You are on page 1of 29

1

ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO


AKTIVITAS, DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PRICE EARNING
RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Farida Wahyu Lusiana
Dr. H. M. Chabachib, M.si., Akt
ABSTRACT
The aims of this study is to determine the influence of financial ratios of Price Earing Ratio
in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. In fundamental
analysis, Price Earning Ratio is often used because it is easy to understood by investors or
prospective investors as a measure to determine how the market value or price of a company.
Financial ratios used in the liquidity ratio, solvability ratio, activity ratio, and profitability
ratio. Variable in this study are independent and dependent variables. The

independent

variable consist of Current Ratio (CR) , Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover
(INTO), Return On Equity (ROE), and the dependent variable is Price Earning Ratio.
Research method used is multiple linear regression model. Type of data is secondary data
from each manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for three years
in 2006, 2007, and 2008. The samples are taken by purposive random sampling. The
samples is fifty four manufacturing companies. Results show that the liquidity ratio, activity
ratio, and profitability ratio has a significant effect on price earning ratio manufacturing
company shares. However solvability ratio have no significant effect on price earning ratio
manufacturing company shares. This research can be used as a reference for investors to
predicting the companys stock price in the future and in making decesions to invest.
Keywords

: CR, DER, INTO, ROE, PER

PENDAHULUAN
Faktor fundamental selalu dijadikan acuan investor dalam membuat keputusan
investasi di pasar modal. Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan
perusahaan yang dapat dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran
lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan
dikelompokkan dalam lima jenis yaitu : (1) rasio likuiditas, yaitu rasio yang menyatakan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek; (2) rasio
aktivitas, menyatakan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimikinya;
(3) rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan; (4) rasio solvabilitas (leverage), menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang, dan (5) rasio pasar, menunjukkan informasi penting
perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham.
Dalam analisis fundamental, cukup banyak analisis rasio-rasio yang dipergunakan.
Salah satu rasio yang paling sering dipergunakan adalah rasio harga dengan laba bersih (price
earning ratio -- PER), karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor.
PER merupakan bagian dari rasio pasar dimana sudut pandang rasio pasar ini lebih banyak
pada sudut pandang investor dan juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar
memberi nilai/harga pada suatu perusahaan. Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk
memprediksi kemampuan perusahaan menghasilkan laba dimasa depan dari suatu
perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilahmilah saham mana
yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang. Perusahaan
dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai Price Earning Ratio
(PER) yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yag rendah biasanya
mempunyai Price Earnng Ratio (PER) yang rendah.
PER juga merupakan indikator dari pertumbuhan suatu perusahaan, PER sendiri
dipengaruhi oleh banyak variabel. Penelitian yang dilakukan oleh Kaziba A Mpataa dan
Agus Sartono (1997), mengatakan bahwa PER dipengaruhi oleh aktiva tetap (fixed assets),
pertumbuhan laba, penjualan, dividend payout ratio (DPR), ukuran perusahaan, return on
equity (ROE), leverage ratio. Sedangkan Zaeni (1997), mengatakan bahwa PER dipengaruhi
oleh pertumbuhan laba, dividend payout ratio (DPR), return on equity (ROE), dividend yield
(DY), book value per share (BVS), dan closing price. Menurut Chandra (2001), mengatakan
bahwa PER dipengaruhi oleh profit margin, leverage ratio, perputaran aktiva (total assets
turnover), dan ukuran perusahaan.

Berhubungan dengan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS,
RASIO

AKTIVITAS,

DAN

RASIO

PROFITABILITAS

TERHADAP

PRICE

EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI


BURSA EFEK INDONESIA. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh rasio
likuiditas (current rasio), rasio solvabilitas (debt to equity ratio), rasio aktivitas (inventory
turnover), dan rasio profitabilitas (return on equity) terhadap price earning ratio pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini variable
yang digunakan adalah variable bebas yaitu rasio keuangan dan variable terikat yaitu price
earning ratio. Variable bebas dalam penelitian ini terdiri dari: Current Ratio (X1), Debt to
Equity Ratio (X2), Inventory Turnover (X3), Return On Equity (X4). Variable terikat
(dependent variable) yaitu price earning ratio.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap price earning
ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagaimana rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap price
earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagaimana rasio aktivitas (inventory turn over) berpengaruh terhadap price
earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
4. Bagaimana rasio profitabilitas (retutn on equity) berpengaruh terhadap

price

earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan
penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh rasio likuiditas (current rasio) berpengaruh terhadap
price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh
terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh rasio aktivitas (inventory turn over) berpengaruh


terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas (return on equity) berpengaruh
terhadap price earning ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
ekonomi mengenai analisis pengaruh rasio keuangan terhadap price earning ratio.
Dan dapat digunakan sebagai dasar perluasan penelitian terutama yang
berhubungan dengan faktor-faktor fundamental lainnya yang dikaitkan dengan
price earning ratio saham pada penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Calon Investor
Dapat melakukan analisis saham yang akan diperjual-belikan di pasar modal
melalui

analisis

faktor-faktor

fundamental

mikro

perusahaan

yang

mempengaruhi price earning ratio saham, sehingga investor dapat melakukan


portofolio investasinya secara bijaksana. Disamping itu dengan penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk membeli atau menjual saham di pasar modal dengan
berdasarkan pedoman perilaku PER.
b. Bagi Emiten
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berharga dalam
mengevaluasi dan sekaligus untuk memperbaiki kinerja manajemen keuangan di
masa yang akan datang
c. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan berpijak dan referensi bagi
para peneliti yang tertarik untuk meneliti kajian yang sama untuk waktu yang
akan datang

