You are on page 1of 27

REFLEKSI KASUS

URETRITIS GONORE

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik


SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSD dr. Soebandi Jember

Oleh:
Indira Yuli Harini
092011101050

Pembimbing:
dr. Gunawan Hostiadi, Sp.KK
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSD dr. SOEBANDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Uretritis gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
kuman Neisseria gonorrhoeae. Penanganannya yang sulit menyebabkan penyakit ini
tidak terbatas hanya pada suatu negara, tetapi sudah menjadi masalah dunia terutama
pada negara berkembang atau sedang berkembang seperti Asia Selatan dan Tenggara,
Sub Sahara Afrika dan Amerika Latin. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari
25 juta kasus baru ditemukan setiap tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat
diperkirakan dijumpai 600.000 kasus baru setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan banyak faktor penunjang yang dapat mempermudah dalam
hal penyebarannya menyangkut: kemajuan sarana transportasi, pengaruh geografi,
pengaruh lingkungan, kurangnya fasilitas pengobatan, kesalahan diagnosis,
perubahan pola hidup, dan tak kalah

penting ialah penyalahgunaan obat.

Kesemuanya ini dapat terjadi terutama karena latar belakang kurangnya pengetahuan
mengenai seluk beluk dari infeksi menular seksual.
Infeksi gonore dapat juga didapat dari setiap kontak seksual, pharyngeal dan
anal gonorrheae tidak biasa. Gejala pharyngeal gonorrheae biasanya berupa nyeri
tenggorokan, anal gonorrheae dapat dirasakan lebih nyeri disertai sekret yang
bernanah.
Angka tertinggi pada wanita dari semua ras adalah kelompok usia 15 sampai
19 tahun. Prevalensi gonore selama kehamilan bervariasi, tetapi dapat mencapai 7%
dan mencerminkan status resiko populasi. Faktor resiko antara lain adalah lajang,
remaja, kemiskinan, terbukti menyalahgunakan obat, prostitusi, penyakit menular
seksual lain dan tidak adanya perawatan prenatal.
Dengan bertambah banyaknya ragam antibiotik yang berhasil disintesis akhirakhir ini memperkuat dugaan sebelumnya bahwa uretritis gonore akan dapat
terberantas secara tuntas. Kenyataannya hal seperti ini tidak seluruhnya benar. Tidak

jarang penderita uretritis gonore tidak kunjung sembuh meskipun telah minum sendiri
antibiotik yang mahal sekalipun. Penderita lain dengan sakit yang sama berobat ke
dokter, kemudian sembuh. Berdasarkan pengalaman tersebut, setiap kali sakit setelah
hubungan seksual, pasien selalu minum obat yang sama tanpa memeriksakan diri ke
dokter lebih dahulu. Kasus seperti ini sering terjadi dalam praktek sehari-hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang
reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari
orifisium uretra eksternum. Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas
seksual.
Epidemiologi
Diantara PMS yang lain, uretritis paling sering dijumpai, walaupun di

beberapa negara kedudukan ini telah digeser oleh uretritis non- gonore
Di Amerika Serikat pada abad ke-20, terdapat 200 juta kasus gonore baru per
tahun. Epidemiologinya dipengaruhi oleh faktor behavior, termasuk
peningkatan aktivitas seksual, populasi yang tinggi, dan peningkatan infeksi

yang berulang.
Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,
dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan
sesama pria. Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok usia 15
sampai 35 tahun. Pada tahun 2000, wanita yang lebih banyak terinfeksi adalah
pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun, sedangkan pria yang lebih banyak

terinfeksi adalah pada kelompok usia 20 sampai 24 tahun.


Insidensi gonore meningkat karena ada N. gonorrhoeae yang resisten terhadap
antibiotik, yaitu Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG).
Bakteri ini meningkat di banyak negeri, termasuk di Indonesia.

