You are on page 1of 68

Presentasi Kasus

Pembimbing: dr. Rini Sulviani, Sp.A, M.Kes


Oleh: Jessica Bratakencana (2013-061-083)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
RSUD R. SYAMSUDIN, SH, SUKABUMI
PERIODE: 10 Agustus 2015 12 September 2015

Identitas pasien
Nama Pasien

: An. D

Tanggal Lahir

: 23 April 2014

Usia
Jenis Kelamin

: 1 tahun 4 bulan
: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Selabintana

Tanggal Masuk

: 12 Agustus 2015

Tanggal Pemeriksaan

: 12 Agustus 2015

Identitas orang tua


Orang Tua

Ayah

Ibu

Nama

Tn. B

Ny. C

Usia

28 tahun

24 tahun

Suku Bangsa

Sunda

Sunda

Agama

Islam

Islam

Alamat

Selabintana

Selabintana

Pendidikan

SMA

SMP

Pekerjaan
Penghasilan

Wiraswasta
1 3 juta

Ibu rumah tangga


-

rupiah/bulan

Riwayat Penyakit Sekarang


Alloanamnesis terhadap ibu dan nenek pasien,
serta data primer diambil dari rekam medis RSUD
R. Syamsudin, SH
Keluhan utama
Penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS

Keluhan tambahan
Kelopak mata kanan tidak bisa diangkat sejak 4 hari
SMRS
Demam sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


Anak mengalami penurunan kesadaran sejak 4 hari
SMRS Cenderung tidur dan tidak berespon saat dipanggil.
Respon terhadap nyeri menghindari nyeri dan menangis.

Kelopak mata kanan dan alis kanan anak turun, mata


anak masih terbuka spontan. Leher kaku ke arah kiri dan
sulit digerakkan.
Riwayat konsumsi obat sebelumnya, trauma kepala, kejang
sebelum penurunan kesadaran disangkal. Keluhan tidak
disertai dengan adanya pola nafas yang tidak teratur,
kejang, kaku seluruh badan, kelemahan ekstremitas,
gangguan menelan, diare maupun konstipasi.

Riwayat Penyakit Sekarang


Demam sejak 3 minggu SMRS,
dirasakan tidak terlalu tinggi
perabaan, terutama pada malam
hari.
Anak cenderung rewel dan
tidak mau makan penurunan
BB. Anak cenderung tidak aktif,
hanya menangis.
BB awal 9 kg 0,8 kg dalam
waktu 3 minggu.
Selama 3 minggu demam, hanya
diberikan obat penurun demam

Batuk berdahak saat 1 bulan SMRS dan sembuh sendiri dalam


waktu 1 minggu.

Tiga orang tetangga anak tersebut juga mengalami batukbatuk pada 6 bulan lalu dan didiagnosis TBC oleh dokter.

Pada saat itu, tetangga pasien sedang dalam pengobatan TBC


bulan ke-5.

Riwayat Penyakit Dahulu


Anak mengalami kejang tanpa didahului demam saat
usia 9 bulan. Kejang terjadi pada seluruh tubuh,
kelojotan, mata melotot, tidak ada sianosis, terjadi
selama 1 menit dan langsung menangis ketika kejang
berhenti.
Kejang kemudian kembali berulang dengan
karakteristik sama pada usia 1 tahun dan saat usia 1
tahun 3 bulan. Pasien tidak mengonsumsi obat untuk
kejang.
Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat anggota keluarga yang mengalami
keluhan serupa.
Tidak ada riwayat anggota keluarga dengan epilepsi
Tidak ada riwayat anggota keluarga yang mengalami
kelainan bawaan.

Keadaan Lingkungan
Pasien tinggal di wilayah padat penduduk
Ventilasi rumah berjumlah 3 buah, dengan ukuran
rumah 10 x 12 m
Tiga orang tetangga pasien sudah selesai pengobatan
TBC pada bulan ini. Tempat tinggal tetangga pasien
berbeda 2 hingga 3 rumah atau dalam radius 20 m
dengan rumah pasien.

Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu P1A0 dengan berat badan lahir
3080 gram, panjang badan lahir 48 cm, lahir secara
spontan dan ditolong oleh bidan.
Tidak ada penyulit selama kehamilan maupun kelahiran,
tidak ada faktor resiko sepsis, dan pasien langsung
menangis sesaat setelah dilahirkan.
ANC dilakukan sebanyak 6x di puskesmas.
Ibu tidak mengonsumsi alkohol, rokok, dan NAPZA.

Riwayat Imunisasi

Riwayat Makanan
0-6
bulan

ASI eksklusif

6-12
bulan

ASI + bubur susu 4x sehari

12-16
bulan

ASI + bubur ayam 4x sehari

Riwayat
makan
sesuai
dengan usia

Status Perkembangan
1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
Kerincingan bertangkai dan tutup, panci tidak ikut dinilai. YA
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan? YA
3. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab
TIDAK bila ia membutuhkan bantuan. YA
4. Apakah anak dapat mengatakan papa ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan mama jika memanggil/melihat ibunya? YA
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik? YA
6. Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih? YA
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali? YA
8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau
merengek? TIDAK
9. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyunghuyung? YA
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan
biskuit dengan menggunakan ibu jari seperti pada gambar ini. YA

Pasien dapat
mengerjakan 9
dari 10 ceklis
sesuai usia 15
bulan Status
perkembangan
sesuai menurut
usia berdasarkan
KPSP.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit
sedang
Kesadaran: somnolen
GCS: E4M4V4 (12)
Tekanan Darah: 100/50 mmHg
P5: 71/39 mmHg, P50: 90/56
mmHg, P95: 109/73 mmHg

Nadi: 100 x/menit (N: 80125x/menit)


RR: 24 x/menit (N: 2030x/menit)
Suhu: 37,4 oC

Antropometri
Lingkar Kepala: 47
cm
Head circumference
for age:
0 (-2) SD
normal

Antropometri
Berat badan: 8,2 kg
Weight for age:
0 (-2) SD
Gizi baik

Antropometri
Panjang badan: 74 cm
Length for age:
0 (-2) SD
normal

Antropometri
Weight for length:
(-1) (-2) SD
Gizi baik

Pemeriksaan fisik
Kepala: normocephali, deformitas (), ubun-ubun besar terbuka 2x1 cm
menonjol, teraba tegang.
Wajah: asimetris, kelopak mata kanan turun, kiri normal, alis kanan kesan
tidak bisa digerakkan, alis kiri normal.
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera putih, mata cekung (-/-), air mata (+/+),
refleks cahaya langsung -/-, refleks cahaya tidak langsung -/-, pupil
anisokor 5mm/4mm
Hidung: septum nasi di tengah, sekret (-/-), konka hiperemis (-/-), perdarahan
mukosa (-), nasal flare (-)
Telinga: deformitas (-/-), meatus akustikus eksternus (+/+), sekret (-/-)
Mulut: mukosa oral dan bibir kering, perdarahan gingival (-), ptekiae palatum (-),
sianosis (-)
Tenggorokan: faring hiperemis (-), tonsil T1/T1
Leher: trakea teraba di tengah, massa (-), pembesaran KGB (-)

Pemeriksaan fisik
Paru:
I: gerak napas tampak simetris, retraksi (-)
P: gerak napas teraba simetris
P: sonor pada kedua lapang paru
A:
bunyi napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung:
I : iktus cordis tidak terlihat
P: iktus cordis teraba di intercostal IV
A:
bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan fisik
Abdomen:
I: tampak datar
A: bising usus (+) 4-5 kali/menit
P: supel, hepar teraba 2 cm di bawah arcus costae, undulasi (-),
defense muscular (-)
P: timpani, liver span 4 cm, shifting dullness (-)

Punggung: Alignment vertebra baik


Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
Kulit: turgor kulit baik, ikterik (-), sianosis (-), ruam (-)

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal
Kaku kuduk +, Brudzinski I -, Brudzinski II -, Kernig +/-

Tonus otot
Hipertonus pada tungkai kanan, normotonus pada ekstremitas
lain

Refleks
Refleks fisiologis: biceps ++/++, triceps ++/++, patella +++/
++, Achilles ++/++
Refleks patologis: Babinski +/-, chaddock +/-, schaeffer +/-,
Gordon +/-

