Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Kasus kegawatdaruratan obstetric dan neonatus adalah kasus yang apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kematian pada ibu dan janinnya. Kasus ini pula
dapat menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Oleh karena itu
diperlukan penilaian awal terhadap kegawatdaruratan.
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri
dan
neonatus
yang
membutuhkan
pertolongan
segera
dengan
dan
penelusuran
melalui
internet
yaitu
metode
penulisan
yang
BAB II
PEMBAHASAN
PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN
NEONATAL
Penilaian Awal Kasus Kegawatdaruratan Obstetri
Dalam menentukan kondisi kasus obstetric yang dihadapi apakah dalam
keadaan gawat darurat atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan secra sistematis
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan obsterik. Dalam prakteknya,
pemeriksaan sisitematis yang lengkap membutuhkan waktu yang lama, padahal
penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukanlah penilian awal. Penilaian
awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang
membutuhkan pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit ( komplikasi )
yang dihadapi.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal ialah sebagai berikut :
Periksa Pandang
Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-kejang, gelisah, tampak
kesakitan
Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak keringat
Menilai pernafasan : cepat, sesak nafas.
Menilai perdarahan dan kemaluan
Periksa Raba :
Kulit : dingin, demam
Nadi : lenah/kuat, cepat/normal
Kaki/tungkai bawah : bengkak
Tanda vital :
Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
GADAR Pascapersalinan
1. sepsis Neonatorum
2. Ikterus
3. BBLR
4. Sindrom Gawat Nafas
5. Hipotermia/Hipertermia
2.1 PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWATDARURATAN OBSTETRI
2.1.1 Perdarahan
A. Hamil Muda
Kehamilan mola
Pengertian
Hamil mola atau hamil anggur, seringkali tidak ditemukan janin di dalam
rahim, walaupun 'sepertinya' tanda-tanda hamil ada, yaitu perut membesar, mengidam,
dll. Kandungan terisi oleh jaringan berbentuk gelembung berisi cairan. Gelembunggelembung ini jumlahnya banyak, sehingga menyerupai kumpulan buah anggur.
Penyebab
Penyebabnya adalah gangguan pertumbuhan plasenta (ari-ari) karena
pembuahan sel telur yang kosong oleh sperma.
Tanda-tanda
Tanda-tanda hamil mola mempunyai kemiripan dengan hamil biasa. Beberapa
diantaranya adalah perut membesar, terlambat haid, mual muntah, dan jika dilakukan
pemeriksaan urin dengan strip uji kehamilan hasilnya positif. Oleh karena itu,
mungkin saja pada awal perjalanan penyakit ini, timbul salah duga, yaitu mengira si
ibu hamil normal.
Gambaran klinis
1. Keluar jaringan berbentuk seperti buah anggur dari jalan lahir. Ini adalah gejala
yang paling khas dari kehamilan mola.
2. Perdarahan jalan lahir, baik ringan maupun berat.
3. Terjadi gejala toksemia pada trimester I dan II.
5
Masa pemulihan
Pemulihan biasanya perlu waktu sekitar 4-5minggu, serta masa pengawasan 2
tahun. Apabila dalam masa pengawasan penderita hamil, harus dilakukan ANC serta
penanganan kehamilan lainnya secara lebih cermat dan hati-hati.
Tingkat kewenangan
Tindakan evakuasi mola harus dilakukan oleh seorang spesialis OBGIN
(berencana maupun darurat), demikian pula dengan setiap tindakan laparatomi atau
histerektomi.
Output
1. Senbuh bila kadar beta- hCG normal yaitu ,5mIU/ml.
2. Komplikasi keganasan (khorio karsinoma)
Patologi anatomi
Sediakan kuret hisap dipisahkan dari sediaan kuret tajam untuk kemudian
keduanya diperiksakan secara patologi anatomic.
B. Hamil Lanjut
1. Plasenta Previa
Definisi
Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (Prae = di depan ;
vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah placenta yang implantasinya
tidak normal yakni rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian Ostium
Internum. ( Prof. Dr. Rustam Moctar MPH., 1998).
Plasenta previa ialah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal
pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi ataupun tidak menutupi ostium uteri
internum (OUI), sedangkan kehamilan itu sudah viable atau mampu hidup di luar
rahim (usia kehamilan >20mg dan atau berat janin >500gr).
Plasenta previa :
a. Totalis (seluruhnya tertutupi oleh plasenta).
b. Paralisis (hanya sebagian OUI tertutup plasenta).
c. Lateralis (apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI).
8
d. Letak rendah (plasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada bagian yang
menutupi OUI).
Kriteria diagnose
Menurut Departemen Kesehatan RI 1996. Jakarta
Gambaran klinik
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.
2. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang
3. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang
4. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan.
Diagnose differensial
1. Solusio plasenta
2. Vassa previa (pecah).
3. Perdarahan obstetric lainnya.
Pemeriksaaan penunjang
1. Lab : darah lengkap, urin lengkap.
2. KTG, Doppler, Laennec.
3. USG untuk menilai letak/implantasi plasent, usia kehamilan dan keadaan janin
secara keseluruhan.
Perawatan RS
Segera rawat inap untuk dilakukan evaluasi.
