Professional Documents
Culture Documents
TEKNIK
PEMBAKARAN
NRP
NRP
NRP
NRP
2313
2313
2313
2313
030
030
030
030
016
033
035
051
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, flash dan fire point suatu bahan bakar
sangat perlu diketahui. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan
timbulnya kebakaran dari peralatan dipilih minyak dengan titik nyala
yang tinggi. Minyak bumi yang memiliki titik nyala terendah akan
membahayakan, karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila
minyak tersebut memiliki titik nyala terlalu tinggi juga kurang baik,
karena akan susah mengalami kebakaran. Ditinjau dari segi keselamatan,
minyak yang baik mempunyai nilai titik nyala yang tinggi karena tidak
mudah terbakar. Demikian pula pada halnya pada minyak mentah, pada
suhu tertentu ada gas yang terbebaskan di atas pemukaan, apabila disulut
api, maka minyak mentah tersebut akan menyala. Titik nyala secara
prinsip ditentukan untuk minyak bumi sehingga dengan demikian dapat
mengantisipasi bahaya terbakarnya produk-produk minyak bumi.
Semakin kecil specific gravity minyak mentah, maka semakin tinggi APInya, berarti minyak dengan jumlah C1-C3 semakin banyak, dengan
semakin banyak gas, semakin rendah titik nyala dan titik bakarnya, maka
akan semakin mudah terbakar produk petroleum yang akan diproduksi
(Anonim, 2015).
Titik nyala (flash point) adalah temperatur terendah dimana
campuran senyawa dengan udara pada tekanan normal dapat menyala
(terbakar sekejap) setelah ada suatu inisiasi,misalnya dengan adanya
percikan api (Toni, 2013).
Dengan telah dilakukannya praktikum flash dan fire point ini,
praktikan berharap bahwa dengan mengetahui titik nyala dan titik api
suatu bahan bakar akan mempermudah dari segi penggunaan,
penyimpanan. Apakah bahan bakar tersebut mudah terbakar atau
tidaknya.
II-1
I-2
BAB I PENDAHULUAN
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui titik nyala (flash point) dan titik api
(fire point) dari suatu bahan bakar dengan tepat dan akurat?
2. Bagaimana mempelajari dan mengetahui metode pengukuran titik
nyala pada sampel bahan bakar berdasarkan ASTM D92-05a?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui titik nyala (flash point) dan titik api (fire point)
dari suatu bahan bakar dengan tepat dan akurat.
2. Untuk mempelajari dan mengetahui metode pengukuran titik nyala
pada sampel bahan bakar berdasarkan ASTM D92-05a.
I.4 Manfaat Percobaan
Mempelajari dan mengetahui titik nyala (flash point) dan titik api
(fire point) dari suatu bahan bakar dengan menggunakan metode
standar ASTM D92-05a.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah bahan yang apabila terbakar yaitu berkontak
dan bereaksi dengan oksigen atau udara akan timbul panas. Jadi bahan
yang digunakan (digolongkan) sebagai bahan bakar harus mengandung
unsur-unsur atau senyawa yang dapat terbakar yairu : karbon,hidrogen
atau hidrokarbon. Walaupun belerang misalnya kalau terbakar juga akan
mengeluarkan panas,tetapi belerang tidak dipandang sebagai bahan bakar
(Sri Murwati, 2010).
Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan
proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan
pengeluaran panas.
Bahan bakar dapat dibedakan menjadi :
1. Bahan bakar fosil, seperti : batubara, minyak bumi, dan gas
bumi
2. Bahan bakar nuklir, seperti : uranium dan plutonium. Pada
bahan nuklirm panas
3. Bahan bakar lain, seperti : sisa tumbuh-tumbuhan
(biomass),minyak nabati(straight,vegetable oil), minyak hewani,
biofuel/biodiesel(Fauzian, 2012).
Setiap bahan bakar memiliki karakteristik dan nilai pembakaran
yang berbeda-beda. Karakteristik inilah yang menentukan sifat-sifat
dalam proses pembakaran, dimana sifat yang kurang menguntungkan
dapat disempurnakan dengan jalan menambah bahan-bahan kimia ke
dalam bahan bakar tersebut, dengan harapan akan mempengaruhi daya
anti knocking atau daya letup dari bahan bakar dan dalam hal ini
menunjuk apa yang dinamakan dengan bilangan oktan (octane number).
