You are on page 1of 5

Journal Reading

A Study to Explore The Risk Factors for The Early Onset of Cataract
in India

Oleh :
Vidia Amrina Rasyada
2011730167

Pembimbing :
dr. Rety Sugiarti, Sp. M

KEPANITERAAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJAR


SMF ILMU MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

ABSTRAK

Tujuan : Mengidentifikasi faktor risiko perkembangan katarak pada pasien


muda

Tempat : Iladevi Cataract and IOL Research Centre, Ahmebadad, Gujarat,


India

Metode : Penelitian observasional. Penelitian dilakukan pada 340 pasien


konsekutif berusia 30-45 tahun dengan katarak nuklear, kortikal, posterior
subscapular (PSC), campuran dan katarak posterior polar. Riwayat lengkap
yang diteliti adalah riwayat paparan sinar matahari, atopi, diabetes,
penggunaan steroid, myopia, glaukoma dan uveitis.

Hasil : Nilai mean usia pasien adalah 40.2 4.6 tahun, 202 diantaranya
laki-laki. Faktor risiko utama adalah atopi (25.6%), idiopatik (19.1%), high
myopia (12.4%), atopi dengan penggunaan steroid (10.9%), penggunaan
steroid (7.4%), paparan sinar matahari (3.8%) dan DM (3.2%). PSC
didapatkan terjadi pada 53.5% mata. Berdasarkan hasil regresi
multinomial logistik didapatkan bahwa atopi (P=0.016), penggunaan
steroid (P=0.100), dan DM (P=0.076) berisiko lebih tinggi terjadinya PSC.
Sedangkan high myopia (P<0.001) dan paparan sinar matahari (P=0.003)
berisiko lebih tinggi untuk katarak nuklear.

Kesimpulan : Atopi merupakan faktor risiko yang paling berhubungan


dengan perkembangan katarak pada individu muda. PSC merupakan tipe
katarak yang hampir mendominasi prevalensi pada pasien muda.

PENDAHULUAN
Multifaktorial etiologi : genetik, sosiodemografi, kebiasaan dan faktor
lingkungan. Semua faktor tsb saling berhubungan, tapi usia merupakan faktor
risiko utama untuk katarak. Di India, hamper 80% kebutaan disebabkan oleh
katarak dan katarak memiliki prevalensi tinggi menyebabkan kekeruhan lensa.
Kekeruhan lensa timbul pada usia lebih muda di India dibandingkan di ngara
industry. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian di Punjab menunjukkan bahwa
prevalensi usia spesifik untuk katarak di India adalah 3-6 kali lebih tinggi
dibandingkan penelitian di Framingham Eye di US. Penelitian ini menandakan
bahwa populasi di India sangat terpapar dari faktor risiko lingkungan (sinar UV,
defisiensi nutrisi, dehidrasi berat dari stroke/diare) dan genetic. Penelitian faktor
yang dapat dimodifikasi dapat mempengaruhi kejadian katarak dan mendorong
peneliti untuk mencari kemungkinan hubungan antara katarak dan diabetes,
hipertensi, IMT, penggunaan obat, dehidrasi berat, gender, merokok, paparan
sinar UV, melahirkan, dan faktor sosioekonomi.