Tata laksana
Langkah langkah tata laksana plasenta previa ditentukan oleh beberapa
faktor :
1. Usia kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru paru.
2. Banyaknya perdarahan yang terjadi.
9
Dapat berulang.
2.
a
b
3.
a
b
c
d
4.
kepala teraba bantalan (ialah jaringan placenta) maka kemungkinan placenta praevia
besar sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat di lakukan pada persentasi kepala karena pada
letak sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakan dari jaringan lunak.
Diagnosa pasti pada plasenta praevia dibuat dengan pemeriksaan dalam kamar
operasi dan apabila sudah terdapat pembukaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan
dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan perdarahan yang disebabkan perabaan.
Bagi pemeriksa yang kurang berpengalaman bekuan darah dapat disangka jaringan
placenta.
Bila pasien datang dengan perdarahan, jangan lakukan vaginal touche atau
memberian tampon, bidan melakukan pengiriman pasien segera ke rumah sakit yang
besar.ketentuan ini di dasarkan atas kenyataan bahwa:
a Perdarahan pada placenta praevia jarang membawa maut.
b Pemeriksaan dalam dapat menimbulkan perdarahan yang hebat.
Walaupun begitu ada kalanya dokter atau bidan harus melakukan pemeriksaan
dalam setelah melakukan persiapan yang secukupnya yakni apabila dokter/bidan harus
memberi terapi sendiri misalnya apabila pasien tidak memungkinkan untuk dibawa ke
kota besar apabila perdarahan terjadi dalam jumlah yang sangat banyak.
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan
yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa
adalah Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak
serta mengurangi kesakitan dan kematian.
1. Memecahkan ketuban diatas meja oprasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut.
2. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi
dengan:
a Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
b Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
c Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
d
2. Solusio Plasenta
Pengertian Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum janin lahir pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau
berat janin di atas 500 gram. Walaupun dapat pula terjadi setiap saat pada masa
kehamilan, bila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, akan dibuat diagnosis abortus
imminens.
Penyebab
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa kondisi yang menjadi predisposisi :
1. Hipertensi kronis dan preeklamsia
2. Bertambahnya usia dan paritas ibu
3. Trauma
4. Merokok dan penggunaan kokain
5. Dekompresi uterus yang mendadak
6. Tekanan pada vena kava inferior karena pembesaran uterus.
7. Pernah mengalami solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya.
8. Anomali uterus atau tumor uterus
9. Malnutrisi/defisiensi gizi.
Tanda dan Gejala klinik
warnanya kehitam-hitaman
yang
tegang
banyak)
tidak
berdarah
Kelas 3 berat
(Plasenta
lebih
telah
dari
2/3
terlepas
luas
permukaannya)
Kriteria diagnosis
Anamnesis
Dinding perut teraba tegang dan keras (wooden abdomen), Seringkali dengan nyeri
tekan
Diagnosis Banding
Plasenta previa
14
Vassa previa
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: CBC, CT, BT,elektrolit (bila perlu)
Keadaan janin : kardiotokografi, Doppler, Laennec.
USG : menilai letak plasenta, usia kehamilan, dan keadaan janin secara
keseluruhan.
Penanganan
A. Terapi Medik
Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala
klinis, yaitu:
a. Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin
hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup,
lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan.
b. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,
penanganan di RS meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika
perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan
telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera
diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin.
15
B. Terapi Bedah
1. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.
2. Seksiosesarea atas indikasi medik.
3. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi
dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika
hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
Tata laksana
Konservatif
Hanya untuk solusio plasenta derajat ringan dan janin masih belum cukup bulan,
apalagi jika janin telah meninggal
Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10 IU dalam larutan saline
500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam
Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai
lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan
baik (90%), sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.
Aktif / Operatif
Dilakukan untuk solusio plasenta derajat sedang sampai berat tanpa memandang
usia kehamilan, dimana kala II tidak dapat diharapkan dalam waktu singkat
(maksimal 6 jam).
Pernyataan Standar
Bidan mengenali secara tepat
tanda dan gejala Perdarahan
pada kehamilan, serta melakukan
pertolongan
pertama
dan
merujuknya.
Hasil
- Ibu yang mengalami perdarahan
pada TM III kehamilan segera
mendapat pertolongan yang cepat
dan tepat.
- kematian ibu dan janin akibat
perdarahan dalam kehamilan dan
perdarahan antepartum berkurang.
- meningkatnya pemanfaatan bidan
untuk konsultasi pada keadaan gawat
darurat.
pada keadaan gawat
darurat.
Prasyarat
1. Bidan memberikan perawatan antenatal rutin kepada ibu hamil
2. Ibu hamil mencari perawatan kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi
3. Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :
a. Mengetahui penyebab, mengenali tanda tanda dan penanganan perdarahan
pada trimester III kehamilan.
b. Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan, termasuk pemberian cairan IV.
c. Mengetahui tanda tanda dan penanganan syok
4.
5.
6.
Proses
17
Bidan harus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Perkiraan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah. (sering kali perkiraan jumlah
kehilangan darah kurang dari jumlah sebenarnya cara yang lebih tepat untuk
memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menimbang semua bahan yang
terkena darah).
10. Buat catatan lengkap (keterangan mengenai perdarahan : golongan, jumlah perdarahan
dan riwayat tentang kapan terjadinya perdarahan pergantian cairan). Dokumentasi
dengan seksama semua perawatan yang diberikan.
