Professional Documents
Culture Documents
A. Stroke
1. Defenisi Stroke
Stroke adalah hilangnya sebagian fungsi otak yang terjadi secara mendadak atau
tiba-tiba akibat dari sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Tanpa oksigen
dan nutrisi penting yang dialirkan bersama dengan darah, sel otak akan rusak atau
mati dalam beberapa menit (Nurzakiah, 2000).
Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak
(brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas), utama pada
kelompok usia diatas 45 tahun (Lumbantobing, 2001).
2. Anatomi Pembuluh Darah Otak
Menurut American Heart Association (AHA) dalam Family Guide to Stroke,
otak adalah organ manusia yang kompleks. Setiap area dari otak mempunyai fungsi
khusus. Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan
tubuh, yang dapat berupa bergerak, merasa, berfikir, berbicara, emosi, mengenang,
berkhayal, membaca, menulis, berhitung, melihat, mendengar, dan lain-lain. Bila
bagian-bagian dari otak ini terganggu, misalnya suplai darah berkurang, maka
tugasnya pun dapat terganggu (Lumbantobing, 2003).
Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat badan
seluruhnya, namun oksigen yang dibutuhkan hampir mencapai 20% dari kebutuhan
badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Pada keadaan normal, darah
yang mengalir ke otak (CBF = cerebro blood flow) adalah 50-60 ml/100 g
otak/menit. Ada 3 selaput yang melapisi otak, yaitu duramater, araknoid dan pia
mater (Lumbantobing, 2003).
Suplai darah ke otak melalui dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis (kanan
dan kiri) dan arteri karotis interna (kanan dan kiri). Arteri vertebralis menyuplai
darah ke area belakang dan area bawah dari otak, sampai di tempurung kepala dan
arteri karotis interna menyuplai darah ke area depan dan area atas otak
(Lumbantobing, 2003).
sedangkan
hemisfer
serebri
dextra
(kanan)
berfungsi
dalam
Complete stroke
Secara kausal :
Stroke trombotik
b. Stroke hemoragik.
B. Stroke Hemoragik
1. Defenisi Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut
hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam ruang
subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling
mematikan dan merupakan sebagian kecil dari stroke total yaitu 10-15% perdarahan
b.
Subaraknoid
(PSA)
adalah
keadaan
akut
dimana
Menurut Orang
Menurut Tempat
Dari data penelitian tahun 1994 pada populasi masyarakat didapatkan
angka prevalensi penyakit stroke pada daerah urban sekitar 0,5% dan angka
insidensi penyakit stroke pada daerah rural sekitar 50/100.000 penduduk
(Iskandar, 2002).
Menurut Waktu
Menurut WHO, stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa
diseluruh dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada
tahun 2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian
Wiwid (2007) di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi Tahun 20052007, menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke hemoragik tahun 2005
sebanyak 66 0rang, tahun 2006 sebanyak 54 orang, tahun 2007 sebanyak 59
orang
2001).
Tahun 1998 di Aucland, Selandia Baru, insiden stroke pada kelompok usia
55-64 tahun ialah 2 per 100.000 penduduk dan di Soderham, Swedia, insiden
stroke pada kelompok usia yang sama 3,2 per 100.000 penduduk. Pada
kelompok usia diatas 85 tahun dijumpai insiden stoke dari 18,4 per 100.000 di
Rochester, Minnesota, dan 39,7 per 100.000 penduduk di Soderham, Swedia
(Ritarwan, 2003).
b.
Jenis Kelamin
Pada pria memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1. Walaupun para pria
lebih rawan dari pada wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan
menyusul setelah usia mereka mencapai menopause. Hasil-hasil penelitian
menyatakan bahwa hormon berperan dalam hal ini, yang melindungi para wanita
sampai mereka melewati masa-masa melahirkan anak. Pria berusia kurang dari
65 tahun memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal
lebih tinggi sekitar 20% dari pada wanita. Namun, wanita usia berapa pun
memiliki risiko perdarahan subaraknoid sekitar 50% lebih besar (Shimberg,
1998).
Menurut data dari 28 Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2000, ternyata
bahwa kaum pria lebih banyak menderita stroke dibandingkan kaum wanita.
Risiko relatif stroke 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.
(Lumbantobing, 2001).
c.
d.
mengalami stroke pada usia kurang dari 65 tahun (Felgin, 2006). Anggota
keluarga dekat dari orang yang pernah mengalami PSA memiliki peningkatan
risiko 2-5% terkena PSA (Felgin, 2006).
e.
Riwayat Stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan terjadinya
serangan stroke kembali/ulang. Dalam waktu 5 tahun, kemungkinan akan terjadi
stroke kembali sebanyak 35-42% (Bambang dan SUhartik, 2004)
f.