Sangat sedikit penelitian yang mencari faktor risiko katarak presenile dan
menunjukkn bahwa hamper 50% partisipan terpapar minimal salah satu faktor
risiko termasuko trauma inflamasi intraocular, DM dan penggunaan steroid. Kami
yakin bahwa ini penelitian katarak presenil yang bermanfaat pada negara
berkembang, dimana kelompok ini mungkin terpapar faktor risiko dapat
dimodifikasi yang potensial. Sebagai contoh, penelitian katarak presenil di India
menunjukkan hubungan antara dehidrasi berat dan melahirkan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metodologi dan instrument
penelitian yang nanti bisa digunakan pada penelitian case-control untuk mencari
hubungan antara katarak presenil dan faktor risiko diantara individu berusia 3045 tahun. Penelitian dilakukan di Iladevi Cataract and IOL Research Centre.
Tempat ini menyediakan banyak tingkatan eye care dan pelatihan pada operasi
katarak pediatric dan dewasa. Area penelitian termasuk Gujarat dan wilayahnya
(Rajasthan, Madhya Pradesh, Maharashtra, West Bengal dan Assam).
METODE
Penelitian yang digunakan adalah clinic-based observasional pada 340
konsekutif pasien berusia antara 30-45 tahun dengan katarak unilateral/bilateral
similar. Pasien yang memiliki riwayat operasi intraocular atau trauma ocular
dikeluarkan. Informed consent dilakukan pada semua partisipan. Setelah pupil
dilaa]tasi, mata partisipan diteliti menggunakan slit lamp menggunakan standar
iluminati dan magnifikasi. Seorang peneliti (MRP) melakukan observasi langsung
dan retroiluminasi untuk menentukan tipe katarak. Katarak dikategorikan
menjadi katarak nuclear, kortikal, posterior subscapular (PSC), posterior polar,
atau katarak campuran. Axial length (AXL) diukur 10 kali pada setiap mata
menggunakan A scan (OcuScan, Alcon) dan didapatkan nilai rata-rata. Tekanan
intraocular diukur menggunakan tonometry aplanasi mengggunakan oftalmologi
indirek.
Seorang spesialis alergi (GPB) mengembangkan kuesioner standar untuk
penelitian ini, dimana berdasarkan kuesioner yang rutin digunakan dokter
umum di Vallabhbhai Patel Chest Institute, University of Delhi. Pada penelitian
ini, kuesioner atopi digunakan untuk mendiagnosa asthma, atopi dan kelainan
alergi. (Figure 1). Kuesioner termasuk gejala rhinitis, gatal dan gatal tertentu,
riwayat asma, eksema, dermatitis dan usia timbulnya, dan reaksi pada pengenal
alergi seperti serbuk sari. Salah satu peneliti (GDS) menanyakan semua
partisipan dan informasi detail mengenai paparan matahai, penggunaan steroid,
diabetes, myopia, dan uveitis dan diisi pada kuesioner atopi. Partisipan yang
dilaporkan memiliki 5-6 gejala atopi yang dikonfirmasi oleh spesialis alergi yg
sama dan dikelompokkan berdasarkan skor. Partisipan yg dikategorikan memiliki
paparan sinar matahari yg signifikan adalah mereka yg bekerja lebih dari 8 jam
per hari diluar dan lebih dari 5 hari seminggu selama lebih dari 8-10 tahun.
Diabetes didiagnosa berdasarkan rekam medis pasien dan diverifikasi pada
treatment record. Penggunaan steroid diklasifikasikan sebagai oral, inhaled,
injeksi atau topical minimal penggunaan 4 bulan. Partisipan dikatgorikan

