Professional Documents
Culture Documents
KATARAK
Oleh :
Nama : M. Hafidz Ramadhan
NIDM : 2306.834.2011
PENDAHULUAN
Angka kejadian katarak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Saat ini jumlah
penderita katarak yang mengalami gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan tidaklah
sedikit. Berdasarkan hasil survey di Indonesia, diketahui jumlah penderita kebutaan berkisar 1,5
% dari jumlah penduduk Indonesia dan 0,78% dari persentasi tersebut disebabkan oleh katarak.
Dalam 20 tahun mendatang diperkirakan populasi dunia akan meningkat sepertiga kali dan
peningkatan ini akan didominasi terutama oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Disaat yang bersamaan populasi individu yang berusia lebih dari 65 tahun akan meningkat
sehingga angka penderita katarak pun akan meningkat secara otomatis. Hal ini menjadi
tantangan para tenaga medis untuk mengupayakan tindakan pencegahan, penundaan serta
memberikan terapi katarak yang tepat bagi masyarakat.
Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam
timbulnya katarak, antara lain seperti pajanan terhadap sinar matahari dan merokok. Katarak
dapat terjadi juga setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Satu-satunya penanganan
katarak yang memberikan hasil signifikan adalah dengan operasi, walaupun operasi ini juga tidak
bisa dilakukan pada setiap penderita katarak dan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi
kompllikasi.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
DAFTAR ISI 2
BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. Anatomi Lensa ... 3
B. Fisiologi Lensa ... 4
BAB II KATARAK
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
Definisi ... 7
Epidemiologi .. 7
Etiologi ... 7
Klasifikasi .. 8
a. Katarak Menurut Usia 9
b. Katarak Menurut Lokasi Kekeruhan .... 10
c. Katarak Menurut Derajat Kekeruhan ... 11
d. Katarak Menurut Etiologi 12
Gejala Klinis 16
Patofisiologi . 16
Diagnosis .. 18
Penatalaksanaan ... 18
Prognosis .. 22
BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. ANATOMI LENSA
American Academy of Ophtalmology menerangkan bahwa lensa adalah suatu
struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan semua. Tebalnya
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula
yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa
pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran
dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air,
sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan
sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan
lain.
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari
kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa
serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul
berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis
berada di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula
tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari
kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel
epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti
sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP
untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan
menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang
baru akan membentuk korteks dari lensa.
B. FISIOLOGI LENSA
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini
dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang
sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat
dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.
Gambar 2. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat melihat dekat
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,
4
otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya.
Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi
M. Silliaris
Ketegangan serat zonular
Bentuk lensa
Tebal axial lensa
Dioptri lensa
Akomodasi
Kontraksi
Menurun
Lebih cembung
Meningkat
Meningkat
Tanpa akomodasi
Relaksasi
Meningkat
Lebih pipih
Menurun
Menurun
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau
transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa
dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada
bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous
humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia.
Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea.
BAB II
KATARAK
A. DEFINISI
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa
mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga
dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis adalah
semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. 1
B. EPIDEMIOLOGI
Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu
berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50% dan meningkat hingga 70% pada individu di
atas 75 tahun. Jelas dapat disimpulkan insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi
yang lebih tua. Diketahui kebutaan di Indonesia berkisar 1,78 % dari jumlah penduduk
Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007. Dari angka tersebut presentasi angka
kebutaan utama ialah2,14 :
Katarak
0,78 %
Kelainan kornea
0,13 %
Penyakit glaukoma
0,20 %
Kelainan refraksi
0,14 %
Kelainan retina
0,03 %
Kelainan nutrisi
0,02 %
C. ETIOLOGI
Tak jarang katarak timbul pada saat lahir atau pada anak usia dini sebagai akibat
dari cacat keturunan, trauma parah pada mata, operasi mata, atau peradangan intraokular.
Faktor lain yang dapat menyebabkan perkembangan katarak pada usia lebih dini meliputi
paparan berlebihan cahaya ultraviolet, diabetes, merokok, atau penggunaan obat-obatan
tertentu, seperti steroid oral, topikal, atau inhalasi.
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi intrauterin,
gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan. Sepertiga dari katarak
pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan dengan penyakit sistemik atau mata.
Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan dapat menyebabkan pembentukan katarak
pada keturunannya pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara
transmisi yang paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap.
Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak polar, katarak lamelar, atau
opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab
katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air, cytomegalovirus,
herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influenza, virus EpsteinBarr, sifilis, dan
toksoplasmosis.3
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Patofisiologi
di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti.
Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya terkait usia lensa mata yang membuat
berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun.4
D. KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :
i.
Menurut usia :
1) Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
2) Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
3) Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
ii.
iii.
iv.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Menurut etiologi :
1) Katarak primer
2) Katarak sekunder
iii.
posterior.
Katarak Nuklear
Inti
lensa
dewasa
selama
hidup
kemudian
menjadi
kehitaman.
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan
air sehingga lensa menjadi cembung dan
terjadi miopisasi akibat perubahan indeks
refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita
seakan-akan mendapatkan kekuatan baru
untuk melihat dekat pada usia yang
bertambah.
iii.
10
sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih
sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.
iii.
Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila
iv.
Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan
penyulit berupa uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Visus
6/6
(6/6 1/60)
(1/300-1/~)
(1/300-1/~)
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik Mata
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow Test
Negatif
Positif
Negatif
Pseudopositif
Penyulit
Glaukoma
Uveitis +
Depan
Sudut Bilik
Mata
Glaukoma
Tabel 2. Perbedaan derajat kekeruhan katarak1
12
b. Katarak Sekunder
1) Katarak Metabolik
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik,
terjadi bilateral karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes
melitus, hipokalsemia (oleh sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik,
dermatitis atopik, galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.
2) Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan
merupakan penyebab yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah
anak panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas (glassblowers
cataract), dan radiasi pengion. Di dunia industri, tindakan pengamanan
terbaik adalah sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus
masuk ke dalam struktur lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang
pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil
palu baja dapat menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat
tinggi lalu tersangkut di vitreus atau retina.
3) Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat
menimbulkan
katarak
komplikata.
Penyakit
intraokular
yang
sering
kapsul
posterior
setelah
mengalami
ekstraksi
katarak
E. GEJALA KLINIS
Katarak biasanya terbentuk secara perlahan sehingga terkadang gejala yang
timbul tidak dirasakan oleh penderitanya. Gejala yang sering dikeluhakan oleh penderita
katarak antara lain:
Penglihatan berawan, kabur atau berkabut
Lebih nyaman saat melihat jarak dekat
Perubahan persepsi warna
Fotosensitif baik pada malam hari maupun siang hari
Penglihatan ganda (double vision)
Perubahan ukuran kacamata yang signifikan5
F. PATOFISIOLOGI
Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat sementara
daya akomodasinya semakin melemah. Ketika lapisan kortikal bertambah dalam pola
yang konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras, disebut nuklear sklerosis. Ada
banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam progresifitas kekeruhan lensa. Epitel
lensa berubah seiring bertambahnya usia, terutama dalam hal penurunan densitas
(kepadatan) sel epitelial dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells).
Walaupun epitel lensa yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian apoptotik
yang rendah, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan
gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan
hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan
rasio air dan mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki
15
sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan
transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa akibat
pertambahan usia mengarahkan pada terjadinya katarak senilis.6,7
Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan berat
molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air, fase tak larut
air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan protein menyebabkan
fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya dan
menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada
perkembangan katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta
vitamin.8,9
Selain dari itu, terdapat juga teori free radical, dimana free radical terbentuk jika
terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Free radical mengakibatkan degenerasi molekul
normal, dan dapat dinetralisir oleh vitamin E dan antioksidan. Teori Across-Link dari para
ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan asam nukleat dan molekul protein sehingga
terjadi gangguan fungsi.1,10
Faktor resiko katarak:
Usia (penuaan)
Paparan sinar UV
Infeksi intrauterine
Trauma
Metabolik (DM)
iris/test
for
iris
shadow.
Pemeriksaan
ini
mengindikasikan adanya katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil secara oblik,
terbentuk bayangan bulan sabit pada batas pupil di iris. Saat lensa sepenuhnya buram atau
transparan, maka tidak ada bayangan bulan sabit yang terbentuk.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning.
Pada lensa katarak parsial akan terlihat bayangan hitam pada area merah pada daerah
katarak. Pada lensa katarak yang komplit tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menilai status ada tidaknya kelainan di makula, papil nervus optikus dan
retina, yang bertujuan untuk menilai prognosis katarak. Apabila funduskopi tidak dapat
dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan refleks cahaya tidak langsung untuk
menilai apakah ada kelainan pada bagian mata selain lensa. Dapat pula dilakukan
penilaian pupil (inspeksi, refleks cahaya langsung, refleks cahaya tidak langsung).