Proses pembakaran bahan bakar dalam sepeda motor bensin tau mesin
diesel sangat dipengaruhi oleh bilangan setana (cetana number).
Adapun tujuan dari pembakaran bahan bakar adalah untuk
memperoleh energi yang disebut dengan energi panas (heat energy). Hasil
II-1
II-2
II-3
Satuan
1.
MJ/kg
Batasan
Metode
Uji
IFO-1
IFO 2
Min Maks Min Maks ASTM
41.87
41.87
D 240
Kg/m3
991
991
D 1298
mm2/dt -
180
380
D 445
%m/m
3.5
0
0
C
C
%m/m
60
-
30
16
60
40
20
D 1552/
2662
D 97
D 93
D 189
%m/m
0.10
0.15
D 482
%m/m
0.10
0.10
D 473
%v/v
0.75
1.0
D 95
mg/kg
200
mg/kg
80
AAS
D 5184 /
AAS
Satuan
Batasan
Metode
Uji
IFO-1
IFO 2
Min Maks Min Maks ASTM
Nilai Kalor
Densitas pada
2.
150C
Viskositas
3. kinematik pada
500C
Kandungan
4.
sulfur
5. Titik Tuang
6. Titik Nyala
7. Residu Karbon
Kandungan
8.
Abu
9. Sedimen total
Kandungan
10.
Air
11. Vanadium
Aluminium +
12.
silicon
4.0
B. Spesifikasi II
No. Karakteristik
1.
2.
Densitas pada
Kg/m3 150C
Viskositas
mm2/dt kinematik pada
991
991
D 1298
180
380
D 445
II-4
%m/m
3.5
C
0
C
%m/m
60
-
30
16
60
40
20
D 1552/
2662
D 97
D 93
D 189
%m/m
0.10
0.15
D 482
%m/m
%v/v
mg/kg
0.10
0.75
200
0.10
1.0
-
mg/kg
80
D 473
D 95
AAS
D 5184 /
AAS
4.0
II.1.3 Pengertian Titik Nyala (Flash Point) dan Titik Api (Fire Point)
Titik nyala (flash point) adalah suhu terendah minyak harus
dipanaskan agar menghasilkan uap secukupnya untuk bercampur dengan
udara dan dapat menyala (flammable) bila dilewati api kecil. Satuannya
adalah derajat () Celcius atau derajat () Fahrenheit. Titik Api (fire point)
adalah suhu terendah minyak yang harus dipanaskan untuk menghasilkan
uap secukupnya agar bercampur dengan udara dan dapat terbakar selama
paling sedikit 5 detik. Satuan titik api adalah derajat () Celcius atau
derajat Fahrenheit. Suhu ini juga perlu diperhatikan seperti halnya titik
bakar, walaupun penyalaan minyak yang terjadi belum stabil, paling
sedikit 5 detik, tetapi hal ini sudah membahayakan (Marsudi, 2005).
Titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah
dari suatu bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat,
apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api.
Titik nyala diperlukan sehubungan adanya pertimbangan-pertimbangan
mengenai keamanan dari penimbunan minyak dan pengangkutan bahan
bakar minyak terhadap bahaya kebakaran. Titik nyala ini tidak
mempunyai pengaruh yang besar dalam persyaratan pemakaian bahan
bakar minyak untuk mesin diesel atau ketel uap (Hariska, Suciati, & Ramja,
2012).
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DII TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri ITS
SURABAYA
II-5
II-6
Gambar II.2 Flash and Fire Points by Pensky Martens Closed Cup Tester
3. Penentuan Flash Point dengan Tag Closed Tester
Metode ini dimaksudkan untuk pemeriksaan minyak hasil yang
mempunyai flash point (titik nyala) dibawah 175F (79C) kecuali
untuk produk yang sebagai fuel oil, memakai metoda ASTM D-93.
II-7
II-8
II-9
II-10
NO KARAKTERISTI
.
K
Bilangan Cetana
Angka
Setana
1.
atau
Indeks Setana
Berat Jenis pada
2.
150C
Viskositas (pada
3.
suhu 400C)
Kandungan
4.
Sulfur
Destilasi
5.