11. Dampingi ibu hamil untuk merujuk ke rumah sakit dan minta keluarga yang akan
menyumbangkan darahnya untuk ikut serta.
12. Mengikuti langkah langkah untuk merujuk.
C. Pasca Persalinan
Etiologi
1. overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak keahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta,
sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
7. partus presipitatus
8. penggunaan anastesi umum
9. riwayat perdarhan post partum sebelumnya
Manifestasi Klinis
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
3. Pucat dan terdapat tanda-tanda syok atau presyok (tensi rendah, nadi cepat dan
lemah, ekstermitas dingin)
4. Pemeriksaan dalam dapat dilakukan setelah keadaan umum diperbaiki dan dinilai
kontraksi uterus, perlukaan jalan lahir dan adanya sisa plasenta
Pemeriksaan penunjang
19
Syok irreversible
Sindroma Sheehan
Tingkat kewenangan
Dokter umum untuk semua tindakan non operatif.
Dokter spesialis (SpOG) bila akan dilakukan tindaka operatif (laparatomi).
Informed concent
Dalam menangani kemungkinan pengangkatan rahim/uterus.
Lama perawatan
Biasanya pasca tindakan perlu perawatan sekitar 6-7 hari.
Masa pemulihan
Non operatif : sekitar 40 hari (nifas).
Operatif/laparatomi : 3 bulan
Output
Jika cepat ditangani, pasien dapat sembuh dengan baik.
1. Atonia Uteri
20
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR,
Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Manajemen Atonia Uteri
1. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)
Jika uterus berkontraksi
Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa
apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk
segera
Jika uterus tidak berkontraksi maka :
a. Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lubang serviks
b. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
c. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
2. Uterotonika
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan
lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan
oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat
sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi
cairan jarang ditemukan.
21
4) Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus .
5) Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium
uteri.
Penanganan
Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan
diambil .
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi plasenta tidak
terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat .
c. Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila
perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal . Bila troksi terkontrol
gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
d. Lakukan tranfusi darah bila diperlukan
e. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral + metronida 20 l g
supositorial/oral )
f. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
Plasenta Inkarserata
a. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan
b. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi
servik dan melahirkan plasenta
c. Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus
oksitosis 20 IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengan tisipasi
ganguan kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
d. Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum
lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut
berikan analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidine 50 mg IV dan sedatif
(diazepam 5mg IV) pada tabung suntik terpisah.
Plasenta akreta
23
Pernyataan Standar
Bidan menngenali retensio
plasenta, dan memberikan
pertolongan pertama
termasuk plasenta manual
dan penanganan perdarahan
sesuai dengan kebutuhan.
Penurunan kejadian
perdarahan hebat akibat
retensio plasenta.
Ibu dengan retensio
plasenta mendapatkan
penanganan yang cepat dan
tepat.
Penyelamatan ibu dengan
retensio
plasentameningkat.
Persyarat
1. bidan telah terlatih dan terampil dalam:
a) fisiologi dan menajemen aktif kala tiga
b) pengendalian dan penanganan perdaraha, termasuk pemberian oksitosika,
cairan IV dan plasenta manual.
2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan penting: sabun, air bersih yang mengalir,
handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik steril sekali pakai, set infuse
dengan jarum berukuran 16 atau 18G, sarung tangan panjang DTT/ steril.
3. Tersedia obat-obat antibiotic dan oksitosika (oksitosin dan metergin) dan tempat
penyimpanannya yang memadai.
4. Adanya partograf dan catatan persalinan / kartu ibu.
5. Ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan dilakukan ( informed
consent atau persetujuan tindakan medic)
6. System rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik untuk ibu
yang mengalami perdarahan pasca persalinan sekunder.
Proses
24
1. Melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kal tiga pada semua ibu yang
melahirkan melalui vagina.
2. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta. ( perdarahan yang terjadi sebelum
plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontaminasi, biasanya
disebabkan retensio plasenta. Perdarahan sesudah plasenta lahir, sedangkan uterus
teraba lembek, juga mungkin disebabkan oleh adanya bagian plasenta/selaput
ketuban harus diperiksa kembali kelengkapannya).
3. Bila plasentanya tidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi
penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga dengan memberikan oksitosin 10UI IM
dan teruskan penegangan tali pusat terkendali dengan hati-hati. Teruskan
melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga 15 menit atu . lebih, dan jika
plasenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir
kalinya. Jika plasenta masih juga tetap belum lahir dan ibu tidak mengalami
perdarahan hebat, rujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
4. Bila erjadi perdaraha, maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual. Bila
tidak berhasil lakukan rujukan.
5. Berikan cairan IV ; NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang besar
(16 atau 18G) untuk mengganti cairan yang hilang sampai nadi dan tekanan darah
membaik atau kembali normal.
6. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual, yang HARUS dilakakukan
secara aseptic.
7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur.
8. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan Diazepam 10mg
IM.
9. Cuci tangan sampai kebagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir dan
handuk bersih, gunakan sarung tangan steril/DTT .