Etiologi
Penyebab uretritis gonore adalah Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus
Gram negatif. Gonokok ini ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru

diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok


Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain,
yaitu N.meningitidis, dan 2 lainnya yang bersifat komensal N.catarrhalis serta
N.pharyngi sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes
fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi, yang memiliki
ukuran lebar 0,8 m dan panjang 1,6 m, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan Gram bersifat Gram negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit,
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di
atas 39C, dan tidak tahan zat disinfektan.
Secara morfologik, gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili dan bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan
bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan
reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa
epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang, yaitu pada vagina wanita
sebelum pubertas.
Faktor virulensi lain adalah produksi kapsular in vivo, resistensi terhadap aksi
imun bakterisidal pada serum, dan kemampuan gonokok untuk bertahan di antara
berbagai organisme komensal yang bersaing. Semua Neisseria tahan terhadap
kelembaban membran mukosa. Akibat hal-hal tersebut, meningokokus dan
gonokokus dapat berproliferasi dengan cepat dan bahkan masuk ke aliran darah.

Gambar. Neisseria gonorrhoeae


Patogenesis
Gonococci menampakkan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi
hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci yang berbentuk koloni yang
pekat ( opaque ) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala uretritis dan dari
kultur uterine cervical pada siklus pertengahan. Gonococci yang koloninya berbentuk
transparan diisolasi dari manusia dari infeksi uretral yang tidak bergejala, dari
menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea, termasuk salpingitis dan infeksi
diseminasi.
Pada wanita, tipe koloni terbentuk dari sebuah strain gonococcus yang
berubah selama siklus menstruasi. Gonococci yang diisolasi dari pasien membentuk
koloni-koloni yang pekat atau transparan, tetapi mereka umumnya memiliki 1-3 Opa
protein pada saat tumbuh di kultur primer yang sedang diuji.
Gonococci dengan koloni transparan dan tanpa Opa protein hampir tidak
pernah ditemukan secara klinis tetapi dapat dispesifikasi melalui penelitian di
laboratorium. Gonococci menyerang membrane selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rectum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang

mengarah ke invaginasi jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan
fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra ( uretritis ), nanah berwarna
kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing.
Kuman ini mempunyai pili dan beberapa protein permukaan, sehingga dapat
melekat pada sel epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial. Dengan adanya
lipooligosakarida akan menimbulkan invasi dan destruksi sel epitel mukosa dan
lapisan submukosa secara progresif, disertai dengan respons dari lekosit
polimorfonuklear yang hebat. Peradangan dan destruksi sel epitel tersebut
menimbulkan duh tubuh mukopurulen
Faktor Resiko
Pada umumnya, penularan gonore melalui hubungan kelamin yaitu secara
genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi dapat juga menular melalui
alatalat, pakaian, handuk, dan sebagainya.
Beberapa faktor risiko infeksi ini:
Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa pelindung
dan partner seksual yang banyak.
Pada anak-anak infeksi ini dapat terjadi akibat pelecehan seksual yang dilakukan
oleh orang yang terinfeksi.
Pada bayi saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi.
Manifestasi Klinis
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariai antara 2-5
hari, kadang-kadang lebih lama hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati
diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala yang sama sehingga
tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena
pada umumnya asimtomatik.
Pada pria

Infeksi pertama
Uretritis

Komplikasi
Lokal: Tysonitis
Parauretritis
Littritis
Cowperitis
Asenden:
Prostatitis
Vesikulitis
Vas deferentitis/funikulitis
Vas deferntitis
Epididimitis
Trigonitis

Pada wanita
Infeksi pertama
Uretritis
Servisitis

Komplikasi
Lokal: Parauretritis
Bartholinitis
Asenden:
Salpingitis
PID (Pelvic Infalmmatory Disease)

Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa:


-

Artritis

- Perikarditis

Miokarditis

- Meningitis

Endokarditis

- Dermatitis

1. Pada pria
Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat
menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asenden,
dan diseminata. Keluhan subyetif berupa rasa gatal, panas di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai
darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.

Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa,


edematosa, dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan dapat terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral dan bilateral.