Temp. 95
6. Titik Nyala
7. Titik Tuang
8. Residu Karbon
9. Kandungan Air
10. Biological Growth
Kandungan
11.
FAME
Kandungan
12. Methanol
dan
Etanol
Korosi Lempeng
13.
Tembaga
14. Kandungan Abu
15. Kandungan
48
45
D 613-95
D 4737-96a
Kg/m3
815
870
D1298/D405296
mm2/sec
2.0
5.0
D445-97
%m/m
0.35
D 2622-98
370
C
0
C
%m/m
mg/kg
-
60
Nihil
18
0.1
500
%v/v
10
%v/v
Tak
Terdeteksi
menit
%v/v
%m/m
Kelas
1
0.01
0.01
IP
D 93-99c
D 97
D 4530-93
D 1744-92
D 4815
D 130-94
D 482-95
D 473
II-11
16.
17.
18.
19.
Sedimen
Bilangan
Asam
Kuat
Bilangan
Asam
Total
Partikulat
Penampi;an
Visual
20. Warna
mg
KOH/g
mg
KOH/g
Mg/l
D 664
0.5
D 664
D 2276-99
3.0
D 1500
b. Kerosin
Minyak tanah atau kerosin merupakan cairan hidrokarbon yang tak
berwarna dan mudah terbakar dan memiliki titik didih antara 200 C
dan 300 C. Minyak tanah atau disebut juga parafin. Minyak tanah
banyak digunakan untuk lampu minyak dan kompor, sekarang banyak
digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4
atau JP-8). Kerosen dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan
bakar roket. Pada proses pembakarannya menggunakan oksigen cair.
Kerosin didestilasi langsung dari minyak mentah dan memerlukan
pengendalian khusus dalam sebuah unit Merox atau hydrotreater
untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan. Kerosene dapat juga
diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk meningkatkan
bagian dari minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar minyak.
Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan
dalam minyak tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin,
naften, aromatik, dan senyawa belerang. Jumlah kandungan komponen
senyawa dalam minyak tanah akan mempengaruhi sifat-sifat minyak
tanah. Sifat-sifat yang harus dimiliki minyak tanah adalah : titik
nyala, titik asap, kekentalan, kadar belerang, sifat pembakaran serta
bau dan warna yang khas (Lusty, 2011).
II-12
II-13
310
38.0
% massa
0.20
D 1266
No.1
D 130
IP
170
Bilah
Dapat
Dipasarkan
II.3 Metode dan Peralatan Pengujian Flash dan Fire Point Berdasarkan
ASTM D-92
Alat yang dipakai untuk pemerikasaan titik nyala & titik api adalah
Open Cup & Pensky-Marten untuk minyak-minyak berat dan Tag Tester
untuk minyak-minyak ringan. Titik nyala dapat diukur dengan metoda
wadah terbuka (Open Cup atau OC) atau wadah tertutup (Closed Cup atau
CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih tinggi dari
yang diukur dengan metoda wadah tertutup. Minyak berat yang akan
diperiksa dipanaskan pada kecepatan 10oF per menit, untuk minyak
ringan pada 1,8oF per menit. Metode standar untuk pengukuran titik
nyala adalah ASTM D-92.
Metode Pengujian Flash Point dan Fire Point berdasarkan ASTM
D92-05a adalah sebagai berikut:
1. Isi tempat sampel (cup) sampai tanda batas pengisian. Suhu sampel
dan tempatnya tidak boleh melebihi 56C (100F) di bawah titik
nyala yang diharapkan.
2. Apabila sampel yang akan diuji dalam bentuk padat, maka perlu
dicairkan sehingga perlu dipanaskan terlebih dahulu pada suhu
yang tidak boleh melebihi 56C (100F).
3. Pastikan panas awalnya akan naik 5-6C (9-30F)/menit. Apabila
suhu sampel sekitar 56C (100F) panasnya perlu diturunkan
sampai suhu 28C (50F) dengan kecepatan 5-6C (9-11F)/menit.