TELAAH TEORI
Analisis Fundamental
Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat
dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya seperti cash flow
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis fundamental merupakan suatu teknik
analisis yang beranggapan bahwa setiap saham mempunyai nilai intrinsik (intrinsic value),
atau nilai yang tepat sebagaimana yang diperkirakan oleh investor, yang merupakan fungsi
gabungan variabel perusahaan baik dalam menghasilkan pengembalian (return) yang
diharapkan maupun risiko yang mungkin timbul. Dalam analisa fundamental, cukup banyak
analisa rasio-rasio yang dipergunakan. Salah satu rasio yang paling favorit dipergunakan
adalah rasio harga dengan laba bersih (price earning ratio -- PER). PER menjadi favorit
karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor. PER merupakan bagian
dari rasio pasar dimana sudut pandang rasio pasar ini lebih banyak pada sudut pandang
investor dan juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai/harga
pada suatu perusahan.
Jones (1991) menyatakan pendekatan fundamental yang dapat digunakan untuk
penilaian saham adalah: Present Value Approach, Price Earning Ratio Approach, Price to
book value, Sales to price ratio
Pengertian Rasio Keuangan
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2000:54). Rasio sebenarnya
hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical terms yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial (Bambang Riyanto, 2001:329).
Rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan antara berbagai
macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta
hasil operasional perusahaan.

Sedangkan studi yang berfungsi untuk mempelajari rasio

keuangan tersebut disebut analisa rasio keuangan (financial ratios analysis). Financial ratio
analysis ini dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang digunakan dalam analisa
(Robert Ang, 1997:18.23), yaitu: Unvariate Ratio Analysis & Multivariate Ratio Analysis.
Penggolongan Rasio
Menurut Robert Ang (1997:18.23-18.38) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima
jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu: Rasio Likuiditas
(Liquidity Ratios), Rasio Aktivitas (Activity Ratios), Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
(Profitability Ratios), Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios), Rasio Pasar (Market Ratios). Dari

rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja perusahaan
dalam penelitian ini meliputi: Current Rasio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turnover,
Return On Equity
Saham
Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham
merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan penerbitnya
(Ang,1997:11). Bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan
kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham
memberikan penghasilan yang berupa deviden. Adapun jenis-jenis saham antara lain saham
biasa (common stock) saham preferen (preferren stock) dan saham komulatif preferen
(commulative preferren stock) (Riyanto, 1999:240).
Harga Saham
Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham
dikemudian hari. Menurut anoraga (2001 : 100) harga saham adalah uang yang dikeluarkan
untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan. Harga saham juga
dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham
yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor
memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Surat berharga saham memiliki
bermacam-macam bentuk.
Penilaian Harga Saham
Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti harga saham
tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan atau penawaran
atas saham yang fluktuatif tiap harinya akan membawa pola harga saham yang fluktuatif
juga. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih besar, maka harga saham akan cenderung
naik, sedang pada kondisi dimana penawaran saham lebih banyak maka harga saham akan
menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di pasar adalah :
a. Taksiran penghasilan yang akan di terima.
b. Besarnya tingkat keuntungan yang di syaratkan oleh investor, yang mana di pengaruhi
oleh keuntungan yang beresiko serta resiko yang di tanggung investor.
Penilaian harga saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian
variabel ekonomi perusahaan yang diramalkan (atau yang di amati) menjadi perkiraan
tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut seperti misalnya laba perusahaan,
deviden yang dibagikan, varibilitas laba, dan sebagainya (Suad Husnan, 1998 : 290 ).

Menurut Manurung (1997 : 28) model penilaian harga saham yang sering dipergunakan untuk
analisis sekuritas adalah adalah :
1. Pendekatan Present Value .
dirumuskan :
Po = D
R
Model Pertumbuhan Konstan ( Constant growth Model )
dirumuskan :
Po =

D
r-g

2. Pendekatan PER (Price Earning Ratio)


Price Earning Ratio (PER)
Robbert Ang (1997) mengemukakan kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana
pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang
dicerminkan oleh EPSnya.

Sedangkan menurut Jones (1991) menyatakan analisis

fundamental yang dapat digunakan untuk penilaian saham adalah dengan menggunakan
pendekatan Price Earning Ratio (PER approach).

Pendekatan ini digunakan untuk

memperkirakan nilai saham dengan cara membagi harga saham (price) pada saat ini dengan
earnings per share (EPS).

Pendekatan ini tidak memperhatikan nilai waktu dari uang.

Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilahmilah saham mana yang nantinya
dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang. Perusahaan dengan
kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai Price Earning Ratio (PER)
yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yag rendah biasanya mempunyai
Price Earnng Ratio (PER) yang rendah
Penelitian Terdahulu
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No.

Judul / Peneliti

1.

