You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN NY.

I G1P1A0
POST SECTIO CAESAREA IUD DENGAN KETUBAN PECAH DINI
(KPD)
DI RUANG DELIMA RSUD CIAMIS

I.
Konsep Teori
A. Sectio Caesarea (SC)
1. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2000) adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sementara menurut (Bobak et
al, 2004) Sectio Caesareamerupakan kelahiran bayi melalui insisi trans
abdominal. Menurut (Mochtar, 1998)
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dalam rahim. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.
2. Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar melebihi 4000 gr
e. Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001)
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan
dengan sectio adalah :
a. Malpersentasi janin
1. Letak lintang

Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah


jalan /cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala
letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin
pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior
(looking of the twins), distosia karena tumor, gawat janin dan
sebagainya.
e. Partus lama
f. Partus tidak maju
g. Pre-eklamsia dan hipertensi
h. Distosia serviks
3. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
pada corpus uteri.
Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum
parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
c. Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila :Sayatan memanjang (longitudinal), Sayatan melintang
(tranversal), Sayatan huruf T (T Insisian)
d. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm.

4. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat
berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post
operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah
ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi
dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat
dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

B. Ketuban Pecah Dini


1. Definisi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya
tanda-tanda persalinan.
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang
terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai.
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan
berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra
uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
serviksKetuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu,

yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara


kurang dari 5 cm.
2. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
3. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya
masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka
oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,
curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion,
gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor
predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat
misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.

4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian


terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Faktor lain
a)

Faktor golonngan darah

b)

Akibat golongan darah ibu dan anak yang


tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk
kelemahan jarinngan kulit ketuban.

c)

Faktor disproporsi antar kepala janin dan


panggul ibu.

d)

Faktor

multi

graviditas,

merokok

dan

perdarahan antepartum.
e)

Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam


askorbat (Vitamin C)

4. Faktor Resiko
Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm
a. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
b. riwayat persalinan preterm sebelumnya
c. perdarahan pervaginam
d. pH vagina di atas 4.5
e. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
f. flora vagina abnormal
g. fibronectin > 50 ng/ml
h. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi
misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi
persalinan preterm
i. Inkompetensi serviks (leher rahim)
j. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
k. Riwayat KPD sebelumya

l. Trauma
m. servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang
pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
n. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung
sebagai berikut :
a) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat
dan vaskularisasi.
b) Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
c) Banyak teori, yang menentukan hal hal diatas seperti defek
kromosom, kelainan kolagen sampai infeksi.
d) Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas,
jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem

aktifitas

dan

inhibisi

interleukin-1

(IL-1)

dan

prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion /
amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.
Patofisiologis KPD

Infeksi inflamasi

Terjadi peningktan aktivitas interleukin1dan


portaglandin

Kologenase jaringan

Depolimerasi kolagen pada selaput korion atau


amion

Ketunban tipis, lemah dan mudah pecah spontan

Ketuban Pecah Dini (KPD)

6. Komplikasi
a) Infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke
intrauterin.
b) Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
c) Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin
akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak
lintang).
d) Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena
air ketuban habis.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asambasa). pH normal dari vagina adalah 4 - 4,7 sedangkan pH cairan
ketuban adalah 7,1 - 7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir
leher rahim, dan air seni.
a. Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda,


anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada
amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. ProteinC-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan
korioamnionitis
8. Penatalaksanaan
a.

Konservatif
1)

Rawat

rumah

sakit

dengan tirah baring.


2)

Tidak ada tanda-tanda


infeksi dan gawat janin.

3)

Umur

kehamilan

kurang 37 minggu.
4)

Antibiotik profilaksis
dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.

5)

Memberikan tokolitik
bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk
mematangkan fungsi paru janin.

6)

Jangan

melakukan

periksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.


7)

Melakukan terminasi
kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.

8)

Bila dalam 3 x 24 jam


tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka

lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung


terus, lakukan terminasi kehamilan.
b.

Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka
lakukan terminasi kehamilan.
1) Induksi atau akselerasi persalinan.
2) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
3) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus
berat ditemukan.

II.

Konsep Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian
1.
Pengumpulan data
a.
Identitas diri
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur,
alamat rumah, nomor medrec, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien dan suaminya.
b. Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong


pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio caesarea hari
1-3 adalah adanya rasa nyeri.
2.
Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa
saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini.
3.
Riwayat kesehatan dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan
dengan klien atau memperberat keadaan penyakit yang sedang
4.

diderita saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit.


Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi

keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.


c. Riwayat ginekologi dan obstetric
1) riwayat ginekologi
i.
riwayat menstruasi
menarche
lama haid
siklus menstruasi
masalah selama haid
HPHT
ii.
riwayat perkawinan
usia ibu menikah
usia ayah menikah
lama perkawinan
perkawinan ke
jumlah anak.
iii.
riwayat keluarga berencana
2) riwayat obstetric
i.
Riwayat
ii.

kehamilan : riwayat kehamilan dahulu dan sekarang


Riwayat
persalinan : riwayat persalinan dahulu dan sekarang

iii.

Riwayat nifas :
riwayat nifas dahulu dan sekarang (lochea, warna, bau,

jumlah, tinggi fundus)


d. Aktivitas sehari-hari
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang pola nutrisi,
eliminasi, tidur dan istirahat, aktivitas dan latihan, pola hygiene,
serta pola seksual.
e. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik ibu
Keadaan umum : kesadaran, penampilan
Tanda tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
Antropometri : tinggi badan, BB ( sebelum hamil, setelah
hamil, dan setelah melahirkan )
Pemeriksaan fisik head to toe
2) Pemeriksaan fisik bayi
Keadaan umum : kesadaran (APGAR Score), penampilan
Antropometri : BB, Tinggi badan, lingkar kepala, lingkar

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

dada, lingkar lengan atas, lingkar abdomen.


Pemeriksaan fisik head to toe
Data psikologis
adaptasi psikologis post partum
konsep diri
Data sosial
Kebutuhan bounding attachment
Kebutuhan pemenuhan seksual
data spiritual
data pengetahuan
data penunjang
data labolatorium dan radiologi
program dan rencana pengobatan

2. Analisa data
Melakukan interprestasi data-data senjang dengan tinjauan patofisiologi
No
data
etiologi
Masalah

II. Diagnosa Keperawatan


1.
Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek
anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih. (Doengoes,2001)

2.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi

3.

aktivitas dan nyeri (Judith,2005)


Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau

transmisi interpersonal.
4.
Tidak
efektifnya

laktasi

berhubungan

dengan

terhambatnya pengeluaran ASI, perpisahan dengan bayi.


5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai
perubahan fisiologi, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan
perawatan diri.
III.Perencanaan
n
o
1

Diagnosa
keperawata
n
Nyeri
berhubungan
dengan
trauma
pembedahan
,
efek
anestesi,
efek
hormonal,
distensi
kandung
kemih.

Intervensi
tujuan
Tupan:
nyeri
berkurang
Tupen:
Setalah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ...x24 jam
klien
tidak
mengalami nyeri.
Dengan
kriteria
hasil:
Mampu
mengidentifikasi
cara mengurangi
nyeri,
mengungkapkan
keinginan untuk
mengontrol
nyerinya,
dan
mampu
untuk
tidur/istirahat
dengan cepat.

tindakan

Rasional

1. Kaji nyeri,
perhatikan
lokasi,
intensitas,
dan lamanya.
2. Ajarkan dan
catat
tipe
nyeri serta
tindakan
untuk
mengatasi
nyeri.
3. Ajarkan
teknik
relaksasi
distraksi
4. Pertahankan
tirah baring
bila
diindikasikan
.
5. Anjurkan
menggunaka
n kompres
hangat.
6. Berikan obat

1. Memberikan
informasi
untuk
membantu
memudahkan.
2. Meningkatkan
persepsi klien
terhadap nyeri
yang
dialaminya.
3. Meningkatkan
kenyamanan
klien.
4. Tirah
baring
diperlukan
pada
awal
selama
fase
reteksi akut.
5. Membantu
mengurangi
nyeri
dan
meningkatkan
kenyamanan
klien.
6. Mengurangi
nyeri.