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DII TEKNIK KIMIA
FTI ITS
SURABAYA
II-14
II-15
II-16
II-17
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Sampel: a. Solar 78 %
b. Kerosin 22 %
2. Reproducibility: 2 kali
3. Repeatability: 3 kali
4. to = 36oC (Operator 1)
to = 34oC ; 36oC ; 38C (Operator 2)
to = 38oC ; 34oC ; 36C (Operator 3)
III.2 Bahan yang Digunakan
1. Solar
Tempat : Pom Bensin Pandugo
Tanggal : 15 Oktober 2015
Waktu : 14.37 WIB
2. Kerosin
Tempat : Toko Kelontong Keputih
Tanggal : 15 Oktober 2015
Waktu : 15.55 WIB
III.3 Alat yang digunakan
1. Termometer
2. Cawan
3. Kaki tiga
4. Statif
5. Kasa
6. Bunsen
7. Penyulut api
8. Pipet tetes
9. Gelas ukur
10. Stopwatch
III-1
III-2
III-3
III-4
Selesai
III-5
3
4
5
6
7
Keterangan :
1. Statif
2.Termometer
3.Cawan porselen
4. Kasa
5. Kaki tiga
6. Gelas sampel
7. Bunsen
III-6
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Flash and Fire Point Oleh Operator I
Pada Sampel Solar 78% dan Kerosene 22% Pada t0 = 36oC
Temperatur
waktu
Keterangan
Temperatur
waktu
Keterangan
Temperatur
Waktu
Keterangan
36
0:32
36
0:45
36
0:34
38
0:58
38
0:58
38
0:45
40
1:02
40
1:06
40
0:57
42
1:08
42
1:17
42
1:10
44
1:12
Smoke
44
1:22
44
1:22
46
1:15
Smoke
46
1:36
Smoke
46
1:27
48
1:18
Smoke
48
1:42
Smoke
48
1:35
50
1:26
Smoke
50
1:46
Smoke
50
1:45
Smoke
52
1:28
Flash
52
1:58
Smoke
52
1:56
Smoke
54
1:29
Flash
54
2:02
Flash
54
2:12
Smoke
56
1:31
Flash
56
2:15
Flash
56
2:19
Smoke
58
1:34
Flash
58
2:20
Flash
58
2;33
Smoke
60
1:36
Flash
60
2:22
Flash
60
2:35
Smoke
62
1:38
Flash
62
2:25
Flash
62
2:36
Flash
64
1:42
Fire
64
2:32
Fire
64
2:38
Flash
66
1:44
Fire
66
2:34
Fire
66
2:41
Fire
68
1:45
Fire
68
2:35
Fire
68
2:43
Fire
70
1:46
Fire
70
2:36
Fire
70
2:45
Fire
II-1
IV-2
Keterangan
34
0:34
36
0:48
38
0:47
36
0:43
38
0:56
40
0:52
38
0:46
40
1:03
42
1:00
40
0:55
42
1:09
44
1:08
42
1:00
44
1:16
46
1:18
44
1:09
46
1:26
48
1:26
46
1:17
Smoke
48
1:34
50
1:33
48
1:26
Smoke
50
1:40
52
1:38
50
1:30
Smoke
52
1:53
54
1:45
52
1:44
Smoke
54
1:59
56
1:51
Smoke
54
1:52
Flash
56
2:09
Smoke
58
1:57
Smoke
56
1:57
Flash
58
2:13
Smoke
60
2:02
Smoke
58
2:05
Flash
60
2:20
Smoke
62
2:07
Smoke
60
2:10
Flash
62
2:27
Smoke
64
2:20
Smoke
62
2:17
Flash
64
2:31
Smoke
66
2:13
Smoke
64
2:19
Flash
66
2:34
Flash
68
2:16
Smoke
66
2:21
Fire
68
2:35
Flash
70
2:20
Flash
68
2:22
Fire
70
2:36
Flash
72
2:25
Flash
70
2:23
Fire
72
2:38
Flash
74
2:32
Flash
72
2:24
Fire
74
2:40
Fire
76
2:34
Fire
74
2:25
Fire
76
2:41
Fire
78
2:36
Fire
76
2:26
Fire
78
2:42
Fire
80
2:37
Fire
IV-3
2:27
Fire
PUSTAKA
80
2:43
Fire
82
2:38
Fire
80
2:28
Fire
82
2:44
Fire
84
2:39
Fire
IV.1.3 Tabel Hasil Pengamatan Flash and Fire Point Oleh Operator II
Pada Sampel Solar 78% dan Kerosene 22% Pada t1 = 38oC, 34oC dan 36oC
Temperatur
38
0:55
34
0:39
36
0:41
40
1:00
36
0:49
38
0:49
42
1:08
38
0:56
40
0:56
44
1:15
40
1:04
42
0:59
46
1:25
42
1:09
44
1:11
48
1:27
44
1:17
46
1:16
50
1:34
46
1:23
48
1:22
52
1:40
48
1:30
50
1:30
54
1:44
50
1:33
52
1:34
56
1:42
52
1:38
54
1:38
58
1:57
54
1;42
56
1:41
60
2:03
56
1:46
58
1:47
62
2:09
58