Pengaruh Return On
Investment
(ROI),
Price Earning Ratio
(PER), & Earning Per
Share (EPS) Terhadap

Variabel
yang diamati
Return
On
Investment
(ROI), Price
Earning
Ratio (PER),

Metode /
Alat Analisis
Alat statistik
regresi
berganda,
Uji statistik
F,
Uji

Hasil
-Secara
simultan
variabel ROI,
PER, EPS
berpengaruh

2.

Harga Saham Pada


Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta
ANUNG SAPTADI
2007

& Earning statistik t


Per
Share
(EPS), Harga
Saham

Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio
Saham-Saham
Perusahaan
Yang
Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta
ABDUL KHOLID
2006

Variabel
pertumbuhan
penjualan,
return
on
equity,
Deviden
Payout Ratio,
tingkat suku
bunga
sertifikat
Bank
Indonesia,
Debt
to
Equity Ratio,
Return
On
Investment

Alat statistik
regresi
berganda,
Uji statistik
F,
Uji
statistik t

terhadap harga
saham
-ROI
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap harga
saham
- PER tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap harga
saham
- EPS tidak
berpengaruh
terhadap harga
saham
-Variabel
pertumbuhan
penjualan
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap PER
-Variabel ROE
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap PER
-Variabel DPR
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap PER
-Variabel
tingkat suku
bunga
sertifikat Bank
Indonesia
mempunyai
pengaruh

3.

4.

Pengaruh
Current
Ratio, Debt Ratio, Debt
to
Equity
Ratio,
Earning After Tax to
Sale, Retained Earning
to
Total
Assets
Terhadap
Price
Earning Ratio
WINARNO
1998
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Return
Saham
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI
(Bursa Efek Indonesia)
RIA
NURANITA
SARI
2009

signifikan
terhadap PER
-Variabel Debt
to Equity Ratio
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap PER
-Variabel ROI
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap PER
Alat statistik -Semua
regresi
Variabel
berganda
Independent
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap Price
Earning Ratio

Current
Ratio, Debt
Ratio, Debt
to
Equity
Ratio,
Earning After
Tax to Sale,
Retained
Earning total
Assets
EPS, PER, Alat statistik -Rasio
DER, ROI, regresi linear keuangan yang
ROE
berganda
terdiri
dari
rasio
EPS,
PER,
DER,
ROI, dan ROE
berpengaruh
secara serentak
terhadap return
saham.
-Rasio
keuangan yang
berpengaruh
secara parsial
terhadap return
saham adalah
rasio
ROI
sehingga
secara
langsung rasio

10

ini
dominan
mempengaruhi
perubahan
return saham.
Merefleksi dari penelitian sebelumnya maka peneliti berusaha mengembangkan
penelitian ini dengan tetap berpijak pada penelitian yang terdahulu ada dengan tujuan untuk
kesempurnaan penelitian.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan
landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka kerangka pemikiran teoritis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas
Terhadap Price Earning Ratio
RASIO LIKUIDITAS
(Current Ratio)
RASIO SOLVABILITAS
(Debt to Equity Ratio)

RASIO AKTIVITAS
(Inventory Turnover)

PRICE EARNING
RATIO (PER)

RASIO PROFITABILITAS
( Return on Equity)
Sumber: Winarno (1998), Abdul Kholid (2006), Anung Saptadi (2007)
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan gambar 2.1, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
H1: Rasio likuiditas (Current Ratio) berpengaruh positif terhadap price earning ratio
saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
H2: Rasio solvabilitas (Debt to Equity Ratio) berpengaruh positif terhadap price
earning ratio saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
H3: Rasio aktivitas (Inventory Turnover) berpengaruh positif terhadap price earning
ratio saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

11

H4: Rasio profitabilitas (Return on Equity) berpengaruh positif terhadap price earning
ratio saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

12

METODE PENELITIAN
Variable Penelitian
Menurut Arikunto (1998:91) variable penelitian yaitu obyek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini variable yang ada adalah
variable bebas yaitu rasio keuangan dan variable terikat yaitu price earning ratio saham.
Variable bebas dalam penelitian ini terdiri dari: Current Ratio (X1), Debt to Equity Ratio
(X2), Inventory Turnover (X3), Return On Equity (X4)
Definisi Operasional
Definisi operasional dari variable terikat (dependent variable) yaitu price earning ratio
saham. Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dimasa depan dari suatu perusahaan. yang dapat diformulasikan sebagai
beriku
Harga pasar per lembar saham
PER =
Laba per lembar saham
Definisi operasional dari variable bebas (independent variable) yang terdiri dari current ratio,
debt to equity ratio , inventory turnover , return on equity; definisi dari masing-masing
variable tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas (Current Ratio)
Rasio likuiditas merupakan suatu indicator mengenai kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancer yang tersedia. Rasio likuiditas yang digunakan adalah:
Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. CR
dapat diformulasikan sebagai berikut:
CR = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
b. Rasio Solvabilitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio Solvabilitas merupakan suatu indikator untuk mengukur perbandingan dana yang
disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan
(dibelanjai dari hutang). Rasio Solvabilitas yang digunakan adalah:
Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara total hutang dengan modal
sendiri perusahaan. Rumus DER yaitu:
DER = Total Hutang
Modal Sendiri

13

c.

Rasio Aktivitas (Inventory Turnover)


Rasio Aktivitas merupakan indikator untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dikelolanya.

