Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Raja Ahmad Anzali
Aslamatul Hayati Karim
Rizka Bekti Nurcahyani
Pembimbing :
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Penatalaksanaan Terapi
Macam-macam Cairan yang Dapat Digunakan dalam Terapi Cairan
11
14
19
DAFTAR PUSTAKA
20
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini
sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70kg.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi:
Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif
terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir
dibandingkan orang dewasa.
Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume
plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L dimana 3 liternya
merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan
platelet.
Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran
pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1
liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang
transeluler.
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non
elektrolit.
a.
Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam
miliekuivalen).
Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3 -), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat
(PO4 3-). Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan
ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
1. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135145mEq/liter. Ekskresi air hampir selalu disertai ekskresi natriumbaik lewat
urin, tinja, maupun keringat, karena itu terapi dehidrasi selalu diberi cairan
infusyang mengandung natrium. Natrium berperan memelihara tekanan
osmotik dan volume cairan ekstraseluler. Kebutuhan natrium perhari sekitar
50-100mEq atau 3-6 gram sebagai NaCl. Keseimbangan Na diatur terutama
oleh ginjal. Berat atom Na = 23 dengan muatan listrik 1.
1 gram NaCl = 17 mEq. Kekurangan Na biasanya disebabkan oleh
pemberian infus berlebihan tanpa Na, pada sindroma reseksi prostat atau pada
menurunnya sekresi ADH.
2. Kalium
Sebagian besar K terdapat dalam sel (150mEq/L). pembedahan
menyebabkan katabolisme jaringan dan mobilisasi kalium pada hari pertama
dan kedua. Kebutuhan akan kalium cukup diatasi dengan kebutuhan rutin saja
sekitar 0,5 mEq/KgBB/hari. Kemampuan ginjal menahan kalium sangat
rendah. Kadr kalium dalam plasma hanya 2% dari total K tubuh, sehingga
kekurangan K jarang terdeteksi. Fungsi kalium adalah merangsang saraf-otot,
menghantar impuls listrik, membantu utilisasi O2, asam amino, glikogen dan
pembentukan sel.
Kadar K serum normalnya 3-5 mEq/L. Hipokalemia (<3mEq/L)
menyebabkan keletihan otot, lemas, kembung, ileus paralitik, gangguan irama
jantung. Konsentrasi K dalam infus sebaiknya <40 mEq/L atau kecepatan
pemberian <20mEq/jam.
3. Kalsium
cairan
pada
penderita
dengan
trauma),
kemungkinan
Perdarahan
Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol
dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan translokasi cairan
internal. Kehilangan cairan akibat penguapan (evaporasi) akan lebih banyak pada
pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama. Sedangkan
perpindahan cairan atau lebih dikenal istilah perpindahan ke ruang ketiga atau
sequestrasi secara masif dapat berakibat terjadi defisit cairan intravaskuler.
Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat mengakibatkan
sequestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan cairan ke ruangan serosa
(ascites) atau ke lumen usus. Akibatnya jumlah cairan ion fungsional dalam ruang
ekstraseluler meningkat. Pergeseran cairan yang terjadi tidak dapat dicegah
dengan cara membatasi cairan dan dapat merugikan secara fungsional cairan
dalam kompartemen ekstraseluler dan juga dapat merugikan fungsional cairan
dalam ruang ekstraseluler.
4. Gangguan Fungsi Ginjal
Trauma, pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan:
menurun.
10
Laboratorium
meliputi
pemeriksaan
elektrolit,
BUN,
hematokrit,
Pada fase awal pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi biasanya
meningkat sedikit, belum ada gangguan cairan dan komposisinya secara
serius. Dehidrasi pada fase ini terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB
(1500 ml air).
Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat
dan lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.
11
12
EBV
preop)
Estimasi volume sel darah merah pada Hct 30% prabedah (RBCV
%)
Volume sel darah merah yang hilang, RBCV lost = RBCV preop
RBVC 30%)
13
Class I
2.5 l Ringer-lactate
(haemorrhage 750 ml (15%)) polygelatin
Class II
(haemorrhage
(15-30%))
800-1500
solution
or
1.0
Class III
1.0. l Ringer-lactate solution plus 0.5 l whole
(haemorrhage 1500-2000 mlblood or 0.1-1.5 l equal volumes of
(30-40%))
concentrated red cells and polygelatin
1.0 l Ringer-lactate solution plus 1.0 l
Class IV
polygelatin plus 2.0 l whole blood or 2.0 l
(haemorrhage 2000 ml (48%)) equal volumes of concentrated red cells and
polygelatin or hestastarch
14
Cairan Kristaloid
15
2.
Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma
substitute atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan
cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang
intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan
secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita
dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka
bakar). Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match.
Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:
1. Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan
2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10
jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma
selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta
globulin.Prekallikrein activators (Hagemans factor fragments) seringkali
terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh
sebab itu pemberian infuse dengan fraksi protein plasma seringkali
menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.
16
2.
itu
Dextran
mengurangiplatelet
mempunyai
adhesiveness,
efek
anti
menekan
trombotik
aktivitas
yang
dapat
faktor
VIII,
17
BAB III
18
SIMPULAN
1. Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur
dalam batas-batas fisiologis.
2. Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor
preoperatif, perioperatif dan postoperatif.
3. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan
elektrolit utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari.
4. Selama pembedahan dapat terjadi kehilangan cairan melalui perdarahan
dan kehilangan cairan lainnya, seperti translokasi internal dan evaporasi.
5. Terapi cairan perioperatif meliputi pemberian cairan prabedah, selama
bedah dan pasca bedah.
6. Cairan yang dapat digunakan yaitu kristaloid (tanpa tekanan onkotik),
koloid (memiliki tekanan onkotik) dan darah.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pandey
CK,
Singh
RB.
J.Anaesh.2003;47(5):380-387.
19
Fluid
and
electrolyte
disorders.
Indian
2.
3.
4.
5.
Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New
york:McGraw-Hill; 1999:53-70.
6. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University - Center
for Veterinary Health. 2006. (Diakses tanggal 29Oktober 2011). Tersedia dari:
http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm
7.
Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th ed.
Philadelphia: Lippincot williams and wilkins; 2006: 74-97.
8.
20