1:48
60
1:50
64
2:12
Smoke
60
1:50
Smoke
62
1:55
66
2:21
Smoke
62
1:52
Smoke
64
Smoke
1:58
68
2:23
Smoke
64
1:55
Smoke
66
Smoke
2:00
70
2:25
Smoke
66
1:57
Flash
68
Smoke
2:02
72
2:27
Smoke
68
2:01
Flash
70
Flash
2:04
74
2:28
Flash
70
2:06
Flash
72
Flash
2:05
IV-4
2:29
Flash
72
2:10
Flash
74
Flash
2:07
78
2:31
Fire
74
2:17
Fire
76
Fire
2:09
80
2:33
Fire
76
2:20
Fire
78
Fire
2:11
82
2:34
Fire
78
2:21
Fire
80
Fire
2:13
84
2:35
Fire
80
2:22
Fire
82
Fire
2:15
ASTM
Repeatabilit
y
D92-05a
Keteranga
n
62 oC
4 0C
Max.8 0C
Sesuai
66 0C
3 0C
Max.8 0C
Sesuai
Parameter
Repeat
I
Repeat
II
Repeat
III
Flash Point
52 0C
54 oC
Fire Point
64 0C
64 0C
Tabel IV.2.2 Nilai rata-rata Flash Point dan Fire Point pada Sampel Solar 79% dan
Kerosene 22% oleh Operator II
Solar 78% + Kerosene 22%
ASTM Keteranga
Repeatabilit
Parameter Repeat Repeat Repeat
y
n
D92-05a
I
II
III
Flash Point
54 0C
66 oC
70 oC
6 0C
Max.8 0C
Sesuai
66 0C
74 0C
76 0C
4 0C
Max.8 0C
Sesuai
Fire Point
IV-5
Paramete
r
Flash
Point
ASTM
Repeatabili
ty
D92-05a
Keterangan
Repeat
I
Repeat
II
74 0C
66 oC
70 oC
3 0C
Max.8 0C
Sesuai
78 0C
74 0C
76 0C
2 0C
Max.8 0C
Sesuai
Fire Point
IV.3. Pembahasan
Tujuan dari percobaan Flash Point dan Fire Point adalah untuk menentukan titik
nyala (flash point) dan titik api (fire point) dari suatu bahan bakar menggunakan
metode standar ASTM D 92-05a.
Titik nyala (flash point) dan titik api (fire point) merupakan salah satu parameter
penting yang diukur untuk mengetahui spesifikasi suatu bahan bakar. Titik nyala
(flash point) adalah temperatur dimana timbul sejumlah uap yang apabila bercampur
dengan udara membentuk suatu campuran yang mudah menyala. Titik api (fire point)
adalah temperatur dimana bahan bakar cair yang dipanaskan pada keadaan baku
dapat terbakar selama waktu sekurang-kurangnya 5 detik.
(Kennedy, 1990).
Grafik IV.3.1 Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point oleh Operator I pada
sampel Solar 78 % : Kerosene 22 % pada t0 = 36
Dari grafik IV.3.1 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang
dibutuhkan selama pengamatan maka semakin tinggi suhu. Pada repeat I
ini flash point pada suhu 52C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 1,47
LABORATURIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS
SURABAYA
IV-6
Grafik IV.3.2 Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point oleh Operator I pada
sampel Solar 78 % : Kerosene 22 % pada t0 = 34 0C, t1 = 36 0C dan t2 = 38 0C
Dari grafik IV.3.2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang
dibutuhkan selama pengamatan maka semakin tinggi suhu. Pada repeat I
ini flash point pada suhu 54C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 1,87
menit dan fire point pada suhu 66C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu
2,35 menit. Pada repeat II flash point pada suhu 66C dengan waktu yang
dibutuhkan 2,57 menit dan fire point pada suhu 74C dengan waktu yang
dibutuhkan 2,67 menit. Pada repeat III ini flash point pada suhu 70C
dengan waktu 2,33 menit dan fire point pada suhu 76C dengan waktu 2,57
menit.
