Professional Documents
Culture Documents
TEKNIK PEMBAKARAN
Tanggal Percobaan
Dosen Pembimbing
Asisten
: 01 Oktober 2015
: Nurlaili Humaidah ST.,MT.
: Fani Irma Yulianti P.,A.md
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam pra rencana pabrik, keberadaan kolom distilasi selalu ada
pada tahap pemisahan, dan selalu menjadi bagian penting dalam proses
rancangan pabrik lengkap. Selain itu dalam proses pemisahan minyak bumi
juga menggunakan metode distilasi yaitu dengan distilasi bertingkat, minyak
bumi dapat dipisahkan komponen yang tergantung di dalamnya yang sesuai
dengan titik didihnya. Sehingga dapat ditentukan sifat karakteristik
penguapan suatu komponen minyak bumi yang terkait dengan fungsinya
sebagai bahan bakar (Septiadevi, 2008).
Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa
cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan
tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam
keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu.
Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah
menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu
pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan
dipanaskan secara berulang-ulang, maka akhirnya akan diperoleh
komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni (Komariah, 2009).
Dengan praktikum distilasi ini, diharapkan dalam pemisahan minyak
bumi dapat digunakan sesuai dengan kegunaannya. Pemakaiannya dapat
dikhususkan, sesuai dengan karakteristik yang ada dalam minyak bumi.
Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jika kita menggunakan
sesuai dengan kegunaannya.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan distilasi ini adalah bagaimana cara
menentukan karakteristik bahan bakar dari campuran 84% kerosin dan 16%
solar dari segi volatilitasnya dengan menggunakan metode distilasi?
I-1
I-2
Bab i pendahuluan
I.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan distilasi ini adalah untuk menentukan
karakteristik suatu bahan bakar dari segi volatilitasnya dengan
BAB I PENDAHULUAN
menggunakan metode distilasi sehingga dapat diketahui boiling point,
komposisi bahan, properties bahan, aplikasi dari campuran 84% kerosin dan
16% solar, dan penanganan serta penyimpanannya.
BAB
I PENDAHULUAN
I.4 Manfaat
Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan distilasi ini, yaitu:
1. Dapat dijadikan sebagai referensi mengenai karakteristik campuran 84%
kerosin dan 16% solar berdasarkan volatilitas.
2. Dapat memilih cara yang tepat dalam hal penanganan dan penyimpanan
campuran 84% kerosin dan 16% solar.
3. Dapat mengetahui proses distilasi campuran 84% kerosin dan 16% solar
point range, komposisi bahan, properties bahan, aplikasi dari sampel, cara
penanganan dan penyimpanan dari suatu sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Distilasi
Dalam pabrik, keberadaan kolom distilasi ada pada tahap pemisahan,
dan selalu ada dalam rancangan proses lengkap. Pemisahan campuran liquid
dengan distilasi bergantung pada perbedaan volatilitas antar komponen.
Komponen yang memiliki relative volatility yang lebih besar akan lebih
mudah pemisahannya. Uap akan mengalir menuju puncak kolom sedangkan
liquid menuju ke bawah kolom secara counter-current (berlawanan arah). Uap
dan liquid akan terpisah pada plate atau packing. Sebagian kondensat dari
condensor dikembalikan ke puncak kolom sebagai liquid untuk dipisahkan
lagi, dan sebagian liquid dari dasar kolom diuapkan pada Reboiler dan
dikembalikan sebagai uap (Komariah, 2009).
Distilasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan
suatu campuran liquid yang miscible dan volatile menjadi komponen
masing-masing. Syarat dasar dari pada proses distilasi ini adalah
komposisi uapnya berbeda komposisi liquidnya pada saat terjadi
kesetimbangan. Proses distilasi secara teoritis tidak akan menghasilkan
produk dengan kemurnian 100 % karena semakin mendekati kemurniaan
maka kerja yang dilakukan alat akan semakin besar. Operasi ini dipengaruhi
oleh jumlah plate dalam kolom, harga relative volatility serta kecepatan
aliran fase liquid dan fase uapnya. Apabila perbedaan komposisi uap
jauh lebih besar dibandingkan komposisi liquid maka pemisahan
komponen akan lebih mudah dilakukan (Billah, 2009).
