You are on page 1of 38

LABORATORIUM

TEKNIK PEMBAKARAN

Modul Praktikum : VISKOSITAS CAMPURAN PREMIUM


DAN BIOSLOAR DAN AHM OIL MPX
(PRAKTIKUM KE II)
Kelompok : 7
1. Shinta Hilmy Izzati
2. Danissa Hanum Ardhyni
3. Zandhika Alfi P.
4. Aprise Mujiartono
Tanggal Percobaan
Dosen Pembimbing
Asisten

NRP
NRP
NRP
NRP

2313
2313
2313
2313

030
030
030
030

: 08 Oktober 2015
: Ir. Sri Murwanti, M.T
: Anita Cahyaningrum

PROGRAM STUDI Diii TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015

016
033
035
051

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Viskositas sangat penting karena mempengaruhi proses atomisasi. Proses
atomisasi akan mempengaruhi karakteristik api yang dihasilkan pada
pembakaran bahan bakar cair. Viskositas yang tinggi akan membuat bahan
bakar teratomisasi menjadi tetesan yang lebih besar dengan momentum
tinggi dan memiliki kecenderungan untuk bertumbukan dengan dinding
silinder yang relatif lebih dingin. Hal ini menyebabkan pemadaman flame
dan meningkatkan deposit dan emisi mesin. Pada umumnya, bahan bakar
harus mempunyai viskositas yang relatif rendah agar mampu mengalir dan
teratomisasi dengan mudah (Raharjo, 2009).
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat,
sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir cepat
seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan
yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai
viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan
mengalirnya suatu cairan (Budi, 2008).
Kekentalan minyak pelumas harus sesuai dengan fungsi minyak itu
untuk mencegah keausan permukaan bagian yang bergesekan, terutama
pada beban yang besar dan pada putaran rendah. Minyak pelumas yang
terlalu kental sukar mengalir melalui salurannya, disamping itu dapat
menyebabkan kerugian daya mesin yang terlalu besar. Dengan praktikum
yang dilakukan, harapannya dapat mengetahui cara pengukuran dan
karakteristik viskositas dari sampel yang diuji, sehingga akan diketahui
karakteristik (sifat fisis) dari pelumas tersebut sesuai dengan metode ASTM
D445-07.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengukur sifat fisis viskositas berupa viskositas
kinematik dan dinamik dari suatu campuran bahan bakar solar 40% dan
premium 60% dan AHM Oil MPX dengan metode ASTM D-445-04?
2. Bagaimana cara menghitung repeatability dan reproduceability dalam
I-1

I-2

BAB I PENDAHULUAN
mengukur viskositas menurut ASTM D 455-04?
I.3. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara mengukur sifat fisis viskositas berupa viskositas
kinematik dan dinamik dari suatu campuran bahan bakar solar 40% dan
premium 60% dan AHM Oil MPX dengan metode ASTM D-445-04.
2. Untuk mengetahui cara menghitung repeatability dan reproduceability
dalam mengukur viskositas menurut ASTM D 455-04.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Viskositas
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan
apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu
menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap
sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida (Sears dkk, 1982).
Menurut Lewis (1987), viskositas dibagi menjadi :
1. Viskositas kinematik adalah perbandingan viskositas terhadap kerapatan
massa. Satuan untuk Viskositas Kinematik adalah Stoke (m2/s) (Eko,
2008).

= x t ..(1)
dimana,
= viskositas kinematik, mm2/s
= konstanta kalibrasi viskometer, mm2/s2
t = waktu, s
2. Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan
geser dengan gerakan fluida (Anonim, 2008). Selain itu, viskositas
dinamik juga bisa diartikan sebagai rasio antara shear, stress, dan shear
rate. Viskositas dinamik disebut juga koefisien viskositas (Ghazali dkk,
2009).
= x 10-3 x ...(2)
dimana,
= viskositas dinamik, mPa.s
= densitas, kg/m3, pada temperatur sama yang digunakan untuk
mengukur viskositas kinematik
= viskositas kinematik, mm2/s
Dalam satuan cgs, tegangan geser adalah dalam dyne/cm2 dan kadar
geseran dalam det -1, maka satuan kekentalan dinamik adalah poise disingkat
P. Sedangkan satuan rapat massa gram/cm3 sehingga satuan kekentalan
kinematik adalah stokes disingkat St. Satuan yang paling umum dalam
industri perminyakan adalah centipoise disingkat cP dan centistoke
disingkat cSt, dimana 1 P = 100 cP dan 1 St =100 cSt. Dalam satuan SI,
II-1

II-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


untuk kekentalan dinamis adalah N det/m2 atau kg/m det dan satuan
kekentalan kinematik adalah m2/det. Dengan demikian diperoleh hubungan
satuan-satuan:
1 P = 10-1 N det/m2
1 cP = 10-1 N det/m2
1 St = 10-4 m2/detik
1 cST = 10-6 m2/detik
Dalam satuan British untuk kekentalan dinamik dikenal satuan lbf.s/in2
(pound-force second per square inch) yang disebut juga dengan reyn, yang
diberikan untuk penghormatan terhadap Sir Osborne Reynolds. Hubungan
antara reyn dan centipoise:
1 reyn = 1 lbf.s/in2 = 7,03 kgf.s/m2
1 reyn = 6,9 . 106 cP
Kekentalan juga dapat/pernah dinyatakan dengan unit sebagai berikut:
Kekentalan Redwood
Secara teknis Redwood viscosity bukanlah satuan untuk kekentalan
melainkan waktu alir. Itu adalah jumlah waktu yang diperlukan 50 ml
minyak untuk mengalir melalui cerobong saluran berbentuk mangkuk
(cup-shaped funnel) akibat gaya beratnya sendiri (Pasaribu, 2009).
Kekentalan Saybolt (Saybolt viscosity)
Saybolt viscosity secara teknis adalah waktu alir dan hal tersebut juga
bukan satuan kekentalan, karena memiliki cara yang sama dalam
pengukurannya dengan Redwood viscosity. Metode ini pernah menjadi
metode standar pada ASTM (Pasaribu, 2009).
Kekentalan Engler (Engler viscosity)
Engler viscosity juga merupakan waktu alir dengan metode hampir sama
dengan Redwood viscosity, tetapi hasilnya dinyatakan dengan derajat,
waktu alir sampel minyak terhadap yang diukur air pada temperatur
yang sama. Hal ini diterapkan hanya di hampir seluruh Eropa, tetapi
secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan (Pasaribu, 2009).
II.1.2 Macam-Macam Alat Pengukur Viskositas
Berikut adalah macam-macam alat ukur viskositas:
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


a. Metode Manual (Viskometer Pipa Kapiler)
Pengukuran kekentalan pada viskometer pipa kapiler (Capillary
Viscometers) didasarkan pada pengukuran rata-rata aliran fluida
melalui tabung berdiameter kecil/pipa kapiler. Ada banyak tipe/varian
viscometer yang menggunakan prinsip aliran fluida melalui pipa
kapiler, dan viskometer pipa kapiler merupakan viskometer yang
memiliki varian paling banyak dibandingkan dengan tipe viskometer
yang lain. Beberapa diantaranya dapat dilihat seperti pada gambar di
bawah (Anonim, 2011).