Pemeriksaan fisik
Saraf kranialis
Nervus I: sulit dinilai
Nervus II: fix and follow (-)
Nervus III, IV, VI: refleks cahaya
langsung -/-, refleks cahaya
tidak langsung -/-,
pergerakan bola mata sulit
dinilai, ptosis/normal
Nervus V: sensorik wajah kesan
normal, kemampuan mengunyah
baik

Nervus VII: kelopak mata kanan tampak terjatuh, alis


mata kanan tampak tidak bisa digerakkan

Nervus VIII: pendengaran kesan normal, keseimbangan sulit


dinilai, nystagmus

Nervus IX, X: kemampuan menelan baik

Nervus XI: leher cenderung menengok ke arah kiri,


cenderung tidak bisa digerakkan

Nervus XII: lidah kesan normal

Pemeriksaan Penunjang
Jenis

Hasil

Normal

Satuan

Hb

8,9

10,5 14

g/dl

Leukosit

15.400

5.000 14.500

/l

Ht

27

33 39

Eritrosit

4,9

3,8 5,2

Juta/ l

Trombosit

673.000

150.000

/l

400.000

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Anak perempuan, usia 1 tahun 4


bulan, datang dengan kesadaran
somnolen sejak 4 hari SMRS.
Terdapat paresis pada wajah
kanan bagian atas dan kaku
pada leher. Pasien juga
mengalami demam sejak 3
minggu SMRS disertai dengan
tidak mau makan dan
cenderung lebih rewel. Pasien
mengalami ISPA 1 bulan SMRS
yang sembuh tanpa pengobatan.
Ada penderita TB dalam
pengobatan yang tinggal dekat
dengan rumah pasien. Riwayat

Keadaan umum: tampak sakit


sedang
Kesadaran: somnolen; GCS: 12
(E4M4V4)
Tanda vital dalam batas normal
Kepala: ubun-ubun besar terbuka
2x1 cm menonjol, teraba tegang.
Mata: refleks cahaya langsung -/-,
refleks cahaya tidak langsung -/-,
pupil 5mm/4mm
Pemeriksaan neurologis
Kaku kuduk +, Kernig +/Hiperrefleks pada refleks patella
kanan
Refleks patologis + pada tungkai
kanan
Nervus kranialis:

Assessment

Diagnosis Banding

Anak perempuan, 16 bulan,


berat badan 8,2 kg, panjang
badan 72 cm, dengan:
- Meningoensefalitis bakterialis
- Epilepsi
- Gizi baik menurut WHO
- Status imunisasi dasar lengkap
menurut Depkes RI
- Status perkembangan sesuai
usia menurut KPSP

Meningoensefalitis viral
Menigitis TB
Space occupying lesion (SOL)
Abses otak

Saran Pemeriksaan
Lumbal pungsi, pemeriksaan LCS, kultur LCS
Kultur darah
Pemeriksaan elektrolit, CRP, procalcitonin, dan
LED
CT Scan kepala dengan kontras
Foto polos thorax

Tatalaksana
Rawat dalam PICU
Pantau kesadaran dan tanda-tanda vital
IVF 2A 700 cc/24 jam
Ceftriaxone 2x300 mg IV (~73 mg/kg/hari)
Paracetamol 3 x 120 mg IV (~14,6 mg/kg/dosis)

Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
Quo ad functionam: dubia ad malam

Follow up

13 Agustus 2015

Pasien tidak bisa minum ataupun makan, kesadaran

IVF 2A 600 cc/24 jam

cenderung STQa, NGT kecoklatan

Ampicillin 4 x 750 mg

GCS: E4M4V4 (12)

Colsancetine 4 x 200 mg

Tanda-tanda Vital:

Dexamethasone 4 x 1,25 mg

HR: 108-116 x/menit

Lumbal pungsi, foto thorax, CT scan kepala

RR: 24-28 x/menit, retraksi -, nasal flare -

Cek lab I + elektrolit

Suhu: 36.5C -37.0C

Transfusi PRC 125 cc

TD: 100-120/50-60 mmHg

Furosemid 10 mg

Rawat dalam PICU

Mata: pupil anisokor 5mm/4mm, refleks cahaya


langsung & tidak langsung -/-

Hb 8,9

Hitung jenis: PMH (-), MN(-)