10. Masukan tangan kanan dengan kanan dengan hati-hati jaga agar jari-jari tetap
merapat dan melengkung, mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta. Pegang
tali pusat dengan tangan kiri untuk membantu)
11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus
agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada didalam uterus carilah
tepi plasenta terlepas, telapak tangan kanan menghadap ke atas lalu lakukan
gerakan mengikis ke samping untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus.
25
12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan hati-hati
dan perlahan. (jangan hanya memegang sebagian plasenta dan menariknya keluar)
13. Bila plasenta telah lahir, segera lakukan masase uterus .
14. Periksa plasenta dengan selaputnya jika tidak lengkap, periksa lagi kavum uteri dan
keluarkan potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara diatas.
15. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan, bila perlu. ( penelitian
menunjukan bahwa hanya robekan yang menimbulkan perdarahan yang perlu
dijahit).
16. Bersihkan ibu agar merasa nyaman.
17. Jika tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali,
maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera.
18. Buat pencatatan yang akurat.
Ingat
iskemia plasenta
d obesitas
Pre eklamsia
Tanda tanda umum pre eklamsia
26
7. penderita diminta utk memberitahu jika sakit kepala, mual,nyeri epigastrium atau
gangguan penglihatan
Indikasi Pengakhiran Kehamilan:
1. pre eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari/cukup bulan
2. pre eklampsia dengan dengan hipertensi dan/atau proteinuria menetap selama 10-14
hari, dan janin sudah cukup matur
3. pre eklampsia berat
4. eklampsia
Penanganan Pre eklampsia Ringan :
a Istirahat di tempat tidur dengan berbaring ke arah sisi tubuh
b fenobarbital 330 mg per hari (menenangkan penderitaan dan menurunkan tensi)
c pengurangan garam dalam diet
d pemakaian diuretik dan antihipertensi tidak dianjurkan
e jika tidak ada perbaikan dan tensi terus mningkat, retensi cairan dan proteinuria
bertambah maka pengakhiran kehamilan dilakukan meskipun janin msh prematur
Penanganan Pre eklampsia Berat :
1 (Jika pasien datang dengan pre eklampsia berat) beri sedativa yang kuat untuk
mecegah kejang :
a
narkosis
g Pada gawat janin dalam kala II dilakukan ekstraksi dengan cunam atau ekstraktor
vakum.
h post partum bayi sering menunjukkan tanda-tanda asfiksia neonatorum maka
perlu resusitasi.
Eklampsia
Timbul serangan kejangan yg diikuti koma
Gejala dan Tanda
a didahului memburuknya pre eklampsia dan timbul gejala2 nyeri kepala frontal,
nyeri epigastrium, ggn penglihatan, mual, hiperrefleksia.
b jika gejala ini tidak dikenali dan diatasi akan segera timbul kejangan, dengann 4
macam tingkat:
1. awal/aura
2. tonik
3. klonik
4. koma
c selama serangan tensi meningkat, nadi cepat, suhu meningkat sampai 40C
Penanggulangan
Harus dirawat di RS. Obat penenang yang cukup saat pengangkutan ke RS
(petidin 100 mg). Hindarkan dari rangsangan kejang.
Tindakan Obstetrik
1 setelah kejangan diatasi dan KU diperbaiki
2 mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan
3 persalinan pervaginam adalah cara terbaik bila dapat dilaksanakan dengan cepat
dan aman.
4 pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi dengan amniotomi dan infus
pitosin setelah bebas kejang selama 12 jam dan keadaan serviks mengijinkan.
29
5 bila serviks masih lancip dan tertutup terutama pd primigravida, kepala janin masih
tinggi, atau ada persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya sesar.
6 jika persalinan sudah pada kala I dilakukan amniotomi untuk mempercepat partus
7 lakukan ekstraksi vakum atau cunam
8 setelah kelahiran pengobatan dan perawatan intensif harus diteruskan untuk 48 jam.
Standar penanganan kegawatdaruratan pada eklamsia
Tujuan
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala gejala preeklamsia berat dan
memberikan perawatan yang tepat dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan
segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila eklamsia terjadi.
Hasil
Pernyataan Standar
Penurunan kejadian eklamsia
Bidan menngenali secar tepat
Ibu hamil yang mengalami
eklamsia mendapatkan
eklamsia.bidan akan
tepat
melaksanakann penanganan
mendapatkan perawatan
Prasyarat
1.
awal
untuk
penatalaksanaan
kegawat
daruratan
preeclampsia
berat/eklampsia.
2.
30
3.
Bidan secara rutin memantau ibu dalam proses persalinan dan selama
periode postpartum terhadap tanda gejala preeclampsia termasuk pengukuran
tekanan darah.
4.
5.
6.
7.
Adanya saran pencatatan ; KMS ibu hamil/kartu ibu, buku KIA dan
partograf.
Proses
Bidan harus :
1. Selalu waspada terhadap gejala dan tanda pre eklamsi ringan (tekanan darah dengan
tekanan diastolik 90-110 mmHg dalam dua pengukuran berjarak 1 jam). Pantau
tekanan darah ibu hamil pada setiap pemeriksaana antenatal, selama proses
persalinan, dan masa nifas. Pantau tekanan darah, urin (untuk mengetahui protein
uria) ibu hamil dan kondisi janin setiap minggu.