Gambar II.2 Beberapa Tipe Viscometer Pipa Kapiler

b. Metode Digital (Bohlin Visco 88 Viscometer)

Gambar II.3 Bohlin Visco88


Type
: Rotational Viscometer
Dimensions(WxDxH) : 15 x 23 x 24 cm
Speed Range
: 0 to 1000 rpm
Viscosity Range
: 5 to 10e7 mPa.s
Torque Range
: 0 to 10 mNm
Shear Rate Range
: 0 to 2x10e4/sec
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Shear Stress Range
: 0 to 10e4 Pa
c. Metode Online (SV-10 Vibro Viscometer)

Gambar II.4 Vibro Viscometer


SV-10 mempunyai dua paddle yang dilapisi emas dengan diameer
sensor 12 mm sensor yang terbenam hingga sampel terukur. Paddle
disetel dalam susunan yang bercabang jadi ketika distimulasi oleh
elektromagnetik menggerakkan paddle, getaran apad frekuensi
konstan. Sistem terjadi 15 detik untuk menstabilkan, setelah itu
melanjutkan pembacaan viskositas dan ditampilkan.
Spesifikasi :
- Akurasi 1%, dengan range 0,3 10000 mPa.s
- Penggunaan yang mudah
- Pembersihan yang mudah
- Cocok untuk semua fluida karen asensor yang digunakan adalah
emas
- Software meliputi untuk meneruskan output menuju PC
- Temperatur pengukuran 0o 100oC
- Temperatur dikontrol menggunakan air yang dialirkan pada
jacket
- Kalibrasi dapat dilakukan dengan air demineralisasi
- 2 poin kalibrasi tersedia untuk mengcover jauhnya jarak
viskositas sampel.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1.3 Klasifikasi Viskositas
II.1.3.1 Klasifikasi Kekentalan Menurut ISO
Sistem klasifikasi kekentalan minyak pelumas menurut ISO
(International Standard Organization) adalah berdasarkan kekentalan
kinematik, dalam satuan centistokes (cSt), pada daerah (range) kekentalan
pada temperatur 40. Setiap daerah kekentalan diidentifikasi dengan angka
ISO VG (Viscosity Grade) atau derajat kekentalan ISO, dimana kekentalan
tersebut merupakan kekentalan kinematik rata-rata pada daerah tersebut
(midpoint kinematic viscosity). Untuk mendapatkan nilai kekentalannya ,
harus dihitung 10% dari nilai rata-rata kekentalan kinematiknya. Misalnya
ISO VG 100 mempunyai kekentalan rata-rata 100 cSt, dimana batas
kekentalannya adalah 90 cSt untuk minimum dan 110 cSt untuk maksimum.
Nilai kekentalan menurut ISO untuk minyak pelumas dapat dilihat pada
gambar grafik dan tabel berikut, yang dikutip dari dokumen ISO 3448
Industrial Liquid Lubricants ISO Viscosity Classification (Sudarmaji,
2007).

Gambar II.4 Kekentalan Minyak Pelumas Menurut Dokumen ISO 3448


pada Tekanan Atmosfer
Nilai kekentalan pada gambar diatas dapat dilihat pada tabel di bawah,
untuk nilai kekentalan pada suhu 40 C. Nilai untuk harga kekentalan
kinematik minyak pelumas pada 40 C menurut dokumen ISO 3448.
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Dibawah ini merupakan Tabel II.1.1 berisi tentang klasifikasi kekentalan
ISO minyak pelumas pada suhu 40 C.
Tabel II.1.1 Klasifikasi Kekentalan ISO Minyak Pelumas pada Suhu 40 C
Angka derajat
kekentalan ISO
ISO VG2
ISO VG3
ISO VG5
ISO VG7
ISO VG10
ISO VG15
ISO VG22
ISO VG32
ISO VG46
ISO VG68
ISO VG100
ISO VG150
ISO VG220
ISO VG320
ISO VG460
ISO VG680
ISO VG1000
ISO VG1500

Harga tengah
kekentalan, cSt
pada 40 oC
2,2
3,2
4,6
6,8
10
15
22
32
46
68
100
150
220
320
460
680
1000
1500

Batas kekentalan kinematik, cSt pada 40 oC


Minimum
Maksimum
1,98
2,88
4,14
6,12
9
13,5
19,8
28,8
41,4
61,2
90
135
198
288
417,4
612
900
1350

2,42
3,52
5,06
7,48
11
16,5
24,2
35,2
50,6
74,8
110
165
242
352
506
748
1100
1650

(Nasution, 2007)
II.1.3.2 Klasifikasi Kekentalan Menurut SAE
Sistem klasifikasi ini disusun oleh SAE (Society of Automotive
Engineers), dalam SAE J300 SEP80 pertama kali dilaporkan Divisi
Anekaragam (Miscellaneous Division), disetujui pada Juni 1911, dan direvisi
kembali oleh suatu komite pada September 1980. Walaupun sistem
kekentalan ini disusun oleh SAE, klasifikasi kekentalan minyak pelumas
bukan hanya untuk otomotif, melainkan semua tipe penggunaan minyak
pelumas termasuk industri, kapal laut dan pesawat udara. Klasifikasi SAE
merupakan klasifikasi untuk minyak pelumas mesin-mesin secara rheologi
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


saja. Karakteristik lain dari minyak pelumas tidak termasuk. Praktek yang
dianjurkan ini ditujukan untuk penggunaan oleh pabrik pembuat mesinmesin dalam menentukan derajat kekentalan minyak pelumas yang akan
direkomendasikan untuk penggunaan mesin-mesin yang diproduksi, dan oleh
perusahaan minyak dalam merumuskan dan memberi label produksi mereka
(Pasaribu, 2009).
II.1.4 Karakteristik Sampel
II.1.4.1 Premium
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna
kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat
pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah
untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti : mobil,
sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini sering juga
disebut motor gasoline atau petrol.
Sifat penting pada bahan bakar premium yaitu:
1) Kecepatan penguapan bensin
Kecepatan penguapan bensin menyatakan mudah tidaknya bensin itu
menguap pada kondisi tertentu, kondisi ini akan terjadi sempurna apabila
terdapat oksigen yang cukup. Proses penguapan merupakan akibat dari
suatu reaksi yang terjadi pada setiap temperature. Pada saat penguapan
molekul-molekul bensin melepaskan diri dari permukaan, makin tinggi
temperature, makin banyak molekul yang lepas dari permukaan bensin
(Kamajaya, 1978).
Kecepatan penguapan bensin dipengaruhi beberapa hal, yaitu
konsentrasi, suhu, tekanan dan luas penampang.
2) Titik Beku Bensin
Suhu pada bensin mulai membeku dinamakan titik beku bensin. Bila di
dalam bensin terdapat kadar aromat yang tinggi, maka pada suhu
tertentu aromat-aromat itu mengkristal dan saluran-saluran bensin bisa
tersumbat. Karena itu motor-motor yang bekerja pada cuaca dingin titik
beku bensin harus rendah sekitar -50 oC (Anonim, 1996).

