Professional Documents
Culture Documents
AKADEMI TEKNOLOGI
KULIT YOGYAKARTA
TBKKP.TPL 2008
Dosen pengampu:
Sri Sumarni,B.Sc,S.T.
Disusun oleh :
IRSAL UMAR (08.TBKKP.TPL. 64 )
I WAYAN SURYAGAMA (08.TBKKP.TPL. 65)
TRI RATNAWATI JAYA W. (08.TBKKP.TPL.72)
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN RI
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT
YOGYAKARTA
2009
2
APLIKASI BAHAN PENYAMAK NABATI PADA KULIT KAMBING
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengaplikasikan bahan penyamak Nabati
II. DASAR TEORI
Tanning (penyamakan) merupakan inti dari rangkaian kegiatan menyamak. Dalam
proses penyamakan bisa digunakan bermacam-macam bahan penyamak,
diantaranya adalah bahan penyamak mineral. Bahan penyamak mineral yang
paling banyak digunakan adalah bahan penyamak krom, karena dalam bahan
penyamak krom terkandung sifat-sifat khusus yang berhubungan dengan struktur
molekul krom itu sendiriPada penyamakan nabati dapat digunakan bahan
penyamak dalam beberapa bentuk, diantaranya sari powder, sari padat, babakan,
kawul, atau dengan kemikalia pembantu seperti asam oksalat, asam formiat,
thiosulfat, dll. Bahan penyamak nabati banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan
seperti akasia, mahoni, tuguli, sogawe, dll. dan yang paling banyak dipakai adalah
bahan penyamak ekstrak akasia dalam bentuk sari powder yang lazim disebut
ekstrak mimosa. Dalam ekstrak mimosa terkandung 70,5% zat penyamak, 22,5%
zat bukan penyamak, 1,5% ampas, dan 5,5% air. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam penggunaan bahan penyamak nabati adalah keseimbangan
elektrolit, difusi, dan fiksasi zat penyamak. Keseimbangan elektrolit yang
dimaksudkan adalah kondisi kulit yang hampir mendekati titik isoelektris dimana
konsentrasi OH- dan H+ dalam keadaan seimbang. Kecepatan difusi bahan
penyamak akan sangat mempengaruhi kualitas kulit tersamak yang dihasilkan.
Kecepatan difusi sangat tergantung pada gerakan mekanik, konsentrasi/kepekatan
bahan penyamak, dan temperatur. Demikian pula dengan fiksasi zat penyamak
akan mempengaruhi karakteristik kulit yang akan dihasilkan. Fiksasi/pengikatan
zat penyamak ini dipengaruhi oleh pH, konsentrasi garam, dan ukuran partikel
molekul zat penyamak Bahan penyamak nabati biasa diaplikasikan untuk membuat
kulit sol, kulit sabuk, dll. karakteristik kulit yang akan dihasilkan dari penyamakan
dengan ekstrak mimosa adalah kulit yang tersamak menjadi berisi, supel, padat,
dan memberikan rendemen tinggi
3
III. ALAT DAN BAHAN
4
Kulit diremas-remas hingga cairan ekstrak menjadi bening lalu
ditambahkan kembali ekstrak mimosa demikian hingga 6 kali
Menimbang dan menambahkan 10,96 gram zat penyamak krom buatan
Menimbang dan menambahkan 0,68 NaHCO3
Menambahkan 1,3 gram antimould
Mengeringanginkan kulit semalam
B. Aplikasi Bahan penyamak Nabati ( Buatan)
Timbang kullit pickle
Melakukan Repickle dengan jalan memasukan kulit pada air garam
jenuh 60 BE sebanyak 200 % dari berat kulit
Lakukan pengadukan ± 25 menit
Lakukan pengecekan pH antara 2,5 – 3
Melakukan retaning ringan sebagai permulaan dengan komposisi