5. Slit-lamp examination. Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi.
Pemeriksaan ini menunjukkan morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran,
ketebalan, dan kekerasan nukleus).
17
H. PENATALAKSANAAN
Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi operasi katarak secara
umum adalah untuk rehabilitasi visus, mencegah dan mengatasi komplikasi, tujuan
terapeutik dan diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan kosmetik. Saat ini terapi bedah
katarak sudah mengalami banyak perkembangan.11
Dahulu bedah katarak dilakukan dengan teknologi yang disebut ECCE dan ICCE
masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara utuh, sehingga pasien
pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya yang mengakibatkan
proses pemulihan matanya menjadi lama. Sekarang dengan teknologi fakoemulsifikasi
sayatan pada mata menjadi sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.
I.
II.
Metode Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE), yang saat ini masih sering
dipakai juga memerlukan insisi limbus superior. Bagian anterior kapsul dipotong
atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dinuang dari mata dengan
irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga meninggalkan kapsul posterior. ECCE
diindikasikan untuk operasi katarak yang diiringi dengan pemasangan IOL atau
penambahan kacamata baca, terjadinya perlengketan luas antara iris dan lensa,
ablasi atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada keadaan dimana
terjadi insufisiensi zonula zinni.11,13
19
Indikasi
Zonula lemah
Keuntungan
Phaco
Kerugian
Peralatan yang
dibutuhkan paling
(20%).
Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.
IOL di COA atau dijahit di posterior.
Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.
sedikit.
Baik untuk endotel
kornea.
IOL di COP.
Sebagian besar
Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen mahal.
Pelatihan lama.
katarak kecuali
Ultrasound dapat mempengaruhi
katarak
endotel kornea.
Morgagni dan
trauma.
Tabel 3. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak
IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke dalam
mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah IOL dapat
20
menghasilkan pembesaran dan distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam
atau tajam penglihatan perifer.10
IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan khusus
dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah IOL kacamata
baca dan kacamata untuk melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya
dibutuhkan kacamata tipis untuk penglihatan jauh.10
Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang, retinopati
diabetik progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.12
Tentunya setiap tindakan operasi memiliki resiko, yang paling buruk adalah
hilangnya penglihatan secara permanen. Setelah dilakukan operasi masih mungkin
muncul masalah pada mata, sehingga diperlukan kontrol post operasi yang teratur.
Jangka Pendek
Infeksi pada mata
Perdarahan pada kornea (hifema)
Edema papil
Edema kornea
Rupture kapsul lensa
Ablasio retina
Jangka Panjang
Fotosensitif
Dislokasi IOL
Kekeruhan pada kapsul lensa
Ablasio retina
Astigmatisma
Glaukoma
Ptosis13
Tabel 4. Efek Operasi Katarak
I. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan
tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak dewasa. Adanya ambliopia dan kadangkadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada
kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi
paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital
bilateral inkomplit yang progresif lambat.
Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi serta
mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka 95 % penderita dapat
melihat kembali dengan normal.
21
BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk
ke dalam mata. Katarak masih merupakan penyebab kebutaan paling banyak di Indonesia.
Terjadinya kekeruhan pada lensa ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain usia,
trauma, lingkungan, obat-obatan, dan infeksi. Biasanya para penderita katarak kerap kali
mengeluhkan pandangan berkabut seperti tertutup asap atau pandangannya mulai kabur.
Patofisiologi terjaidnya kekeruhan lensa pada katarak, secara garis besar disebabkan oleh
perubahan struktur korteks lensa yang mengakibatkan perubahan komponen lensa dan pada
akhirnya terjadi kekeruhan lensa.
Satu-satunya terapi untuk katarak adalah dengan jalan operasi. Saat ini dikenal 3 model
operasi, yaitu ICCE, ECCE, dan fakoemulsifikasi. Katarak yang didiagnosis dan ditangani
dengan tepat dan segera akan memberikan prognosis yang lebih baik bagi fungsi penglihatan
penderitanya.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199,
200-13.
2. Ilham.
2006.
Epidemiologi
Katarak,
Available
at:
at:
http://www.webmd.com/eye-
23