Gambar Uretritis gonore


2. Pada wanita
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan
pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin
pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala
subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan
obyektif. Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian
besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau
pemeriksaan keluarga berencana.
Di samping itu wanita mengalami tiga masa perkembangan:
1. Masa prepubertas: epitel vagina dalam keadaan belum berkembang
(sangat tipis), sehingga terjadi vaginitis gonore.
2. Masa reproduktif: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal
dengan banyak gllikogen dan basil Dderlein. Basil Dderlein akan

memecahkan glikogen sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini


tidak menguntungkan untuk tumbuhnya kuman gonokok.
3. Masa menopause: selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen
menurun, dan basil Dderlein juga berkurang, sehingga suasana asam
berkurang dan suasana ini menguntungkan untuk pertumbuhan kuman
gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis gonore.
Pada mulanya hanya tampak serviks uteri yang terkena infeksi. Duh
tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar
dan menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rektum, dan
dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur.
Uretritis
Gejala

utama

adalah

disuria,

kadang-kadang

poliuria.

Pada

pemeriksaan, orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada


sekret mukopurulen.
Diagnosis
Diagnosis dalam penatalaksanaan kasus IMS dilakukan dengan
menggunakan bagan alur, jenis obat yang dianjurkan, dan untuk fasilitas
kesehatan dengan laboratorium disediakan bagan alur tersendiri. Diagnosis
ditegakkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan
laboratorium bila tersedia.
Kuman patogen penyebab utama duh tubuh uretra adalah Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Oleh karena itu, pengobatan pasien
dengan duh tubuh uretra secara sindrom harus dilakukan terhadap kedua jenis
kuman

penyebab

utama

tersebut

bersama-sama.

Bila

ada

fasilitas

laboratorium yang memadai, kedua kuman penyebab tersebut dapat


dibedakan, dan selanjutnya pengobatan secara lebih spesifik dapat dilakukan.
Pada pemeriksaan dengan pendekatan sindrom tanpa alat bantu dapat
digunakan bagan alur sebagai berikut :

Bagan Duh tubuh uretra pria3.

Bagan duh tubuh uretra pada pria dengan pemeriksaan mikroskop

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan


pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 5 tahapan.

A. Sediaan langsung
Pada uretritis gonore akut, sediaan langsung dengan pewarnaan Gram
akan ditemukan gonokok negatif-Gram intraselular. Bahan duh tubuh pada
pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum.
B. Kultur
Untuk indentifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam
media yang dapat digunakan:
1. media transpor
2. media pertumbuhan
Contoh media transpor:
-

Media Stuart
Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada
media pertumbuhan

Media Transgrow
Media

ini

selektif

dan

nutritif

untuk

N.gonorrhoeae

dan

N.meningitidis; dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan


merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan,
sehingga tidka perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini
merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan Proteus spp
Contoh media pertumbuhan:
-

Mc Leods chocolate agar


Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman
gonokok, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh.

Media Thayer Martin


Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram,

kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan


nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
-

Modified Thayer Martin agar


Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan
kuman Proteus spp.
C. Tes difinitif
1. Tes oksidasi
Reagen

oksidasi

yang

mengandung

larutan

tetrametil-p-

fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok


tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan
glukosa.
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc.
BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan
menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman
mengandung enzim beta-laktamase.
E. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi
sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:

sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi

urin dibagi dalam dua gelas

tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II


Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni
paling sedikit 80-10ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas
sukar dinilai karena menguras uretra anterior.
Hasil pembacaan:
Gelas I
Gelas II
Jernih
jernih
Keruh
jernih
Keruh
keruh
Jernih
keruh

Arti
tidak ada infeksi
infeksi uretritis anterior
panuretritis
tidak mungkin

Rekomendasi pemeriksaan laboratorium

Bagan Duh tubuh uretra pria dengan pemeriksaan mikroskop dan


laboratorium khusus

Pengobatan
1. Medikamentosa
-

Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,


banyak strain yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin,

dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.


Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan

yang memadai.
Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan
penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr

untuk wanita.
Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.

