Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tinea kruris adalah suatu infeksi jamur pada daerah pubis, sela paha,
bokong, dan kadang sampai perut bagian bawah, yang disebabkan oleh spesies
dermatofita. Penularan tinea kruris terjadi melalui beberapa cara, antara lain
melalui kontak langsung dari pasien ke orang lain, dan penyebaran tidak langsung
melalui kontak dengan benda-benda pribadi yang dipakai oleh pasien seperti
handuk, perlengkapan tidur, pakaian dalam dan kain sarung.Spesies ini mudah
berkembang bila terdapat faktor pencetus, misalnya suhu panas dan lembab,
kebersihan diri yang kurang baik, serta faktor predisposisi yang berasal dari tubuh
pejamu, antara lain hiperhidrosis, obesitas, diabetes melitus, dan gangguan
imunitas.1,2
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar
anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit yang berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genito-krural saja atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan
perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain.2
Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah
tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki
dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea
cruris. Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan
diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.2
Dari data beberapa rumah sakit di Indonesia pada tahun 1998 didapatkan
persentase dermatomikosis terhadap seluruh kasus dermatosis bervariasi dari
2,93% (Semarang) sampai 27,6% (Padang). Di Jakarta menunjukkan tinea kruris
banyak terdapat pada golongan umur 25-45 tahun, yakni sebesar 31,6%, pasien
laki-laki 71,1%, dan berpendidikan rendah 78,9%. Penelitian tersebut juga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA KRURIS
Definisi
Dermatofitosis atau tinea adalah penyakit infeksi jamur superficial yang
menyerang kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh suatu infeksi
dermatofita. Infeksi jamur dermatofita yang terjadi pada badan, tungkai dan
lengan, tetapi tidak termasuk lipat paha, tangan dan kaki disebut tinea korporis,
sedangkan tinea kruris adalah infeksi jamur dermatofita pada daerah kulit lipat
paha, daerah pubis, perineum dan perianal.1,2,3
Etiologi
Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.
Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk
kedalam kelas fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu; Microsporum,
Trichopyton, dan Epidermophyton.3
Patogenesis
Jika kulit penjamu diinokulasi pada kulit yang sesuai, timbul beberapa
tingkatan dimana infeksi berlanjut yaitu periode inkubasi yang berlangsung
selama 1-3 minggu, periode refrakter dan periode involusi.4
Infeksi diawali dengan adanyakolonisasi hifa atau cabang-cabangnya
didalam jaringan keratin yang mati. Hifa in menghasilkan enzim keratolitik yang
kemudian berdifusi ke epidermis dan akhirnya menimbulkan reaksi inflamasi
akibat kerusakan keratinosis. Pertumbuhan jamur yang radial pada stratum
korneum mengakibatkan timbul lesi sirsinar dengan memberikan batas yang jelas
dan meninggi, yang disebut ringworm. Reaksi kulit semula berupa bercak atau
papul bersisik yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.4
Presenting
Cell)
yang
mampu
melakukan
fungsi
fagositosit,
pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita
diabetes mellitus.5
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan
sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari
papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak
hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi.
Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
Manifestasi tinea kruris :
a. Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat
paha, dan proksimal dari abdomen bawah dan pubis
b. Daerah bersisik (skuama)
c. Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
d. Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan
disertai likenifikasi
e. Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus
yang tersebar dan sedikit skuama
f. Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga
tampak kulit eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula
folikuler
g. Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis.5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik
untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang
sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.
Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% kerok skuama dari bagian tepi lesi
dengan memakai scalpel atau pinggir gelas taruh di obyek glass tetesi KOH
10-15 % 1-2 tetes tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan lihat di
mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)
pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium.
b. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium
saboraud dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyoticmycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.
Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu.
c. Punch biopsi
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya
dan spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc AcidSchiff, jamur akan
tampak merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur
akan tampak coklat atau hitam.
d. Lampu Wood
Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma
dimana akan tampak floresensi merah bata.5
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
dengan melihat gambaran klinis dan lokasi terjadinya lesi serta pemeriksaan
penunjang seperti yang telah disebutkan dengan menggunakan mikroskop pada
sediaan yang ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan pada medium Saboraud,
punch biopsi, atau penggunaan lampu wood.
