You are on page 1of 7

2.9.1.

Pengertian Inflamasi

Inflamasi adalah reaksi kompleks dalam jaringan ikat vascular yang


terjadi karena rangsangan eksogen dan endogen. Inflamasi merupakan
respon normal, pelindung terhadap cedera jaringan yang disebabkan oleh
trauma fisik, bahan kimia berbahaya atau agen mikrobiologis, yang
berupaya untuk menonaktifkan atau menghancurkan organisme asing,
menghilangkan iritasi yang merupakan tahap pertama perbaikan jaringan.
Proses inflamasi biasanya mereda pada proses penyelesaian atau
penyembuhan tapi kadang-kadang berubah menjadi radang yang parah,
yang mungkin jauh lebih buruk dari penyakit ini dan dalam kasus ekstrim,
juga dapat berakibat fatal (Sen et al, 2010).
Kemerahan, suhu yang meningkat, pembengkakan, nyeri, dan
hilangnya fungsi adalah tanda klasik dari inflamasi. Inflamasi dapat
diprovokasioleh berbagai agen berbahaya, bahan asing, toxines, infeksi,
bahan kimia, patogen, reaksi kekebalan tubuh dan luka fisik (Sen et al,
2010).
2.9.2.

Mekanisme Terjadinya Inflamasi

Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan mengakibatkan


kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut
akan melepaskan beberapa fosfolipid yang diantaranya adalah asam
arakidonat. Setelah asam arakidonat tersebut bebas akan diaktifkan oleh
beberapa enzim, diantaranya siklooksigenase dan lipooksigenase. Enzim
tersebut merubah asam arakidonat ke dalam bentuk yang tidak stabil
(hidroperoksid dan endoperoksid) yang selanjutnya dimetabolisme
menjadi leukotrin, protaglandin, prostasiklin, dan tromboksan. Bagian
prostaglandin dan leukotrin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala
peradangan (Katzung, 1998).

Rangsang

Gangguan pada membran sel


Pengahambat fosfolipase
Kortikosteroid

Fosfolipase
Fosfolipid

Subtitusi asam lemak (diet)

Asam arakidonat

OAINS, ASA

Penghambat lipoksigenase

Lipoksigenase

Siklooksigenase

Antagonis pada tingkat reseptor

Leukotrien

Prostasiklin

Prostaglandin

Tromboksan

LTC4/D4/E4

LTB4

Perubahan
Penarikan dan
permeabilitas
aktivasi fagosit
vaskular, kontriksi bronkus, penigkatan sekresi

Modulasi leukosit

Kolkisin

Peradangan
Bronkospasme, kongesti, sumbat mukus Peradangan

Gambar 2.9 Alur mediator yang berasal dari asam arakidonat dan tempat
kerja obat (Katzung, 2012).

2.9.3.

Jenis Inflamasi

Pada umunya inflamasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu inflamasi akut
dan inflamasi kronis.
a. Inflamasi akut
Inflamasi akut merupakan tanggapan awal dari tubuh untuk
mengambil faktor risiko seperti infeksi atau trauma. Hal tersebut
bersifat spesifik dan pertahan pertama tubuh terhadap bahaya (Sen et
al, 2010).
Fitur utama dari peradangan akut antara lain:
1) Akumulasi cairan dan plasma di lokasi terkena dampak.
2) Aktivasi intravaskular datar atau memungkinkan.
3) Polymorph-nuklir neutrofil sebagai sel inflamasi.
b. Inflamasi Kronis
Inflamasi kronis terjadi bila faktor-faktor risiko yang
memperpanjang dari inflamasi akut tidak dihapus. Hal ini terjadi
untuk durasi yang lebih lama dan terkait dengan adanya makrofag,
limfosit, sel darag proliferasi, fibrosis dan nekrosis jaringan. Makrofag
menghasilkan beberapa produk biologis aktif yang menyebabkan
kerusakan jaringan dan karakteristik fibrosis peradangan kronis (Sen
et al, 2010).
Reaksi inflamasi terjadi dalam mekanisme yang berbeda pada tiap
fase, seperti:
1) Fase akut: vasodilatasi lokal sementara dan penigkatan
permeabilitas kapiler.
2) Fase sub-akut: infiltrasi atau leukosit dan fagositosis sel.
3) Fase kronis proleferatif: kerusakan jaringan dan fibrosis (Sen
2.9.4.

et al, 2010).
Obat Antiinflamasi

Obat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas


menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui
berbagai cara yaitu menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel
tempat pembentukannya. Berdasarkan mekanime kerjanya, obat-obatan
antiinflamasi terbagi dalam golongan steroid yang terutama bekerja
dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya
dan golongan non steroid yang bekerja melalui mekanisme lain seperti

inhibisi siklooksigenase yang berperan pada biosintesis protaglandin


(Setyarini, 2009).
Obat-obat antiinflamasi sangat efektif menghilangkan rasa nyeri dan
inflamasi denganmenekan produksi prostaglandin dan metabolisme asam
arakidonat dengan cara penghambatan siklooksigenase dan lipooksigenase
pada kaskade inflamasi. Penekanan prostaglandin sebagai mediator
inflamasi pada jaringan menyebabkan kurangnya rasa nyeri dan
pembengkakan sehingga fungsi otot dan sendi membaik (Setyarini, 2009).
2.9.5.