R / 100 % air dari repickle
1 % Crom
Aduk selama 1 jam
Tambahkan H2O untuk menyesuaikan pH kulit dengan bahan penyamak
Timbang bahan penyamak sebanyak 5 % dari berat k kulit dan timbang
sebanyak 4 kali
Tambahkan bahan penyamak tersebut ke kulit yang sudah di repickle
sebanyak 4 kali dengan selang waktu 20 menit sekali
Dan tambahkan antimol 1 % dari berat kulit
Dan lakukan pemeraman selama 1 malam Untuk menyempurnakan
reaksi
Lakukan pelemasan dengan mesin peelemasan dengan cara
melemaskaan pada bagian flas
Setelah cukup lemas lakukan pengamplasan atau yang disebut dengan
istilah buffing
Lakukan pengujian Fisis
5
V. HASIL PRAKTIKUM
A. Aplikasi ekstrak mimosa Paten pada kulit kambing
Kulit yang dihasilkan dari penyamakan dengan ekstrak mimosa lebih berisi jika
dibandingkan dengan kulit yang dihasilkan dari penyamakan dengan bahan
penyamak nabati buatan, warna yang dihasilkan terang Dengan resep yang ada
hasil kulit tersamak belum maksimal, sehingga ditambahkan kembali ekstrak
mimosa 2 kali 5%.
B. Aplikasi Bahan Penyamak Nabati Buatan
Berat Kulit : 129,88 gram
Volume air garam jenuh 6o BE :
Taning Ringan
Air pickle :
Crom :
H2O :
Taning
Bahan Penyamak :
Kulit yang dihasilkan dari penyamakan dengan ekstrak mimosa buatan tidak
begitu bagus dibandingkan penyamakan ektra mimosa yang paten atau sudah ada ,
warna yang dihasilkan gelap
VI. PEMBAHASAN
6
praktikan tidak mengukur basisitas dari bahan penyamak sehingga aturan
Golden Rule tidak diikuti. Namun kulit yang dihasilkan dari penyamakan
dengan ekstrak mimosa memiliki karakteristik kulit tebal, padat, dan berwarna
terang. Hal ini merupakan efek dari halusnya molekul ekstrak yang membuat
proses difusi bahan penyamak ke dalam kulit menjadi sempurna dan terjadi
ikatan silang yang sempurna juga.
7
pemeraman di ruangan yang tertutup dan kemungkinan kontak dengan zat lain
sangatlah kecil. Keesokan harinya dilakukan pelemasan pada kulit karena
setelah proses pemeraman kulit masih keras hal ini disebabkan oleh masih ada
bagian daging pada bagian flash pada kulit setelah cukup lemas dilakukan
proses pengamplasan untuk pengalusan dan setelah proses pengamplasan
cukup dilakukan uji fisis
Dalam paraktikum ini dapat kita bandingkan antara aplikasi bahan
penyamak antara yang buatan kita sendiri dengan yang paten lebih sempurna
yang paten yang sudah beredar dipasaran itu merupakan produk yang sudah
pasti bisa digunakan , tetapi pada bahan yang buatan ada sedikit kekurangan
sehingga reaksi pada kulit kurang sempurna , karena pada bahan penyamak
nabati buatan sebelumnya belum dilakukan uji secara kimia , tetapi bahan
penyamak ini bisa digunakan hanya saja perlu penyempurnaan dan butuh
waktu yang lebih panjang untuk menyemurnakan reaksi dengan kulit.
VII. KESIMPULAN
Bahan penyamak Nabati (ekstrak mimosa) adalah salah satu jenis ekstrak
akasia yang berbentuk powder
Bahan Penyamak Nabati buatan dapat kiata aplikasikan pada kulit kambing
8
Daftar Pustaka
9
LAPORAN RESMI
PENGUJIAN FISIS KULIT HASIL SAMAK KROM DAN KULIT HASIL
SAMAK EKSTRAK AKASIA
Dosen pengampu:
Sri Sumarni,B.Sc,S.T.
