways bila perlu dengan pernafasan buatan
Atasi koma, hipotensi, hipotermia
Kuras lambung dengan emetika ( konsumsi alkohol banyak < 30 ),
norit 60 100 mg per oral ( kalau perlu personde )
Kejang diberi diazepam5 10 mg im/iv pyridoksin 100mg/hari, asam
folat 1 mg/hari, as. Askorbat 100 mg 2dd
Berikan dextrose 50 100 mg iv, bila hipoglikemia,
Agitatif atau perilaku psikotik berikan haloperidol 5 10 mg im
Gelisah dan cemas beri lorazepam, alprazolam, klobazam
Motivasi agar mau ikut program rehabilitasi

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

127

Penatalaksanaan
Putus Alkohol

Berpotensi kegawatan, klien harus dirawat inap


Tempatkan di ruang tenang
Pantau tanda2 vital dan kondisi elektrolit serta cairan tubuh
Obat antipsikotika gol. Phenotiazine spt CPZ tidak boleh
diberikan karena menurunkan ambang kejang
Motivasi klien untuk ikut rehabilitasi

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

128

Sedativa - hipnotika
Termasuk Sedativa-hipnotika : Paraldehide, Kloral hidrat,
Karbamat, Metakualon, Glutetimide, Barbiturat dan Bz
Yang paling sering digunakan praktek kedokteran : gol.
Benzodiazepin (Bz) dan yang jarang : barbiturat
Bz yg tersering disalahgunakan : Alprazolam, Lorazepam
Nama jalanan : MG, BK, Rohip, Lekso, Nipam dll
Keadaan putus sed-hip merup. St keadaan gawat darurat
medik krn dapat terjadi kejang, delirium, dan kematian bila
tidak diobati , sehingga harus rawat inap
Cara pakai : oral, jarang parenteral
Mekanisme kerja :
Merupakan CNS Depresan
Bz berikatan dengan tempat spesifik reseptor GABA yang
menyebabkan aktivasi saluran iin klorida kedalam neuron.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

129

Pemakaian Sedativa-Hipnotika :
1. dosis kecil dapat menenangkan
2. dosis besar dapat membuat orang tertidur
Sedativa dan Hipnotika
( Penenang )
bila abuse IDU Resiko HIV/AIDS dan hepatitis B & C
Ggg konsentrasi dan Ggg keterampilan berkepanjangan.
Hilangkan kekhawatiran dan ketegangan (tension). Nampak bahagia dan santai.
Perilaku aneh atau menunjukkan tanda kebingungan proses berpikir.
Overdosis : gelisah, kendali diri turun, banyak bicara-tidak jelas,
sempoyongan, suka bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan.
Kecanduan -> putus pemakaian gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah,
berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

130

SEDATIFHIPNOTIK (obat
penenang - obat
tidur)

Benzodiazepin
/BDZ)

Nama jalanan : BK,


Lexo, MG, Rohip,
Dum
Cara pakai : diminum,
disuntik intravena, dan
melalui dubur.

BDZ berefek hipnosis, sedasi,


relaksasi otot, ansiolitik,
antikonvulsi dgn potensi ber-beda2

Dosis mematikan/letal
tidak diketahui

Dokter memberi obat ini utk atasi kecemasan / panik serta pengaruh
tidur sebagai efek sekunder, misalnya Alprazolam/Xanax/Alviz

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

131

List of Benzodiazepines

1/6/16

Alprazolam

Xanax, Calmlet, Alviz

Bromazepam

Lexotan

Clordiazapoxide

Librium, Braxidine

Clonazepam

Rivotril, Riklona

Clorazepate

Tranxene

Diazepam

Valium, Stesolid

Estazolam

Prosom

Flunitrazepam

Rohypnol

Flurazepam

Dalmadorm

Lorazepam

Ativan, Merlopam,

Medazepam

Nobrium

Triazolam

Halcion

Nitrazepam

Mogadon, Dumolid

Clobazam

Frisium, Asabium

Zolpidem

Ambien, Stilnox, Zolpidem

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

132

SEDATIVA - HIPNOTIKA : TANDA2 DAN GEJALA KLINIS

Intoksikasi sedativa-Hipnotika
Bicara cadel
- Inkoordinasi
Nistagmus
- Ataksia
Konstriksi pupil
Pernafas. lambat/cepat tapi dangkal
Kulit berkeringat dan teraba dingin
Tekanan darah turun dan nadi lemah dan kecil
Afek labil
agresif
Iritabel
Ggg pemusatan Perhatian
Ggg daya ingat dan daya nilai
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

133

Putus Sedativa-Hipnotika

1/6/16

Keletihan
Mual, muntah
Takikardia / bradikardia
Tekanan darah meningkat
Anoreksia
Hipotensi Ortostatik
Hiperrefleksia
Berkeringat
Kejang
Delirium
Tremor kasar pada tangan, lidah, kelopak mata
Ansietas
Depresi
Iritabel
Halusinasi visual
Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

134

Penatalaksanaan
Intoksikasi Sedativa-Hipnotika
Tempatkan klien di tempat tenang
Periksa tanda2 vital dan fisik lainnya
Pada dasarnya terapi bersifat simptomatis dgn tujuan
mencegah tejadinya depresi pernafasan dan menjaga fungsi
CV berjalan tetap baik
Bila penggunaan oral tidak > 6 jam, bisa kumbah lambung
Kendorkan pakaian agar jalan nafas lancar, beri oksigen
dan pernafasan buatan bila perlu
Motivasi untuk ikut program rehabilitasi

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

135

Penatalaksanaan
Putus Sedativa-Hipnotika
Bila dosis pakai diketahui, tidak ada komplikasi medik
atau psikosis, dapat rawat jalan dgn penurunan dosis
perminggu
Dengan rawat inap penurunan dosis dapat dilakukan lebih
cepat
Pada ketergantungan Bz dgn dosis terapetik yg dianjurkan
pabrik selama > 1 bulan, maka detoks dgn rawat jalan,
dosis diturunkan secara bertahap dalam 4 minggu
Bila dosis ekwivalen dgn 40 mg diazepam /hari selama
lebih dari 8 bulan, maka penurunan dosis adalah 10%
setiap hari dan harus dirawat inap.

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

136

Dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman


tembakau.

NIKOTIN

Orang mengonsumsi nikotin tidak dalam


bentuk zat murninya, Tapi mell merokok.
Efek : Meningkatnya denyut jantung
dan tekanan darah, bersifat karsinogenik

Risiko kanker paru-paru, kaki rapuh, katarak,


gelembung paru-paru melebar (emphysema),
risiko terkena penyakit jantung koroner,
kemandulan, dan gangguan kehamilan.
1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

137

Dibuat dari cendawan Ergot yg hidup di gandum


hitam atau dibuat dari Lysergc Acid Amid yg
terdapat dalam benih bunga Morning Glory

LSD

Dapat menimbulkan Halusinasi kuat, euforia,


depersonalisasi, , perasaan curiga dan agresif

Tidak untuk terapi tapi untuk penelitian untuk


menimbulkan keadaan mirip Psikosis
Bentuk tablet; potongan tipis
gelatin persegi ( kaca jendela )
atau kertas penyerap

1/6/16

Fattyawan Kintono Sp.KJ.Dr.

138

You might also like