Pemisahan komponen-komponen dari campuran liquid melalui distilasi
bergantung pada perbedaan titik didih masing-masing komponen, serta
bergantung juga pada konsentrasi komponen yang ada. Campuran liquid
akan memiliki karakteristik titik didih yang berbeda. Oleh karena itu, proses
distilasi bergantung pada tekanan uap campuran liquid. Tekanan uap suatu
liquid pada temperatur tertentu adalah tekanan keseimbangan yang
dikeluarkan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk pada permukaan
liquid. Berikut adalah hal-hal penting berkaitan dengan tekanan uap :
II-1
II-2
Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk
setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa
cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan
tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam
keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu.
Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah
menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu
pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan
dipanaskan secara berulang-ulang, maka akhirnya akan diperoleh
komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni (Komariah, 2009).
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA
II-3
II-4
II-5
II-6
Viscositas (pada
suhu 40 0C)
mm2/sec
5.0
D445-97
0.35
D 2622-98
Kandungan Sulfur
Distilasi
0
Temp.95
C
370
Titik Nyala
% massa
0,20
Titik Tuang
No 1
Residu Karbon
%m/m
0,1
Kandungan Air
mg/kg
500
Biological
NIHIL
Growth*
Kandungan
I%v/v
10
AME*
Kandungan
methanol
dan %m/m Tak Terdeteksi
ethanol
Korosi Lempeng
Menit
kelas 1
Tembaga
Kandungan Abu
%v/v
0,01
6
7
8
9
10
11
12
13
14
%m/m
2.0
D 1266
D 138
D 4530-93
D 2622-98
D 4815
D 130-94
D 482-95
II-7
Kandungan
Sedimen
Bilangan
Asam
Kuat
Bilangan
Asam
Total
Partikulat
Penampilan
Visual
Warna
%m/m
mg
KOH/g
mg
KOH/g
mg /l
0,01
D 473
D 664
0,6
D 664
D 2276-99
No
3.0
ASTM
*)Khusus untuk minyak solar mengandung BioDiesel
D 1500
(PT.Pertamina, 2007)
II.2.2 Kerosin
Kerosin adalah cairan hidrokarbon yang tidak bewarna dan mudah
terbakar. Kerosin diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari minyak
mentah pada 1500C dan 2750C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Kerosin
digunakan sebagai bahan bakar kompor masak, bahan bakar alat penerang,
dan bahan bakar pesawat terbang. Kualitas kerosin untuk bahan bakar
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA
II-8
II-9
Tembaga
(3
0
jam/50 C)
Bau dan Warna
Dapat Dipasarkan
(PT.Pertamina, 2007)
II-10
II-11
11Distillation flask
12Temperature sensor
13Flask support board
14Flask support platform
15Ground connection
16Electric heater
17Knob for adjusting level of
support platform
18Power source cord
19Receiver cylinder
20Receiver cooling bath
21Receiver cover
II-12
II-13
Gambar II.6 Example of Centering Device Designs for Straight-Bore Neck Flas
Hal yang perlu diperhatikan perangkat centering lainnya juga dapat
diterima, selama mereka posisi dan memegang perangkat pendeteksi suhu
dalam posisi yang tepat di leher kolom distilasi, seperti ditunjukkan pada
Gambar II.7.
II-14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Komposisi campuran kerosin : solar = 84% : 16%
2. Repeatability
= 2 kali
III.2 Bahan yang Digunakan
1. Kerosin
Dibeli pada hari Rabu, 30 September 2015 di SPBU Keputih
2. Solar
Dibeli pada hari Rabu, 30 September 2015 di SPBU Dharmahusada
3. Air
III.3 Alat yang Digunakan
1. Adaptor
2. Gelas ukur
3. Kondesor
4. Labu distilasi
5. Statif dan klem
6. Termometer
III.4 Prosedur Percobaan
III.4.1 Tahap Persiapan
1. Menyiapkan alat yang dibutuhkan.
2. Merangkai alat distilasi.
3. Mengukur 84 mL kerosin dan 16 mL solar.
4. Membuat campuran 84% kerosin dan 16% solar sebanyak 100 mL.
III.4.2 Tahap Percobaan
1. Memasukkan campuran 84% kerosin dan 16% solar ke dalam labu
distilasi.
2. Menjalankan operasi distilasi dengan menyalakan pemanas dan
memastikan sirkulasi air dalam kondensor berjalan dengan baik.