Disusun oleh :
IRSAL UMAR (08.TBKKP.TPL. 64 )
I WAYAN SURYAGAMA (08.TBKKP.TPL. 65 )
TRI RATNAWATI JAYA W. (08.TBKKP.TPL.72)
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN RI
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT
YOGYAKARTA
2009
10
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENYAMAKAN
(Uji Fisis Kulit Samak Krom Dan Kulit Samak Mimosa)
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan
sobek kulit yang dihasilkan dari samak dengan bahan penyamak krom dan ektra
mimosa ( nabati)
II. DASAR TEORI
Kebutuhan kulit sebagai bahan baku untuk barang jadi tertentu memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Misalnya saja kulit jok akan sangat berbeda
karakteristiknya dengan kulit sol. Kulit jok diharuskan memiliki kelemasan yang
tinggi, supel, dan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap beban yang berat/
ketahanan sobek tinggi.
Untuk mengetahui sifat-sifat tersebut dan untuk mengidentifikasi apakah kulit
layak untuk dibuat menjadi sebuah produk yang memenuhi spesifikasi teknis, maka
harus dilakukan pengujian-pengujian secara fisis, diantaranya uji kekuatan tarik, uji
kemuluran, dan uji ketahanan sobek.
11
IV. CARA KERJA
Uji ketahanan tarik dan kemuluran
Memotong masing-masing kulit hasil penyamakan dengan bahan penyamak krom
buatan maupun ekstrak mimosa secara vertikal dan horisontal dengan bentuk
sebagai berikut
Melakukan pengujian dengan tensile stregth meter
a. Cop kabel stop kontak ke saluran PLN
b. Tekan tombil On
c. Pasang sampel kulit
d. Mrengenolkan komponen pengukur yaitu pengukur daya dan panjang
akhir ketahanan kulit
e. Tekan tombol Up
Setelah kulit sobek menjadi 2 bagian tekan
Mengamati kulit hingga putus dan mencatat hasil yang terukur pada alat uji
Uji kekuatan sobek
Memotong kulit hasil samak krom buatan dan kulit samak dengan ekstrak
mimosa berbentuk persegi panjang dengan panjang 10 cm secara vertikal
maupun horisontal
Menggunting tepat di tengah searah dengan panjang sepanjang 2,5 cm
Melakukan pengujian dengan tensile strenght meter
Mencatat hasil pengamatan
12
A. Hasil pengamatan kulit samak Nabati dan perhitungannya
1. Samak Nabati buatan
a. Sampel 1 Horisontal
2,08 cm
9,85 cm
Tebal : 0,014 cm
Beban 1,7 kg
Perhitungan
Kuat Tarik
Kemuluran
Kemuluran = 100 %
–
Kemuluran = 100 % = 16, 24 %
13
b. Sampel 2 vertikal
2,25 cm
10, 05 cm
Tebal : 0,014 cm
Beban : 3,7 kg
Perhitungan
Kuat Tarik
Kemuluran
Kemuluran = 100 %
–
Kemuluran = 100 % = 12,93 %
a. Sampel Horisontal
0,75 cm
14
4,86 cm
Tebal : 0,019 cm
Beban 2,27 kg
Perhitungan
Kuat Sobek
Kuat Sobek =
a. Sampel 3 vertikal
1,01 cm
5 cm
Tebal : 0,013 cm
Beban : 2,30 kg
Perhitungan
Kuat Sobek
Kuat Sobek =
15
2. Samak Nabati Paten
a. Kulit yang dipotong secara vertikal
Tebal : 1,26 mm
Lebar : 1,21 cm
: 22,98 mm
Beban : 30,1 kg
Perhitungan
Kuat tarik
Kemuluran
Kemuluran = 100 %
Perhitungan
Kuat tarik
16
Kemuluran
Kemuluran = 100 %
potongan vertikal
17
Kuat tarik
Kemuluran
Kemuluran = 100 %
18
b. Kulit yang dipotong secara horisontal