Rasio Aktivitas yang digunakan

adalah:
Inventory Turnover (INTO) yaitu perbandingan antar penjualan dengan persediaan.
Inventory Turnover (INTO) dirumuskan sebagai berikut:
INTO = Penjualan
Persediaan
d.

Rasio Profitabilitas (Return on Equity)


Rasio Profitabilitas merupakan indikator untuk mengukur efektivitas manajemen
perusahaan berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan
investasi. Rasio Profitabilitas yang digunakan adalah
Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak (laba bersih)
dengan modal sendiri. Rumus ROE adalah:
ROE = Laba setelah pajak
Equity

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang selalu menyajikan
laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006-2008. Dari kriteria
tersebut diperoleh 54 perusahaan sebagai sample penelitian.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumber
datanya diperoleh dari Bursa Efek Indonesia terutama Table Trading dan Financial Ratios
untuk bulan Desember 2006 sampai dengan 2008 secara tahunan.
Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan metode sampling
dengan menggunakan purposive sampling, maka pengumpulan data didasarkan pada laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui Capital Market Directory
(ICMD 2009) periode 2006, 2007, dan 2008.
Metode Analisis

14

Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel penentu (independent variable)


terhadap price earning ratio dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dengan
persamaan kuadrat terkecil dengan model dasar sebagai berikut:
PER= a + b1 CR + b2 DER + b3 INTO + b4 ROE + e
Besarnya konstanta tercermin dalam a, dan besarnya koefisien dari masing-masing
variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3, dan b4. Keempat variabel bebas tersebut
merupakan faktor fundamental perusahaan, sedangkan variabel dependennya adalah price
earning ratio.
1. Uji Asumsi Klasik
Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan
ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang
mendasari model regresi. Penyimpangam asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi uji normalitas, dan multikolinearitas yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regressi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Test statistik yang digunakan antara lain analisis grafik
histogram, normal probability plots dan Kolmogorov-Smirnov test (Imam Ghozali,
2002)
b. Multikolinearis
Pengujian asumsi kedua adalah uji multikolinearis (multicollinearity) antar
variabel-variabel independen yang masuk ke dalam model. Metode untuk
mendiagnosa adanya multicollinearity dilakukan dengan uji Varience Inflation
Factor (VIF) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Jika VIF lebih besar dari 10, maka antar variabel bebas (independent variable)
terjadi persoalan multikolinearitas (Gujarati, 1993)
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi ketiga adalah heteroskedastisitas (heteroscedasticity) digunakan
grafik Scatterplot. Jika dalam grafik terlihat ada pola tertentu seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada

15

pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2001:69).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Apabila nilai Durbin Watson
berada pada daerah dU sampai 4-dU dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengandung autokorelasi
2. Uji F dan Uji t
Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (Xi) terhadap variabel
dependen (Y) baik secara parsial maupun secara bersama-sama dilakukan dengan
uji statistik F (F-test) dan uji t (t-test).
1) Uji F-statistik
Uji digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
H1 : b1, b2, b3, b4, b5, b6 0
Artinya terdapat pengaruh yang significant secara bersama-sama dari variabel
independen (X1 s/d X4) terhadap variabel dependen (Y).
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima)
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerimaHa
Adapun Hipotesisnya:
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent secara simultan
terhadap variabel dependen.
Ha = ada pengaruh dari variabel independent secara simultan terhadap variabel
dependen.
2) Uji t-statistik
Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik-t (student-t).

Hal ini

dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel


independennya. Adapun hipotesis dilakukan sebagai berikut:
H1 : bi 0

16

Artinya terdapat pengaruh yang significant dari variabel independen Xi terhadap


variabel dependen (Y).
Pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima)
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha
Adapun Hipotesisnya:
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent secara parsial
terhadap variabel dependen.
Ha = ada pengaruh dari variabel independent secara parsial terhadap variabel
dependen.
b. Untuk menguji dominasi variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)
dilakukan dengan melihat pada koefisien beta standar.
3. Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda maka masing-masing
variabel yaitu current ratio, debt to equity ratio, inventory turnover, return on
equity secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu price earning
ratio saham yang dinyatakan dengan R2 untuk mengetahui koefisien determinasi
atau seberapa besar pengaruh terhadap price earning ratio
koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1.

saham. Besarnya

17

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Dari 54 perusahaan sampel dengan menggunakan metode pooled dimana 54
perusahaan dikalikan dengan tahun pengamatan (3 tahun), maka didapatkan data observasi
sebanyak 162 data. Pada Tabel Statistik Deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata (mean)
price earning ratio dari perusahaan sampel selama periode pengamatan (2006-2008) sebesar
18,2085 kali dengan standar deviasi sebesar 18,08816 dimana nilai standar deviasi ini lebih
kecil dari pada rata-rata price earning ratio. Demikian pula nilai minimum lebih kecil dari
rata-ratanya (1,41) dan nilai maksimum jauh lebih besar dari rata-ratanya (92,61).
Dari tabel berikut juga dapat diketahui perusahaan manufaktur yang menjadi sampel
mempunyai current ratio rata-rata sebesar 2,1591 kali dengan standard deviasi 1,44033. CR
minimum sebesar 0,74 kali dan maksimum 9,25 kali.

