Professional Documents
Culture Documents
42
sama,
(pembangunannya)
karena
dan
mencakup
ada
keduanya
pengadaan
yaitu
barangnya
ada
dalam
konstruksi
pelaksanaan
pembangunan. 43
Menurut R. Subekti perjanjian pemborongan adalah perjanjian dimana
pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diriuntuk menyelenggarakan suatu
pekerjaan bagi pihak yang memborongkan denganmenerima suatu harga yang
ditentukan. 44 Dalam KUH Perdata , perjanjian pemborongan disebut dengan
istilah pemborongan pekerjaan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1601
(b) KUH Perdata bahwa : Perjanjian peborongan adalah perjanjian dengan mana
pihak satu (sipemborong) mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu
pekerjaan bagi pihak lain (pihak yang memborongkan) dengan menerima suatu
harga yang ditentukan.
43
45
46
4/2010),
Peraturan
Pemerintah
Nomor
29
Tahun
2000
tentang
47
Dalam kaitannya dengan pengadaan jasa konstruksi, tata cara dan prosedur
pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan instansi Pemeritah, telah diatur
dalam
orang perorang;
Salim H.S., Op.Cit. Hal 95.
badan usaha, baik badan hukum maupun tidak berbadan hukum; dan
badan yang bukan badan usaha tapi berbadan hukum, yaitu pemerintah dan
atau lembaga negara dimana pemerintah dan atau lembaga negara dengan
menggunakan anggaran yang telah ditentukan baik dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
penggunaan
anggaran
Kementrian/Lembaga/Satuan
Kerja
Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada institusi lain Pengguna
APBN/APBD. Sedangkan Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya
pihak lainnya. Demikian pula dalam kontrak kerja konstruksi terdapat dua pihak
yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi, yang mana masing-masing
pihak memiliki hak dan kewajiban sebagaimana telah diuraikan diatas dan
merupakan prestasi yang harus dilakukan.
Hak pengguna jasa konstruksi adalah memperoleh hasil pekerjaan
konstruksi, sesuai dengan klasifikasi dan kualitas yang diperjanjiakan. Dalam
Pasal 18 ayat (1) UUJK, kewajiban pengguna jasa dalam suatu kontrak mencakup:
1. Menerbitkan dokumen tentang pemilihan penyedia jasa yang memuat
ketentuan-ketentuan secara lengkap, jelas dan benar serta dapat dipahami;
2. Menetapkan penyedia jasa secara tertulis sebagai hasil pelaksanaan
pemilihan;
3. Memenuhi ketentuan yang diperjanjikan dalam kontrak kerja konstruksi.
Adapun kewajiban dari penyedia jasa konstruksi adalah mencakup :
a. Menyusun dokumen penawaran berdasarkan prinsip keahlian untuk
disampaikan kepada pengguna jasa;
b. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sebagaimana yang telah diperjanjikan.
Hak penyedia jasa konstruksi adalah memperoleh informasi dan menerima
imbalan jasa dari pekerjaan konstruksi yang telah dilakukannya. Informasi yang
dimaksud merupakan doumen secara lengkap dan benar yang harus disediakan
oleh pengguna jasa untuk penyedia jasa konstruksi sehingga dapat melakukan
sesuai dengan tugas dan kewajibannya. 51
51
umumnya
pengguna
jasa
akan
terlebih
dahulu
membuat
52
54
penyedia
barang/pekerjaan
kontruksi/jasa
lainnya
yang
b) Pascakualifikasi
Pascakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan
setelah pemsukan penawaran. Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 56
ayat (9), pascakualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan sebagai berikut :
(1) Pelelangan Umum, kecuali Pelelangan Umum untukPekerjaan Kompleks;
(2) Pelelangan Sederhana/Pemilihan Langsung; dan
(3) Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan.
b. Klasifikasi
Klasifikasi adalah bagian dari kegiatan registrasi untuk menetapkan
penggolongan perusahaan pemborong di bidang jasa pemborongan/konstruksi
sesuai bidang dan sub bidang pekerjaan atau penggolongan profesi keterampilan
55
dan
bagian
tertentu
bangunan
konstruksi
dengan
56
57
58
diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis, selambatlambatnya dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang
(Pasal 82 ayat (1) Perpres No. 54 Tahun 2010). Dalam Pasal 81 ayat (1)
ditentukan bahwa Peserta pemilihan yang merasa dirugikan dapat mengajukan
surat sanggahan kepada instansi pemerintah pengguna jasa konstruksi, apabila
menemukan :
a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah diatur dalam
Peraturan Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam dokumen
Pengadaan Jasa;
b. Adanya rekayasa tertentu yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang
tidak sehat;
c. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/ atau Pejabat yang
berwenang lainnya.