Diabetes Mellitus
Gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh
darah yang berlangsung secara progresif. Pada orang yang menderita Diabetes
Mellitus risiko untuk terkena stroke 1,5-3 kali lebih besar (risiko relatif)
(Nurzakiah, 2000).
5.
Perdarahan Sub Araknoid Gejala prodormal : nyeri kepala hebat dan akut
hanya 10%, 90% tanpa keluhan sakit kepala.
Fundus okuli : 10% penderita mengalami papil edema beberapa jam setelah
perdarahan.
Bila berat, maka terjadi ulkus peptikum disertai hamtemesis dan melena
(stress ulcer), dan sering disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria
dan albuminuria (Arif, 2000).
dan
kortikosteroid.
Hipertventilasi
paling
efektif
untuk
gr/Kg BB) dapat menurunkan TIK secara cepat, sering diberikan bersamasama dengan hiperventilasi pada kasus herniasi otak yang mengancam.
8. Diagnosis Stroke
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999 mengemukakan
bahwa diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri, keluarga yang mengerti
tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan mengetahui riwayat
perjalanan penyakit, misalnya waktu kejadian, penyakit lain yang diderita,
faktor-faktor risiko yang menyertai stroke (Bustan, 2000).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain : pemeriksaan fisik umum
(yaitu pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, anemia, paru dan
jantung), pemeriksaan neurologis dan neurovaskuler (Arif, 2000).
c. Pemeriksaan Penunjang
Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk membedakan
antara stroke hemoragik dan stroke iskemik diantaranya : Computerized
Tomograph scanning (CT Scan), Cerebral angiografi, Elektroensefalografi
(EEG), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Elektrokardiografi (EKG),
pemeriksaan laboratorium dan lainnya (Wibowo, 2001).
9. Pencegahan Stroke
a. Pencegahan Premordial
Tujuan pencegahan premordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan premordial dapat
dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye
tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster
yang dapat menarik perhatian masyarakat (Bustan, 2000).
Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program
pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang
penyakit stroke hemoragik melalui ceramah, media cetak, media elektronik
(Bustan, 2000).
b. Pencegahan Primer
Menurut
Lumbantobing
(2003),
tujuan
pencegahan
primer
adalah
mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor
risiko tetapi belum menderita stroke dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat
bebas stroke, antara lain:
Mengatur pola makan yang sehat seperti kacang-kacangan, susu dan kalsium,
ikan, serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen (vit C,
E, B6, B12 dan beta karoten), teh hijau dan teh hitam serta buah-buahan dan
sayur-sayuran.
c. Pencegahan Sekunder
Untuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat stroke,
dianjurkan (Lumbantobing, 2003) :
Berhenti merokok
Polisitemia
tidak tahan
asetosal.
d. Pencegahan Tertier
Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah terjadi
stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental dengan
berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan independensi atau
mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan program rehabilitasi
stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada dampak stroke atas
pasien dan orang yang merawat (Felgin, 2006).
Americant Heart Association (2004). Stroke Statistics. AHA, USA.
American Heart Associaton (2007).Stroke Statistics. AHA, USA.
Amiruddin A, Djoenaidi W (2004). Faktor Resiko Stroke Pada Beberapa Rumah Sakit di
Makasar Tahun 2000. Jurnal Medika Nusantara Vol.25. No.1.
Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 2 Jakarta: Media
Aesculavius FKUI.
Bustan MN (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang M, Suhartik KS (2003). Pencegahan Stroke Dan Jantung Pada Usia Muda.
Jakarta: Balai Pustaka FKUI.
Felgin, V (2006). Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Harsono (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Harsono, (2003). Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Iskandar, J (2002). Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Universitas
Sumatera Utara.
Lumbantobing, SM (2001). Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Lumbantombing, SM (2003). Bencana Peredaran Darah Di Otak. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Murfi S (2003). Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap Di RSUD Dr. M.Yunus
Bengkulu Tahun 2000-2002. Medan: FKM USU.
Nurzakiah B (2000). Karakteristik Penderita Stroke Yang Di Rawat Inap Di RSUP.H.
Adam Malik Medan Tahun 2000. Medan: FKM USU.
Price SA, Wilson LM, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ritarwan K, (2003). Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke Yang
Di Rawat Di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU.
Wibowo S, (2001). Farmakoterapi Dalam Neurologi. Jakarta: Salemba Medika.
Wiwid P (2007). Karakteristik Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Di Rumah
Sakit stroke Nasional Bukit Tinggi Tahun 2005-2007. Medan: FKM USU.