2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
-

Bahaya penyakit menular seksual


Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak

dapat dihindari.
Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

Obat yang digunakan untuk IMS disemua fasilitas pelayanan kesehatan


sekurangkurangnya harus mempunyai tingkat efektifitas 90-95%.
Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
-

Angka kesembuhan/ kemanjuran tinggi (sekurang-kurangnya 90-95%

diwilayahnya.
Harga murah
Toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima
Diberikan dalam dosis tunggal
Cara pemberian peroral
Tidak merupakan kontraindikasi pada ibu hamil atau ibu menyusui

Obat-obatan yang digunakan sebaiknya termasuk dalam Daftar Obat Esensial


Nasional (DOEN), dan dalam memilih obat-obatan tersebut harus dipertimbangkan
tingkat kemampuan dan pengalaman dari tenaga kesehatan yang ada.
Pengobatan IMS Menggunakan Pendekatan Sindrom
Keberhasilan penatalaksanaan IMS memerlukan sikap petugas yang
menghormati dan tidak menghakimi pasien. Pemeriksaan agar dilakukan dalam
suasana yang bersahabat dengan menjaga perasaan pribadi maupun kerahasiaan
pasien.
Untuk duh tubuh uretra pengobatan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
Pengobatan untuk gonore tanpa komplikasi
DITAMBAH
-

Pengobatan untuk klamidiosis


Penderita dianjurkan untuk pengobatan kembali bilamana gejala tetap ada
sesudah 7 hari

Rincian pengobatan duh tubuh uretra


Pengobatan uretritis gonore

Pengobatan uretritis non-gonore

Pilihlah salah satu dari beberapa cara

pengobatan yang dianjurkan dibawah ini

Sefiksim 400mg per oral, dosis tunggal

Doksisiklin* 100mg peroral,2x1 selama

atau

7hari,

Levofloksasin * 250mg per oral dosis atau


tunggal

Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal

Pilihan pengobatan lain


Kanamisin 2 g i.m. dosis tunggal, atau

Tetrasiklin* 500mg peroral, 4x1 selama

atau

7hari,

Tiamfenikol* 3,5 mg per oral, dosis tunggal

atau

atau

Eritromisin 500mg peroral, 4x1 selama

Spektinomisin 2gr im dosis tunggal

7hari,
(bila ada kontraindikasi tetrasiklin)

* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja.

WHO merekomendasikan agar menggunakan dosis tunggal untuk gonore, dan dosis
ganda untuk klamidiosis.
Duh Tubuh Uretra Persisten/ Rekuren
Gejala uretritis yang persisten (setelah pengobatan satu kur selesai)) atau
rekuren (setelah dinyatakan sembuh, muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa
hibungan seksual) mungkin disebabkan oleh resiostensi obat, atau sebagai akibat
kekurang-patuhan meminum obat atau reinfeksi. Namun pada beberpa kasus hal ini
mungkin akibat infeksi oleh Trichomonas vaginalis (Tv). Sebagai protozoa
diperkirakan bahwa Tv memakan kuman gonokokus tersebut (fagositosis), sehingga
kuman gonokokus tersebut terhindar dari pengaruh pengobatan, setelah Tv-nya mati
maka kuman gonokokus tersebut kembali bisa melepaskan diri dan berkembang biak.
Ada temuan baru yang menunjukan bahwa disuatu daerah tertentu bisa di
jumpai prevalens Tv yang tinggi pada laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra.
Bilamana gejala duh tubuh tetap ada atau timbul gejala kambuhan setelah pemberian
pengobatan secara benar terhadap gonore maupun klamidiosis pada kasus indeks dan
mitra seksualnya, maka pasien tersebut harus diobati untuk infeksi Tv. Hal ini hanya
dilakukan bila ditunjang data epidemiologis setempat. Bilamana simptom tersebut
masih ada sesudah pengobatan Tv, maka pasien tersebut harus dirujuk. Sampai saat
ini data epidemiologi trikomoniasis pada pria di Indonesia sangat sedikit, oleh karena
itu, bila gejala duh tubuh uretra masih ada setelah pemberian terapi awal sebaiknya
penderita dirujuk pada tempat dengan fasilitas laboratorium yang lengkap.
Pengobatan uretritis gonore

Pengobatan uretritis non-gonore

Pilihlah salah satu dari beberapa cara

pengobatan yang dianjurkan dibawah ini

Sefiksim 400mg per oral, dosis tunggal

Doksisiklin** 100mg peroral,2x1 selama

atau

7hari,

Levofloksasin * 250mg per oral dosis atau


tunggal

Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal

Pilihan pengobatan lain


Tiamfenikol* 3,5 mg per oral, dosis Tetrasiklin**500mg peroral, 4x1 selama
tunggal

7hari,

atau

atau

Kanamisin 2 g i.m. dosis tunggal,

Eritromisin 500mg peroral, 4x1 selama

atau

7hari,

Spektinomisin 2 g i.m. dosis tunggal

(bila ada kontraindikasi tetrasiklin)

Pengobatan Trichomonas vaginalis


Pengobatan yang dianjurkan

Pilihan pengobatan lain

Metronidazol 2 g per oral, dosis tunggal

Metronidazol 400 atau 500 mg per oral,

atau

2x sehari,

Tinidazol 2 g per oral, dosis tunggal

selama 7 hari, atau


Tinidazol500 mg per oral, 2x sehari,
selama 5 hari

* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja.

Infeksi yang Menyebar


Gonore dengan Komplikasi
Gonore dengan komplikasi seperti bartolinitis, epididimitis, orkitis dan
lainlain, harus diobati dengan rejimen dosis ganda (multipel dose).
Cara pengobatan yang dianjurkan
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari :
- Sefiksim, 400 mg, per oral, dosis tunggal sekali sehari atau

- Levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal sekali sehari


Pilihan pengobatan lain
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari :
- Tiamfenikol, 3,5 g, per oral, sekali sehari, atau
- Kanamisin, 2 g, intramuskuler, dosis tunggal sekali sehari, atau
- Spektinomisin, 2 g, intramuskuler, dosis tunggal sekali sehari.
Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat
diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian yang
lebih lama, yaitu selama 4 minggu untuk endokarditis.

Diagnosis Banding
1. Trikomoniasis : pada wanita akan terlihat sekret vagina seropurulen
kekuning-kuningan ,kuning-hijau, berbusa, dapat disertai uretritis.Untuk
mendiagnosa trikomiasis dapat dipakai sediaan basah dicampur dengan
garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif.
2. Kandidosis vulvovaginitis sering menimbulkan gejala klinis gatal dengan
eksudat berupa gumpalan-gumpalan seperti kepala susu berwarna putih
kekuningan.Diagnosis tergantung dari identifikasi dengan smear dan
kultur.
3. Vaginosis Bakterial: duh tubuh vagina berwarna abu-abu, homogen berbau,
dan pada pemeriksaan ditemukan clue cells( yaitu sel epitel vagina yang
granular diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel tidak jelas).
4. Uretritis non spesifik pada pria menimbulkan gejala berupa disuria
ringan,perasaan tidak enak di uretra, sering kencing dan keluarnya duh
tubuh seropurulen.Dibandingkan dengan gonore,perjalanan penyakit lebih
lama.Sedangkan uretritis non spesifik pada wanita seperti gonore
umumnya tidak menunjukkan gejala.

Diagnosis banding dari infeksi gonokokus genitourinari pada perempuan


antara lain:
Infeksi Trichomonas vaginalis. Biasanya memberi gambaran salin positif
untuk protozoa.
Infeksi Candida albicans. Gambarannya gatal dengan eksudat kental atau
curdy, dan diagnosis ditentukan dari kultur/smear organisme.
Garnerella vaginalis/ bacterial vaginosis. Ditandai dnegan sindrom well
define, sekret malodorous, keabu-abuan dan acidic. Pada pemeriksaan smear
ditemukan clue cell, yields a fishy, amine odor pada alkalinisasi dengan
potassium hidroksida. Semua pasien dengan duh tubuh vagina harus dikultur
untuk gonokokus. Walaupun inflamasi vaginitis jarang terjadi bersamaan
dengan gonorrhoe tetapi infeksi campuran sering terjadi.
Pada laki-laki, uretritis dapat disebabkan oleh organisme multipel. T.vaginalis
dan C. Albicans dapat menginfeksi laki-laki dan dapat asimtomatik. Gonorrhoe dapat
menyebabkan urethritis pada populasi umum yang sering dikenal sebagai
nongonococcal atau nonspecific atau postgonococcal urethritis. Urethritis dengan
idnetifikasi patogen (kecuali gonokokus) disebut nongonococcal urethritis (NGU).
NGU dikarakteristikan dengan adanya disuria, duh tubuh uretra atau sering berkemih
dan ditemukannya N.gonorrhoe

Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper).
Namun, penyulit yang paling sering adalah epididimoorkitis. Selain itu, infeksi dapat
pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis,
epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior,

dapat mengenai trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi


gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan
wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan
dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital,
pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis,
dan konjungtivitis.
Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi yang timbul biasanya
berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra, epididimitis, dan
mungkin prostatitis.