Mekanisme

Kerja

Antiinflamasi

dalam

Menghambat

Denaturasi Protein
Inflamasi adalah proses yang kompleks, seirng dikaitkan dengan rasa
sakit dan melibatkan kejadian seperti peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, penigkatan denaturasi protein dan alterasi membran (Umapathy et
al, 2010). Ciri-ciri jaringan yang telah mengalami nekrosis yaitu kematian
lokal dalam tubuh makhluk hidup, menunjukkan bahwa komposisi protein
mengalami perubahan besar. Denaturasi protein disebabkan oleh aksi
panas, alrutan asam atau alkali, elektrolit, alkohol, dan beberapa agen
lainnya yang menghasilkan perubahan pada kelarutan albumin dan
globulin, terutama pada titik isoelektrik (Opie El, 1961).
Denaturasi protein adalah sebuah proses dimana protein kehilangan
struktur tersier dan struktur sekunder oleh senyawa eksternal, seperti asa
kuat atau basa kuat, garam organik, pelarut organik dan pemanasan. Pada
umunya protein kehilangan fungsi biologisnya ketika didenaturasi.
Misalnya enzim kehilangan aktivitasnya karena subtrat tidak dapat lagi
mengikat pada gugus aktifnya (Verma et al, 2011).
Dalam

pengembangan

AINS,

prinsip

denaturasi

dalam

uji

antiinflamasi sering digunakan seperti pada uji antiinflamasi dengan


albumin telur (Chandra, 2012) dan uji dengan bovine serum albumin
(BSA) (Williams et al., 2008). Denaturasi protein pada jaringan adalah
salah satu penyebab penyakit inflamasi dan artritis. Produksi dari antigen-

auto pada penyakit artritis dapat mengakibatkan denaturasi protein


secara in vivo. Oleh karena itu, penggunaan suatu agen tertentu yang bisa
mencegah denaturasi protein akan bermanfaat pada pengembangan obat
antiinflamasi (Chatterjee et al., 2012).
Beberapa metode in vitro lain dapat digunakan untuk mengetahui
potensi atau aktivitas antiinflamasi dari suatu obat, kandungan kimia dan
preparat herbal. Teknik-teknik yang bisa digunakan antara lain adalah
pelepasan fosforilasi oksidatif (ATP biogenesis terkait dengan respirasi),
penghambatan denaturasi protein, stabilisasi membran eritrosit, stabilisasi
membran lisosomal, tes fibrinolitik dan agregasi trombosit (Oyedapo
et

al.,

2010. Selain itu uji antiinflamasi secara in vitro juga bisa

dilakukan dengan melihat efek

inhibisi

pada

siklooksigenase

menggunakan kit khusus uji skrining siklooksigenase (Umar et al.,


2012).
Beberapa AINS seperti indometasin, ibufenak, asam flufenamik dan
asam salisilat memiliki kemampuan dalam mencegah denaturasi BSA
yang dipanaskan pada pH patologis yakni 6,2-6,5. Selain itu beberapa
ekstrak dan komponen murni tumbuhan seperti ekstrak Boehmeria
jamaicensis (Urb), fenil propanoid, eugenol, polisulfid, dibenzil trisulfid
dapat menghambat denaturasi BSA, memiliki aktivitas sebagai antioksidan
dan merupakan kandidat obat antiinflamasi. Pada uji BSA, jika senyawa
sampel menghambat denaturasi dengan persen inhibisi >20% maka
dianggap memiliki aktivitas antiinflamasi dan layak untuk dikembangkan
lebih lanjut. (Williams et al., 2008).

Dfatar pustaka

Sen, S. et al. Analgesic and Anti-inflamantory Herbs: A Potential Source of


Modern Medicine. IJPSR, 2010; Vol. 1 (11): 32-44 ISSN: 0975-8232.
Setyarini, Holida. 2009. Uji Daya Antiinflamasi Gel Ekstrak Etanol Jahe 10%
(Zingiber officinale roscoe) yang Diberikan Topikal Terhadap Udem Kaki Tikus
yang

Diinduksi

Karagenan.

Surakarta:

Fakultas

Farmasi

Universitas

Muhammadiyah Surakarta.
Katzung, G.B. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 6. Salemba Medika.
Jakarta.
Opie EL. On The Relation of Necrosis and Inflamation to Denaturation of
Proteins. J Exp Med. 1961; 115; 597-608. [PMCID: PMC2137504] [PubMed:
14482110].
Umapathy E, Ndebia EJ, Meeme A, Adam B, Menziwa P, Nkeh-Chungag BN, et
al. An Experimental Evaluation of Albuca Setosa Aqueous Extract on Membrane
Stabilization, Protein Denaturation and White Blood Cell Migration During
Acute Inflammation. J Med Plant Res. 2010; 4: 789-795.
Verma,

et al. 2011. Antidenaturation and Antioxidant Activities of Annona

Cherimola In-Vitro. India: International Journal of Pharma and Bio Sciences. Vol
2. ISSN: 0975-6299.
Katzung, B.G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta: EGC.

You might also like