2. Selalu waspada terhadap tanda dan gejala preeklamsia berat (tekanan diatolik >110
mmHg) yaitu : protein dalam air seni, nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan,
mengantuk, tidak enak, nyeri epigastrik.
3. Catat tekanan darah ibu, segeera periksa adanya gejala dan tanda preeklamsia atau
eklamsia. Gejala dan tanda preeklamsia berat (yaitu peningkatan tekanan darah tibatiba, tekanan darah yang sangat tinggi, protein dalam air seni, penurunan jumlah air
seni dalam warna yang menjadi gelap, oedema berat atau edema mendadak pada
wajah atau panggul belakang) memerlukan penanganan yang sangat cepat karena
besar kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan bertindak sangat penting.
31
32
10.
berhenti. Damping ibu dalam perjalanan dan berrikan obat-obatan lagi jika perlu.
( jika terjadi kejang lagi, berikan 2gr MgSo4 secara perlahan dalam 5 menit, tetapi
perhatikan jika ada tanda-tanda keracuanan MgSo4).
Panduan Penggunaan Penggunaan MgSO4.
Syarat Pemberian
1. Produksi Urin dalam 4 jam terakhir minimal 100ml (35-30ml/jam)
2. Reflex patella (+).
3. Frekuensi nafas 16x/mnt, artinya tidak ada depresi pernafasan.
4. Tersedia antidotum, yakni glukonas calcicus (calcium glukonate).
Cara pemberian
1. Dosis awal (looding dose) 4-6 g IV dgn kecepatan pemberian 1g/mnt.
2. Diikuti dengan pemberian secara infuse (drip) dengan dosis 1,5-2 g/jam, agar
dicapai kadar serum 4,8-8,4 mg/dL (4-7mEq/L)
3. Bila masih terjadi kejang dengan pemberian diatas, dapat diberikan diazepam
5-10mg IV atau amobarbital 250mg IV.
4. Penggunaan MgSO4, biasanya sampai 24 jam setelah bayi lahir, atau setelah
produksi urin normal kembali.
Catatan
1.
2.
3.
4.
Keuntungan
1. Mudah, Sederhana, Nyaman bagi pasien.
2. Relative mudah diperoleh dan harganyapun relative murah, sedangkan
hasilnya cukup baik.
3. Pada kadar terapi, kesadaran pasien tidak berpengaruh.
4. Meskipun Mg dapat melewati sawar (barier) plasenta namun hamper tidak
pernah mempengaruhi keadaaan janin, kecuali terjadi hipermagnesia ( 15
mEq/L) pada kala II.
5.1.4 Syok (Bidang Obstetri)
pengertian
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam
jiwa dan butuh tindakan segera dan intensif.
Penyebab
Penyebab syok pada kasus kegawatdaruratan obstetri biasanya adalah :
a. perdarahan (syok hipovolemik),
disebabkan oleh penurunan volume darah efektif. Kekurangan volume darah sekitar
15 25% biasanya akan menyebabkan penurunan TD sistolik, sedangkan defisit
volume darah lebih dari 45% umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya jenis
hipovolemik yang disebabkan oleh perdarahan (internal/ eksternal).
b. sepsis (syok septic),
akibat infeksi. Jenis hiperdinamika, yang curah jantungnya normal atau meningkat,
terjadi bila volume darah cukup tetapi infeksi mengganggu metabolisme sel ssehingga
sel jaringan tak dapat menggunakan glukosa dan oksigen yang diangkut darah
padanya secara adekuat. Pada tipe hipodinamik, penderita menjadi hipovolemik,
biasanya karena kebocoran cairan dari kapiler ke ruangan interstisial. Kadang
kadang volume darah normal, tetapi kapasitas vaskular meningkat, yang
menyebabkan hipovolemik relatif.
34
Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atu lebih)
Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar
mulut)
Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab karena rangsangan simpatis yang
berlebihan
syok neurogenik dan kadang kadang syok infark miokardium akuta, denyut nadi
bisa relatif lambat.
Penanganan
Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan awal dan
khusus untuk :
a
Penanganan Awal
a
Lakukan pemeriksan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan
bahwa jalan nafas bebas
Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan
menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya
Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika
memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki).
Penanganan Khusus
a
Mulailah infus IV
Pantau terus tanda-tanda vital setiap 15 menit dan darah yang hilang.
Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan
jumlah urin yang keluar. Produksi urin harus diukur dan dicatat.
Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup atau
kanula hidung.
36
kepala dengan
persalinan
seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan
bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik.
Faktor Resiko Distosia Bahu :
1. Maternal
Kehamilan postmatur
Diabetes Gestational
2. Fetal
Dugaan macrosomia
3. Masalah persalinan
Diagnose diferensial
1. Kelainan tenaga (power)
2. Kelainan janin (passanger)
3. Kelainan jalan lahir (passage)
Pemeriksaan penunjang
1.
USG
2.
Penatalaksanaan
37
1. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan
traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
2. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk
membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
1. Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan
traksi curam bawah pada kepala janin.
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam
bawah pada kepala janin.
2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan
kaki dari penyangga dan melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum
mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi.
Meskipun ukuran panggul tak berubah,
rotasi cephalad panggul cenderung untuk
membebaskan bahu depan yang terhimpit.
Maneuver Mc Robert
38
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara
bersamaan (panah vertikal)
Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu
kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis
pubis.
Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi
kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan
dari sympisis pubis.
Maneuver Rubin II
A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda
panah
B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau
didorong kearah dada anak sehingga diameter
bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior
yang terjepit
40
Pada ibu
1. Partus lama dengan segala akibatnya : infeksi intra partum, rupture uteri,
perlukaan jalan lahir, fistula (post partum).
2. Partus kasep dengan konplikasi seperti halnya partus lama, tetapi dengan
angka kekerapan yang lebih tinggi.
Pada bayi
41
1. Asfiksia
2. Cedera
3. Kematian
Lama perawatan
Persalinan pervaginam : 3-4 hari
SC : 4-5 hari, tergantung keadaan setelsh pembedahan.
Masa pemulihan
Sekitar 42 hari untuk partus per vaginam.
3-4 bulan untuk SC.
1. Dengan sarung tangan DTT masukkan tangan dalam vagina dan bagian terendah
janin segera didorong ke atas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi
2. Tangan yang lain menhana bagian terendah di suprapubis dan evaluasi keberhasilan
reposisi
3. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul,
keluarkan tangan dari vagina. Letakan tangan tetap diatas abdomen sampai
dilakukan seksio sesarea
4. Jika tersedia berikan salbutamol 0,5 mg IV secara prlahan untuk mengurangi
kontraksi rahim
5. Segera lakukan seksio sesarea
Jika Ibu pada persalinan kala II
1. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstrasi vakum atau
ekstrasi cunam/forceps
2. Jika presentasi bokong/sungsang lakukan ekstrasi bokong atau kaki dan gunakan
forceps Piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul
3. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea
4. Siapkan segera resusitasi neonatus
Jika Tali Pusat Tidak Berdenyut
Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah
tidak merupakan tindakan kegawatdaruratan lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin
tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktuntuk memberikan konseling pada ibu dan
keluarganya tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang dilakukan. Diharapkan
persalinan dapat brlangsung spontan pervaginam.
43
Asfiksia bayi baru lahir sebagian besar merupakan kelanjutan dari asfiksia
janin, sedangkan asfiksia janin dapat terjadi apabila terdapat gangguan transport O2
dari ibu ke janin. Keadaan ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, dan
segera setelah lahir.
Faktor Predisposisi Asfiksia Neonatorum
Faktor antepartum
a
Hipertensi
Kehamilan ganda
Sexio Caesaria
Persalinan lama
Solutio Plasenta
Abruption plasenta
Plasenta Previa
44
Kejang
Penurunan kesadaran
Tindakan/Perawatan
Tindakan yang dilakukan pada bayi dengan asfiksia ialah resusitasi pada bayi
baru lahir untuk memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya.
Prinsip dasar resusitasi adalah memberikan lingkungan yang baik pada bayi
dan mengusahakan saluran nafas bebas serta merangsang timbulnya pernafasan,
melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi serta menjaga agar sirkulasi drah
tetap baik.
Tindakan Umum :
1.
2.
3.
Rangsangan taktil
4.
Pemberian oksigen
5.
Ventilasi
6.
Pemijatan dada
7.
Medikasi
Tindakan Khusus :
Bila tindakan umum tidak memperoleh hasil yang memuaskan, barulah
dilakukan tindakan khusus. Cara yang dikerjakan disesuaikan dengna beratnya
asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi rendahnya skor
APGAR.
Asfiksia ringan-sedang
45
Yakni keringkan tubuh bayi segera setelah lahir, bersihkan jalan nafas dan
dicoba dilakukan stimulasi agar timbul refleks pernafasan. Bila dalam waktu 30-60
detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai.
Ventilasi aktif yang sederhana dapat dilakukan secara frog breathing yakni
dilakukan dengan meletakkan kateter oksigen intranasal dan oksigen dialirkan dengan
aliran 1-2/menit. Bayi diletakkan dengan posisi dorsofleksi kepala. Secara ritmis
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut, disertai gerakan dagu ke
atas dan ke bawah dalam frekuensi 20 x per menit. Tindakan ini dilakukan dengan
memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan
gerakan pernafasan spontan usahakanlah gerakan tersebut. Ventilasi ini dihentikan bila
1-2 menit tidak mencapai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini segera dilakukan
ventilasi paru dengan tekanan positif yang tidak langsung.
Ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari mulut ke mulut dan
ventilasi kantong ke masker.
Sebelum ventilasi dilakukan, di dalam mulut bayi dimasukkan plastic
pharyngeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan agar jalan
nafas tetap berada dalm keadaan bebas. Pada ventilasi mulut ke mulut, sebelumnya
mulut penolong dimasukkan dulu oksigen sebelum melakukan peniupan. Ventilasi
dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30x per menit dan diperhatikan gerakan
spontan yang mungkin timbul. Dikatakan tidak berhasil apabila setelah dilakukan
beberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau pemburukan tonus otot.
Intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagaimana
penderita asfiksia berat.