IV-7
Grafik IV.3.3 Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point oleh Operator I pada
sampel Solar 78 % : Kerosene 22 % pada t0 = 38, t1 = 34 0C dan t2 = 36 0C
Dari grafik IV.3.3 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu yang
dibutuhkan selama pengamatan maka semakin tinggi suhu. Pada repeat I
ini flash point pada suhu 74C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 2,47
menit dan fire point pada suhu 78C dengan waktu yang dibutuhkan yaitu
2,52 menit. Pada repeat II flash point pada suhu 66C dengan waktu yang
dibutuhkan 1,95 menit dan fire point pada suhu 74C dengan waktu yang
dibutuhkan 2,28 menit. Pada repeat III ini flash point pada suhu 70C
dengan waktu 2,07 menit dan fire point pada suhu 76C dengan waktu 2,15
menit.
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Dari Percobaan uji Flash Point dan Fire Point dengan menggunakan
sampel Solar 78% : Kerosin 22%, dapat diambil kesimpulan :
1. Flash point terjadi pada range suhu 54-74 oC sedangkan untuk fire
point terjadi pada range suhu 66-78 oC.
2. Berdasarkan MSDS dan ASTM D92-05a spesifikasi dari sampel
yang digunakan adalah Solar dengan flash point 120C dan
Kerosin dengan flash point 38C, sedangkan fire point adalah
ketika suhu naik 5-6C/menit.
3. Dari hasil pengujian ketelitian repeatability Flash Point Solar
sebesar 0 - 16 0C dan Fire Point sebesar 2 - 18 0C tidak sesuai
dengan standar ASTM D92-05a tidak boleh melebihi 8 0C untuk
flash point dan tidak boleh melebihi 18C untuk fire point.
V.2 Saran
1. Ketika pengamatan terbentuknya smoke seharusnya lebih teliti
lagi, karena mempengaruhi flash and fire nya,
2. Lebih mempelajari lagi perbedaan penentuan flash point dan fire
point, karena secara teori sudah jelas namun pada saat praktikum
sangat sulit menentukan perbedaan antara titik flash point dan
fire point,
3. Lebih mempelajari lagi mengenai cara penyulutan api, dalam
posisi miring atau lebih cenderung ke posisi tegak,
V-1
V-2
BAB V KESIMPULAN
4. Pada
saat
praktikum
seharusnya
persediaan
cawan
dan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
Z.
(2012,
desember
7).
Retrieved
november
18,
2015,
from
file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/
kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/ALL%20ABOUT%2
0ME%20%20JENIS-JENIS%20BAHAN%20BAKAR.htm
ebenezererski.
(2015,
maret
13).
Retrieved
nopember
18,
2015,
from
file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/
kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/metode%20pengujian
%20sifat%20fisika%20minyak%20bumi%202014.htm
Hariyanto,
F.
(2013,
july
31).
Retrieved
november
18,
2015,
from
file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/
kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/Ferblog%20Gudang
%20ilmu%20%20%20MINYAK%20SOLAR%20%28%20sifat,kegunaan,dan%20jenis%
20-%20jenis%29.htm
Hermawan,
A.
(2012,
juni
17).
Retrieved
18
11,
2015,
from
file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/
kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/Afrony%20Cysers%2
0%20Pengertian%20Bahan%20Bakar%20dan%20Pelumas.htm
Lusty.
(2011,
maret
2).
Retrieved
november
18,
2015,
from
file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/
kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/Tentang%20Kerosin
%20_%20Lusty%20is%20Writing.htm
mahmudah.
(2014,
desember
5).
Retrieved
november
18,
2015,
from
file:///D:/data%20iren/semester%205/tugas%20kuliah/Lapres%20Tknk%20Pembakaran/
kelompokku%20VA/literatur%20tekpemku/baru%20yg%20dipake/BAB%20II%20Flash
%20and%20Fire%20Point%20awalin.pdf%20-%20Documents.htm
vii