Kemudian Pengguna Jasa akan mengeluarkan surat penunjukan penyedia
barang/jasa (SPPBJ) sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan, dengan
ketentuan :
1) Tidak ada sanggahan dari peserta lelang;
2) Sanggahan maupun sanggahan banding yang diterima pejabat yang
berwenang terbukti tidak benar;
3) Sanggahan yang diterima melewati waktu masa sanggah atau telah
berakhir.
2. Pemutusan Kontrak
Berakhirnya suatu kontrak konstruksi dapat disebabkan karena adanya
pemutusan kontrak oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam kontrak
tersebut. Hal ini terjadi sebagai salah satu akibat ketidakterlaksanaan suatu
kontrak konstruksi. 61 Berdasarkan LKPP Nomor 6 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pengadaan Barang/Jasa, pemutusan kontrak kontruksi dilakukan apabila:
a. kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya
kontrak;
b. berdasarkan penelitian PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), Penyedia tidak
akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan
kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;
c. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaansampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masaberakhirnya pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Barang/Jasatidak dapat menyelesaikan pekerjaan;
d. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakankewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalamjangka waktu yang telah ditetapkan;
e. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/ataupemalsuan dalam
proses Pengadaan yang diputuskan olehinstansi yang berwenang; dan/atau
f. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKNdan/atau
pelanggararan persaingan sehat dalampelaksanaan Pengadaan dinyatakan
benar oleh instansiyang berwenang.
61
sehat
prosedur,
dalam
melakukan
pelaksanaan
KKN
dan/ataupelanggararan
Pengadaan,maka
Pengguna
Jasa
62
63
BAB IV
7. Agrobisnis;
8. Jasa.
Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Perseroan ini dapat melaksanakan
kegiatan usaha sebagai berikut :
a. Menjalankan usaha dalam bidang Pembangunan, termasuk sebagai
perencana, pelaksana, pengawas, dan pemborong (kontraktor), pembuatan
bangunan-bangunan, gedung-gedung, jalan, jembatan, irigasi, bendungan,
pembukaan lahan, penggalian, pengurungan, pekerjaan pemasangan
instalasi listrik, gas, air minum, telekomunikasi, dan pekerjaan-pekerjaan
lain dibidang pembangunan.
b. Menjadi pengembang atau developer proyek perumahan (real state), pusat
perbelanjaan, gedung-gedung, perkantoran dan kawasan industri.
komisaris aktif. Disamping itu, selain terdiri dari para pendiri dan pemilik
perusahaan yang cukup potensial, Perseroan ini juga didukung oleh :
1) Tenaga-tenaga ahli yang sangat berpengalaman dan cukup senior
dibidangnya.
2) Peralatan yang terdiri dari perangkat keras dan lunak sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini dalam jumlah dan kualitas yang
memadai.
3) Pemodalan disiapkan cukup untuk mendukung atau menanggung biayabiaya untuk melaksanakan pekerjaan yang membutuhkan modal
awal/dasar.
4) Managemen perusahaan dipimpin oleh personal yang telah berpengalaman
memimpin
perusahaan
yang
selalu
berusaha
meningkatkan
Konstruksi
untuk
pekerjaan
yang
bernilaipaling
tinggi
berdasarkan
pengumuman
tersebut,
masing-masing
peminat
64
NPWP
: 01.714.285.2-123.000
Alamat
NPWP
: 31.515.063.1-122.000
Alamat
NPWP
: 02.200.679.5-123.000
Alamat
DISPERINDAG
Kab.
Asahan
Tahun
Anggaran
Nomor
Dalam
Surat
Perjanjian
antara
Dinas
Alamat
Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya untuk dan atas nama Pemerintah
Kabupaten
Asahan
Cq.
