You are on page 1of 7

PT.

MAXITECH UTAMA INDONESIA

Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING

Engineering and Management Consultants

Bab 1

Uraian Umum

1.1

LOKASI JARINGAN DAN JALAN MENCAPAINYA


Daerah Irigasi Glapan mendapatkan air irigasi dari Daerah Aliran Sungai Tuntang
dengan

sistem

pengambilan

air

melalui

Bendung

Glapan

dengan

dua

pengambilan lewat intake kanan (Saluran Induk Glapan Timur) dan intake kiri
(Saluran Induk Glapan Barat).
Lokasi Bendung Glapan terletak di :
Desa

: Glapan

Kecamatan

: Gubug

Kabupaten

: Grobogan

Propinsi

: Jawa Tengah

Untuk lebih jelasnya dapat diperiksa pada Lampiran Bab 1 : Gambar 1.1. Peta
Lokasi Pekerjaan Desain Rinci Rehabilitasi D.I. Glapan.
1.2

SEJARAH PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI GLAPAN


Bendung Glapan yang dibangun pada tahun 1853 tahun 1858, berupa ambang
pasangan batu dengan bidang terjunan yang panjang sehingga membentuk
saluran miring. Bidang terjunan terbuat dari pasangan batu karang setebal 60
cm dengan spesi adukan kapur dan batu merah dan permukaannya ditutup
dengan pasangan batu bata klinker setebal satu lapis disusun miring dengan
adukan P.C. Lapisan bawah yang terdiri dari batu karang dengan spesi kapur
merupakan lapisan yang lolos air sedangkan pasangan batu bata merupakan
lapisan yang kedap air. Segera setelah bendung dioperasikan, akibat tekanan
keatas, seluruh lapisan penutup dari pasangan batu bata terkelupas. Pada waktu
itu phenomena tekanan hidrostastis kearah atas (up-lift) belum diperhitungkan
didalam pembangunan bangunan air. Lapisan bawah yang terdiri dari bahan yang

Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak

I -1

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA

Engineering and Management Consultants

Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING

kurang baik dan yang hanya sangat tipis tersebut ternyata selamat karena lapisan
tersebut berupa pasangan yang sangat lolos air. Kerusakan bidang terjunan
bendung Glapan mengingatkan para teknisi pengairan untuk memperhitungkan
adanya tekanan keatas pada setiap pembangunan bangunan air. Kerusakan
bidang terjunan yang dimaksud diperbaiki dengan membersihkan seluruh lapisan
batu bata klingker dan menggantinya dengan lapisan penutup yang baru yang
bersifat lolos air seperti lapisan yang ada dibawahnya. Walaupun sangat
sederhana dan penampilannya sangat kurang meyakinkan, bangunan yang telah
berumur hampir 1,5 abad tersebut pada waktu uraian ini ditulis masih berdiri utuh
dan berfungsi baik.
Disamping kerusakan pada bidang terjunan yang diakibatkan oleh belum
disadarinya akibat tekanan keatas terhadap stabilitas bangunan air, pada waktu
dibangunnya bendung ini masih terdapat anggapan bahwa bila mulut dari
bangunan pengambilan diletakkan jauh dari mercu bendung, endapan yang akan
masuk kedalam jaringan menjadi kecil. Karenanya pintu-pintu pengambilan kearah
kanan maupun kearah kiri keduanya diletakkan jauh dari mercu bendung dan
keduanya tidak dilengkapi dengan bangunan penangkap lumpur. Anggapan
tersebut ternyata tidak betul. Endapan lumpur yang masuk kejaringan sangat
tinggi sehingga seperti yang terjadi pada jaringan irigasi Delta Brantas, pekerjaan
pengerukan endapan lumpur pada dasar saluran-saluran yang merupakan
pekerjaan pemeliharaan menjadi sangat besar.
Hal yang serupa seperti yang terjadi pada bendung Glapan juga terjadi pada
bendung Sedadi pada kali Serang yang mulai dibangun pada tahun 1883, dimana
pintu pengambilan juga ditempatkan jauh dihulu dari mercu bendung.
Belakangan, pintu pengambilan pada bendung Glapan dilengkapi dengan
bangunan penangkap lumpur, sedang pintu pengambilan pada bendung Sedadi
digeser kehilir mepet pada mercu bendung dan pada bendung dihilir mulut pintu
pengambilan dipasang pintu pembilas.

Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak

I -2

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA

Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING

Engineering and Management Consultants

Hal-hal yang mempengaruhi kondisi jaringan irigasi Glapan antara lain :

Penurunan Kinerja Sistem Irigasi


Sistem irigasi memiliki umur pelayanan yang tergantung dari mutu, operasi
dan pemeliharaan bangunan-bangunan irigasi. Setelah sekian kurun waktu
berfungsinya Sistem Irigasi Glapan, maka lambat laun akan menurun
fungsinya. Apabila operasi dan pemeliharaan yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan prosedur rencana maka akan mempercepat laju penurunan fungsi
bangunan tersebut.
Penurunan kinerja bangunan irigasi akan dirasakan oleh pemanfaat air
irigasi khususnya masyarakat petani pemakai air. Dampak lebih luas dan
berkurangnya pelayanan dari bangunan irigasi dan pengelolaan jaringan
akan menimbulkan masalah-masalah sosial dan ekonomi di tingkat antar
petani, antar pengguna irigasi ataupun antar petani dengan pengguna air
irigasi non pertanian.
Dalam hal ini Sistem Irigasi Glapan mengalami hal yang serupa. Kondisi
jaringan, bangunan irigasi, tangul-tanggul serta alat pengukur debit telah
mengalami penurunan fungsi yang cukup tinggi. Apabila tidak segera
dilaksanakan perbaikan dan pemeliharaan yang bersifat segera, maka akan
menambah laju penurunan kinerja sistem irigasi dan penurunan terhadap
pengguna air irigasi. Tindakan yang harus segera dilakukan adalah
melakukan rehabilitasi sistem irigasi dan mentepakan langkah-langkah
operasi

dan

pemeliharaan

yang

tepat

dan

sesuai

sasaran

guna

meningkatkan pengelolaan dan kinerja sistem irigasi.

Pengoperasian Pintu-Pintu Sadap


Kondisi pintu-pintu yang ada di jaringan irigasi Glapan tidak berfungsi
dengan semestinya, sehingga debit air tidak dapat dikelola sesuai
kebutuhan. Pintu-pintu tersebut banyak yang rusak, hilang atau tidak ada
kuncinya.

Faktor Alam
Kondisi bagian hulu sistem jaringan Irigasi Glapan yang semula mempunyai
kondisi vegetasi baik, semakin lama semakin kritis. Tingkat erosi yang masuk

Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak

I -3

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA

Engineering and Management Consultants

Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING

ke Sungai Tuntang semakin besar, sehingga menimbulkan sedimentasi


masuk ke jaringan irigasi Glapan, terutama untuk wilayah barat yang tidak
dilengkapi dengan kantong lumpur.

Faktor Masyarakat Petani


Sebagian petani memanfaatkan tanggul saluran untuk ditanami beberapa
jenis tanaman. Semula hanya sebagian kecil tanggul saluran yang ditanami,
semakin lama kegiatan serupa banyak terjadi di bagian tanggul saluran
lainnya. Tanaman yang dijumpai di lapangan adalah jagung, kedelai,
sayuran, pisang dan ketela pohon.
Banyak dijumpai juga pengambilan-pengambilan air secara liar. Pengambilan
tersebut tanpa dilengkapi pintu-pintu dan ada yang mempunyai elevasi dasar
sama dengan elevasi dasar saluran utama. Hal tersebut meyebabkan
pengurangan dalam jumlah yang signifikan terhadap ketersediaan air ke
arah hilir.

1.3

SISTEM JARINGAN IRIGASI GLAPAN


Sistem Irigasi Glapan mempunyai dua bangunan pengambilan dengan dua
saluran induk, yaitu Glapan Barat ke arah kiri dan Glapan Timur ke arah kanan.
Selain melayani areal di daerah irigasinya sendiri, juga terdapat iterkoneksi ke
arah Daerah Irigasi Sedadi. Pada saat debit yang dapat ditangkap Bendung
Glapan berlebih direncanakan kelebihan tersebut dapat mensuplesi kebutuhan air
Daerah Irigasi Sedadi. Sketsa Sistem Jaringan Irigasi Glapan disajikan dalam
gambar 1.2.

1.4

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN DESAIN PARTISIPATIF


Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan pendekatan partisipatif sehingga
didapatkan dokumen pelaksanaan untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan
hasil kesepakatan P3A dan Gabungan P3A.
Perencanaan pendekatatan partisipatif dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengenalan Kerusakan
Hal yang sangat penting dalam rehabilitasi adalah bagaimana mengenali
kerusakan dengan pandangan mata, pengkajian atau dengan investigasi.

Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak

I -4

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA

Engineering and Management Consultants

Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING

Gejala perubahan struktur bisa disebabkan proses perubahan secara wajar


atau suatu proses kerusakan yang akan terus berlanjut yang dapat
meruntuhkan konstruksi.
Penurunan tanggul mungkin suatu pergerakan wajar karena proses
settlement yang telah diperhitungkan sejak semula atau gejala keruntuhan
karena daya dukung tanah yang kurang memadai.
Kerusakan beton bisa disebabkan karena retak rambut yang wajar pada
perencanaan beton dengan prinsip Perencanaan Tegangan Batas (Ultimate
Strength Design) atau mungkin keretakan karena perencanaan yang salah,
misalnya karena kekurangan tulangan (Under Reinforcea), sehingga bisa
berakhir luluhnya struktur.
Memang tidak mudah untuk membedakan apakah ini gejala perubahan wajar
atau proses perubahan yang dapat berakhir pada kerusakan suatu struktur,
sehingga untuk dapat mengenali kerusakan dalam suatu jaringan irigasi
diperlukan kejelian seorang ahli yang sudah berpengalaman dalam
perbaikan irigasi.

Mencari Penyebab Kerusakan


Tahap awal suatu perencanaan rehabilitasi adalah mencari penyebab
kerusakan saluran dan bangunan. Penyebab kerusakan harus dicari akar
permasalahan yang sebenarnya sebagai sebab penyakit.
Pecahnya sayap hilir bendung mungkin disebabkan kualitas pasangan,
pondasi jelek atau gerusan lokal. Kalau kualitas pasangan baik dan fondasi
cukup kuat maka tentu gerusan lokal penyebabnya. Gerusan lokal terjadi
karena kolam pemecah energi kurang berfungsi; yang terakhir ini mungkin
disebabkan banjir rencana salah hitung atau dimensi kolam olak kurang
memadai . Kalau masalahnya banjir rencana tentu masalah hidrologi sebagai
akar masalah pecahnya sayap.

Tinjauan Ulang Perencanaan Terdahulu


Tahap selanjutnya adalah melakukan peninjauan ulang (review) terhadap
perencanaan terdahulu yang meliputi : pengecekan data penunjang
(topografi, geologi/mekanika tanah, hidrologi, sedimen dll), pengecekan
analisa data dan analisa perhitungan, dan yang terakhir pengecekan gambar

Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak

I -5

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA

Engineering and Management Consultants

Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING

perencanaan.
1. Pengecekan data penunjang
2. Pengecekan analisa data dan perhitungan
3. Pengecekan gambar perencanaan

Elaborasi Teknik
Proses ini adalah upaya mencari penyebab dan jalan keluar menurunnya
fungsi suatu jaringan irigasi, yang berupa upaya perbaikan data dan
penyempurnaan analisa dan perhitungan.

Pekerjaan Desain Rinci Rehabilitasi D.I. Glapan (18.740 Ha) ini berdasarkan
kajian secara umum adalah :
a).

Bahwa rencana desain rinci untuk rehabilitasi saluran dan bangunan jaringan
irigasi Glapan perlu bertolak pada kebijakan perencanaan dan desain
wilayah secara terpadu dengan memperhatikan aspek sosial, politik,
ekonomi, budaya, keamanan, ketahanan dan potensi sumber daya alam
termasuk sumber daya air dan lahan.

b).

Bahwa rencana desain rinci untuk rehabilitasi saluran dan bangunan jaringan
irigasi Glapan perlu memperhatikan aspek :

c).

Pemanfaatan dan pengaturan pemakaian sumber daya air dan lahan.

Penanggulangan bahaya langsung atau tidak langsung dari air.

Konservasi sumber daya air dan lahan.

Bahwa lokasi kritis di saluran dan bangunan perlu diinventarisasi secara


detail (identifikasi sebab kerusakan dari menurunnya fungsi saluran dan
bangunan) guna sebagai data pendukung untuk perencanaan rehabilitasi,
terkait dengan pengembalian fungsi irigasi seperti yang diharapkan.

d).

Bahwa dengan kondisi jaringan irigasi yang berfungsi untuk memenuhi


kebutuhan air sawah para petani dan untuk mengurangi permasalahan
pembagian air (pola operasi) di saluran pembawa perlu pengkajian
pemecahan permasalahan tersebut.

e).

Bahwa untuk mengurangi permasalahan pembagian air (pola operasi) dan


kebutuhan masyarakat petani akan air dari hulu sampai dengan hilir saluran

Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak

I -6

PT. MAXITECH UTAMA INDONESIA

Engineering and Management Consultants

Konsep LAPORAN SYSTEM PLANNING

irigasi Glapan diperlukan kerjasama masyarakat dan GP3A/P3A dari unsur


petani serta instansi yang terkait.
Secara garis besar Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Disain dengan Pendekatan
Partisipatif dapat diperiksa pada Lampiran Bab 1 : Gambar 1.3. Skema Metode
Pelaksanaan Pekerjaan dan Gambar 1.4. Bagan Alir Kegiatan Pelaksanaan
Pekerjaan.

Desain Rinci Rehabilitasi D.I Glapan (18.740 ha) di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak

I -7

You might also like