Asfiksia berat
Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen
dengan tekanan dan intermitten. Cara yang terbaik ialah dengan melakukan intubasi
endotrakeal. Setelah kateter diletakkan dalam trakea, oksigen diberikan dengan
tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O. Hal ini untuk mencegah timbulnya inflasi paru
berlebihan yang dapat mengakibatkan ruptur alveoli. Tekanan positif ini dilakukan
dengan meniupkan oksigen yang tinggi ke dalam kateter secara mulut ke pipa atau
ventilasi kantung ke pipa. Bila diragukan terjadinya infeksi maka dapat dberikan
46
antibiotik profilaksis. Keadaan asfiksia berat selalu disertai dengan asidosis yang
membutuhkan koreksi segera, karena itu bikarbonas natrikus diberikan dengan dosis
2-4 mEq/kgbb. Disamping itu, diberikan glukosa 1-20% dengan dosis 2-4 mEq/kgbb.
Kedua obat ini disuntikkan secara intravena dengan perlahan-lahan melalui vena
umbilicus.
Usaha pernafasan/gasping biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali. Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernafasan
atau frekuensi jantung, massage jantung eksternal harus segera dikerjakan dengan
frekuensi 80-100 per menit. Tindakan ini dilakukan dengan diselingi ventilasi tekanan
dengan perbandingan 1:3, yaitu setiap 1 kali ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding toraks. Dila tidak berhasil maka bayi harus dinilai kembali, karena
mungkin saja hal ini disebabkan oleh faktor yang lain dan rujuk segera bayi ke tempat
pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif.
Hasil
Penurunan kematian
bayi akibat asfiksia
neonatorum.
Penurunan kesakitan
akibat asfiksia
neonatorum
Meningkatnya
pemanfaatan bidan.
Prasarat
1.
Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan memberikan
perawatan bayi baru lahir dengan segera.
47
2.
Ibu, suami dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk kelahiran bayi
mereka
3.
b.
Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahir dan mengidentifikasi bayi
baru lahir yang memerlukan resusitasi
c.
d.
4.
5.
Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang aman bagi bayi baru lahir,
seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, 2 handuk atau kain hangat yang bersih
(untuk mengeringakn bayi dan untuk menyelimuti bayi), sarung tangan bersih dan
DTT, termometer bersih / DTT dan jam.
6.
Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambu bag bersih dalam keadaan
berfungsi baik, masker DTT (ukuran 0 dan1). Bola karet penghisap atau penghisap de
lee steril/DTT.
7.
8.
Proses
Bidan harus :
1. Slalu mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum menangani
bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan infeksi yang baik pada saat merawat dan
melakukan resusitasi pada bayi baru lahir.
2. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi,
siapkan semua peralatan yang diperlukan dalam keadaan bersih, tersedia yang
berfungsi dengan baik.
3. Segera setelah bayi baru lahir, nilai keadaan bayi, letakkan diperut ibu, dan segera
keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. setelah bayi kering, selimuti bayi
termasuk bagian kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan hangat.
4. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas atau menangis
sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak menangis dengan keras,
48
bernafas dengan lemah atau bernafas cepat dan dangkal, pucat atau biru, dan / atau
lemas.
Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit
ditengadahkan agar jalan nafas terbuka. Bayi harus tetap diselimuti karena hal ini
penting sekali untuk mencegah hipotermi bayi baru lahir.
Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut dengan bola karet
penghisap DTT / penghisap Deelee DTT/steril. ( jangan memasukkan alat terlalu
dalam pada kerongkongan bayi. Penghisapan yang terlalu dalam akan
menyebabkan bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur atau spasme pada laring
/ tenggorokan bayi).
Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi ( gosok punggung bayi, atau
menepuk dengan lembut atau menyentil kaki bayi, keduanya aman dan efektif
untuk menstimulasi bayi).
Nilai ulang keadaan bayi. Jika bayi mulai menangis atau bernafas degan normal,
tidak perlu tindakan lanjutan, lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir normal.
Jika bayi tetap tidak bernafas dengan normal ( 40 60 kali/menit) atau menangis,
teruskan dengan fentilasi.
Pilih masker ukurannya sesuai ( no 0 untuk bayi yang kecil, no 1 untuk bayi yang
cukup bulan). Gunakan ambu bag dan masker atau sungkup.
Pasang masker dan periksa perlekatannya. Pada saat dipasang di muka bayi,
masker harus menutupi dagu, mulut dan hidung.
Periksa perlengkapannya dengan cara fentilasi dua kali dan amati apakah dadanya
mengembang. Jika dada bayi mengembang, mulai fentilasi dengan kecepatan 40-60
kali/menit.
49
Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh. Periksa hidung dan
mulut apkah ada darah, mukus atau cairan ketuban, lakukan penghisapan bila
perlu.
Remas kantong ambu bag lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi.
Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan nilai dengan cepat apakah bayi
bernafas spontan ( 30 60 menit) dan tidak ada pelekukan dada atau
dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan langkah
awal perawuzatn sesan bayi baru lahir.
Jika bayi belum bernafas atau pernafasan lemah, teruskan ventilasi. Bawa
bayi kerumu pusah sakit atau puskesmas teruskan ventilasi bayi selama
perjalanan.
Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi, amati bayi selama 5 menit. Jika
pernafasan sesuai batas normal (30-60 kali/menit), teruskan langkah awal
perawatan bayi baru lahir.
Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali/menit teruskan venilasi dan bawa
ketempat rujukan.
Jika terjadi perlekukan dada yang sangat dalam, ventilasi dengan oksigen jika
mungkin.
Segera bawa bayi ke tempat rujukan teruskan ventilasi.