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Jabatan
: Direktur
Alamat
65
Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya untuk dan atas nama PT. Menara
Kharisma Internusa yang berkedudukan di Medan selanjutnya disebut sebagai
pihak penyedia.
Sesuai dengan ketentuan PP No. 29 Tahun 2000, bahwa dalam kontrak ini
penyedia jasa konstruksi juga melampirkan :
a) Akta badan usaha yakni akta pendirian PT. Menara Kharisma Internusa.
b) Nama wakil/ kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan
usaha.
c) Tempat kedudukan dan alamat badan usaha.
Seperti kontrak atau perjanjian pada umumnya, kontrak konstruksi juga
mengandung prinsip-prinsip hukum perikatan yang sesuai dengan ketentuan KUH
Perdata, yakni :
(1) Memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian berdasarkan ketentuan
Pasal 1320 KUH Perdata;
(2) Bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi yang membuatnya dan harus dilaksankan dengan itikad baik,
hal ini sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata;
(3) Perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang membuatnya, hal ini
sesuai dengan Pasal 1340 KUH Perdata.
Dokumen perjanjian kerja ini merupakan dasar dalam pelaksanaan kerja
oleh pihak kontraktor. Dalam dokumen perjanjian tersebut dapat dilihat bahwa
kontrak konstruksi harus dibuat dalam bentuk tertulis. Hal ini berkaitan dengan
perjanjian pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah yang merupakan perjanjian
baku sehingga harus dibuat sesuai dengan format atau darft yang telah ada sesuai
dengan standart kontrak. Biasanya pengguna jasa telah menyiapkan substansi
kontrak secara sepihak, sedangkan pihak penyedia jasa dalam hal ini kontraktor
tinggal mempelajari substansi kontrak tersebut. Apabila para pihak telah sepakat
maka para pihak akan menandatangani kontrak tersebut.
Hal
tersebut
juga
berlaku
dalam
kontrak
konstruksi
antara
Menara Kharisma Internusa, para pihak menggunakan jasa konsultan hukum dan
notaris dalam pembuatan kontrak tersebut.
Setelah penandatanganan kontrak, maka DISPERINDAG Kab. Asahan
selaku pengguna jasa menyerahkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor :
11/SPMK/PPK-DISPERINDAG-AS/APBN-2013 kepada PT. Menara Kharisma
Internusa selaku penyedia jasa. Dalam SPMK ditentukan bahwa Kontrak Kerja
Konstruksi tersebut berlaku sejak 29 Juli 2013 s/d 6 Desember 2013. Pekerjaan
dimulai sejak tanggal 30 Juli 2013 dengan waktu penyelesaian selama 130 Hari
dan pekerjaan harus selesai pada tanggal 6 Desember 2013. Sedangkan masa
pemeliharaan berlaku selama 130 Hari kalender. Adapun sumber pembiayaan dari
kontrak ini adalah dibiayai dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)
Tahun Anggaran 2013 dan Nilai Kontrak senilai Rp. 4.491.082.000,- (Empat
Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Satu Juta Delapan Puluh Dua Ribu Rupiah).
Pada umumnya pelaksanaan kontrak berjalan dengan baik dan telah sesuai
dengan apa yang telah disepakati dalam surat perjanjian. Pembangunan proyek
tersebut selesai tepat pada waktunya sesuai dengan yang disepakati dalam
kontrak. Untuk penyerahan pertama yakni penyerahan pekerjaan setelah selesai
100 % telah dilakukan. Mengenai penyerahan hasil pekerjaan dimuat dalam Berita
Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan Nomor: 002/PPHP-FISIK/KARTINI.3APBN/2013 tanggal 9 Desember 2013. Sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan
terhadap hasil pekerjaan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
Nomor: 001/PPHP-FISIK/KARTINI.1-APBN/2013 yang menyatakan bahwa hasil
pekerjaan telah sesuai dengan spesifikasi teknis yang tedapat dalam Surat
Perjanjian atau Kontrak Pekerjaan. Sementara itu, untuk penyerahan kedua yakni
penyerahan setelah masa pemeliharaan diberikan waktu selam 130 hari sejak
penyerahan pertama dilaksanakan untuk masa pemeliharaan.
