You are on page 1of 21

Anatomi & Fisiologi- Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Keseimbangan

Asam Basa
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior)
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya.
Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki
dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk
hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Cairan dan elektrolit merupakan bagian dalam tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi dari organ tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting dalam
proses hemostasis baik untuk meningkatkan kesehatan maupun dalam proses penyembuhan
penyakit. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Disamping air dan elektrolit
cairan tubuh juga mengandung asam-basa. Dimana aktivitas sel tubuh memerlukan asam basa
yang dalam keadaan seimbang.

1.2.
1.2.1.
1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
1.2.5.
1.2.6.
1.2.7.
1.2.8.

RUMUSAN MASALAH
Apa saja yang mempengaruhi jumlah cairan dalam tubuh manusia?
Apakah ada perbedaan prosentase cairan tubuh ?
Apa saja fungsi cairan yang terdapat dalam tubuh?
Apa saja komposisi penyusun cairan tubuh?
Kompartemen cairan tubuh terbagi menjadi berapa? Serta apa saja?
Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
Apa saja gangguan keseimbangan asam basa?
Bagaimana adaptasi fisiologi cairan dan elektrolit pada Ibu hamil ?

1.2.9. Apa saja prinsip dasar pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada ibu hamil?

1.3.
TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi
1.3.2. Untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa pada tubuh.
1.4.

MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
mahasiswa mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit yang berpengaruh terhadap tubuh serta
keseimbangan asam basa.

BAB II
ISI
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
SERTA KESEIMBANGAN ASAM BASA
2.1.

Definisi cairan tubuh


Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan
dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%60% cairan.

2.2. Prosentase cairan tubuh


a.

Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal
antara lain :

1) Umur
Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2) Kondisi lemak tubuh

Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3) Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah
lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.
b. Jumlah normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 - 55% Berat Badan
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 - 60% Berat Badan
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
2.3.
a.
1)
2)
3)
4)
b.
1)
2)
c.
1)
d.
1)
2)
e.
1)

Fungsi Cairan
Pelarut universal
Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
Berperan dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain
Pengaturan suhu tubuh
Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise
Pelicin
Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)
Reaksi-reaksi kimia
Pemecahan karbohidrat
Membentuk protein
Pelindung
Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic

2.4. Komposisi Cairan Tubuh


Cairan tubuh berisikan:
a. Oksigen yang berasal dari paru-paru
b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida
d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit. Seperti
misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na +) dan satu ion
klorida (Cl-). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif
disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan
Ektraselular (CES)
a.

Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi
sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau
40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K +, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion

terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Clb. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan
tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient,
elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian
dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran
mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
Cairan ekstrasel terdiri dari:
1) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya
sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah
sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2) Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya plasma,
jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk
mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan
jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya
terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan
serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya
sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na +, sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta
elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3-, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.

Human Body:
1. Tissue (40%)

2.

Fluid (60%)

Ekstraselular (20%)

Intraselular (40%)
3%)

-> Interstisial (10-15%), Intravaskluler (5%), dan Transeluler (1-

2.5. Tekanan Cairan


Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler menimbulkan tekanan cairan

yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotik koloid.


Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena volume cairan dalam pembuluh

darah akibat kerja dari organ tubuh.


Tekanan onkotik merupakan tekanan yang disebabkan karena plasma protein.
Perbedaan tekanan kedua tersebut mengakibatkan pergerakan cairan. Misalnya terjadinya filtrasi
pada ujung arteri, tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan onkotik sehingga cairan dalam
vaskuler akan keluar menuju interstisial. Sedangkan pada ujung vena pada kapiler, tekanan
onkotik lebih besar sehingga cairan dapat masuk dari ruang interstisial ke vaskuler. Pada keadaan
tertentu, dimana serum protein rendah, tekanan onkotik menjadi rendah atau kurang maka cairan
akan di absorpsi ke ruang vaskuler.

2.6. Keseimbangan Cairan


a. Intake cairan dan output cairan
Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan sama dengan
cairan yang dikeluarkan.
1) Intake cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa minum antara 13001500 ml perhari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar 2600ml, sehingga kekuarangan 11001300 ml. kekurangan cairan tersebut diperoleh dari pencernaan makanan sayur-sayuran

mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan daging 60% air. Kekurangan cairan dapt diperoleh
dari makanan dan oksidasi selama proses pencernaan makan
Intake cairan meliputi:
Minum
:
1300 ml
Pencernaan makanan
:
1000 ml
Oksidasi metabolik
:
300 ml
Jumlah
:
2600 ml
Kebutuhan Intake cairan berdasarkan umur dan berat badan:
No
1
2
3
4
5
6
7