Neurologis

Ht 28

Protein cairan 540

Kaku kuduk +, Kernig +/-

Leukosit 15.200

Glukosa cairan 39

N III, IV, VI: Ptosis/normal

Trombosit 563.000

Rivalta

Hiperrefleks pada tungkai kanan

Ureum 14

Makroskopis

Refleks patologis pada tungkai kanan +


Anak perempuan, 16 bulan, berat badan 8,2 kg,

Creatinine 0,18

Volume 2 cc

Na 128

Warna jernih

K 4,0

Bekuan

Cl 90

Nonne +

Cairan LP

Pandy +

panjang badan 72 cm, dengan:


-

Meningoensefalitis DD/ abses otak, meningitis TB,


SOL

Gizi baik menurut WHO

Status imunisasi dasar lengkap menurut Depkes

Lab

Jumlah sel leukosit 1

14 Agustus 2015

Pasien masih tidak bisa minum, tidak berespon


terhadap stimulus lingkungan

STQA

STQA
Rawat dalam PICU
IVF KaEN MG3 600 cc/24jam
Streptomisin 1x170 mg
Ranitidine 2x8 mg
Cek ulang SGOT SGPT elektrolit
Mantoux test
Hb 12,6
Ht 38%
Leukosit 19.000
Trombosit 551.000
SGOT 31
SGPT 12
Na 137

Hasil foto thorax


-Tidak tampak metastasis intrapulmonal
-Suspek bronkopneumonia kanan
-Tidak tampak kardiomegali

Hasil CT scan kepala tanpa


kontras:
- Lesi hipodens di daerah
nucleus caudatus kanan dan
cortical lobus parietalis kanan
suspek SOL
- Hidrosefalus communicans

15-17 Agustus 2015


Kesadaran semakin menurun, NGT coklat

18 Agustus 2015
Kesadaran menurun, NGT hitam kecoklatan,

hitam
GCS: E4M4V1 (9)

badan lebih kaku


GCS: E1M2V1 (4)

STQA

Tanda-tanda Vital:
HR: 132-210 x/menit
RR: 24-28 x/menit, retraksi -, nasal flare Suhu: 36.7C 37.3C
TD: 140-181/60-100 mmHg

PF lain STQA
Anak perempuan, 16 bulan, berat badan 8,2 STQa
kg, panjang badan 72 cm, dengan:

- Meningoensefalitis + SOL
IVF KaEN MG3 700
Ampicillin stop

Ceftriaxone 1x600 mg

Streptomisin stop

cc/24 jam

()

Colsancetin stop

Ceftriaxone 1 x 500

Ampicillin 4x250 mg

Bilas lambung dengan

mg

Dexametason 3x1,5 mg NaCl dingin 3x/hari

Manitol 3 x 5 gram

Ranitidin 2x10 mg

Terapi lain lanjut

19 Agustus 2015

20-24 Agustus 2015

STQa

Syok pada 20/8/15 pk 18.00 (TD 60/35 mmHg)

GCS: E1M2V1 (4)

GCS: E1M1V1 (3)

Tanda-tanda Vital:

Tanda-tanda Vital:

HR: 142-204 x/menit

HR: 100-150 x/menit

RR: 30-55 x/menit, retraksi -, nasal flare -

RR: 18-32 x/menit, retraksi -, nasal flare -

Suhu: 37.2C 40.5C

Suhu: 35.8C 38C

TD: 110-220/80-130 mmHg

TD: 70-152/40-85 mmHg

PF lain STQA

PF lain STQA

STQA

STQA

Cek Hb bila < 8 mg/dl, transfusi PRC 100 cc

Tatalaksana syok NaCl 20 cc/kg diberikan 164


cc

Jika transfusi Lasix 7,5 mg

Terapi lain dilanjutkan


Tanggal 23/8//15
Lab

Hb 3,5 mg/dl

Leukosit 21.400

Transfusi PRC 100 cc, Lasix 7,5 mg


Leukosit 8.100
Lab 23/8/15

Ht 11%

Trombosit 71.000

Hb 2,6 mg/dl
Ht 8

Trombosit 57.000

Analisa Kasus

Meningoensefalitis
Etiologi:

Defisit neurologis fokal


oklusi vaskular
Kejang cerebritis, infark,
gg. Elektrolit

Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitidis
Haemophilus influenza tipe b

Manifestasi klinis
Didahului demam, ISPA, dan
gejala GIT
Non spesifik demam,
anoreksia, sulit makan, iritabel,
ISPA, petekie
Spesifik iritasi meninges,
peningkatan TIK

Diagnosis

Cairan serebrospinal
analisa dan kultur
Protein meningkat
Glukosa menurun
Pleositosis

Patofisiologi
Perubahan pada pembuluh darah
dan parenkim otak vaskulitis,
thrombosis vena kortikal, dan
oklusi sinus venosus infark
cerebri
Inflamasi dari nervus kranialis
nervus optikus, oculomotor,
fasialis, dan auditori
Peningkatan tekanan intrakranial
kelumpuhan nervus
oculomotor (kompresi lobus
temporal)
Kelumpuhan nervus abducens
juga merupakan salah satu tanda
peningkatan intrakranial.

Peningkatan tekanan intrakranial kematian sel,


peningkatan permeabilitas kapiler, & peningkatan tekanan
hidrostatik

Tekanan perfusi otak <50 mmH2O perfusi otak terganggu

Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)


retensi air berlebih

Peningkatan protein peningkatan permeabilitas sawar


darah-otak dan kehilangan albumin dari kapiler ke ruang
subdural

Hypoglycorrhachia penurunan transport glukosa oleh


jaringan otak.

Patogenesis

Kolonisasi bakteri patogen pada epitel nasofaring


bakteremia pleksus koroideus pada ventrikel lateral
cairan serebrospinal ekstraserebral dan ruang subarakhnoid.

Komplemen dan antibodi pada cairan serebrospinal tidak


adekuat

Respon imun sitokin inflamasi (TNF. IL-1, dan prostaglandin


E) infiltrasi neutrofil, peningkatan permeabilitas kapiler,
gangguan sawar darah-otak, serta thrombosis.

Gangguan pada otak yang muncul pada meningitis

Bakteri + respon sistem


imun dari penderita

Lumbal pungsi
Kontraindikasi:
(1) bukti peningkatan TIK (selain
ubun-ubun menonjol)
kelumpuhan nervus kranialis III atau VI
dengan penurunan kesadaran
Trias cushing

(2) gangguan kardiopulmonar berat


yang membutuhkan tatalaksana
syok, atau pada pasien yang jika
diposisikan untuk pengambilan LP
akan mengakibatkan gangguan lebih
parah pada sistem kardiopulmonar
(3) infeksi pada daerah kulit lokasi LP.

Trombositopenia merupakan salah satu kontraindikasi relatif


LP.

Apabila LP harus ditunda terapi antibiotik empiris harus


segera dimulai.

LP dapat dilakukan setelah peningkatan TIK telah diatasi atau


abses otak telah dieksklusi.

Kondisi

Normal

Tekana Leukosit

Protei Glukosa

(mm3)

(mg/dl)

Tekana Leukosit

Protei Glukosa

(mmH2

(mg/dl

(mmH2

O)
50-80

)
20-45

O)

<5, 75%
limfosit

(mg/d
l)

Normal

Jarang >1000

50-

Normal;

75%

viral atau

atau

sel; awal

200

dapat

glukosa

meningoense meningk

Biasany 100-10.000

akut

ya 100- biasa <40

bakterial

meningk biasanya

500

(mg/dl)

Meningitis

Meningitis

atau lebih,

(mm3)

>50 (atau

darah)
Biasan Berkurang,

falitis

predominan

berkurang

at sedikit PMN kemudian

<40 pada

(80-150)

beberapa

MN

infeksi virus,
misalnya

(atau <50%

at (100- 300-2000;

glukosa

300)

predominan

darah)

Meningitis

Normal

PMN
5-10.000;