Disamping penegakan diagnosis perlu diperhatikan hal-hal untuk
menyingkirkan dari kemungkinan diagnosis banding yang ada, yaitu;
6
a. Candidosis intertriginosa
Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida
biasanya oleh Candida albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh
dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.3
Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun
eksogen. Faktor endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam
vagina,
kegemukan
karena
banyak
keringat,
debilitas,
iatrogenik,
mengenai bayi sampai orang dewasa. Umumnya pada bayi terjadi pada usia 3
bulan sedang pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa
eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan dengan batas
kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak
berskuama dan berminyak disertai eksudat dan krusta tebal.3
Penatalaksanaan
Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti
jamur topikal saja dari golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam
beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70100% dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari
kira-kira 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi, dan
diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Terapi
sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan terapi topikal, intoleransi
dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik hendaknya cek terlebih
dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan juga monitoring terhadap fungsi
hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu.
Pengobatan anti jamur untuk Tinea kruris dapat digolongkan dalam empat
golongan yaitu: golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan
lainnya seperti siklopiros, tolnaftan, haloprogin. Golongan azole ini akan
menghambat enzim lanosterol 14 alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi
mengubah lanosterol ke ergosterol), dimana struktur tersebut merupakan
komponen penting dalam dinding sel jamur. Golongan Alynamin menghambat
kerja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke
ergosterol yang berakibat akumulasi toksik squalene didalam sel dan
menyebabkan kematian sel. Dengan penghambatan enzim-enzim tersebut
mengakibatkan kerusakan membran sel sehingga ergosterol tidak terbentuk.
Golongan benzilamin mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan golongan
alynamin sedangkan golongan lainnya sama dengan golongan azole. Pengobatan
tinea cruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:
kerjanya
dengan
selaput
dinding
sel
jamur
yang
rusak
10
11
b. Terbinafin (Lamisil)
Merupakan derifat sintetik dari alinamin yang bekerja menghambat skualen
epoxide yang merupakan enzim kunci dari biositesis sterol jamur yang
menghasilkan kekurangan ergosterol yang menyebabkan kematian sel jamur.
Secara luas pada penelitian melaporkan keefektifan penggunaan terbinafin.
Terbenafine dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-anak. Digunakan selama
1-4 minggu
3.Golongan Benzilamin
a. Butenafine (mentax)
Anti jamur yang poten yang berhuungan dengan alinamin. Kerusakan membran
sel jamur menyebabkan sel jamur terhambat pertumbuhannya. Digunakan dalam
bentuk cream 1%, diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan.
Untuk dewasa dioleskan sebanyak 4 kali sehari.
4.Golongan lainnya
a. Siklopiroks (Loprox)
Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesi
DNA
b.Haloprogin (halotex)
Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-4
minggu dan dioleskan sebanyak 3 kali sehari.
c.Tolnaftate
Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4
minggu Pengobatan secara sistemik dapat digunakan untuk untuk lesi yang luas
12
atau gagal dengan pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang
digunakan dalam pengobatan tinea kruris:
a. Ketokonazole
Sebagai
turunan
imidazole,
ketokonazole
merupakan
obat
jamur
oral
13
TINEA KORPORIS
Defenisi
Tinea korporis merupakan suatu infeksi jamur Dermatofita pada kulit yang
disebut Dermatofitosis. Dermatofitosisi ini menyerang daerah kulit yang tidak
berambut (glabrous skin), misalnya pada wajah, badan, lengan, dan tungkai.
Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin.1
Epidemiologi
Tinea korporis merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai didaerah
14
yang panas, Tricophyton rubrum merupakan infeksi yang paling umum diseluruh
dunia
merupakan dermatofit yang lebih umum menyebabkan tinea kapitis, dan orang
dengan infeksi tinea kapitis antropofilik
tinea
lebih
umum
menyebabkan
tinea
korporis
adalah
T.rubrum,
15
Patogenesis
Dermatofitosis bukanlah patogen endogen. Transmisi dermatofit kemanusia
dapat melalui 3 sumber masing-masing memberikan gambaran tipikal. Karena
dermatofit tidak memiliki virulensi secara khusus dan khas hanya menginvasi
bagian luar stratum korneum dari kulit.4,5
Lingkungan
kulit
yang
sesuai
merupakan
faktor
penting
dalam
16
Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun meskipun lebih sering
terjadi pada bagian yang terpapar. Pada penyebab antropofilik biasanya terdapat di
daerah yang tertutup atau oklusif atau daerah trauma.