Umur
3 hari
1 tahun
2 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun

BB(KG)
3
9,5
11,8
20
28,7
45
54

Kebutuhan Cairan
250-300
1150-1300
1350-1500
1800-2000
2000-2500
2200-2700
2200-2700

2) Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 (empat) rute yaitu:
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinariusmerupakan proses
output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normaloutput urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi
urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis padakulit.besarnya tergantung dari aktivitas, jumlahnya 0-500 ml
c) Insensible water loss (IWL)
IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini melalui kulit dan paruparu/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. keadaan demam dan aktivitas meningkatkan
metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan produksi cairan pada kulit dan
pernapasan.
d) Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon)
Pengeluaran cairan meliputi:

Ginjal
Melalui keringat
Insensible water loss (IWL):

:
:

1500 ml
0-500 ml

Kulit
Paru-paru

600-900 ml

:
:
:

400 ml
100 ml
2600-2900 ml

Feses
Jumlah

b. Pengaturan Keseimbangan Cairan


Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, ada beberapa mekanisme tubuh diantaranya:
1) Rasa Haus
Pusat rasa haus berada pada hypotalamus dan diaktifkan oleh peningkatan osmolaritas cairan
ekstarsel. Dapat juga disebabkan karena hipotensi, poliuri atau penurun volume cairan. Rasa
haus merupakan manifestasi klinik dari ketidakseimbangan cairan, sehingga merangsang
individu untuk minum.
2) Pengaruh Hormonal
Ada 2 jenis hormon yang berperan dalam keseimbangan cairan yaitu Antidiuretik Hormon
(ADH) dan Aldosteron.
a) Hormon ADH
ADH dihasilkan Ihipotalamus yang kemudian disimpan pada hipofisis posterior. ADH disekresi
ketika terjadi peningkatan serum protein, peningkatan osmolaritas, menurunnya volume CES,
latihan/aktivitas yang lama, stress emosional, trauma. Meningkatkan ADH berpengaruh pada
peningkatan reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal. Reaksi mekanisme haus dan hormonal
merupakan reaksi cepat jika terjadi deficit cairan. Faktor yang menghambat produksi ADH
adalah hipoosmolaritas, meningkatnya volume darah, terpapar dingin, inhalasi CO2 dan
pemberian antidiuretik.
b) Hormon aldosteron
Hormon ini dihasilkan oleh korteks adrenal dengan fungsinya meningkatkan reabsorpsi sodium
dan meningkatkan sekresi dari ginjal. Sekresi aldosteron distimulasi yang utama oleh sistem
renin-angotensin I. angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi angiotensin II. Sekresi
aldosteron juga distimulasi oleh peningkatan potasium dan penurunan konsentrasi sodium dalam
cairan interstisial dan adrenocortikotropik hormon (ACTH) yang diproduksi oleh pituitary
anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri menurun, tekanan darah
arteri pada ginjal juga menurun, keadaan ini menyebabkan tegangan otot arteri afferent ginjal

menurun dan memicu sekresi renin. Renin menstimulasi aldostreon yang berefek pada retensi
sodium, sehingga cairan tidak banyak keluar melaui ginjal.
3) Sistem Limpatik
Plasma protein an cairan dari jaringan tidak secara langsung direaksorpsi kedalam pembuluh
darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelebihan cairan dan protein sebelum masuk
dalam darah.
4) Ginjal
Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glomerulus,
sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.
5) Persarafan
Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium. Ketika terjadi
peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding atrium kiri untuk
distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respons simpatetik pada ginjal
untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.
2.7. Konsentrasi Cairan Tubuh
a.

Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,diukur dalam
miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan
demikian osmlaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan cairan.
Jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan air dari CES ke CIS,sebaliknya
jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan dari CIS ke CES. Partikel yang
berperan dalam osmolaritas adalah sodium atau natrium,urea,dan glukosa.

b. Tonisitas
Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen ke
kompartemen yang lain. Ada beberapa istilah yang tekait dengan tonisitas yaitu :
1)

Larutan isotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan cairan

tubuh.
2) Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar dari cairan
3)

tubuh.
Larutan hipotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektiflebih kecil dari cairan
tubuh,mengandung lebih sedikit natrium dan klorida daripada di plasma.

2.8. Pertukaran Cairan Tubuh

Pertukaran cairan tubuh terjadi karena danya pergerakan cairan antara kompartemen. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi cairan. Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui
a.

proses difusi,osmosis,dan filtrasi dan transport aktif.