7.

2.

Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
intoleransi
aktivitas dan
nyeri

Tupan: gangguan 1.
mobilitas teratasi
Tupen:
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ....x24 jam
gangguan
mobilitas teratasi 2.
Dengan
kriteria
hasil:
Tidak
adanya kontraktur,
meningkatkan
kekuatan bagian
tubuh
yang
sakit/kompensasi 3.
dan
mendemonstrasika
n teknik atau
perilaku
yang
memungkinkan
melakukan
kembali aktivitas.
4.

sesuai
indikasi.
Masukan
kateter dan
dekatkan
untuk
kelancaran
urine.
Kaji fungsi
motorik
dengan
menginstruks
ikan pasien
untuk
melakukan
gerakan.
Catat
tipe
anestesi yang
diberikan
pada
saat
intra partus
pada waktu
klien sadar
Berikan suatu
alat
agar
pasien
mampu untuk
meminta
pertolongan,
seperti
bel
atau lampu
pemanggil.
Bantu
atau
lakukan
latihan ROM
pada semua
ekstermitass
dan
sendi
pakailah
gerakan
perlahan dan

7. Pengaliran
kandung kemih
menurunkan
tegangan.

1. Mengevaluasi
keadaan khusus
pada beberapa
lokasi
2. Pengaruh
anestesi dapat
mempengaruhi
aktivitas klien.
3. Membuat
pasien memiliki
rasa
aman,
dapat mengatur
diri
dan
mengurangi
ketakukan
karena ditinggal
sendiri.
4. Mengingkatkan
sirkulasi,
meningkatkan
mobilisasi sendi
dan mencegah
kontraktur dan
atrofi otot.
5. Mencegah
kelelahan.
6. Aktivitas sedikit
demi
sedikit
dapat dilakukan
oleh
klien
sesuai
yang
diinginkan,
memberikan

Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan
peran atau
transmisi
interpersonal

Tupan: rasa cemas


teratasi.
Tupen:
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatana
selama.....x24 jam
rasa
cemas
teratasi.
Dengan
kriteria
hasil:
Mampu
mengungkapkan
perasaan
takut,
tampak rileks, dan
menggunakan
sumber/sistem
pendukung dengan
efektif.

lembut.
5. Anjurkan
klien
istirahat.
6. Tingkatkan
aktivitas
secara
bertahap.
1. Kaji respon
psikologis
pada
kejadian dan
ketersediaan
sistem
pendukung.
2. Tetap
bersama
klien
dan
tenang.
Bicara
perlahan.
Tunjukan
empati.
3. Beri
penguatan
aspek positif
dari ibu dan
kondisi bayi.
4. Anjurkan
klien
mengungkap
kan
perasaan.
5. Berikan
masa privasi,
kurangi
rangsangan
lingkungan
seperti
jumlah orang
yang
ada

rasa tenang dan


aman pada klien
emosional.

1. Semakin klien
merasakan
ancaman,
semakin besar
tingkat ansietas.
2. Membantu
membatasi
transmisi
ansietas
interpersonal,
dan
mendemonstrasi
kan perhatian
terhadap klien.
3. Memfokuskan
pada
kemungkinan
keberhasilan
hasil akhir dan
membantu
membawa
ancaman yang
dirasakan.
4. Memabatu
mengidentifikas
i masalah dan
membberikan
kesempatan
untuk mengatasi
masalah
kepercayaan
diri
dan
penerimaan

4.