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


3) Titik Embun Bensin
Suhu pada saat uap bensin mulai mengembun dinamakan titik embun
bensin. Penguapan lengkap tetesan bensin dalam saluran isap tergantung
pada tinggi rendahya titik embun. Bila titik embun terlalu tinggi, maka
tetesan bensin yang belum menguap dalam saluran isap dapat turut
masuk ke dalam silinder sehingga pemakaian bahan bakar menjadi boros,
karena di dalam silinder terdapat campuran dengan kondisi yang tidak
homogen. Hal ini menyebabkan pembakaran berlangsung dengan tidak
baik. Banyaknya bensin yang menetes ke dalam ruang engkol melalui
cicin torak tergantung titik rendahnya embun ini. Pada umumnya, titik
embun bensin motor tidak lebih dari 140 oC (Anonim, 1996).
4) Titik Nyala Bensin
Titik nyala bensin berkisar antara -10 oC s/d -15 oC. Titik nyala bensin
merupakan uap bensin terendah yang membentuk campuran sehingga
dapat menyala dengan udara apabila terkena percikan api. Titik nyala
yang rendah menyulitkan penyimpanan dan pengangkutan (Anonim,
1996).
Spesifikasi sampel:
Tabel II.1.2 Spesifikasi Premium
No.
1

3
4

Karakteristik
Bilangan
Oktana
-Angka Oktana
Riset (RON)
-Angka Oktana
Motor (MON)
Stabilitas
Oksidasi
(Periode
Induksi)
Kandungan
Sulfur
Kandungan

Satuan

RON

Batasan
Tanpa Timbal
Bertimbal
Min.
Maks.
Min.
Maks.

88.0

dilaporkan

88.0

Metode Uji
ASTM

D 2699-86

dilaporkan

D 2700-86

menit

360

360

D 525-99

% m/m

0,051)

0,051)

D 2622-98

g/l

0,013

0,3

D 3237-97

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

Lain

II-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Timbal (Pb)
Distilasi:
10% vol.
penguapan
50% vol.
penguapan
90% vol.
penguapan
Titik didih
akhir
Residu
Kandungan
Oksigen

6
7

Washed gum

Tekanan Uap

D 86-99a
oC

74

74

oC

88

125

88

125

oC

180

180

oC

215

205

% vol

% m/m

2,72)

2,72)

D 481594a

m/100
ml

D 381-99

kPa

62

62

Berat Jenis (15


oC)

kg/m3

715

780

715

780

10

Korosi bilah
tembaga

menit

11

Uji Doctor

12
13
14
15
16

Sulfur
Mercaptan
Penampilan
visual
Warna
Kandungan
pewarna
Bau

%
massa

kelas I

kelas I

Negatif

Negatif

0,002

0,002

Merah

Jernih dan
terang
Merah

0,13

0,13

Dapat dipasarkan

Dapat
dipasarkan

Jernih dan terang

g/100 l

D 5191-99
atau D
323
D 4052-96
atau D
1298
D 130-94
IP
30
D 3227

II.1.4.2 Biosolar
Biosolar merupakan salah satu jenis bahan bakar cair yang digunakan
dalam proses pembakaran pada motor bakar. Biosolar yang dijual di
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


pasaran merupakan campuran sejumlah produk yang dihasilkan dari
berbagai proses. Melalui proses pencampuran (blending) tersebut maka
sifat dari bahan bakar dapat diatur untuk memberikan karakteristik
operasi seperti yang diinginkan. Salah satu sifat yang harus dipunyai dari
biosolar adalah Cetane Number dari bahan bakar tersebut. Angka setana
adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang
bisa diberikan di dalam mesin sebelum biosolar terbakar secara spontan.
Jadi, semakin tinggi angka setananya, semakin cepat biosolar itu terbakar
spontan.
Salah satu cara alternatif yang dapat dipakai untuk memperoleh
bahan bakar dengan angka setana yang tinggi adalah dengan
menggunakan Zat aditif yang merupakan zat yang dapat meningkatkan
Cetane number dari suatu bahan bakar. Oleh karena itu dilakukan studi
untuk mengetahui pengaruh perubahan konsentrasi Zat aditif untuk
mengetahui peningkatan unjuk kerja motor diesel yang optimum.
Sehingga dari percobaan yang dilakukan dapat diperoleh data-data yang
dapat memberikan kesimpulan mengenai kelebihan dan kekurangan dari
setiap konsentrasi campuran biosolar dengan zat aditif.
II.1.4.3 Oli (AHM Oil MPX)
PT Astra Honda Motor (AHM) meluncurkan pelumas untuk sepeda
motor Honda, AHM Oil MPX 3, untuk memenuhi kebutuhan pelumas
dengan tingkat kekentalan tinggi. AHM Oil MPX 3 hadir sebagai salah
satu alternatif pelumas mesin sepeda motor bagi konsumen yang
menginginkan oli dengan tingkat kekentalan tinggi atau high viscosity
20W 40.
Kehadiran oli ini menjadi alternatif dari produk pelumas unggulan
rekomendasi AHM yang sebelumnya di segmen bebek dan sport, yaitu
AHM Oil MPX 1 dan AHM Oil SPX 1 dengan tingkat kekentalan 10W30. Untuk tipe skutik ada AHM oil MPX 2 dan AHM Oil SPX 2 dengan
kekentalan 10W-30.
Keunggulan menggunakan AHM Oil:
1. Menghemat konsumsi bahan bakar
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 8% dibanding dengan
tingkat kekentalan yang lebih tinggi (SAE 20W-40), (Hasil ujicoba
Honda R&D Japan)
2. Menghemat biaya perawatan
Memperpanjang usia penggantian oli menjadi 4000km.
3. Memaksimalkan kinerja mesin
Melumasi celah mesin yang paling sempit sekalipun sekaligus menjaga
kestabilan gesekan antar komponen di dalam mesin sehingga kinerja
mesin akan semakin ringan dan optimal.
4. Ramah lingkungan
Periode penggantian yang lebih lama dan pengurangan konsumsi bahan
bakar serta rendahnya gas buang (CO2) yang dihasilkan akan mengurangi
pencemaran udara dan pemanasan global yang ditimbulkan.
II.1.5 Ringkasan ASTM
II.1.5.1 Ringkasan Metode Uji
Waktu yang diukur adalah untuk menetapkan volume liquid yang
mengalir dari batas atas menuju batas bawah tabung kapiler untuk
mengkalibrasi viskometer dengan membandingkan dari beberapa operator
dan pada pengontrolan yang terus menerus dan mengetahui temperatur.
Viskositas kinematik (menentukan nilai) adalah hasil dari pemgukuran
waktu aliran dan konstanta kalibrasi viskometer.
II.1.5.2 Signifikasi dan Penggunaan
Banyak produk minyak bumi dan beberapa bahan-bahan non-minyak
bumi digunakan sebagai pelumas dan penggunaan yang benar dari peralatan
bergantung ketika ketepatan viskositas dari liquid yang digunakan. Pada
penambahan, viskositas bahan bakar minyak bumi penting untuk
perhitungan optimal penyimpanan, penanganan, dan kondisi operasi. Jadi,
akurasi menentukan viskositas merupakan pokok dari spesifikasi banyak
produk.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1.6 Pengertian Repeatability dan Reproduceability
Akurasi pengukuran atau pembacaan dapat didefinisikan sebagai
selisih atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur
dengan nilai sebenarnya (Sistem Pengukuran & Kalibrasi). Dalam sebuah
eksperimen, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan
suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi
sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi
tertentu dan dapat diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi
dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik (Tamim,
2014).
Presisi merupakan istilah yang dapat menyatakan derajat kebebasan
sebuah instrumen dari kesalahan acak (Sistem Pengukuran & Kalibrasi).
Jika sejumlah pembacaan diambil pada besaran input yang sama
menggunakan instrumen dengan presisi tinggi, maka sebaran pembacaan
akan sangat kecil. Presisi yang tinggi tidak berarti apa-apa terhadap akurasi
sebuah pengukuran. Repeatability dapat digunakan untuk menggambarkan
kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama
digunakan secara berulang-ulang pada periode waktu yang singkat pada
kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama.
Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan (closeness) keluaran
pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulangulang.
Persamaan pada keduanya adalah menggambarkan sebaran keluaran
pembacaan induvidual untuk masukan yang sama. Sebaran akan mengacu
pada repeatability bila ondisi pengukurannya tetap, dan akan mengacu
reproducibility kondisi pengukurannya berubah (Tamim, 2014).
a) Repeatability
Repeatability adalah variasi dalam pengukuran yang didapat dari
suatu alat pengukuran ketika digunakan beberapa kali oleh satu operator
pada pengukuran suatu karakteristik pada variabel yang sama (Tias,
2006).