Sedangkan DER yang dimiliki

perusahaan manufaktur yang menjadi sampel mempunyai rata-rata sebesar 1,2583 kali
dengan standard deviasi 1,13193. DER minimal 0,10 kali dan maksimal sebesar 7,45 kali.
Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel mempunyai rasio rata-rata Inventory
Turnover sebesar 4,9322 kali dengan standard deviasi 3,24427. Rasio minimum sebesar 0,24
kali dan maksimumnya 15,99 kali.

Sedangkan Return On Equity (ROE) perusahaan

manufaktur yang menjadi sampel penelitian memiliki mean sebesar 11,1662 kali dengan
standard deviasi 8,72243. ROE minimum 0,02 kali dan maksimum sebesar 57,69 kali.
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

CR

162

.74

9.25

2.1591

1.44033

DER

162

.10

7.45

1.2583

1.13193

INTO

162

.24

15.99

4.9322

3.24427

ROE

162

.02

57.69

11.1662

8.72243

PER

162

1.41

92.61

18.2085

18.08816

Valid N (listwise)

162

Analisis Data
Dari data yang diperoleh, maka didapatkan hasil penelitian tentang pengaruh Current
Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (INTO), Return on Equity
(ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Industri Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut:
Uji Normalitas Data

18

Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam model
statistik variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah
distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Cara
yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Dengan melihat tampilan grafik
histogram dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang
mendekati normal. Namun demikian dengan hanya melihat histogram , hal ini dapat
memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk sampel kecil. Metode yang handal
adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik normal plot terlihat titiktitik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.

Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal plot, menunjukkan bahwa model regresi
layak dipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi normalitas. Untuk menentukan
data dengan uji Kolmogrov-Smirnov, nilai signifikansi harus diatas 0,050 atau 5% (Imam
Ghozali, 2002:53). Pengujian terhadap normalitas data dengan menggunakan KolmogrovSmirnov sebagai berikut.
Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CR
N
a,,b

Normal Parameters

Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z

DER

162

162

.6054

INTO
162

ROE

PER

162

162

-.0965

1.3674 11.1662

2.5228

.54487
.098

.82665
.079

.73090 8.72243
.073
.101

.86870
.027

.098
-.064
1.250

.055
-.079
1.007

.031
-.073
.928

.100
-.101
1.281

.027
-.027
.347

19

Asymp. Sig. (2-tailed)

.088

.263

.356

.075

1.000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Sumber: Data diolah


Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai K-S untuk variabel CR sebesar 1,250 dengan
probabilitas signifikansi 0,088; nilai K-S untuk variabel DER sebesar 1,007 dengan
probabilitas signifikansi 0,263; nilai K-S untuk variabel INTO sebesar 0,928 dengan
probabilitas signifikansi 0,356; nilai K-S untuk variabel ROE sebesar 1,281 dengan
probabilitas signifikansi 0,075; nilai K-S untuk variabel price earning ratio 0,347 dengan
probabilitas signifikansi 1,000. Berdasarkan hasil diatas, angka-angka probabilitas untuk
variabel CR, DER, INTO, ROE dan PER berada diatas 0,05; maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa data-data variabel dalam penelitian ini berdistribusi secara normal dan memenuhi uji
normalitas data.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independent digunakan
variance inflation factor (VIF). Berdasarkan Tabel di bawah ini, tidak terdapat satu variabel
yang mempunyai nilai VIF > 10, artinya keempat variabel independent tersebut tidak terdapat
hubungan multikolinearitas dan dapat digunakan untuk memprediksi price earning ratio
selama periode pengamatan (2006-2008). Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan multikolinearitas pada variabel CR, DER, INTO, dan ROE karena nilai
VIF tidak lebih besar dari 10,00.
Tabel Hasil Perhitungan VIF
Coefficients

Collinearity Statistics
Model

(Constant)
CR
DER
INTO
ROE
a. Dependent Variable: PER

Tolerance

VIF

.461
.465
.982
.988

2.168
2.151
1.018
1.012

Sumber: Data diolah

20

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot.

Berdasarkan Gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi


heteroskedastisitas. Hal ini berdasarkan gambar grafik dimana titik-titik yang ada dalam
grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut tersebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Hasil Uji Autokorelasi
Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DWtest). Hasil regresi dengan level of significance 0.05 (=0.05) dengan sejumlah variabel
independent (k = 4) dan banyaknya data (n = 162). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya
autokorelasi berdasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai Uji Dw = 1.744.
Nilai DW akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan
5%, dengan jumlah sampel 162 dengan 4 variabel independent.

Pada tabel kritik Durbin

Watson diperoleh dL = 1,61 dan dU = 1,74 sehingga diperoleh 4-dU = 2,26 dan 4-dL = 2,39.
Berdasarkan nilai kritik tersebut, model regresi dikatakan tidak mengandung autokorelasi
apabila Durbin Watson berada pada daerah 1,74 sampai dengan 2,26. Dari hasil analisis
menggunakan SPSS versi 17 diperoleh dW = 1,744 yang berada pada daerah 1,74 sampai
dengan 2,26 yang berarti bahwa du < dw < 4-du yaitu 1,740 < 1,744 < 2,260. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa model regresi terbebas dari autokorelasi.
Analisis Regresi
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang berfungsi
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh antara Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER), Inventory Turnover (INTO), Return on Equity (ROE), terhadap Price Earning Ratio
(PER) digunakan persamaan regresi: Y = + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e.