ingkar
janji
(wanprestasi)
dan
perbuatan
melawan
hukum
66
67
Selain hal-hal tersebut diatas, ada hak dan kewajiban lainnya yang
dituangkan dalam pasal-pasal selanjutnya dalam kontrak. Dalam pelaksanaan
kontrak kontstruksi antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara
dalam
kontrak
ditentukan
bahwa
pekerjaan
tambah
harus
kemudian
setelah
masa
pemeliharaan
berakhir
penyedia
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK atau pemberi tugas untuk
melaksanakan penyerahan akhir pekerjaan.
PPK atau pemberi tugas menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah
penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan
baik. PPK wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar
atau
mengembalikan
Jaminan
Pemeliharaan.
Apabila
penyedia
tidak
68
pemberi tugas kepada pihak penyedia berdasarkan apa yang telah ditetapkan
dalam kontrak atau surat perjanjian.
pelaksanaan
kontrak,
apabla
terjadi
perpanjangan
waktu
ataupun ganti rugi. Karena berdasarkan kesepakatan, ganti rugi hanya dapat
dibayarkan jika berdasarkan data penunjang dan perhitungan kompensasi yang
diajukan oleh penyedia kepada PPK dapat dibuktikan.
D. Faktor
Penghambat
Dalam
Pelaksanaan
Kontrak
dan
Upaya
Penyelesaiannya.
1. Hambatan hambatan Dalam Pelaksanaan Kontrak
Dalam setiap perjanjian mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi
pihak-pihak yang terkait didalamnya. Dengan kata lain, pihak pemberi tugas dan
pihak kontraktor harus mentaati kalusul-klausul yang ada dalam kontrak
konstruksi tersebut. Namun dalam pembangunan suatu proyek yang dituangkan
dalam perjanjian tentu tidak selamanya dapat tercapai seperti apa yang telah
direncanakan dalam kontrak. Banyak hal yang mempengaruhinya baik yang
dipengaruhi oleh kehendak manusia atau diluar kehendak manusia, sehingga dapat
menyebabkan proyek pembangunan tersebut terhambat atau bahkan harus
dibatalkan sama sekali. Berkaitan dengan hal tersebut ada 2 (dua) macam
hambatan dalam pelaksanaan kontrak yaitu hambatan oleh kelalaian manusia dan
hambatan yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia.
Dalam kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara
Kharisma Internusa yang menjadi hambatan yang diakibatkan diluar kekuasaan
manusia disebut dengan keadaan kahar. Keadaan kahar yang dimaksud adalah
suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak
menjadi tidak dapat dipenuhi, meliputi :
a. Bencana alam;
b. Bencana non alam;
c. Bencana social;
d. Pemogokan;
e. Kebakaran, dan/atau
f. Gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan
bersama Menteri Keuangan dan Menteri teknis terkait.
Dalam hal terjadinya keadaan kahar tersebut, pemberi tugas atau PPK
memberikan toleransi kepada pihak kontraktor atau penyedia dan mendiskusikan
kembali kontrak konstruksi tersebut apakah pekerjaan tetap dilaksanakan atau
dihentikan. Tanggung jawab atas kerugian yang timbul tidak dapat dijatuhkan
kepada pihak penyedia sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi tersebut.
Hambatan yang diakibatkan karena kelalaian manusia antara lain adalah
wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penyedia. Wanperstasi tersebut terjadi
karena penyedia lalai dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki
kelalaiannya tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Wanprestasi
dapat berupa pelaksanaan pekerjaan yang tida sesuai atau sebagaimana mestinya,
atau terlambat dalam penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan.
Apabila terjadi wanprestasi tersebut maka pihak pengguna jasa atau PPK dapat
melakukan pemutusan kontrak. Namun sebelum melakukan pemutusan kontrak
pihak pengguna jasa terlebih dahulu memberikan sanski berupa peringatan tertulis
samapi tiga kali. Apabila setelah tiga kali berturut-turut diberikan surat peringatan
namun pihak kontraktor belum juga memperbaiki pekerjaannya maka pihak
pengguna jasa atau PPK akan melakukan pemutusan kontrak. 69 Terkait pemutusan
kontrak yang dilakukan PPK karena kesalahan dari pihak penyedia maka :
1) Jaminan pelaksanaan dicairkan;
2) Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang muka
dicairkan;
3) Penyedia membayar denda;
4) Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam.