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


b) Reproducibility
Reproducibility adalah variasi pada rata-rata pengukuran yang
dilakukan oleh operator berbeda pada pengukuran suatu karakteristik
pada variabel yang sama (Tias, 2006).

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.2 Aplikasi Industri
Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel
Dari Minyak Goreng Bekas
Untuk memperoleh panas yang tinggi untuk menyalakan bahan bakar,
mesin diesel harus mempunyai perbandingan kompresi yang lebih tinggi dari
pada perbandingan kompresi mesin bensin. Mesin diesel mempunyai
perbandingan kompresi berkisar antara 12:1 sampai 18:1. Tekanan kompresi
dapat mencapai 400 sampai 700 psi dan suhu udara yang dimampatkan
dapat mencapai 1000 oF.
Mesin diesel dapat bekerja dengan siklus dua atau empat langkah.
Tepat sebelum langkah kompresi berakhir dan pada saat udara mencapai
suhu yang tinggi, bahan bakar mulai diinjeksikan. Setelah injeksi bahan
bakar ini,
tetes bahan bakar yang sangat kecil akan menyala dan nyala akan melebar
secara spontan dalam ruang selinder dan menyebabkan tekanannya naik
menjadi 600 sampai 1.000 psi.
Secara umum meningkatnya putaran mesin menyebabkan naiknya
kebutuhan bahan bakar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Hal ini
disebabkan karena pada putaran tinggi proses pembakaran yang terjadi
sangat cepat sehingga campuran udara dengan bahan bakar tidak dapat
terbakar dengan sempurna karena campuran baru terlalu cepat
menggantikan campuran lama yang belum seluruhnya terbakar (Kusuma,
2003). Spesific Fuel Consumtion (SFC) biodiesel B40 rata-rata lebih besar
2,75% dibandingkan yang lainnya, hal ini disebabkan karena nilai kalor
biodiesel B40 lebih kecil, sehingga konsumsi bahan bakarnya menjadi besar.
Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Kusuma (2003). Konsumsi
bahan bakar biodiesel lebih kecil sekitar 5% dibandingkan solar untuk
putaran mesin yang sama.
Rahardjo (2007) juga menganalisa konsumsi bahan bakar biodiesel
yang berasal dari minyak jarak pagar. Hasil yang didapatkan sama dengan
penelitian ini. Konsumsi bahan biodiesel bakar biodiesel lebih besar
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


dibanding solar. Amin (2003) juga melakukan uji biodiesel yang berasal dari
minyak sawit pada mesindiesel dengan komposisi biodiesel 30%. Konsumsi
bahan bakar biodiesel hanya 2% lebih tinggi dibandingkan solar.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

II-16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Halaman ini sengaja dikosongkan

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Repeatability 3 kali dan Reproducibility 4 kali
III.2 Bahan Yang Digunakan
1. Air
2. Biosolar (Pembelian di SPBU Ngagel pada tanggal 7 Oktober 2015)
3. Oli (AHM Oil MPX) (Pembelian di Bengkel Esa pada tanggal 7
Oktober 2015)
4. Premium (Pembelian di SPBU Ngagel pada tanggal 7 Oktober 2015)
III.3 Alat Yang Digunakan
1. Gelas Ukur
2. Penghisap Pipet
3. Pipet Tetes
4. Stopwatch
5. Termometer
6. Viscometer Oswald
III.4 Prosedur Percobaan
III.4.1 Tahap Kalibrasi Alat
1. Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.
2. Menuangkan air sebanyak 500 ml ke dalam gelas ukur 1000 ml.
3. Menyiapkan viscometer ostwald.
4. Memasukkan air ke dalam viscometer oswald dengan pipet tetes.
5. Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk
menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.
6. Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh air untuk
mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan
kapiler.
III.4.2 Tahap Pengukuran Densitas Sampel
1. Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.
2. Menuangkan sampel oli AHM oil MPX sebanyak 500 ml ke dalam
gelas ukur 1000 ml.
III-1

III-2

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3. Menyiapkan viscometer ostwald.
4. Memasukkan sampel oli AHM oil MPX ke dalam viscometer oswald
dengan pipet tetes.
5. Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk
menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.
6. Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh sampel untuk
mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan
kapiler.
7. Mengulangi percobaan di atas untuk sampel campuran Premium dan
Biosolar.
III.5 Diagram Alir
III.5.1 Tahap Kalibrasi
Mulai

Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.