21

Hasil Perhitungan Regresi


Coefficients

Standardi
zed
Coefficien
ts

Unstandardized
Coefficients
Std.
Error

Collinearity
Statistics

Correlations

Beta

Zeroorder Partial Part

Sig.

Tolera
nce

Model

(Const
ant)

3.610

.176

20.54
4

.000

VIF

CR

-.315

.158

-.198 -1.997

.048

-.122

-.157

-.134

.461 2.168

DER

-.131

.104

-.125 -1.265

.208

.062

-.100

-.085

.465 2.151

INTO

-.291

.081

-.244 -3.601

.000

-.235

-.276

-.242

.982 1.018

ROE

-.046

.007

-.460 -6.804

.000

-.469

-.477

-.458

.988 1.012

a. Dependent Variable: PER

Sumber: Data diolah


b

Model Summary
Std. Error
Mod

el

.538

Adjusted

of the

Square R Square Estimate


a

.290

.272

Change Statistics
F
R Square Chang
Change
e

.74131

.290 16.022

df2

df1
4

157

Sig. F

Durbin-

Change

Watson

.000

1.744

a. Predictors: (Constant), ROE, INTO, DER, CR


b. Dependent Variable: PER

Sumber: Data diolah


Dari Tabel di atas, maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut:
PER = 3,610 0,315 CR 1,31 DER 0,291 INTO 0,046ROE + e
Dari persamaan regresi linier berganda dapat dijelaskan:

Konstanta () sebesar 3,610.

Koefisien regresi untuk Current Ratio (b1) sebesar -0.315 artinya bahwa setiap
perubahan satu satuan rasio keuangan (Current Ratio), maka price earning ratio akan
mengalami penurunan sebesar 0,315%.

Koefisien regresi untuk Debt to Equity Ratio (b2) sebesar -0,131 artinya bahwa setiap
perubahan satu satuan rasio keuangan (Debt to Equity Ratio), maka price earning ratio
akan mengalami penurunan sebesar 0,131%.

Koefisien regresi untuk Inventory Turnover (b3) sebesar -0,291 artinya bahwa setiap
perubahan satu satuan rasio keuangan (Inventory Turnover), maka price earning ratio
akan mengalami penurunan sebesar 0,291%.

22

Koefisien regresi untuk Return on Equity (b4) sebesar -0,046 artinya bahwa setiap
perubahan satu satuan rasio keuangan (Return on Equity), price earning ratio akan
mengalami penurunan sebesar 0,046%.

Uji Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan menggunakan metode analisis
regresi berganda (multiple regression). Metode regresi berganda menghubungkan satu
variabel dependent dengan beberapa variabel independent dalam suatu model prediktif
tunggal. Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis tersebut digunakan Uji F dan
Uji t.
Uji Simultan (Uji F statistik)
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel bebas
terhadap variabel terikat dilakukan uji F. Uji F dapat dicari dengan membandingkan hasil dari
probabilitas value. Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan jika probabilitas < 0,05 maka
Ha diterima. Dari Tabel 4.9 dapat dilihat probabilitas value dalam penelitian ini yaitu sebesar
0,000 yang berarti angka ini jauh berada di bawah angka 0,05 maka Ha diterima. Kesimpulan
yang dapat diambil adalah bahwa Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory
Turnover (INTO), Return on Equity (ROE), secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Price Earning Ratio (PER).
Uji Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat
yaitu antara Current Ratio terhadaps Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio terhadap
Price Earning Ratio, Inventory Turnover terhadap Price Earning Ratio, dan Return on Equity
terhadap Price Earning Ratio dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap koefisien
regresi yaitu dengan uji t. Berdasarkan hasil analisis regresi maka pengujian koefisien
regresinya adalah:
a. Pengujian koefisien regresi Current Ratio (b1)
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0,048 lebih kecil dari
0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Current Ratio
terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai variabel
independent dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha diterima dan Ho ditolak.
b. Pengujian koefisien regresi Debt to Equity Ratio (b2)
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0,208 lebih besar dari
0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Debt to
Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai

23

variabel independent tidak dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha ditolak dan Ho
diterima.
c. Pengujian koefisien regresi Inventory Turnover (b3)
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas valuesebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Inventory
Turnover terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai variabel
independent dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha diterima dan Ho ditolak.
d. Pengujian koefisien regresi Return on Equity (b4)
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa probabilitas value sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Return on
Equity terhadap Price Earning Ratio, yang berarti bahwa variasi perubahan nilai variabel
independent dapat menjelaskan variabel dependent maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besar presentase variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh
variasi variabel bebas, maka dicari nilai R2. Dari tabel 4.7 diperoleh nilai R2 atau nilai
koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,272 atau 27,2%, hal ini berarti 27,2% variasi
price earning ratio bisa dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel bebas yaitu CR, DER,
INTO, ROE sedangkan sisanya sebesar 72,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh antara Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), Inventory Turnover (INTO), Return on Equity (ROE) terhadap Price Earning
Ratio (PER) diatas, secara simultan CR, DER, INTO, ROE, dan berpengaruh secara
signifikan terhadap PER. Hasil regresi dengan menggunakan tingkat signifikansi = 5%
menunjukkan hasil R2 = 0,272 : F = 16,022: signifikansi = 0,000. Hasil ini memberikan dasar
bagi penarikan kesimpulan bahwa Ha diterima, artinya secara bersama-sama variabel
independent (CR, DER, INTO, ROE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.
Variabel Rasio Likuiditas
Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio likuiditas
(current ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap price earning ratio (PER). Rata-Rata
current ratio perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian pada tahun 2006
sebesar 2,20, sedangkan pada tahun 2007 turun menjadi 2,15 dan tahun 2008 kembali
mengalami penurunan menjadi sebesar 2,13. Dengan demikian pada tahun 2006, 2007, dan
2008 rata-rata perusahaan manufaktur tidak mempunyai hutang yang besar yang jatuh tempo

