Professional Documents
Culture Documents
Nama Latin
Incicivus primus
Incicivus secundus
Caninus
Praemolaris primus
Praemolaris
Nama Indonesia
Insisivus I
Seri I
Insisivus II
Seri II
Kaninus
Taring
Premolar I
Anak geraham I
Premolar II
Anak geraham II
secundus
Molaris primus
Molaris secundus
Molaris tertius
Molar I
Molar II
Molar III
Geraham I
Geraham II
Geraham III
Singkatan
I1/i1
I2/i2
C/c
P1/P2/M1/m1
M2/m2
M3/m3
Notasi gigi yang digunakan di Indonesia saat ini adalah notasi yang disusun
oleh Federation Dentaire Internationale (FDI). Terdiri dari 2 angka, angka
pertama
menunjukkan
regio
letak
gigi
pada
rahang,
angka
kedua
warna
gigi
Jaringan
pulpa
berpartisipasi
dalam
memulai
dan
berjalan melalui email atau dentin ke pusat saraf yang lebih tinggi.
Sensasi pulpa yang berjalan melalui dentin dan email biasanya
cepat, tajam, parah, dan ditransmisikan oleh serabut bermielin.
III.
TERMINOLOGI
Gigi terdiri dari 6 bidang yaitu atas (oklusal/insisal), bawah (apikal), bidang
yang dekat dengan garis median (mesial), bidang yang jauh dari garis
median
(distal),
bidang
yang
dekat
dengan
lidah/langit-langit
IV.
WAKTU ERUPSI
Erupsi adalah proses dimana gigi muncul di permukaan gusi. Ada waktu
standar yang disepakati oleh para ahli tetapi kadang-kadang terjadi
penyimpangan terutama pada erupsi gigi susu yang pertama serta M3 tetap.
B.
I. ANODONSIA
Tidak adanya gigi pada rahang yang disebabkan oleh karena gangguan atau
kerusakan Lamina Dental selama tahap awal pembentukan embrio. Bila
seluruh gigi tidak ada disebut Anodonsia Total, biasanya disertai kelainan
ektodermal lain seperti tidak adanya rambut dan kuku. Bila gigi yang tidak
ada
hanya
sebagian
disebut
Anodonsia
Sebagian,
Hipodonsia
atau
Oligodonsia.
Gigi tidak tampak pada rahang padahal menurut usia seharusnya sudah
tumbuh, bila dilakukan Foto Rontgen tidak terlihat gambaran gigi terpendam,
impaksi, ataupun benih gigi. Bila ternyata pada Foto Rontgen, gigi atau benih
gigi terlihat maka kelainan tersebut disebut Pseudoanodonsia.
Gambar 2. Anadonsia
KONKRESEN
Menyatunya sementum dua buah gigi yang saling bersebelahan, disebabkan
karena trauma lokal, gigi berjejal, atau lokasi benih gigi yang salah selama
pembentukan akar.
Secara klinis terlihat dua buah gigi menyatu, pada Foto Rontgen tampak jelas
terjadi penyatuan sementum. Bisa terjadi sebelum atau sesudah erupsi,
umumnya mengenai gigi tetap.
Gambar 4. Konkresen
II. FUSI
Dua buah gigi mengalami penyatuan karena Lamina Interdentalnya tidak
berkembang atau karena sebab genetik autosomal dominan.
Terlihat gigi dengan ukuran mesiodistal lebar, gigi ini sebenarnya adalah dua
gigi yang bersatu.
Gambar 5. Fusi
III.
GEMINASI
Gigi dengan satu akar atau satu saluran akar tetapi memiliki dua mahkota
lengkap maupun tidak lengkap yang terpisah, disebut juga Gemination Teeth
atau Connate Teeth. Penyebabnya invaginasi benih gigi, faktor lokal,
sistemik, atau genetik.
Gambar 6. Geminasi
IV.
mahkota
sebelum
terjadi
V. MAKRODONSIA
Gigi berukuran besar disebabkan karena pertumbuhan berlebih dari benih
gigi. Tampak giig berukuran besar, seluruhnya atau sebagian. Bisa terjadi
Pseudomakrodonsia yaitu ukuran gigi normal tetapi ukuran rahangnya terlalu
kecil.
Gambar 8. Makrodonsia
VI.
MIKRODONSIA
Gigi berukuran kecil disebabkan karena radiasi atau kemoterapi pada saat
benih
gigi
dalam
perkembangan.
Tampak
gigi
berukuran
kecil,
bisa
seluruhnya atau gigi tertentu saja. Bila seluruhnya, ukuran gigi akan terlihat
Gambar 9. Mikrodonsia