Menuangkan air sebanyak 500 ml ke dalam gelas ukur 1000 ml.

Menyiapkan viscometer ostwald.


Memasukkan air ke dalam viscometer oswald dengan pipet tetes.
Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk
menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

III-3

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh air untuk


mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan
kapiler.

Selesai

III.5.2 Tahap Pengamatan


Mulai

Menyiapkan gelas ukur 1000 ml.


Menuangkan sampel oli AHM oil MPX sebanyak 500 ml ke dalam
gelas ukur 1000 ml.
Menyiapkan viscometer ostwald.
Memasukkan sampel oli (AHM oil MPX) ke dalam viscometer oswald
dengan pipet tetes.
Menghisap sampel atau dengan menggunakan pipet volum untuk
menyesuaikan level tertinggi sampel uji ke posisi di lengan kapiler.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

III-4

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh air untuk


mencapai batas (level) bawah dari garis yang terdapat pada lengan
kapiler.
Mengulangi percobaan di atas untuk sampel campuran Premium dan
Biosolar

Selesai

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

III-5

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III.6 Gambar Percobaan
Rangkaian Alat Percobaan Viskositas

Keterangan :
1. Pipet Hisap
2. Stopwatch
3. Viskometer Ostwald

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan
Berikut adalah data yang diperoleh dari hasil percobaan.
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Viskositas Sampel Campuran Premium dan
Biosolar
Parameter
Operator
Repeat keWaktu (s)
Waktu Rata-Rata (s)
1
5,74
Zandhika
2
5,60
5,74
3
5,89
1
5,99
Danissa
2
5,52
5,69
3
5,58
1
5,20
Shinta
2
5,23
5,18
3
5,12
1
5,09
Aprise
2
5,39
5,25
3
5,26
Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Viskositas Sampel AHM Oil MPX
Parameter
Operator
Repeat keWaktu (s)
Waktu Rata-Rata (s)
1
562,8
Zandhika
2
555,6
562,4
3
568,8
1
546
Danissa
2
568,2
562,2
3
572,4
1
559,8
Shinta
2
542,4
538,2
3
512,4
1
552,6
Aprise
2
559,8
554
3
549,6
IV-1

IV-2

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV.2 Hasil Perhitungan dan Pembahasan
IV.2.1 Perhitungan Viskositas Kinematik dan Dinamik pada Campuran
Premium dan Biosolar
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh data
perhitungan viskositas dinamik dan viskositas kinematik dari sampel
campuran premium dan biosolar sebagai berikut:
Tabel IV.2.1 Hasil Perhitungan Viskositas Kinematik () dan Viskositas Dinamik
() pada Sampel Campuran Premium dan Biosolar
Percobaan

(kg/m3)
Operator
ke28o C
28o C
28o C
984,3
1
4,48
4,409664
984,3
1
2
4,37
4,301391
984,3
3
4,59
4,517937
984,3
1
4,67
4,596681
984,3
2
2
4,31
4,242333
984,3
3
4,35
4,281705
3

1
2
3

4,06
4,08
3,99

3,996258
4,015944
3,927357

984,3
984,3
984,3

1
2
3

3,97
4,20
4,10

3,907671
4,13406
4,03563

984,3
984,3
984,3

Dari Tabel IV.2.1 dapat dilihat hasil percobaan viskositas kinematik


dan viskositas dinamik pada sampel campuran premium dan biosolar bahwa
semakin besar nilai viskositas dinamik dan viskositas kinematik maka nilai
dari densitas yang dimiliki oleh campuran premium dan biosolar akan semakin
besar, hal tersebut sesuai dengan literatur menurut (Kartika, 1999), yaitu
hubungan antara densitas dari suatu zat dengan viskositas dinamik dan
viskositas kinematik adalah berbanding lurus, jika semakin besar nilai
densitas yang dimiliki oleh suatu zat maka semakin besar pula nilai viskositas
dinamik viskositas kinematik dari suatu bahan.
IV.2.1.1 Pembahasan Viskositas Kinematik pada Campuran Premium dan
Biosolar
Viskositas kinematik adalah Perbandingan viskositas terhadap
kerapatan massa. Satuan untuk Viskositas Kinematik adalah Stoke (m2/s)
(Eko, 2008).
Berdasarkan Tabel IV.2.1 maka dapat diperoleh grafik hubungan
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-3

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


viskositas kinematik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3
dan operator 4 sebagai berikut:

Viskositas (mm2 /s )

Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan Viskositas


Kinematik Repeatability pada Campuran Premium dan
Biosolar
4.8
4.6
4.4
4.2
4
3.8
3.6
1

Percobaan ke Operator 1

Operator 2

Operator 3

Operator 4

Grafik IV.2.1 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan Viskositas Kinematik


Repeatability pada Campuran Premium dan Biosolar

Pada Grafik IV.2.1 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan


nilai viskositas kinematik sebesar 4,48; 4,37 dan 4,59 mm2/s. Pada operator 2
mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar 4,67; 4,31 dan 4,35 mm2/s.
Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar 4,06; 4,08 dan
3,99 mm2/s. Pada operator 4 mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar
3,97; 4,20 dan 4,10 mm2/s.
Hasil perhitungan viskositas kinematik dari percobaan dibandingkan
dengan literatur maka diperoleh data pada Tabel IV.2.2 berikut:
Tabel IV.2.2 Perbandingan Viskositas Kinematik () Hasil Praktikum dengan
Literatur (MSDS)
Repeat keOperator
Rata-rata
Literatur
Keterangan
1
2
3
1
4,48
4,37
4,59
4,48
Tidak ada
2
4,67
4,31
4,35
4,44
3
4,06
4,08
3,99
4,04
4
3,97
4,20
4,10
4,09

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada sampel, maka hasil


viskositas kinematik yang telah didapatkan tidak dapat dibandingkan dengan
literatur. Hal ini dikarenakan tidak ada literatur yang menyebutkan
viskositas kinematik pada sampel campuran Biosolar dan Premium.
Namun, hasil viskositas kinematik yang didapatkan dapat
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-4

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


dibandingkan dengan nilai pada masing-masing antara Biosolar dan
Premium. Dari Tabel IV.2.2 hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai
dengan literatur menurut (Putra, 2011), yang menyebutkan bahwa nilai
viskositas kinematik dari biosolar adalah 3,355 mm2/s. Hal tersebut terjadi
karena pengukuran viskositas kinematik yang dilakukan pada percobaan
adalah saat suhu Biosolar 28 sedangkan pada MSDS Biosolar suhu saat
pengukuran viskositas adalah pada suhu 70. Hasil yang diperoleh pada
percobaan tidak sesuai dengan literatur menurut (Marpaung, 2008) yang
menyebutkan bahwa nilai viskositas kinematik dari Premium adalah 0,5867
mm2/s. Hal tersebut terjadi karena pengukuran viskositas kinematik yang
dilakukan pada percobaan adalah saat suhu Premium 28 sedangkan pada
MSDS Premium suhu saat pengukuran viskositas adalah pada suhu 400.
IV.2.1.2 Perhitungan Viskositas Dinamik pada Campuran Premium dan
Biosolar
Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan
geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik disebut juga koefisien
viskositas (Ghazali dkk, 2009).
Berdasarkan Tabel IV.2.1 maka dapat diperoleh grafik hubungan
viskositas dinamik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3 dan
operator 4 sebagai berikut:

Viskositas (cp)

Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan Viskositas


Dinamik Repeatability pada Campuran Premium dan
Biosolar
4.8
4.6
4.4
4.2
4
3.8
3.6
3.4
1

Percobaan ke Operator 1

Operator 2

Operator 3

Operator 4

Grafik IV.2.2 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas dinamik


Repeatability pada Bio Solar

Pada Grafik IV.2.2 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan


LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-5

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


nilai viskositas dinamik sebesar 4,409664; 4,301397 dan 4,517937 cp. Pada
operator 2 mendapatkan nilai viskositas dinamik sebesar 4,596681; 4,242333
dan 4,281705 cp. Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas dinamik
sebesar 3,996258; 4,015994 dan 3,927357 cp. Pada operator 4 mendapatkan
nilai viskositas dinamik sebesar 3,907671; 4,13406 dan 4,03563 cp.
Tabel IV.2.3 Perbandingan Viskositas Dinamik () Hasil Praktikum dengan
Literatur (MSDS)
Repeat keOperator
Rata-rata
Literatur
Keterangan
1
2
3
1
4,4097
4,3014
4,5179
4,4097
Tidak ada
2
4,5967
4,2423
4,2817
4,3736
3
3,9963
4,0159
3,9274
3,9799
4
3,9077
4,1341
4,0356
4,0258

Untuk mengetahui nilai repeatability dan reproducibility yang dilakukan


dalam percobaan telah memenuhi simpangan maksimum yang telah
ditetapkan dalam ASTM D 445-06 ataukah tidak maka dilakukan
perhitungan terlebih dahulu.
Perhitungan repeatablity yaitu dengan menghitung rata-rata dari selisih
viskositas kinematik () tiap percobaan yang dilakukan oleh masing-masing
operator untuk mencari nilai rata-rata selisih tiap percobaan (x). Dari nilai ini
diperoleh nilai repeatability dengan cara mengkalikan nilai x dengan nilai
repeatability yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian
dikalikan 100%.
Tabel IV.2.4 Hasil Perhitungan Repeatability Viskositas Kinematik () untuk
Sampel Campuran Premium dan Biosolar
Rata-rata selisih
Repeatability
Operator
tiap percobaan
%
(x)
Operator 1
0,22
0,0242 %
Operator 2
0,36
0,0396 %
Operator 3
0,09
0,0099 %
Operator 4
0,23
0,0253 %

Dari hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik untuk sampel


campuran Premium dan Biosolar pada operator 1,2,3 dan 4 adalah 0,0242 %;
0,0396 %; 0,0099 % dan 0,0253 %. Hasil perhitungan nilai repeatability
viskositas kinematik untuk sampel campuran premium dan biosolar sesuai
dengan literatur ASTM D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum
repeatability viskositas kinematik adalah 0,11%.
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-6

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


Tabel IV.2.5 Hasil Perhitungan Repeatability Viskositas Dinamik () untuk
Sampel Campuran Premium dan Biosolar
Rata-rata selisih
Repeatability
Operator
tiap percobaan
%
(x)
Operator 1
0,21655
0,0238 %
Operator 2
0,3544
0,0389 %
Operator 3
0,0886
0,0097 %
Operator 4
0,22639
0,0249 %

Dari hasil perhitungan repeatability viskositas dinamik untuk sampel


campuran Premium dan Biosolar pada operator 1,2,3 dan 4 adalah 0,0238 %;
0,0389 %; 0,0097 % dan 0,0249 %. Hasil perhitungan nilai repeatability
viskositas kinematik untuk sampel campuran premium dan biosolar sesuai
dengan literatur ASTM D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum
repeatability viskositas kinematik adalah 0,11%.
Untuk perhitungan reproducibility yaitu dengan mengurangi rata-rata
dari selisih viskositas kinematik () tiap percobaan (percobaan ke-1 sampai ke10) antara operator satu dengan operator lainnya untuk mencari nilai selisih
rata-rata selisih tiap percobaan (y) kedua operator. Dari nilai ini diperoleh
nilai reproducibility dengan cara mengkalikan nilai y dengan nilai
reproducibility yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian
dikalikan 100%.
Tabel IV.2.6 Hasil Perhitungan Reproducibility Viskositas Kinematik () dan
Viskositas Dinamik () untuk Sampel Campuran Premium dan
Biosolar
Selisih rata-rata
Reproducibilty
Sampel
tiap operator (y)
%
Bio Solar (viskositas
0,225
0,14625 %
kinematik ())
Bio Solar (viskositas
0,2215
0,14397 %
dinamik ())

Dari perhitungan selisih rata-rata tiap operator viskositas kinematik


Biosolar memperoleh hasil 0,225 sehingga nilai reproducibility viskositas
kinematik Biosolar adalah 0,14625%. Sedangkan dari perhitungan selisih
rata-rata tiap operator viskositas dinamik Biosolar memperoleh hasil 0,2215
sehingga nilai reproducibility viskositas dinamik Biosolar adalah 0,14397%.
Hasil perhitungan nilai reproducibility viskositas kinematik dan dinamik untuk
sampel campuran Premium dan Biosolar sesuai dengan literatur ASTM D445LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-7

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum reproducibility viskositas
kinematik dan dinamik adalah 0,65%.
IV.2.2 Perhitungan viskositas kinematik dan dinamik pada AHM Oil MPX
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh data
perhitungan viskositas dinamik dan viskositas kinematik dari sampel AHM
Oil MPX sebagai berikut:
Tabel IV.2.7 Hasil perhitungan viskositas kinematik () dan viskositas dinamik ()
pada sampel AHM Oil MPX
Percobaan
t (s)

(kg/m3)
Operator
o
o
o
ke27 C
27 C
27 C
27o C
867,3
1
438,98
432,0880
562,8
867,3
1
2
433,37
426,5661
555,6
867,3
3
443,66
436,6945
568,8
867,3
1
425,88
419,1937
546
867,3
2
2
443,20
436,2418
568,2
867,3
3
446,47
439,4604
572,4
867,3
1
436,64
429,7848
559,8
867,3
3
2
425,14
418,4653
542,4
867,3
3
399,67
393,3952
512,4
867,3
1
431,03
424,2628
552,6
867,3
4
2
436,64
429,7848
559,8
867,3
3
428,69
421,9596
549,6