BAB III
REFLEKSI KASUS

I.

Identitas Pasien
Nama

: Tn. P

Jenis Kelamin : Laki-laki


Usia

: 32 th

Status

: Menikah

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan

Alamat

: Rejosari Tembokrejo Gumukmas,Jember

II.
-

Autoanamnesa
Keluhan Utama :
Nyeri saat buang air kecil
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri saat buang air kecil sejak 15 hari
yang lalu. Nyeri ringan juga dirasakan saat ereksi. Selain nyeri pasien juga
merasakan panas dan perih di lubang kemaluan saat buang air kecil.
Pasien mengatakan kemaluannya pernah mengeluarkan cairan putih kental
yang agak berbau yang menetes keluar sekitar 7-10 hari yang lalu. Setiap
kali dibersihkan, cairan putih kental muncul kembali. Frekuensi buang air
kecil menjadi lebih sering dan setiap buang air kecil sedikit dan tidak
puas. Pasien juga mengatakan bahwa lubang kemaluannya seperti
membengkak dan memerah. Tidak ada keluhan ditempat lain seperti

pembesaran daerah inguinal dan pembesaran testis.


Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini sebelunya

III.

Riwayat pengobatan :
Belum pernah berobat
Riwayat psikososial :
Pasien sudah menikah. Pasien berhubungan seksual dengan teman wanita
(bukan istrinya) terakhir 3 minggu yang lalu.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :
Keadaan umum : cukup
Kesadaran

: Compos mentis

TTV TD

: 110/80mmHg

Nadi

: 86x/m

RR

: 18x/m

Tax: 36,7 C
k/l

: a/i/c/d -/-/-/-

Thoraks

: Dalam batas normal

Abdomen

: Dalam batas normal

Ektremitas

: Dalam batas normal

Status Lokalis :
R. Penis:
Tidak tampak adanya discharge mukopurulen pada orificium uretra
externum, setelah dilakukan pengurutan baru didapatkan adanya
discharge mukopurulen berwarna putih kental. Daerah oue dan ujung
gland penis tampak merah dan oedem
R. Inguinalis dan R. Skrotum:
Tidak ada pembesaran KGB, tidak oedem, dan tidak ada nyeri
IV.

V.

Usul Pemeriksaan Penunjang


Pewarnaan Gram
Kultur
Resume

Pasien Tn. P, laki-laki berusia 32 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSUD. dr. Subandi jember dengan keluhan disuria, panas dan perih disekitar oue,
nyeri ringan saat ereksi, polakisuri dan oue edematus dan eritematus sejak 15 hari
yang lalu. Discharge (+) putih kental dan agak berbau. Terdapat riwayat berhubungan
seksual 3 minggu yang lalu dengan wanita yang bukan istrinya. Pada pemeriksaan
fisik didapat oue yang edematus dan erimatus serta sekret uretra yang purulen. Pada
pemeriksaan sekret uretra dengan sediaan basah didapatkan leukosit dalam jumlah
yang banyak dan pada pengecatan gram didapatkan kuman diplococus gram negatif
extra dan intraseluler
VI.
-

VII.
-

Diagnosis Banding
Uretritis gonore
Uretritis non gonore
Uretritis non spesifik

Diagnosis Kerja
Uretritis gonore

VIII. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- Sefiksim 400mg PO, dosis tunggal
- Doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari
- Asam mefenamat 3x500 mg
b. Edukasi
- Menjelaskan tentang penyakit yang diderita serta upaya
IX.

pengobatannya
Jika dalam 7 hari masih keluar cairannya kembali ke dokter
Menjelaskan tentang pentingnya minum obat
Jangan berhubungan seks sebelum sembuh
Pasangan pasien juga harus diperiksa dan diobati
Gunakan kondom sebagai pencegahan infeksi

Prognosis
- Quo ad vitam: ad bonam
- Quo ad functionam: ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

You might also like