Tebal : 1,6 mm
Panjang yang tersobekkan : 7,5 cm
Beban : 1,43 kg
2,22cm
10,16 cm
Tebal : 0,05 cm
Beban : 10,5kg
Perhitungan
Kuat Tarik
Kemuluran
19
Kemuluran = 100 %
–
Kemuluran = 100 % = 14,76 %
c. Sampel 2 vertikal
2,22 cm
10,16 cm
Tebal : 0,05 cm
Beban : 14 kg
Perhitungan
Kuat Tarik
Kemuluran
Kemuluran = 100 %
–
Kemuluran = 100 % = 75,78 %
a. Sampel 3 Horisontal
20
0,75 cm
4,86 cm
Tebal : 1,9 cm
Beban 2,27 kg
Perhitungan
Kuat Sobek
Kuat Sobek =
b. Sampel 3 vertikal
1,28 cm
5,39 cm
Tebal : 0,06 cm
Beban : 2,1 kg
Perhitungan
Kuat Sobek
Kuat Sobek =
21
Kuat Sobek = = 15, 90 kg/cm2
VI. PEMBAHASAN
Pemband Krom buatan Krom paten Mimosa paten Mimosa buatan
ing
Dari data hasil praktikum dapat dihitung kekuatan tarik, kemuluran, dan
kekuatan sobek. Untuk kulit samak dengan krom buatan kekuatan tarik dari kulit
yang dipotong secara vertikal lebih besar dibanding potongan secara horisontal.
Sedang kemuluran dari potongan vertikal lebih kecil dibanding dengan potongan
kulit horisontal. Kekuatan sobek dari potongan kulit vertikal ternyata juga lebih kecil
dibanding dengan potongan kulit secara horisontal.
Untuk kulit samak dengan krom paten kekuatan tarik dari kulit yang
dipotong secara vertikal lebih besar dibanding potongan secara horisontal. Sedang
22
kemuluran dari potongan vertikal lebih besar dibanding dengan potongan kulit
horisontal. Kekuatan sobek dari potongan kulit vertikal juga lebih besar dibanding
dengan potongan kulit secara horisontal.
Untuk kulit hasil samak dengan ekstrak mimosa memberikan hasil kekuatan
tarik untuk potongan vertikal lebih besar dibanding potongan horisontal. Kemuluran
potongan vertikal lebih kecil dibanding kemuluran potongan kulit horisontal. Dan
kekuatan sobek potongan vertikal lebih besar dibanding potongan horisontal.
Sedangkan Untuk kulit hasil samak dengan ekstrak mimosa buatan memiliki
kekuatan tarik untuk potongan vertikal lebih kecil dibanding potongan horisontal.
Kemuluran potongan vertikal lebih kecil dibanding kemuluran potongan kulit
horisontal. Dan kekuatan sobek potongan vertikal lebih keci;l ibanding potongan
horisontal.
Jika kempat kulit samak itu dibandingkan kulit hasil samak krom buatan
memiliki kekuatan tarik yang paling besar dibandingkan dengan yang lain pada
potongan vertical dan pada potongan horizontal samak nabati buatan yang memiliki
kuat tarika yang paling besar .Kemuluran yang terbesar kulit samak krom paten
pada potongan vertical dan pada potongan horizontal kulit samak nabati paten
memiliki kemuluran yan paling besar . Kekuatan sobek yang paling tinggi dimiliki
kulit dengan bahan nabati buatan pada posisi vertical maupun horizontal
VII. KESIMPULAN
Secara fisik kulit samak krom lebih unggul dalam hal kekuatan tarik dibanding
kulit samak ekstrak mimosa. Namun dalam hal kemuluran kulit samak ekstrak
mimosa lebih unggul dibanding kulit samak krom buatan. Dan krom paten
kemuluran paling unggul
Kulit samak krom memiliki kekuatan fisik yang lebih unggul pada potongan
vertical
23
Daftar Pustaka
24
25