Tidak

Tupan: pemberian
laktasi efektif.
efektifnya
Tupen:
setalah
laktasi
dilakukan
berhubungan tindakan
keperawatan
dengan
selama ...x24 jam
terhambatny laktasi efektif
Dengan
kriteria
a
hasil:
dapat
pengeluaran
mengidentifikasi
ASI,
aktivitas
yang
menentukan
atau
perpisahan
dengan bayi. meningkatkan
menyusui
yang
berhasil.

5.

Kurang
pengetahuan
berhubungan

sesuai
dengan
keinginan
klien.

serta
menurunkan
ansietas.
5. Untuk
meninternalisasi
kan informasi,
menyusun
sumber-sumber
dan mengatasi
dengan efektif.

1. Kaji isapan
bayi, jika ada
lecet
pada
puting.
2. Anjurkan
klien breast
care
dan
menyusui
efektif.
3. Anjurkan
klien
memberikan
ASI ekslusif
4. Berikan
informasi
untuk rawat
gabung.
5. Anjurkan
bagaimana
memeras,
menyimpan,
dan mengirim
atau
memberikan
ASI dengan
aman.

1. Menentukan
kemampuan
untuk
memberikan
perawatan yang
tepat.
2. Memperlancar
laktasi.
3. ASI
dapat
memenuhi
nutrisi bagi bayi
sehingga
pertumbuhan
optimal.
4. Menjaga
meminimalkan
tidak efektifnya
laktasi.
5. Menjaga
agar
ASI tetap bisa
digunakan dan
tetap
higienis
bagi bayi.

Tupan:
1. Kaji kesiapan 1. Penyuluhan
pengetahuan klien
dan motivasi
diberikan untuk
bertambah.
klien untuk
membantu

dengan

Tupen : setalah
dilakukan
mengenai
tindakan
perubahan
keperawatan
fisiologi,
selama ...x24 jam
klien menunjukan
periode
pengetahuan
pemulihan,
mengenai
perawatan
perubahan
diri
dan fisiologi, periode
pemulihan
dan
kebutuhan
kebutuhan
perawatan
perawatan diri.
Dengan
kriteria
diri.
hasil:
mampu
mengungkapkan
pemahaman
tentang perubahan
fisiologis,
kebutuhankebutuhan
individu,
hasil
yang diharapkan.

belajar.
mengembangka
2. Kaji keadaan
n pengetahuan
fisik klien.
ibu,
maturasi
3. Berikan
dan kompetensi.
informasi
2. Ketidaknyaman
tentang
an
dapat
perubahan
mempengaruhi
fisiologis dan
konsentrasi
psikologis
dalam
yang normal.
menerima
4. Diskusikan
penyuluhan.
program
3. Membantu klien
latihan yang
mengenali
tepat sesuai
perubahan
ketentuan.
normal.
5. Demonstrasik 4. Program latihan
an
teknikdapat
teknit
membantu
perawatan
tonus otot-otot,
diri.
meningkatkan
sirkulasi,
menghasilkan
gamabaran
keseimbangan
tubuh
dan
meningkatkan
perasaan
sejahtera.
5. Membatu orang
tua
dalam
penguasaan
tugas-tugas
baru.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid
1. Jakarta; FKUI

2. Nikmatur Rohmah, Saiful Walid. 2009. Proses keperawatan:


Teoridan Aplikasi. Jogjakarta ;Ar-Ruzz Media
3. Doengoes,M Rencana Perawatan Maternitas/Bayi,

EGC:

Jakarta.2001
4. Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan, Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC. Jakarta: EGC.
5. http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-sc-dengancpd.html (diakses : 04 Januari 2016)
6. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-ririnmiran-532-2babii.pdf (diakses : 04 Januari 2016)
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35143/4/Chapter
%20II.pdf (diakses : 04 Januari 2016)
8. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19884/4/Chapter
%20II.pdf (diakses : 04 Januari 2016)
9. http://eprints.ums.ac.id/16790/4/BAB_I.pdf(diakses : 04 Januari
2016)

You might also like