Difusi
Gerakan partikel dari larutan maupun gas secara acak dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
dengan konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi ketika partikel melewati lapisan yang tipis.
Kecepatan difusi ditentukan oleh ukuran molekul,konsentrasi larutan dan suhu larutan. Semakin
besar molekul kecepatannya

berkurang. Meningkatnya temperature akan meningkatkan

pergerakan molekul dan mempercepat difusi.


b. Osmosis
Gerakan air yang melewati membran semipermeabel dari area yang berkonsentrasi rendah ke
area dengan berkonsentrasi

tinggi. Pergerakan cairan dalam proses osmosis tidak terlepas

adanya tekanan osmotik dan tekanan onkotik. Proses osmotic tidak terlepas dari adanya
c.

osmolaritas cairan dan tonisitas.


Filtrasi
Gerakan cairan dari area yang mepunyai tekanan hidrostatik tinggi ke area yang bertekanan

hidrostatik rendah
d. Transport Aktif
Perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari konsentrasi rendah ke daerah dengan
konsentrasi tinggi dengan menggunakan energi. Proses ini sangat penting dalam keseimbangan
cairan intrasel dan ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan potassium. Untuk
mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme pompa sodium-potasium,dimana
potassium akan masuk dalam sel dan sodium keluar sel.
2.9. Gangguan atau Masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a. Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan
cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau
dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang
(hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah entrasel ke permukaan,
sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama,
maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan terjadinya
perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi (kurang volume cairan)
berdasarkan derajatnya:
1)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
a)
b)
c)
3)
a)
b)

Dehidrasi berat
Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/Lt
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10%BB
Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10%BB
Serum natrium 152-158mEq/Lt
Mata cekung
Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan mencapai 5%BB
Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 Lt

b. Hipervolume atau overhidrasi


Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan
interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan. Keadaan
hiperolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada di daerah perifer
atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal ini disebabkan karena
perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak
digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan
tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan
engumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan cairan vaskular dapat
meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan kepermukaan interstisial, sehingga
menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat di seluruh tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke
membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan dapat mengakibatkan

kematian. Manifestasi edema pru-paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk dan suara
ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantungyang mengakibatkan peningkatan
penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru.
PROSES PEMBENTUKAN EDEMA
Edema adalah kelebihan cairan dalam ruang intertisial yang terlokalisir.
Edema terjadi karena :
a.

Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler akibat penambahan volume darah. Peningkatan


tekanan hidrostatik mengakibatkan pergerakan cairan ke jaringan sehinga tejadi penumpukan
cairan edema. Disamping itu peningkatan tekanan hidrostatik juga berakibat meningkatnya
resistensi vaskuler ferifer yang kemudian meningkatkan tekanan ventrikel kiri jantung sehingga
berakibat pada adanya edema pada paru. Keadaan yang dapat menimbulkan edema karena
peningkatan tekanan hisdostatik gagal jantung,obstruksi vena pada ibu hamil.

b.

Peningkatan permeabilitas kapiler seperti pada luka bakar dan infeksi. Keadaan ini
memungkinkan cairan intravaskuler akan bergerak ke intertisial.

c.

Penurunan tekanan plasma onkotik karena kadar protein plasma rendah seperti karena
malnutrisi,penyakit ginjal,penyakit hati. Protein plasma berfungsi menahan cairan atau volume
cairan vascular atau intrasel,sehingga jika tejadi penurunan maka cairan banyak keluar,ke
vaskuler atau keluar sel.

d.

Bendungan aliran limfe mengakibatkan aliran terhambat,sehinnga cairan masuk kembali ke


kompartemen vaskuler.

e.

Gagal ginjal dimana pembuangan air yang tidak adekuat menimbulkan penumpukan cairan dan
reabsorpsi natrium yang berlebihan mengakibat air bertahan pada intertisial.

2.10.

Definisi Elektrolit dan kebutuhan elektrolit


Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang

disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah
menjadi Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus
litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan.

Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent


adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.

Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium
ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.

a. Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan mempengaruhi
keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan
dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi reaksi enzim
dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum
menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan
ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt
2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan
intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor
membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh
kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)

Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme
sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan
absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5) Keseimbangan Fosfor (PO4-)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot
rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi
otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi,
regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan
dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan
konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar
kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar
2,5-4,5 mEq/Lt.
6) Keseimbangan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam
buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi
bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida yang
normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama yaitu
regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam
kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal
sekitar 25-29mEq/Lt.
b. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit
Elektrolit

Sodium ( )

Potassium ( )

Pengaturan
Fungsi
Reabsorpsi dan sekresi ginjal
Pengaturan dan distribusi volume
Aldosteron,meningkatkan cairan ekstrasel
Mempertahankan volume darah
reabsorpsi natrium di duktus
Menghantarkan impuls saraf dan
kolekting nefron
kontraksi otot
Mempertahankan osmolaritas dan

Sekresi dan konservasi oleh ginjal


Aldosteron
meningkatkan cairan intrasel

Transmisi saraf
pengeluaran

dan

impuls

Kalsium ( )

Magnesium ( )

Klorida ( )

elektrik
Pemindahan dalam dan luar sel

Pengaturan
Insulin membantu memindahkan

lipase
Dipertahankan dan dikeluarkan
Metabolisme intrasel
Pmpa sodium-potasium
oleh ginjal
Relaksasi kontraksi otot
Meningkan adsorpsi oleh vitamin D
Transmisi impuls saraf
dan hormon paratiroid
Pengaturan fungsi jantung
Pengeluran dan reabsorpsi bersama
Produksi HCl

Pengaturan keseimbangan cairan


sodium dalam ginjal
Aldosteron meningkatkan adsorpsi ekstrasel dan volume vaskuler
Keseimbangan asam-basa
klorida dengan sodium
Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
Paratiroid hormon menurunkan

Pembentukan tulang dan gigi


Metabolism

kadar serum dengan meningkatkan karbohidrat,lemak,dan protein


Metabolisme seluler produksi ATP
sekresi ginjal

Bikarbonat ( )
2.11.

impuls

ke dalam sel dan luar sel,jaringan jantung dan kontraksi otot


Pengaturan asam basa
yang rusak
Kontraksi tulang dan otot polos
Distribusi antara tulang dan cairan
Pembentukan tulang dan gigi
Transmisi impuls saraf
ekstrasel
Pengaturan kontraksi otot
Hormon paratiroid meningkatkan

Mempertahankan pace maker


serum ,kalsitonin menurunkan kadar
jantung
serum
Pembekuan darah

Aktivitas enzim pancreas,seperti

Pospat ( )

transmisi

Jenis Cairan Elektrolit

Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal


Pembentukan oleh ginjal

dan DNA
Fungsi otot,saraf,dan sel darah
merah
Pengaturan asam-basa
Pengaturan kadar kalsium
Buffer
utama
keseimbangan asam-basa

dalam

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan
saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga
normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
a. Cairan Ringers, terdiri atas: Na+, K+, Cl-, dan Ca2+
b. Cairan Ringers Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+, dan HCO3c. Cairan Buffers, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, dan HCO32.12. Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit
a. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan
diare.
b. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta
kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh
c.

dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.
Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini
dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang
berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5

mEq/L.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan
melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia,
kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang),
serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
e. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang

dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
f.
Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual,
koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan
konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h.

Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

2.13.

Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a.

Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan

keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.


b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
c.

per hari.
Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses

keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.


d. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
e.

meningkatkan volume darah


Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh


Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake

f.

regulator

cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.


Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.


g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
2.14.

Keseimbangan Asam Basa


Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam

karbonat ( ). Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol
dari adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam
dan diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk
memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang
terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
a.

Sistem Buffer
Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan
asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada
cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat
diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat ) dan asam

karbonat (

). Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma

protein,hemoglobin,dan posfat.
b. Pengaturan pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan
karbondioksida.

Karbondioksida

secara

kuat

menstimulasi

pusat

pernapasan.

Ketika

karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi
sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun.
Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang
kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.
Paru-Paru
CO2 + H2O

c.

H2CO3
(asam karbonat)

Ginjal
H + HCO3

Pengaturan oleh Ginjal


Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan
pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidakseimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran
selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH menjadi turun
(asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion hydrogen. Pada keadaaan
alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion hydrogen.
Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.

2.15.

Gangguan/Masalah Keseimbangan Asam Basa

Jika kadar pH kurang dari 7,35 disebut asidodis sedangkan jika lebih dari 7,45 disebut alkalosis.
Ketidakseimbangan asam-basa diklasifukasikan sebagai berikut :
a.

Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik merupakan keadaan dimana asam metabolic yang diproduksi secara normal
tidak dapat dikeluarkan pada kecepatan normal atau adanya kekurangan basa bikarbonat,

sehingga pH menjadi menurun. Penyebabnya adalah ketoasidosis diabetik,diare berat,penyakit


ginjal dan hati. Hasil analisa gas darah : pH menurun, menurun, normal.
b. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan asam karbonat dan
meningkatnya kadar akibat tidak optimalnya ventilasi paru,sehingga karbondioksida sedikit
dikeluarkan. Kompesasi dari keadaan ini dengan pernapasan cepat. Penyebabnya adalah
pneumonia, peumothorak, hemotorak, edema paru, asma bronchial, atelaktasis, emfisema,
overdosis obat-obatan, cedera kepala, dan stroke. Hasil analisa gas darah : pH menurun,
meningkat, normal.
c. Alkalosis Metabolik
Alkalosis Metabolik merupakan dimana terjadi peningkatan pH plasma akibat peningkatan basa
bikarbonat atau menurunnya konsentrasi hydrogen. Penyebabnya adalah penggunaan obat
bikarbonat,terapi diuretic,muntah yang berkepanjangan ( keluarnya HCl ),penggunaan antacid.
Hasil analisa gas darah : pH meningkat, meningkat, normal.
d. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik terjadi ketika banyak yang dikeluarkan terlalu cepat,sehingga terjadi
penurunan kadar

darah dan penurunan asam karbonat,pH menjadi meningkat. Penyebabnya

adalah : demam tinggi,anemia berat,kecemasan akut,keracunan aspirin. Hasil analisa gas darah :
pH meningkat, menurun, normal.
Hasil Analisa Gas Darah Ketidakseimbangan Asam-Basa
Kondisi
Asam basa seimbang
Asidosis metabolik
Asidosis respiratorik
Alkalosis metabolik
Alkalosis respiratorik

Ph
7,35-7,45
< 7,35
< 7,35
>7,45
>7,45

22-26 mEq/L
< 22 mEq/L
Normal atau >26
>26 mEq/L
Normal atau < 22

35-45 mmHg
Normal atau < 35
>45 mmHg
Normal atau >45
< 35 mmHg

Pada wanita hamil, ketika usia kehamila 10 minggu terjadi penurunan sekitar 5 mmHg
(Lowdermilk,2000). Hormon progesteron mungkin bertanggun jawab terhadap peningkatan
sensetifitas dari reseptor pusat pernapasan sehingga tidal volume meningkat dan

menjadi

menurun,base exes (bikarbonat) menjadi menurun,pH meningkat menimbulkan respiratori


alkalosis.
2.16.

Adaptasi Fisiologi Cairan dan Elektrolit pada Ibu Hamil

Cairan dan elektrolit pada masa kehamilan sangat penting dipertahankan,karena pada awal
kehamilan sering mengalami mual dan muntah serta diare yang berakibat pada kekurangan
cairan dan elektrolit. Perasaan mual dan muntah pada awal kehamilan disebabkan karena
peningkatan hormon human Chorionic Gonadotropin ( hCG). Selama kehamilan sekitar 500-900
mEq sodium dipertahankan untuk kebutuhan fetus. Untuk mencegah pengeluaran sodium yang
berlebihan,ginjal meningkatkan reabsorpsi tubular.
Pada ibu hamil sering disertai penimbunan cairan pada ekstremitas bawah karena
terhambatnya aliran darah sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus rate menurun,hal ini
menyebabkan edema.
2.17.
a.

Prinsip Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil


Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan dalam sehari adalah sekitar 6-8 gelas (1500-

2000 ml).
b. Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12 gelas per hari. atau paling tidak
minum setiap 15 menit sekali.
c.

Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah.

d.

Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi dengan usaha memasukkan
kembali makanan dan minuman, maka terjadi dehidrasi.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal
antara lain : umur, kondisi lemak tubuh, dan jenis kelamin Cairan tubuh dapat berfungsi sebagai
pelarut universal, pengatur suhu tubuh, pelicin, reaksi-reaksi kimia dan sebagai pelindung.
Cairan tubuh terbagi atas 2 kompartemen yaitu: Cairan Intraseluler dan Cairan Ekstraseluler.
Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan(intake cairan)
sama dengan cairan yang dikeluarkan(output cairan). Untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuh, ada beberapa mekanisme tubuh diantaranya: rasa haus, pengaruh hormonal (ADH dan
aldosteron), sitem limpatik, ginjal dan persarafan. Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui proses

difusi,osmosis,dan filtrasi dan transport aktif. Gangguan atau Masalah dalam Pemenuhan

Kebutuhan Cairan ada 2 yaitu: hipovolume atau dehidrasi dan hipervolume atau overhidrasi
Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Ion-ion
positif disebut kation dan ion-ion negatif disebut anion. Contoh kation antara lain natrium,
kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

umur, iklim, diet, stress, kondisi sakit, tindakan medis, pembedahan dan pengobatan
Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal. Jika kadar
pH kurang dari 7,35 disebut asidodis sedangkan jika lebih dari 7,45 disebut alkalosis.

You might also like