24

pada tahun-tahun tersebut, sehingga investor menilai bahwa tidak ada permasalahan likuiditas
pada perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut.
Koefisien regresi variabel rasio likuiditas (current ratio) bertanda negatif dan
besarnya adalah -0,315. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1 angka pada rasio
likuiditas (current ratio) akan menyebabkan price earnings ratio turun sebesar 0,315 dan
begitu pula sebaliknya. Dari hasil koefisien regresi tersebut menjelaskan bahwa current ratio
mempunyai pengaruh terhadap PER dan tanda negatif menerangkan bahwa pada periode
penelitian (2006-2008) aktiva lancar perusahaan manufaktur dinilai oleh investor belum
banyak digunakan untuk aktivitas perusahaan, atau perusahaan terlalu khawatir terhadap
hutang-hutangnya yang akan jatuh tempo, sehingga hal ini dapat berakibat menurunnya laba
yang akan diperoleh perusahaan. Menurunnya laba perusahaan akan berakibat pada turunnya
harga saham, yang berarti juga PER akan turun.
Variabel Rasio Solvabilitas
Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio solvabilitas
(debt to equity ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap price earnings ratio (PER).
Rata-rata DER dapat dilihat pada lampiran D, yaitu pada tahun 2006 tercatat bahwa rata-rata
DER perusahaan manufaktur sebesar 1,21, sedangkan pada tahun 2007 naik menjadi 1,24
dan pada tahun 2008 besarnya rata-rata DER tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar
1,33. Dengan demikian pada tahun 2006, 2007, dan 2008 rata-rata perusahaan manufaktur
tidak menambah hutang jangka panjangnya selama tahun penelitian tersebut, sehingga
investor menilai bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut dalam keadaan tetap.
Koefisien regresi variabel rasio solvabilitas (debt to equity ratio) bertanda negatif dan
besarnya adalah -0,131. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1 angka pada rasio
solvabilitas (debt to equity ratio) akan menyebabkan price earnings ratio turun sebesar 0,315
dan begitu pula sebaliknya. Dari hasil koefisien regresi tersebut menjelaskan bahwa debt to
equity ratio mempunyai pengaruh terhadap PER dan tanda negatif menerangkan bahwa pada
periode penelitian (2006- 2008) perusahaan-perusahaan manufaktur kurang memanfaatkan
modal sendiri dalam membiayai aktivitas perusahaan, sehingga hal ini menambah biaya
bunga dari hutangnya. Keadaan ini menyebabkan penurunan daripada PER saham tersebut.
Variabel Rasio Aktivitas
Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio aktivitas
(inventory turnover) berpengaruh secara signifikan terhadap price earnings ratio (PER).
Rata-rata INTO dapat dilihat pada lampiran E, yaitu pada tahun 2006 tercatat bahwa rata-rata

25

INTO perusahaan manufaktur sebesar 4,81, sedangkan pada tahun 2007 naik menjadi 5,01
dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 4,98.
Koefisien regresi variabel rasio aktivitas (inventory turnover) bertanda negatif dan
besarnya adalah -0,291. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1 angka pada rasio
aktiviatas (inventory turnover) akan menyebabkan price earnings ratio turun sebesar 0,291,
dan begitu pula sebaliknya. Hasil pengujian statistik (uji t) ini memberikan tanda negatif
pada inventory turnover, hal ini dikarenakan penjualan yang banyak namun tidak diikuti
dengan persediaan yang cukup dari perusahaan, atau perusahaan tidak mampu menyediakan
persediaan dikarenakan banyak piutang yang belum tertagih dan menjadi uang kas.
Variabel Rasio Profitabilitas
Hasil pengujian statistik dengan uji t menunjukkan bahwa variabel rasio profitabilitas
(return on equity) berpengaruh secara signifikan terhadap price earnings ratio (PER). Ratarata ROE pada tahun 2006 sebesar 9,08, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami
kenaikan menjadi sebesar 10,93 dan 13,49. Koefisien regresi variabel rasio profitabilitas
(return on equity) bertanda negatif dan besarnya adalah -0,046. Hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan sebesar 1 angka pada rasio profitabilitas (return on equity) akan menyebabkan price
earnings ratio turun sebesar 0,046 dan begitu pula sebaliknya. Hasil pengujian statistik (uji t)
ini memberikan tanda negatif return on equity, menjelaskan bahwa peningkatan ROE
dikarenakan adanya peningkatan laba perusahaan dan tentunya hal tersebut akan menaikkan
nilai PER.