Keluhan berupa rasa gatal. Pada kasus yang tipikal didapatkan lesi bulla
yang berbatas tegas, pada tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif dan bagian
tengah cenderung menyembuh. Lesi yang berdekatan dapat membentuk pola
gyrate atau polisiklik. Derajat inflamasi bervariasi, dengan morfologi dari eritema
sampai pustula, bergantung pada spesies penyebab dan status imun pasien. Pada
penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda inflamasi akut. Pada keadaan
imunosupresif, lesi sering menjadi lebih luas.
Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran tipikal, dimulai
sebagai lesi eritematosa, plak yang bersisik yang memburuk dan membesar,
selanjutnya bagian tengah dari lesi akan menjadi bentuk yang anular akan
mengalami resolusi, dan bentuk lesi menjadi anular. berupa skuama, krusta,
vesikel, dan papul sering berkembang, khususnya pada bagian tepinya. Kadangkadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya merupakan
bercak terpisah satu dengan yang lainnya.
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut biasanya tidak terlihat
lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan
kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea korporis dan kruris.
Bentuk
khas
tinea
korporis
yang
disebabkan
oleh
Trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata mulai dengan bentuk papul
berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian
tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu
mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama
yang konsentris.
Infeksi dermatofit secara zoofilik atau geofilik lebih sering menyebabkan
respon inflamasi daripada yang disebabkan oleh mikroba antropofilik. Umumnya,
pasien HIV-positif atau imunokompromise bisa terlihat dengan abses yang dalam
dan meluas.
17
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau gatal ringan.
Secara obyektif tipikal lesinya mulai sebagai makula eritematosa atau papul yang
menjalar dan berkembang menjadi anular, dan lesi berbatas tegas, skuama atau
vesikel, tepi yang berkembang dan healing center. Tinea korporis lebih sering
pada permukaan tubuh yang terbuka antara lain wajah, lengan dan bahu.6,7
Pemeriksaan Penunjang
Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan kelainan pada
kulit sehingga atas dasar kelainan kulit inilah kita dapat membangun diagnosis.
Akan tetapi kadang temuan efloresensi tidak khas atau tidak jelas, sehingga
diperlukan pemeriksaan penunjang. Sehingga diagnosis menjadi lebih tepat.
Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan pemeriksaan merupakan
pemeriksaan yang cukup cepat, berguna dan efektif untuk mendiagnosis infeksi
jamur.
Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk
mendiagnosis infeksi dermatofit secara langsung dibawah mikroskop dimana
terlihat hifa diantara material keratin.7
Diagnosis Banding
Bergantung variasi gambaran klinis, tinea korporis kadang sulit dibedakan
dengan beberapa kelainan kulit yang lainnya. Antara lain dermatitis kontak,
dermatitis numularis, dermatitis seboroik, ptiriasis rosea,dan psoriasis. Untuk
alasan ini, tes laboraturium sebaiknya dilakukan pada kasus dengan lesi kulit yang
tidak jelas penyebabnya.
Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai tinea
korporis, biasanya dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi, misalnya dikulit
kepala, lipatan-lipatan kulit, misanya belakang telinga, daerah nasolabial dan
sebagainya. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit dari tempat predileksi,
yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku dan punggung. Kulit kepala berambut
18
juga sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan lekukan pada kuku dapat
pula menolong untuk menentukan diagnosis.
Pitiriasis rosea, yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas, tubuh
dan bagian proksimal anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa
heral patch yang dapat membedakan penyakit ini dengan tinea korporis.
Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat memastikan diagnosisnya.
Diagnosis
Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya atau
pemeriksaan sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 20%, untuk
melihat elemen jamur dermatofit. Biakan jamur diperlukan untuk identifikasi
spesies jamur penyebab yang lebih akurat.
Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop untuk mengidentifikasi adanya hifa dan spora untuk mengetahui
infeksi dermatofit. Infeksi dapat dikonfirmasi atau beberapa dari keadaan ini
diidentifikasi dari hasil positif kerokan oleh kultur jamur.
Penatalaksaan
Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah
lesi selalu kering dan memakai baju yang menyerap keringat.
A. Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup
pada jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam
berbagai formulasi. Dan semuanya
memberikan keberhasilan
terapi (70-
100%). Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu tergantung
agen yang digunakan. Topikal azol dan allilamin menunjukkan angka
perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.
Berikut obat yang sering digunakan :
19
Ketoconazol 2 %
c.
Clotrinazol 1%
d.
