Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.3
A.
Tujuan
Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhu tugas mata kuliah Keperawatan Medical
bedah II pada semester VI, dan agar para mahasiswa mengetahui dan memahami
serta mampu membuat asuhan keperawatan dengan selulitis.
B.
Tujuan Khusus
Pengertian selulitis
2.
3.
4.
Patofisiologi selulitis
5.
6.
Pemeriksaan selulitis
7.
Penatalaksanaan selulitis
8.
Pencegahan selulitis
9.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Selulitis adalah penyebaran infeksi pada kulit yang meluas hingga jaringan
subkutan (Arif, 2000).
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus.Sellulitis adalah peradangan pada jaringan
kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik
sebagai berikut :
Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis
Mengenai pembuluh limfe permukaan
Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas
2.2
Etiologi
a.
b.
Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
c.
Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
Aeromonas Hydrophila.
d.
S. Pneumoniae (Pneumococcus)
2.
Penyebab lain :
a.
b.
Kulit kering
c.
Eksim
d.
melepuh
e.
f.
Diabetes
Obesitas atau kegemukan
g.
h.
Penyalahgunaan obat-obat
terlarang
i.
j.
Cacar air
k.
Malnutrisi
l.
2.3
a.
Gagal ginjal
Klasifikasi
Usia
Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi.Diabetes mengurangi sirkulasi darah
pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan
masuk bagi bakteri penginfeksi.
d.
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
e.
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
f.
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
g.
Malnutrisi
2.4
Manifestasi Klinis
eningen
Kejang
Kadang-kadang penderita koma
2.5
Patofisiologi
2.1
Pemeriksaan Penunjang
b.
Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c.
Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi,
tachypnea, tachycardia,hypotensi.
d.
Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah
seperti : Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :
a.
Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b.
BUN level
c.
Creatinine level
d.
Culture darah
Pembuangan luka
a.
Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang
dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites
negative, tapi teknik ini jarang digunakan.
b.
Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites
yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis
dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
2.2
Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya.Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).Biasanya sebelum diberikan
sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
a.
b.
c.
demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
2.3
Pencegahan
b.
Oleskan antibiotic
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
2.4
Komplikasi
a.
Bakteremia
b.
c.
d.
Lymphangitis
e.
Trombophlebitis
f.
Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
g.
Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1)
Pemeriksaan fisik
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan respon inflamasi local dan
nekrotik jaringan subkutis.
3.
4.
Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, kondisi sakit,dan
perubahan kesehatan.
C.
1.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut
teratasi/terkontrol
Kriteria Hasil :
a.
b.
f.
S: 36-37,5 0C
N: 60 80 x /menit
T : 100-130 mmHg
RR : 18-20 x/menit.
Intervensi
Rasional
4.
AAjarkan teknik distraksi dan relaksasi.
5.
6.
Lakukan massage dan perawatan luka dengan teknik aseptic saat rawat luka.
2.
Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
3.
4.
Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
5.
Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot
untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6.
Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan
perawatan luka dengan teknik aseptic dapat mempercepat penyembuhan
7.
2.
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan respon inflamasi local dan
nekrotik jaringan subkutis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam mulai
tercapainya proses penyembuhan luka
Kriteria hasil :
a.
b.
c.
2.
Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada
luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
3.
Kolaborasi dengan dokter pemeriksaan kultur pus dan pemberian anti biotik.
1.
Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2.
Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan
yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan
nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3.
Pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang
tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui
perkembangan penyakit
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
4.2
Saran
ENTRI POPULER
ASKEP Dermatitis seboroik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah dermatitis seboroik (D.S.)dipakai
untuk segolongan kelainan kulit yang didasari o...
ASKEP AKNE VULGARIS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Peradangan kronik (menahun) folikel
pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan d...
ASKEP HYPERPITUITARY
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hipofisis merupakan sebuah kelenjar
sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur b...
ASKEP Karbunkel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Karbunkel merupakan tonjolan yang
nyeri dan berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit ketik...
ASKEP Hipertiroid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hipertiroidisme dan tirotoksikosis
sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan ...
ASKEP HIPOPARATIROID
PENGIKUT
STATISTIK
MY FRIENDS
ARSIP BLOG
2013 (2)
April (1)
Januari (1)
2012 (18)
Desember (18)
DIARE
ASKEP Hidrosefalus
ASKEP Karbunkel
ASKEP Selulitis
ASKEP Dermatitis seboroik
ASKEP Furunkel
ASKEP AKNE VULGARIS
Cinta bersemi di RS
ASKEP ANGINA PEKTORIS
ASKEP DIABETES MILLITUS
ASKEP HIPERFUNGSI ADRENAL
ASKEP HIPOFUNGSI ADRENAL
ASKEP HYPERPITUITARY
ASKEP HYPOPITUITARY
ASKEP HIPOPARATIROID
ASKEP Hipertiroid
ASKEP Hiperparatiroid
ASKEP HIPOTIROID
MENGENAI SAYA
Foto Saya
lissa novia
simpel, gak banyak bicara , kata temen-temen sih gokil :)
Lihat profil lengkapku
CLOCK
CALENDER
LANGGANAN
Pos
Komentar