Dari Tabel IV.2.7 dapat dilihat hasil percobaan viskositas kinematik


dan viskositas dinamik pada sampel AHM Oil MPX bahwa semakin besar nilai
viskositas dinamik dan viskositas kinematik maka nilai dari densitas yang
dimiliki oleh AHM Oil MPX akan semakin besar, hal tersut sesuai dengan
literatur menurut (Kartika, 1999), yaitu hubungan antara densitas dari suatu
zat dengan viskositas dinamik dan viskositas kinematik adalah berbanding
lurus, jika semakin besar nilai densitas yang dimiliki oleh suatu zat maka
semakin besar pula nilai viskositas dinamik viskositas kinematik dari suatu
bahan.
IV.2.2.1 Perhitungan viskositas kinematik pada AHM Oil MPX
Viskositas Kinematik adalah Perbandingan viskositas terhadap
kerapatan massa. Satuan untuk Viskositas Kinematik adalah Stoke (m2/s)
(Eko, 2008).
Berdasarkan Tabel IV.2.7 maka dapat diperoleh grafik hubungan
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-8

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


viskositas kinematik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3
dan operator 4 sebagai berikut:

Viskositas (mm2/s )

Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas kinematik


Repeatability pada AHM Oil MPX
450
440
430
420
410
400
390
380
370
1

Percobaan ke Operator 1

Operator 2

Operator 3

Operator 4

Grafik IV.2.3 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas kinematik


Repeatability pada AHM Oil MPX

Pada Grafik IV.2.3 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan


nilai viskositas kinematik sebesar 438,98; 433,37 dan 443,66 mm2/s. Pada
operator 2 mendapatkan nilai viskositas kinematik sebesar 425,88; 443,20 dan
446,47 mm2/s. Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas kinematik
sebesar 436,64; 425,14 dan 399,67 mm2/s. Pada operator 4 mendapatkan nilai
viskositas kinematik sebesar 431,03; 436,64 dan 428,69 mm2/s.
Namun, apabila hasil perhitungan viskositas kinematik dari percobaan
dibandingkan dengan literatur maka diperoleh data pada Tabel IV.2.8
berikut:
Tabel IV.2.8 Perbandingan viskositas kinematik () hasil praktikum dengan
literatur (MSDS AHM Oil MPX)
Repeat keOperator
Rata-rata
Literatur
Keterangan
1
2
3
1
438,98
433,37
Tidak Sesuai
443,66
438,67
71-75
2
425,88
443,20
Tidak Sesuai
446,47
438,52
2
mm /s
3
436,64
425,14
Tidak Sesuai
399,67
420,48
4
431,03
436,64
Tidak Sesuai
428,69
432,12

Dari Tabel IV.2.8 hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bhawa nilai dari viskositas kinematik dari
AHM Oil MPX adalah 71-75 mm2/s. Hal tersebut terjadi karena pengukuran
viskositas kinematik dan viskositas dinamik yang dilakukan pada percobaan
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-9

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


adalah saat suhu AHM Oil MPX 27 sedangkan pada MSDS AHM Oil MPX
suhu saat pengukuran viskositas adalah pada suhu 40.
IV.2.2.2 Perhitungan viskositas dinamik pada AHM Oil MPX
Viskositas dinamik adalah sifat fluida yang menghubungkan tegangan
geser dengan gerakan fluida. Viskositas dinamik disebut juga koefisien
viskositas (Ghazali dkk, 2009).
Berdasarkan Tabel IV.2.7 maka dapat diperoleh grafik hubungan
viskositas dinamik dengan Repeat pada operator 1, operator 2, operator 3 dan
operator 4 sebagai berikut:

Viskositas (cp)

Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas dinamik


Repeatability pada AHM Oil MPX
450
440
430
420
410
400
390
380
370
1

Percobaan ke Operator 1

Operator 2

Operator 3

Operator 4

Grafik IV.2.4 Grafik Perbandingan Hasil Perhitungan viskositas dinamik


Repeatability pada AHM Oil MPX

Pada Grafik IV.2.4 dapat dilihat bahwa pada operator 1 mendapatkan


nilai viskositas dinamik sebesar 432,0880; 426,5661 dan 436,6945 cp. Pada
operator 2 mendapatkan nilai viskositas dinamik sebesar 419,1937; 436,2418
dan 439,4604 cp. Pada operator 3 mendapatkan nilai viskositas dinamik
sebesar 429,7848; 418,4653 dan 393,3952 cp. Pada operator 4 mendapatkan
nilai viskositas dinamik sebesar 424,2628; 429,7848 dan 421,9596 cp.
Tabel IV.2.9 Perbandingan viskositas dinamik () hasil praktikum dengan literatur
(MSDS)
Operator
Repeat keRata-rata
Literatur
Keterangan
1
2
3
1
432,088 426,566 436,695
Tidak Sesuai
431,783
71-75 cp
2
419,194 436,242 439,460
Tidak Sesuai
431,632
3
429,785 418,465 393,395
Tidak Sesuai
413,882
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-10

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


4

424,263

429,785

421,959

425,336

Tidak Sesuai

Dari Tabel IV.2.9 hasil yang diperoleh pada percobaan tidak sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bhawa nilai dari viskositas dinamik dari
AHM Oil MPX adalah 71-75 cp. Hal tersebut terjadi karena pengukuran
viskositas kinematik dan viskositas dinamik yang dilakukan pada percobaan
adalah saat suhu AHM Oil MPX 27 sedangkan pada MSDS AHM Oil MPX
suhu saat pengukuran viskositas adalah pada suhu 40.
Untuk mengetahui nilai repeatability dan reproducibility yang dilakukan
dalam percobaan telah memenuhi simpangan maksimum yang telah
ditetapkan dalam ASTM D 445-06 ataukah tidak maka dilakukan
perhitungan terlebih dahulu.
Perhitungan repeatablity yaitu dengan menghitung rata-rata dari selisih
viskositas kinematik () tiap percobaan yang dilakukan oleh masing-masing
operator untuk mencari nilai rata-rata selisih tiap percobaan (x). Dari nilai ini
diperoleh nilai repeatability dengan cara mengkalikan nilai x dengan nilai
repeatability yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian
dikalikan 100%.
Tabel IV.2.10 Hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik () untuk Sampel
AHM Oil MPX
Rata-rata selisih
Repeatability
Operator
tiap percobaan
%
(x)
Operator 1
10,29
1,132 %
Operator 2
20,59
2,265 %
Operator 3
36,97
4,067 %
Operator 4
7,95
0,0875%

Dari hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik untuk Sampel


AHM Oil MPX pada operator 1 nilai repeatability viskositas kinematik adalah
1,132 % sedangkan pada operator 2 nilai repeatability viskositas kinematik
adalah 2,265 %. Sedangkan pada operator 3 nilai repeatability viskositas
kinematik adalah 4,067 %. Dan pada operator 4 nilai repeatability viskositas
kinematik adalah 0,0875%. Hasil perhitungan nilai repeatability viskositas
kinematik untuk sampel AHM Oil MPX tidak sesuai dengan literatur ASTM
D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum repeatability viskositas
kinematik adalah 0,11%.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-11