Biasa

bakterial

atau

PMN namun

yang

meningk dapat

diobati

at

parsial

Kondisi

Meningitis TB Biasanya 10-500; awal

100-

gondongan
<50 pada

3000

sebagian

meningk

PMN, namun

at

kemudian

besar kasus;

Normal

predominan

menurun

100-

atau

limfosit

apabila tidak

500

berkurang

Biasanya 5-200; jarang

75-

diobati
Normal

predominan

meningk

aselular;

500

kecuali jika

sel MN pada

at 100-

predominan

pengobatan

300

limfosit; jika

Abses otak

ruptur

Tatalaksana
Vankomisin dengan dosis 60
mg/kg/dosis setiap 6 jam.
Sefalosporin generasi 3
cefotaxime (300 mg/kg/24 jam
setiap 6 jam)
ceftriaxone (100 mg/kg/24 jam
dalam 1 dosis atau 50 mg/kg/dosis
setiap 12 jam).

Alergi dengan antibiotik golongan


beta-lactam kloramfenikol 100
mg/kg/24 jam setiap 6 jam.
Durasi pemberian antibiotik
adalah 7-10 hari.

Bakteri ini kemudian akan melepaskan toksik inflamasi


edema cerebri dan infiltrasi neutrofil perburukan gejala
SSP.

Dexamethasone 0,15
mg/kg/dosis setiap 6 jam
selama 2 hari dapat
diberikan pada pasien
meningitis.

Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang dapat
terjadi adalah kejang
berulang, peningkatan
TIK, kelumpuhan nervus
kranialis, stroke, herniasi
cerebri atau cerebelli, dan
thrombosis sinus venosus.
Komplikasi lain yang
dapat terjadi adalah efusi
subdural dan SIADH.

Sekuele 10-20% pasien meningitis, dan hingga 50% pasien


mengalami gangguan sikap

Prognosis terburuk usia <6 bulan.

Pada pasien dengan kelainan neurologis fokal dan koma


sekuele jangka lama.

Gangguan pendengaran,
gangguan kognitif, kejang
berulang, gangguan
berbahasa, dan gangguan
penglihatan.

Meningoensefalitis

Anamnesis

penurunan kesadaran + demam


Didahului ISPA

Pemeriksaan fisik

Tanda peningkatan intrakranial


Tanda rangsang meningeal
Kelainan neurologis fokal

Pemeriksaan penunjang

Leukositosis, yaitu 15.400 sel/l


Analisa cairan lumbal pungsi
protein (540 mg/dl)
glukosa (39 mg/dl)

Epilepsi
Kelainan otak yang
menyebabkan otak
memiliki kecenderungan
untuk menimbulkan kejang.
Diagnosis: 2 atau lebih
kejang yang tidak
diprovokasi terjadi dengan
jarak waktu lebih dari 24
jam

Anamnesis:

Riwayat kejang berulang yang


terjadi di seluruh tubuh dengan ciri
kejang yang terjadi selalu
serupa tanpa pemicu yang jelas

Pemeriksaan fisik:

Kelainan neurologis fokal yang


nyata.
Sebelum mengalami sakit
beraktivitas dengan normal seperti
anak lain seumurnya
Hal ini sesuai dengan manifestasi
klinis penderita epilepsi, dimana
antara serangan tidak ditemukan
kelainan melalui pemeriksaan fisik.

Gizi baik
Pada pasien usia < 5 tahun,
pengukuran status gizi
menggunakan kurva WHO.
Kriteria gizi baik menurut
WHO adalah antropometri
dalam kisaran -2 hingga 2
SD.
Pada pasien ini:
Weight for age 0 (-2) SD
Length for age 0 (-2) SD
Weight for length -1 (-2) SD

Perkembangan
Perkembangan dikatakan
sesuai usia apabila dapat
melakukan 8-10 dari 10
ceklis yang ada.
Pasien ini dapat
melakukan 9 ceklis,
sehingga dapat dikatakan
perkembangan sesuai
usia.