Miconazol 2% dll.
pada
pengobatan
infeksi
dermatofit
genus
Trichophyton,
20
BAB III
LAPORAN KASUS
21
: ES
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen Protestan
Suku/Bangsa
: Batak
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Guru
Status Pekawinan
: Belum Menikah
Tanggal Pemeriksaan
: 26 November 2015
3.2 Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama: Gatal-gatal pada lipatan paha dan perut
Pasien laki laki berusia 32 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Embung Fatimah Batam dengan keluhan gatal diseluruh lipatan paha
kanan dan kiri, menjalar hingga keperut, paha kanan dan bokong. Keluhan
dirasakan sejak 7 tahun yang lalu dan awalnya berupa kemerahan pada
kulit dengan luas sebesar uang logam didaerah lipatan paha. Pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri, gatal dirasakan setiap saat dan lebih banyak
dirasakan pada saat sedang berkeringat, menurut pengakuan pasien, bila
terasa gatal pasien selalu meggaruk. Karena sering digaruk, bercak
kemudian bertambah luas sampai ke bokong. Pasien sebelumnya sudah
berobat ke klinik namun keluhan tidak berkurang, riwayat alergi makanan
sebelumnya disangkal, riwayat penyakit diabetes militus dan alergi lainnya
disangkal.
22
23
24
3.6.
Diagnosis Kerja
Tinea Korporis e.c Tinea Kruris
3.7.
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Ketoconazole tablet 1x1
Ceterizine tablet 1x1
Ketokonazole krim 2x1
Non-medikamentosa:
menjaga daerah lesi tetap kering terhhindar dari keringan dan kelembaban.
bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang
telah lembab.
jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan luka dan akan
menyebabkan infeksi.
Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat
seperti katun, tidak ketat dan ganti setiap hari atau setiap habis berkeringat.
Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk harus dipakai
secara pribadi tanpak digunakan juga oleh orang lain.
3.8.
Prognosis
Baik bila kebersihan dan kelembababn kulit selalu dijaga
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis tinea korporis e.c tinea kruris pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa
pasien adalah seorang laki-laki berumur 32 tahun. Berdasarkan kepustakaan yang
ada disebutkan bahwa tinea kruris ini menyerang orang usia produktif. Anamnesis
didapatkan keluhan utama pasien adalah timbulnya rasa gatal di bagian lipat paha
kanan dan kiri, dimana gatal dirasakan sejak 7 tahun yang lalu yang berawal dari
kulit kemerahan, karena serelalu digaruk-garuk maka penyebaran lesinya semakin
meluas hingga kedaerah bokong dan sekitaran anus. Status dermatologis adalah
tampak makula hiperpigmentasi dengan adanya skuama halus, berbatas tegas,
berukuran plakat, dan bentuk teratur. Dilihat dari bentuk lesi, didapatkan bahwa
skuama banyak terdapat di pinggir-pinggir lesi yang menandakan tepi lebih aktif
lesi ini adalah central healing. Gatal dirasakan setiap saat, tapi gatal lebih berat
dirasakan jika saat berkeringat, tidak ada keluhan bahwa beraktifitas banyak,
istirahat atau saat suasana dingin memperberat gatal. Jika kronis atau menahun
maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama
diatasnya dan disertai likenifikasi.1,2,3
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk lebih memastikan
diagnosis tinea kruris dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan
kepustakaan, disarankan untuk melakukan pemeriksaan Pemeriksaan dengan
sediaan basah yaitu dengan alkohol 70% kerok skuama dari bagian tepi lesi
dengan memakai scalpel atau pinggir gelas taruh di obyek glass tetesi KOH
10-15 % 1-2 tetes tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan lihat di
mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)
pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan miselium. Pemeriksaan
26
(mycobyotic-mycosel)
untuk
menghindarkan
kontaminasi
27
DAFTAR PUSTAKA
Health
Channel.
(2015).
TINEA.Avaible
from:http://books.google.co.id/jhbsavx_jbLB6AEwAg#v=onepage.
[Accessed: 4mei 2015]
3. Djuanda, Adhi. (2010). ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN.
Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. Jeffrey, C. (2014). Cutaneous Fungal Infection.
Avaible from:
http://books.google.co.id/jhbsavx_7629754279. [Accessed: 4 mei 2015]
5. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010.
6. Budimulja, U. sunoto. Dan Tjokronegoro. Arjatmo. : Penyakit Jamur.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2008.
7. Budimulja, U.: Infeksi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 2004.
28