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


Tabel IV.2.11 Hasil perhitungan repeatability viskositas dinamik () untuk Sampel
AHM Oil MPX
Rata-rata selisih
Repeatability
Operator
tiap percobaan
%
(x)
Operator 1
10,129
1,1142 %
Operator 2
20,266
2,2293 %
Operator 3
36,389
4,0028 %
Operator 4
7,8252
0,8608%

Dari hasil perhitungan repeatability viskositas dinamik untuk Sampel


AHM Oil MPX pada operator 1 nilai repeatability viskositas kinematik adalah
1,1142 % sedangkan pada operator 2 nilai repeatability viskositas kinematik
adalah 2,2293 %. Sedangkan pada operator 3 nilai repeatability viskositas
kinematik adalah 4,0028 %. Dan pada operator 4 nilai repeatability viskositas
kinematik adalah 0,8608%. Hasil perhitungan nilai repeatability viskositas
kinematik untuk sampel AHM Oil MPX tidak sesuai dengan literatur ASTM
D445-06 yang menyebutkan bahwa nilai maksimum repeatability viskositas
dinamik adalah 0,11%.
Untuk perhitungan reproducibility yaitu dengan mengurangi rata-rata
dari selisih viskositas kinematik () tiap percobaan (percobaan ke-1 sampai ke10) antara operator satu dengan operator lainnya untuk mencari nilai selisih
rata-rata selisih tiap percobaan (y) kedua operator. Dari nilai ini diperoleh nilai
reproducibility dengan cara mengkalikan nilai y dengan nilai reproducibility
yang telah ditetapkan dalam ASTM D445-06 yang kemudian dikalikan 100%.
Tabel IV.2.12 Hasil perhitungan reproducibility viskositas kinematik () dan
viskositas dinamik () untuk Sampel AHM Oil MPX
Selisih rata-rata
Reproducibilty
Sampel
tiap operator (y)
%
Bio Solar (viskositas
18,95
12,318 %
kinematik ())
Bio Solar (viskositas
18,6523
12,1239 %
dinamik ())

Dari perhitungan selisih rata-rata tiap operator viskositas kinematik


AHM Oil MPX memperoleh hasil 18,95 sehingga nilai reproducibility
viskositas kinematik AHM Oil MPX adalah 12,318 %. Hasil perhitungan
reproducibility viskositas kinematik AHM Oil MPX yang telah diperoleh
tersebut tidak sesuai dengan literatur yaitu ASTM D445-06 yang
menyebutkan bahwa maksimal nilai toleransi reproducibility adalah 0,65%.
Sedangkan dari perhitungan selisih rata-rata tiap operator viskositas dinamik
LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

IV-12

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


AHM Oil MPX memperoleh hasil 18,6523 sehingga nilai reproducibility
viskositas dinamik AHM Oil MPX adalah 12,1239 %. Hasil perhitungan
reproducibility viskositas dinamika AHM Oil MPX yang telah diperoleh
tersebut tidak sesuai dengan literatur yaitu ASTM D445-06 yang
menyebutkan bahwa maksimal nilai toleransi reproducibility adalah 0,65%.
Hal ini dikarenakan kesalahan operator dalam mengamati waktu
turunnya sampel pada viskometer, sehingga didapatkan selisih hasil dengan
jarak yang besar.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan pengukuran dan perhitungan viskositas
terhadap sampel campuran Biosolar dan Premium dan AHM Oil
MPX diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Pengukuran dan perhitungan hasil percobaan dilakukan
berdasarkan ASTM D 445-06. Nilai rata-rata viskositas
kinematik dari campuran bahan bakar Solar 40% dan Premium
60% pada operator 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 4,48
mm2/s; 4,44 mm2/s; 4,04 mm2/s dan 4,09 mm2/s. Nilai rata-rata
viskositas dinamis dari campuran bahan bakar Solar 40% dan
Premium 60% pada operator 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah
4,4097 cP; 4,3736 cP; 3,9799 cP dan 4,0258 cP. Sedangkan nilai
viskositas kinematik pada sampel AHM Oil MPX pada operator
1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 438,67 mm2/s; 438,52 mm2/s;
420,48 mm2/s dan 432,12 mm2/s. Nilai rata-rata viskositas
dinamis pada sampel AHM Oil MPX pada operator 1, 2, 3 dan 4
secara berturut-turut adalah 431,783 cP; 431,632 cP; 413,882 cP
dan 425,336 cP.
2. Hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik untuk
Sampel campuran Premium dan Solar (28C) pada operator 1, 2,
3 dan 4 secara berturut-turut adalah 0,0242 %; 0,0396 %; 0,0099
% dan 0,0253 %. Hasil perhitungan repeatability viskositas
dinamis untuk Sampel campuran Premium dan Solar (28C)
pada operator 1, 2, 3 dan 4 secara berturut-turut adalah 0,0238
%; 0,0389 %; 0,0097 % dan 0,0249 %. Nilai reproducibility pada
viskositas kinematik dan dinamis pada sampel campuran
Premium dan Solar secara berturut adalah 0,14625 % dan
0,14397 %. Hasil perhitungan repeatability viskositas kinematik
untuk Sampel AHM Oil MPX (27C) pada operator 1, 2, 3 dan 4
adalah 1,132 %; 2,265 %; 4,067 % dan 0,0875 %. Hasil
perhitungan repeatability viskositas dinamis untuk Sampel AHM
Oil MPX (27C) pada operator 1, 2, 3 dan 4 adalah 1,1142 %;

V-1

V-2

BAB V KESIMPULAN
2,2293 %; 4,0028 % dan 0,8608 %. Nilai reproducibility pada
viskositas kinematik dan dinamis pada sampel AHM Oil MPX
secara berturut adalah 12,318 % dan 12,1239 %.
Saran pada percobaan ini adalah :
1. Pengukuran viskositas dalam percobaan haruslah dilakukan
secara teliti agar hasil yang didapatkan dapat akurat dan tepat
2. Dalam percobaan ini nilai viskositas yang dihasilkan tidak sesuai
dengan literatur akibat perbedaan suhu dalam pengukuran
viskositas sehingga hasil yang didapatkan sangat berbeda degan
liteartur, sebaiknya menggunakan alat yang dapat mendukung
suhu sesuai dengan ASTM 445-06.
3. Agar lebih lengkap data yang didapatkan, disarankan praktikum
lebih lanjut untuk menambahkan variabel temperatur.

LABORATORIUM TEKNIK PEMBAKARAN


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
Fakultas Teknologi Industri-ITS
SURABAYA

You might also like