1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil


yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup, panci tidak ikut
dinilai. YA
2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan? YA
3. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambailambai? Jawab TIDAK bila ia membutuh kemandirian kaq bantuan. YA
4. Apakah anak dapat mengatakan papa ketika ia memanggil/melihat
ayahnya, atau mengatakan mama jika memanggil/melihat ibunya? YA
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5
detik? YA
6. Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau
lebih? YA
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat
membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri
kembali? YA
8. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa
menangis atau merengek? TIDAK
9. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau
terhuyung-huyung? YA
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau
potongan biskuit dengan menggunakan ibu jari seperti pada gambar ini.
YA

Imunisasi lengkap
Pasien telah
diimunisasi
lengkap sesuai
dengan jadwal
di puskesmas.

Diagnosis Banding

Meningitis TB
<6 tahun, muncul 2-6
bulan setelah infeksi awal
oleh kuman TB, dan
disertai dengan adanya TB
milier (50% kasus)
Onset penyakit biasanya
perlahan periode waktu
3 minggu;
Dapat dipicu oleh adanya
infeksi virus, jatuh, atau
trauma kepala.

3 tahap berdasarkan manifestasi klinisnya.

1. perubahan sikap, iritabel,


anorexia, dan demam
2. peningkatan TIK dan
tanda kerusakan otak
3. koma, nadi dan
pernafasan irregular, serta
demam yang meninggi

Meningitis TB
Diagnosis
Test mantoux Hasil dibaca 4872 jam
+ indurasi 10 mm.
+ indurasi 5 mm pada pasien
imunokompromis.

CT scan kepala tuberkuloma,


infark atau vaskulitis, serta
hidrosefalus pada meningitis TB.
Keterlibatan basal ganglia
Proses pada basal otak

Kultur cairan serebrospinal


Kultur cairan aspirasi lambung

Meningitis TB

Pemeriksaan analisa cairan serebrospinal tidak sesuai


dengan gambaran infeksi meningitis TB.

Diagnosis meningitis TB dapat disingkirkan.

Abses Otak
Jarang terjadi pada anak-anak.
Faktor risiko

Manifestasi klinis abses otak SOL, defisit neurologis fokal, maupun


infeksi yang menjadi fokus infeksi awal.

Gejala muncul dalam 1 minggu dari onset abses

Nyeri kepala & iritabel


Demam dapat ada ataupun
tidak ada
Manifestasi awal yang sering
ditemui mengantuk,
kebingungan, dan muntah
letargi, stupor, dan koma
Papilledema dapat ditemukan
pada kasus.

fokus infeksi terus menerus


osteomyelitis pada tulang tengkorak,
otitis kronis
anomali pembuluh darah PJB sianotik
trauma kepala atau prosedur
pembedahan kepala

Fokus infeksi tersering telinga


tengah, sinus paranasal, atau gigi.
Fokus infeksi berasal dari organ lain
(misalnya infeksi paru, endocarditis)
multipel

Nyeri kepala yang mendadak bertambah nyeri disertai dengan


meningismus ruptur abses.

Abses Otak
Modalitas radiologi utama
MRI kepala.
CT scan kepala dengan
kontras pilihan kedua
CT scan kepala dengan
kontras gambaran
hipodens dikeliling cincin
yang menyangat kontras

SOL
Insiden SOL tertinggi usia <5
tahun
52 kasus/1 juta anak.
Pilocytic astrocytoma (PA) dan
medulloblastoma

Manifestasi klinis tumor otak


lokasi tumor, jenis tumor, dan
usia anak.
Berkaitan dengan obstruksi
cairan serebrospinal
peningkatan TIK
Gangguan defisit neurologis fokal.

Tumor supratentorial kelemahan motorik fokal, gangguan


sensorik fokal, gangguan berbahasa, kejang fokal, serta
asimetri refleks.

Tumor infratentorial dapat ditemukan adanya trias klasik,


yaitu nyeri kepala, mual, dan muntah, disertai dengan
adanya papilledema.

SOL
Pemeriksaan penunjang
yang dianjurkan pada
pasien ini berupa MRI.