6. Lanjutkan venitilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai keadaan bayi
membaik atau selama 30 menit. (membaiknya bayi ditandai dengan warna kulit bayi
merah muda, menangis atau bernafas spontan).
7. Kompresi dada
8. Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika , 360C atau punggung sangat dingin,
lakukan penghangatan yang memadai (dapat dilakukan dengan metode kangguru.
9. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, perhatikan warna kulit bayi, pernafasan dan
nadi bayi selama 2 jam, ukur suhu tubuh bayi setiap jam hingga normal (36,5 37,5)
10. Jika kondisinya memburuk rujuk ke fasilitas rujukan terdekat, dengan tetap melakukan
dengan teteap melakukan penghangatan.
11. Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam selanjutnya. Jika tanda
tanda kesulitan bernafas kembali terjadi, persiapkan untuk membawa bayi segera ke
RS yg paling tepat.
50
12. Ajarkan pada ibu, suami atau keluarganya tentang bahaya dan tanda tandanya pada
BBL. Anjurkan ibu, suami atau keluarga agar memperhatikan bayinya baik baik.
Jika ada tanda tanda sakit atau kejang, bayi harus segera dirujuk ke RS atau
menghubungi bidan secepatnya.
13. Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan.
Prinsip resusitasi
Airway
Breath
membaik
Penanganan
a
Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel
lidah yang dibungkus dengan kain kasa untuk mencegah lidah tergigit.
Mengatasi kejang dengan suntikan anti kejang ( Diazepam 0,5 mg/kg IM atau
supositoria), apabila masih kejang ulangi tiap 30 menit. Ditambah luminal 30 mg IM
sampai kejang berhenti.
Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
Pengertian
Menurut ( respiratory distress syndroma, RDS ) adalah:
Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi
pernafasan besar 60 x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah
epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi.( Ngatisyah.2005 hal 23).
( PONED,2004 ) Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih
dari 60x/i atau kurang dari 30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala
tambahan gangguan nafas sebagai berikut:
a
Merintih
52
Infeksi(Pneumonia),
Sindroma Aspirasi,
Hipoplasia Paru,
Hipertensi pulmonal,
Pleural Effusion,
Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin
berat gejala klinis yang ditujukan. Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang
muncul adalah sebagai berikut :
a.
b.
Pernafasan dangkal
c.
Mendengkur
d.
Sianosis
e.
Pucat
f.
Kelelahan
g.
h.
i.
j.
Klasifikasi
Secara klinis gangguan nafas dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Gangguan nafas berat
b. Gangguan nafas sedang
c. Gangguan nafas ringan
Klasifikasi
Gangguan nafas
Frekuensi nafas
>60 kali/ menit
berat
Gejala tambahan
Dengan sianosis sentral dan
tarikan
dinding
dada
atau
dinding
dada
atau
sedang
atau
merintih
saat
ekspirasi
saat
ekspirasi
atau
sianosis sentral
Tanpa tarikan dinding dada atau
merintih
saat
ekspirasi
atau
sianosis sentral
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60 kali/menit),
pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung,
sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan
sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan
menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernapasan dalam. Pengkajian
fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan dapat dilihat dari penilaian
fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian fungsi respirasi
meliputi:
1) Frekuensi nafas
55
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu tanpa
tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha kompensasi terhadap
terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis,
diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi nafas
yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada hipotermi, kelelahan dan
depresi SSP yang merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.
2) Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi
dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan nafas dan penyakit alveolar.
Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi memanjang menandakan
terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
3) Warna kulit/membran mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbercak
(mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
Penilaian fungsi kardiovaskuler meliputi :
a. Frekuensi jantung dan tekanan darah
Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress, ansietas,
nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.
b. Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume dan
aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan tidak teraba pada satu
sisi menandakan berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah
pada daerah tersebut. Perfusi kulit kulit yang memburuk dapat dilihat
dengan adanya bercak, pucat dan sianosis. Pemeriksaan pada pengisian
kapiler dapat dilakukan dengan cara:
1) Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
2) Blancing Skin Test,
caranya yaitu dengan meninggikan sedikit ekstremitas dibandingkan
jantung kemudian tekan telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik,
biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan
menghilang 2-3 detik.
c. Perfusi pada otak dan respirasi
56
dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus.
Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
Gangguan nafas sedang
Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak
dapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup
Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi
kemungkinan besar sepsis.
Suhu aksiler lebih atau kurang dari 39C
Air ketuban bercampur mekonium
Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah
dini (> 18 jam)
Bila suhu aksiler 34- 36,5 C atau 37,5-39C tangani untuk masalah suhu abnormal
dan nilai ulang setelah 2 jam:
Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan,
berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis
Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal
ulangi tahapan tersebut diatas.
Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi
kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak
ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.
58
Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya.
Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan
dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.
Penatalaksanaan medis:
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
caiaran paru
Fenobarbital
Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber alami
misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga
berbentuk surfaktan buatan )
Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada
bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan
seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen
yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi, dan pada
penatalaksanaan kelahiran dengan usia kehamilan 32 minggu atau kurang dianjurkan
memberi dexametason atau betametason 48-72 jam sebelum persalinan. Pemberian
59
menghisap lemak
Tangisan lemah
1.
2.
61