Jika
pihak
sebagaimanayang
kontraktor
tercantum
tidak
dalam
melaksanakan
kontrak
tangung
sehingga
jawabnya
mengakibatkan
Wawancara dengan Bapak Harry Naldo Tambunan, SE selaku mewakili Pejabat Pembuat
Komitemen DISPERINDAG Kab. Asahan.
70
Wawancara dengan Bapak Harry Naldo Tambunan, SE yang bertindak atas nama
DISPERINDAG Kab. Asahan.
2. Upaya-Upaya
Yang
Ditempuh
Para
Pihak
Dalam
Penyelesaian
Perselisihan.
Dalam pelaksanaan suatu kontrak sering terjadi sengketa atau perselisihan
antara para pihak. Perselisihan tersebut biasanya terjadi apabila salah satu pihak
tidak memenuhi kewajiban atau prestasinya sesuai dengan apa yang telah
disepakati dalam kontrak atau biasa disebut dengan perbuatan wanprestasi.
Menurut Pasal 36 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang JasaKonstruksi
disebutkan bahwa :
a. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan
atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang
bersengketa.
b. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi sebagaimana diatur dalam KUH Pidana
c. Jika dipilih penyelesaian sengketa diluar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Selanjutnya
dalam
Pasal
37
Undang-Undang
No.
18
Tahun
1999disebutkan apabila:
1) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi diluar pengadilan dapat ditempuh
untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan
bangunan.
dan
memperbaiki
kekurangan
pekerjaan
sebagaimana
yang
diisyaratkan dalam kontrak. Artinya para pihak selalu berupaya dengan sungguhsungguh untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara mereka dalam
pelaksanaan kontrak dengan jalan damai atau musyawarah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas Tinjauan Yuridis tentang Kontrak Konstruksi Antara
DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa Medan
(Study Pada Proyek Pembanguna Pasar Kartini Kisaran), maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pemilihan Pihak Penyedia Jasa Konstruksi atau Kontraktor dalam
Perjanjian antara Disperindag Kab. Asahan dengan PT. Menara Kharisma
Internusa Medan pemilihan pihak penyedia dilakukan dengan metode
pemilihan langsung, karena pekerjaan konstruksi tersebut merupakan
pekerjaan yang tidak kompleks dan nilai kontrak ini senilai Rp.
4.491.082.000,- (Empat Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Satu Juta
Delapan Puluh Dua Ribu Rupiah). Hal ini berdasarkan Pasal 37 Perpres No.
70 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa pengadaan pekerjaan yang tidak
kompleks dan bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
dapat dilakukan dengan pemilihan langsung untuk pengadaan pekerjaan
konstruksi. Dalam pelaksanaan kontrak juga terlihat bahwa kontrak tersebut
berjalan dengan baik dan proyek pembangunan selesai pada waktu yang telah
ditentukan dan hasilnya sesuai dengan perjanjian.
2. Pihak penyedia atau kontraktor bertanggung jawab untuk menyelesaikan
pembangunan proyek sesuai dengan persyaratan baik dari segi teknis, bahan,
mutu dan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak yang telah disetujui dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak. Apabila pihak penyedia melakukan
wanprestasi, maka pihak pemberi tugas atau PPK dapat mengajukan tuntutan
agar pekerjaan tetap dilanjutkan, agar pekerjaan dihentikan, ganti kerugian
yang timbul akibat wanprestasi yang dilakukan oleh pihak penyedia atau
kontarktor. Demikian juga dengan pihak pemeberi tugas atau PPK
bertanggung jawab untuk melakukan kewajiban pembayaran kepada pihak
penyedia sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditetapkan dalam
kontrak.
3. Dalam pelaksanaan kontrak antara DISPERINDAG Kab. Asahan dengan PT.
Menara Kharisma Internusa Medan dalam proyek pembangunan Pasar Kartini
Kisaran, yang menjadi hambatan adalah masalah pedagang yang awalnya
B. Saran