26

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan analisis regresi
berganda dengan variabel dependen price earning ratio dan variabel independen yang terdiri
dari rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (debt to equity ratio), rasio aktivitas
(inventory turnover), dan rasio profitabilitas (return on equity) maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa rasio likuiditas (current ratio)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham
perusahaan manufaktur, diterima.
2. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa rasio solvabilitas (debt to equity ratio)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham
perusahaan manufaktur, ditolak.
3. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa rasio aktivitas (inventory turnover)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham
perusahaan manufaktur, diterima.
4. Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas (return on equity)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio saham
perusahaan manufaktur, diterima.
Dengan demikian dari empat variabel independen hampir semua berpengaruh secara
signifikan terhadap Price Earning Ratio, hanya rasio solvabilitas (debt to equity ratio) saja
yang tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 5% terhadap PER. Tetapi
semua variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
PER, atau dengan kata lain semua variabel independen merupakan faktor penjelas bagi
variasi dalam variabel dependen (PER).
Variabel independen yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PER
disebabkan karena pada periode penelitian rata-rata rasio keuangan perusahaan manufaktur
tidak mengalami perubahan yang mencolok, sehingga investor lebih memperhatikan rasiorasio keuangan yang lain.
Nilai koefisien determinasi (R-Square) persamaan regresi berganda pada penelitian ini
adalah sebesar 0,272 atau 27,2%, hal ini berarti 27,2% variasi price earning ratio bisa
dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel bebas yaitu CR, DER, INTO, ROE sedangkan
sisanya sebesar 72,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

27

Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian yang dapat dikemukakan meliputi beberapa hal sebagi
berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel independen, sedangkan price
earning ratio (PER) mungkin dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak
digunakan dalam penelitian ini.
2. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya pada perusahaan
manufaktur saja, sehingga hasil dari penelitian ini tidak mutlak dapat dijadikan
dasar generalisasi dan memungkinkan terjadi pengaruh dari industri yang berbeda.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan
perusahaan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006,
2007, dan 2008 (tiga tahun berturut-turut).

Pengukuran indikator dengan

mengambil tahun yang lebih panjang kemungkinan akan lebih menjelaskan


hubungan antara rasio-rasio keuangan dengan PER.
4. Dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, sehingga analisis data
sangat tergantung pada hasil publikasi data (laporan keuangan perusahaan).
Laporan keuangan sebagai data rasio mempunyai keterbatasan karena perusahaan
mempunyai metode dan kebijakan akuntansi yang berbeda sehingga sulit untuk
diperbandingkan.
Saran
1.

Bagi Manajemen
Investor sebaiknya lebih memperhatikan rasio-rasio keuangan perusahaan dalam
memprediksi harga saham perusahaan yang akan datang dan dalam pengambilan
keputusan untuk berinvestasi, karena sebagaimana yang didapat dari hasil
penelitian ini bahwa rasio-rasio keuangan tersebut mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap Price Earning Ratio saham yang bersangkutan.

2.

Bagi Peneliti
Bagi peneliti yang akan datang, sebaiknya menambah variabel-variabel
independen yang ada, menambah jumlah sampel perusahaan dengan sektor
industri yang berbeda, dan memperpanjang waktu penelitian lebih dari 3 (tiga)
tahun berturut-turut.

28

DAFTAR PUSTAKA
Ang, R obert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia.
Anoraga, Pandji. 1995. Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan.
Rineka Cipta: Jakarta.
Gujarati, Damodar (dalam Sumarno Zain). 1993. Ekonometrika Dasar. Erlangga: Jakarta.
Ghozali, Imam Dr, M.Com, Akt. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS. Badan Universitas Diponegoro: Semarang.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP
YKPN: Yogyakarta.
Institute for Economic and Finance Research 2009. ICMD 2009. ECIN: Jakarta.
Jogiyanto, H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE
UGM. Yogyakarta.
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta
Pribawanti, M.T., 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total Return
Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur Yang Membagikan Deviden Di
Bursa
Efek
Jakarta.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH013b/49a3546d.dir/doc.p
df. Diakses 11 Oktober 2010
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE: Yogyakarta.
Saptadi, Anung. 2007. Pengaruh Return On Investment (ROI), Price Earning Ratio
(PER), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar
Di
Bursa
Efek
Jakarta.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0131/0b7a7cec.
dir/doc.pdf. Diakses 19 Oktober 2010.
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Cetakan Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ulupui, I G. K. A., 2005. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan
Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan
Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi Di BEJ).
http://wsclick.searchcanvas.com/clickserver/_iceUrlFlag=1?rawURL=http%3A%2F%
2Fejournal.unud.ac.id%2Fabstrak%2Fi%2520g%2520k%2520a%2520ulupui(1).pdf&
0=&1=0&4=67.63.50.255&5=125.163.179.247&9=ddd5e54599be407e8538c9b3ea0d
cb01&10=1&11=blingee.intl.en.ffhome&13=search&14=239138&15=maintitle&17=9&18=9&19=0&20=0&21=9&22=6wPgFn7GaAA%3D&40=t6AwoBkitUt
S3W4CyT40vA%3D%3D&_IceUrl=true. Diakses 11 Oktober 2010

29

Weston, Fred J, dan Thomas E. Copeland. 1992. Managerial Finance. Tokyo CBS Publising
Japan. Ltd.

You might also like