SOL
Pasien memiliki riwayat kejang
berulang sejak kecil & dan ada
keluhan defisit neurologis fokal.
Pemeriksaan fisik didapatkan
adanya ptosis, pupil anisokor,
serta lesi UMN pada tungkai
kanan.
CT scan SOL
Secara umum, SOL tidak
disertai dengan adanya
demam

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang
Lumbal pungsi
Menegakkan diagnosis meningitis.
Hasil pleositosis, peningkatan protein
& penurunan glukosa pada infeksi
bakteri
Kultur cairan serebrospinal bakteri
etiologi
Tidak dilakukan pada pasien ini

Pasien peningkatan protein (540


mg/dl) & penurunan glukosa (39 mg/dl)

Kultur darah
Kultur darah harus dilakukan pada
seluruh pasien dengan suspek
meningitis (80 90% bisa mengetahui
bakteri etiologi)
Tidak dilakukan pada pasien ini

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan elektrolit, CRP,
procalcitonin, dan LED
Pasien mengalami letargi dan sulit
makan kemungkinan adanya
gangguan elektrolit pada pasien ini.
CRP, procalcitonin, dan laju endap darah
membedakan virus dan bakteri.
Bakteri peningkatan CRP,
procalcitonin, dan laju endap darah.

CT scan kepala dengan kontras


Menyingkirkan adanya abses otak atau
SOL
Gambaran khas meningoensefalitis pada
CT scan kepala dengan kontras

Pemeriksaan Penunjang
Foto polos thorax
Infeksi TB pada paru-paru.
Pembesaran kelenjar getah
bening perihiler atau pretrakeal
Adanya efusi pleura
Kavitas
Gambaran milier maka dapat
dikatakan sebagai infeksi TB
aktif.

Pada anak pembesaran


KGB >>

Tatalaksana

Tatalaksana
Rawat dalam PICU
Perawatan yang intensif dan
pemantauan ketat selama 24 jam
terdapat penurunan kesadaran
dan adanya defisit neurologis fokal.
Penurunan kesadaran gangguan
pernapasan
Indikasi Inflamasi atau infeksi
medulla spinalis, meninges,
atau otak dengan kelainan
neurologis, gangguan metabolik
dan hormonal, gangguan
pernapasan atau hemodinamik,
atau kemungkinan peningkatan TIK.

Pantau kesadaran dan tanda-tanda vital

IVF 2A 700 cc/24 jam

Setiap 1 l dextrose 25 gram,


Na 77 mEq, Cl 77 mEq, dan
kalori 100 kkal
Pada pasien ini 840 cc/24
jam
Na 16 mEq-33 mEq
K 8-25 mEq dalam 24 jam

Na yang didapat adalah 54


mEq dan 70 kkal dalam 24
jam.
Na berlebih, dan tidak
didapatkan adanya kalium
KCl 8-25 mEq/hari

Tatalaksana
Ceftriaxone IV 2 x 300 mg
Antibiotik golongan Cephalosporin
generasi ke-3
Dosis: untuk meningitis, diberikan
100 mg/kgBB/24 jam dalam 1
dosis atau 50 mg/kgBB/dosis
setiap 12 jam.
Pada pasien ini 36,5
mg/kgBB/dosis dalam setiap
12 jam.
Dosis obat yang diberikan pada
pasien ini tidak mencukupi
sesuai berat badan pasien.

Paracetamol 3x120 mg IV

Pemberian paracetamol
digunakan untuk menurunkan
demam pasien. Dosis
paracetamol 10-15
mg/kgBB/dosis. Dosis ini
dapat diulang setiap 4-6 jam.
Pada kasus ini paracetamol
14,6 mg/kgBB/dosis
sesuai dengan dosis
yang dianjurkan

Prognosis

Prognosis
Quo ad vitam : dubia
ad malam
Karena dengan kondisi ini
dapat mengancam nyawa
pasien.

Quo ad sanationam :
dubia ad malam
Kemungkinan penyakit ini
untuk sembuh kecil
Kesadaran koma

Quo ad functionam: dubia ad malam

Kelainan neurologis fokal &


koma faktor prognostik
buruk.
10-20% sekuele
gangguan kesadaran,
kejang berulang,
perubahan kepribadian,
gangguan berbahasa,
dan gangguan
penglihatan.

TERIMAKASIH

You might also like