III-1
III-2
III-3
III-4
Selesai
III-5
Gelas Ukur
Kondensor
Labu Distilasi
Termometer
III-6
2
3
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil percobaan
Dari hasil percobaan distilasi 84% kerosin dan 16% solar
diperoleh data-data sebagai berikut:
Tabel IV.1 Hasil percobaan pada Repeatibilitiy 1
Volume (ml)
Temperatur (oC)
IBP
232
236
10
242
15
248
= 281 oC
- End Point
= 282 oC
- Volume residu
= 84 ml
- Volume Distilat
= 16 ml
Temperatur (oC)
IBP
250
254
10
259
= 275 oC
- End Point
= 276 oC
- Volume residu
= 85 ml
IV-1
IV-2
= 14 ml
IV.2 Pembahasan
Percobaan distilasi ini bertujuan untuk menentukan karakteristik
suatu bahan bakar dari segi volatilitasnya dengan menggunakan metode
distilasi sehingga dapat diketahui boiling point, komposisi bahan,
properties bahan, aplikasi dari campuran 84% kerosin dan 16% solar,
dan penanganan serta penyimpanannya.
Prosedur percobaan distilasi adalah memasukkan campuran 84%
kerosin dan 16% solar ke dalam labu distilasi sebanyak 100 ml.
Menjalankan operasi distilasi dengan menyalakan pemanas dan
memastikan sirkulasi air dalam kondensor berjalan dengan baik. Lalu
mengamati tetesan pertama dan mencatat temperaturnya sebagai
initial boiling point. Setelah itu mengamati dan mengukur temperatur
setiap kenaikan 1 mL percent recovery. Lalu mengamati tetesan terakhir
dan mencatat temperaturnya sebagai dry point. Mengamati dan
mencatat suhu distilasi sebagai end point ketika tidak ada lagi tetesan
distilat sekurang-kurangnya 5 menit setelah tetesan terakhir. Mengukur
volume distilat dan residu setelah operasi distilasi dinyatakan selesai.
Menghitung percent recovery, residue dan percent total recovery. Setelah itu
mengulangi proses distilasi untuk repeatibility kedua.
Dari hasil percobaan diperoleh suatu hubungan antara percent
recovery dengan temperatur, berikut ini adalah grafik yang menyatakan
hubungan antara percent recovery dengan temperatur.
IV-3
% Recovery (ml)
14
12
10
8
Repeatibilityb 1
6
4
2
0
220
240
260
Temperatur(
280
300
0C)
% Recovery (ml)
12
10
8
Repeatibility 2
6
4
2
0
220
240
260
Temperatur(
280
300
0C
IV-4
% Recovery (ml)
14
12
10
8
Repeatibilityb 1
Repeatibility 2
4
2
0
220
240
260
280
300
Temperatur( 0C
grafik
IV.3
Perbandingan
antara
Percent
Recovery
IV-5
BAB V
PENDAHULUAN
Dari percobaan distilasi terhadap bahan bakar kerosin 84% dan solar
16% yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai IBP (Initial Boiling Point) pada repeability 1 dan 2 sebesar 226oC
dan 244oC.
2. Nilai DP (Dry Point) pada repeability 1 dan 2 sebesar 281oC dan 275oC.
3. Nilai EP (End Point) pada repeability 1 dan 2 sebesar 282oC dan 276oC.
4. Percent Recovery yang didapat yaitu pada repeability 1 dan 2 sebesar 16%
dan 14%.
5. Percent Residu yang didapat yaitu pada repeability 1 dan 2 sebesar 84%
dan 85%.
6. Percent Loss yang didapat yaitu pada repeability 1 dan 2 sebesar 0% dan
1%.
7. Nilai Sc pada percent recovered 5% sesuai dengan ASTM D86-07b, yaitu
sebesar 0,8 oC/%Vol.
8. Nilai Sc pada percent recovered 10% sesuai dengan ASTM D86-07b, yaitu
sebesar 1,8 oC/%Vol.
9. Nilai Sc pada percent recovered 15% sesuai dengan ASTM D86-07b, yaitu
sebesar 0 oC/%Vol.
10. Nilai Sc pada end point/final boiling point sesuai dengan ASTM D86-07b,
yaitu sebesar 1,4 oC/%Vol.
11. Nilai Sc optimum sebesar 1,8 yaitu pada percent recovered 10% sesuai
dengan ASTM D86-07b.
V-1
V-2
Bab V KESIMPULAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN