Professional Documents
Culture Documents
Bordeaux
Pemandu Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controller) adalah penyedia layanan yang
mengatur lalu-lintas di udara terutama pesawat terbang untuk mencegah pesawat terlalu
dekat satu sama lain dan tabrakan. ATC atau yang disebut dengan Air Traffic Controller
merupakan pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu
dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas
separation, ATC juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu
pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan
pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation
information, dll). ATC adalah rekan dekat seorang Pilot disamping unit lainnya, peran
ATC sangat besar dalam tercapainya tujuan penerbangan. Semua aktifitas pesawat di
dalam area pergerakan diharuskan mendapat izin terlebih dahulu melalui ATC, yang
nantinya ATC akan memberikan informasi, insturksi, clearance/izin kepada Pilot sehingga
tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan
peralatan yang sesuai dan memenuhi aturan.
bersangkutan. Apabila diperkirakan 2 pesawat akan saling melewati, sang operator akan
menginformasikan hal tersebut kepada pilot. Inilah lahirnya Advisory Service yang
pertama. Selanjutnya pada Notam 109/1924 mengenai peraturan untuk take off berbunyi
When the aircraft is visible from the control tower, permission to depart will be given
from the tower. Inilah pertama kali terminologi control tower dipakai. Pada tahun
1926 sistem pengendalian lalu lintas udara mendapat nama baru yaitu Wireless Traffic
Control dan petugasnya disebut Control Officers. Mulai saat itu terminologi control
secara resmi digunakan, tetapi hubungan Pilot/Controller masih berupa gentlements
agreements. Hal ini berubah pada tahun 1927 dimana disepakati bahwa controller tidak
hanya menginfo pilot mengenai keberadaan traffic lain, tetapi berhak memberikan arah
terbang (direction) untuk menghindari traffic lawan. Jadi siapakah air traffic controller
pertama di dunia? Jika melihat pada salah satu prinsip tugas air traffic control yaitu
menjaga keselamatan pesawat terbang di bandara dan sekitarnya, sekiranya sah-sah saja
jika menyebut Wilbur Wright sebagai air traffic controller pertama dunia. Dan Orville
Wright menjadi yang kedua. Karena sementara Orville Wright melakukan 12 detik
penerbangan pertama dalam sejarah manusia pada tanggal 17 Desember 1903 di Kitty
Hawk, California, Wilbur Wright melakukan apa yang mungkin saat ini kita sebut sebagai
operational watch. Untuk dapat take off pada kecepatan 20 mil/jam, Wilbur berlari
mengikuti pesawat terbang pertama dunia itu sambil memegang wingtips-nya dan
menyeimbangkan pesawat tersebut sampai airborne. Kemudian Wilbur memperhatikan
dengan sangat seksama penerbangan tersebut sampai akhirnya Orville mendarat kurang
lebih 120 feet didepannya. Selanjutnya saat Wilbur bertindak sebagai pilot, dan terbang
selama 59 detik, giliran Orville Wright yang memperhatikan penerbangan yang dilakukan
saudaranya dengan seksama sampai akhirnya mendarat 852 feet didepannya!
Mengatasi Kejenuhan
Disiplin dan tanggung jawab yang tinggi, jam kerja di ATC di atur secara bergiliran
berdasarkan "possition log" atau shift. Bidang pekerjaannya yang dibagi dalam
beberapa unit, diantaranya Clearance Delivery, unit yang memberi informasi semua rute
penerbangan, ketinggian pesawat yang diminta atau di izinkan untuk terbang ke tujuan.
Ground Control, mengatur semua pergerakan mulai pesawat itu push back, sampai
pesawat ke taxi way, menanti di ujung runway untuk take off. Assistant Tower Controller,
tugasnya membantu aktifitas tower controller. Tower controller sendiri mengatur take off
dan landing pesawat. Biarpun jam kerja sudah diatur, yang namanya rutinitas pasti ada
kejenuhannya. Tapi karena pekerjaan yang mempertarukan nyawa orang, dengan fokus
dengan tanggung jawab profesi, kita tidak merasakan kejenuhan ketika bekerja, setelah
tugas baru terasa. Apa lagi saat traffic lagi banyak-banyaknya, sesama teman kita saling
mendukung.
Cara Kerja Radar ATC
Input berisikan kode bit yang telah masuk didalam database. Kemudian
diproses di bagian processing radar. Input (kode bit) tersebut dihubungkan
melalui kabel coaxial. Didalam processing radar data bit bit tersebut
diproses dan dibagi menjadi beberapa bagian didalam database untuk
menentukan data data dari pesawat berdasarkan database yang dibuat.
Data data pesawat tersebut terdiri dari 5 bagian yaitu : Tipe Pesawat,
Maskapai Penerbangan, Ketinggian Pesawat, Koordinat Pesawat, Direction
Pesawat, bagian terakhir akan ditampilkan melalui Display Plot/ tracks. Bagian
display menjadi hasil akhir dan kemudian dikirim kebagian ATC dan menjadi
tugas dari operator Air Traffic Controller untuk mengatur dan memonitoring
lalu lintas penerbangan
Manfaat dan Keuntungan :
area tersebut.
Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas udara.
Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan
Tower
(TWR).
bertanggung jawab memberikan pelayanan ini disebut Area Control Centre (ACC).
penerbangan.
Peralatan PSR bekerja pada frekuensi 1.3 GHz-1.5 GHz dan 2.7 GHz-2.9 GHz
dengan output power sebesar 650 kW-1600 kW.
mode.
Transponder
yang
ada
di
pesawat
kemudian
MODE
TIPE INTEROGATOR
Militer
Militer
3/A
17
21
Identifikasi (ketinggian)
25
N/U
b.
RSLS (Receiver Side Lobe Suppression), kalaupun masih ada jawaban yang
masuk melalui Side Lobe, dilakukan perbandingan antara V dan V. Jika
V> V maka jawaban masuk melalui Lobe utama.
Pada
MSSR,
teknik-teknik
tersebut
diatas
ditingkatkan
dengan
receive) dan (transmit & receive), maka pada MSSR terdapat tiga kanal yaitu
(transmit & receive), (transmit & receive) dan (receive only). Kanal
digunakan untuk memastikan jawaban/reply masuk dalam Lobe utama. Jika
V> V maka jawaban masuk dari Lobe utama. Perbedaan dengan cara SSR
(V> V) adalah ada koefisien/nilai yang ditambahkan yaitu K(1,2), sehingga
definisi Lobe utama menjadi V> V+K1. Jawaban yang masuk dari Lobe utama
harus lebih besar dari Side Lobe
Jika pesawat tidak dalam Lobe utama, pertama transponder akan menerima pulsa
P1 control karena dipancarkan pada kanal . Pulsa P2 dengan level normal, tiba setelah
2s kemudian (didahului atau diikuti oleh pulsa P1, tergantung delay karena pantulan).
Transponder akan membandingkan pulsa pertama yang diterima terhadap pulsa kedua
dengan level normal (P1 atau P2 tergantung delay), dan tidak akan menjawab. Bila
transponder menolak interogasi karena datang dari Side Lobe atau tidak sesuai standard,
ini akan menahan dirinya dari interogasi selama 35s. Selama periode ini semua
interogasi yang datang tidak dijawab. Untuk menghindari ini, IISLS diprogram pada
sektor tertentu.
Tingkat kepadatan lalu lintas udara yang semakin tinggi serta banyaknya
peralatan SSR yang sudah terpasang menimbulkan masalah yang dikenal sebagai FRUIT
dan Garbling. FRUIT (False Reply Unsynchronized with Interrogation Transmission)
adalah reply dari satu Transponder yang diterima oleh semua SSR yang ada. Garbling
adalah jika dua pesawat berada dalam Lobe utama pada waktu yang sama dan sangat
berdekatan, sehingga reply dari transponder akan tumpang tindih. Pada SSR masalah
FRUIT diselesaikan di Extractor dengan cara Correlation Criteria. Teknologi Mode S
yang sudah diterapkan merupakan pemecahan untuk masalah Garbling dan juga FRUIT
Mode S atau Mode Select adalah cara baru untuk menginterogasi pesawat
dengan menggunakan alamat yang berbeda, alamat pesawat pada pesawat tertentu yang
hanya akan menjawab.
Radar Mode S memungkinkan untuk meningkatkan :
1.
2.
3.
2.
Prosesnya dari interogasi ini awalnya Radar Mode S memancarkan interogasi All Call
untuk mendapat jawaban dari transponder. Jawaban yang dibuat oleh satu transponder
Mode S kepada satu Radar Mode S berisi 24 bit alamat pesawat. Karena alamatnya unik
yang diberikan kepada satu pesawat, sehingga identifikasinya tidak meragukan. Radar Mode S
kemudian dapat menginterogasi transponder Mode S secara selektif dengan memancarkan
interogasi Mode S Roll Call yang dialamatkan pada transponder pesawat tersebut. Transponder
hanya menjawab interogasi Roll Call itu yang berisi alamatnya. Interogasi All Call secara
teratur tetap dipancarkan supaya memperoleh pesawat baru yang masuk cakupan radar dan
menginterogasi pesawat yang hanya dilengkapi
transponder
SSR.
Setelah
pesawat
didapat, radar processor mengamati secara tepat pesawat dan menghitung untuk memastikan
menginterogasi ke transponder dan menerima jawaban Roll Call.
Radar Mode S menerima informasi dari transponder Mode S yang bisa berupa:
1. Alamat
pesawat
yang
digunakan
untuk
memperoleh
pesawat
dilengkapi Mode S.
2. Parameter-parameter, status, ketinggian, identitas dan kecepatan pesawat.
3. Pesan data link.
Ada tiga mode yang digunakan pada Radar Mode S yaitu antara lain :
yang
Mode S menjawab dengan kode spesial, yang berisi identitas dan alamat
pesawat.
3. Mode Roll Call (Discrete)
Interogasi ini diarahkan khusus pada pesawat yang dilengkapi Transponder
Mode S. Interogasi terdiri dari pulsa P1, P2 dan P6. Pulsa P2 dipancarkan
melalui kanal dengan amplitudo sama dengan P1 dan P3. Ini secara efektif
menekan Transponder SSR untuk tidak menjawab. Pulsa P6 adalah suatu
blok data DPSK yang berisi suatu pesan 56 bit atau 112 bit.
Jika Transponder Mode S menerima sebuah interogasi Roll Call yang valid, dia
akan menjawab setelah 128 s setelah penerimaan. Jawaban dipancarkan pada
frekuensi 1090 MHz dan menggunakan transmisi 56 bit atau 112 bit PPM
(Pulse Positioning Modulation). Pada Mode Roll Call Pulsa P5 dipancarkan
melalui kanal sebagai kontrol pengganti pulsa P2 yang dipancarkan melalui
kanal . Pulsa P5 berfungsi sebagai kontrol SLS.
BLOK DIAGRAM ATC