memiliki high myopia jika AXL>26 mm. Partisipan yg tidak memiliki salah satu
risiko diatas dikategorikan sebagai idiopatik.
Perhitungan multivariate menggunakan regresi multinomial logistik untuk
mengetahui hubungan antara tipe katarak dan bermacam-macam faktor
risiko.Penggunaan model multivariate, kami melakukan analisis lebih lanjut
menggunakan multinomial logistic regresi untuk menemukan hubungan antara
tipe katarak dan berbagai faktor risikonya. Pasien dengan katarak campuran dan
kortikal digabung dalam kategori other type dan kami membandingkan
pengaruh faktor risiko pada katarak nuclear, PSC dan katarak posterior polar
menggunakan other type sebagai kategori. Penilaian ini dilakukan untuk
menemukan faktor risiko yang berhubungan dengan katarak nuclear, PSC dan
posterior polar dibandingkan dengan other types seperti diatas. Kategori other
types digunakan sebagai referensi dari tipe katarak yang jarang terjadi pada
pasien muda sehingga membuatnya menjadi pilihan ideal untuk digunakan
sebagai referensi kategori.
HASIL
Total populasi yang diteliti adalah 366 pasien. Dari 366 pasien, 290
katarak bilateral dan 76 katarak unilateral. Dari 290 pasien, 264 pasien katarak
bilateral similar tetapi hanya slah satu mata pasien yang dipilih secara acak
untuk diteliti. Selanjutnya 26 pasien dengan katarak bilateral dissimilar
dieksklusi dari penelitian. Jadi populasi akhir yang diteliti terdiri 340 dari 340
pasien. Semua pasien dikelompokkan sesuai kategori berdasarkan identifikasi
faktor resikonya. Dari 340 pasien, 202 pria dan 138 wanita. Nilai mean usia dari
populasi penelitian adalah 40.284.65 tahun. Distribusi faktor risiko penelitian
ditunjukkan pada Tabel 1. Atopy merupakan faktor risiko utama yang paling
sering diikuti oleh idiopatik (65, 19.1%). Atopy ditemukan pada 87 (25,6%)
pasien dan ditetapkan sebagai faktor risiko yang dominan untuk katarak.
Riwayaat atopy dilaporkan oleh 164 partisipan (48,3%) baik yng tunggl (87,
25,6%) atau kombinasi dengan paparan lain (77, 22,7%) (Tabel 2). Asthma dan
dermatitis allergic merupakan atopi yang paling sering (Tabel 2).
Pada peneitian ini, keseluruhan 33 pasien dikategorikan mild atopy, 57 pasien
derajat moderate, 49 dengan derajat berat, 25 dengan derajat sangat parah
pada atopy. Faktor risiko lain yang tercatat adalah idiopatik pada 65 (19,1%)
psien, myopia tinggi pada 42 (12%), atopi dengn katarak steroid-induced pada
37 (10,9%), katarak steroid-induce pada 25 (7,4%), paparan sinar matahari pada
13 (3,8%) dan DM pada 11 (3,2%) pasien. Pada populasi penelitian, tipe ktarak
yang predominant paling sering diobservasi adalah PSC pda 182 (535%) mata,
diikuti oleh katarak nuclear pada 71 (20,9%), katarak campuran pada 57
(16,8%), dan katarak polar posterior pada 30 (8,8%). Distribusi katarak degan
faktor risiko lainnya menggunakan kombinasi yang berbeda dideskripsikn pd Tbel
3. Pada kategori atopi, PSC predominan pada 49 (56,3%) mata dimana pada
kategori idiopatik ditemukan pada 36 (55,4%) mata. PSC predominan pada 33
(89,2%) mata dengan atopi pada penggunaan steroid dan pada 11 (44%) mata
dengan katarak steroid-induced untuk berbagai alasan. Pada mata dengaan PSC

dan campuran keburaman lensa, atopi merupakan faktor risiko yang paling
berhubungan (pada 49 mata, 56,3%), dimana pada mata dengan katarak
nuclear, myopia merupakan faaktor risiko tersering (38,5%). Pada kebanyakan
kasus katarak polar posterior adalah idiopatik (40%), dimana pada pasien
dengan kategoriidiopatik, PSC dan katarak polar posterior adalah yang paling
sering. Penggunaan model multivariate, kami menggunakan analisis lanjutan
menggunakan multinomial logistic regression untuk menemukan hubungan
antara tipe katarak dan berabgai faktor risiko (Tabel 3). Katarak campuran dan
kortikal digabung didalan satu kategori menjadi other types dan kami
membandingkan pengaruh faktor risiko dengan katarak nuclear, PSC, dan polar
posterior. Atopi didapatkan memiliki rasio lebih tinggi untuk PSC (P=0.016) lebih
signifikan dibandingkan other types. Katarak steroid-induce (P=0.100), diabetes
(P=0.076), dn uveitis (P=0.121) juga tercatat memiliki rasio lebih tinggi untuk
PSC tapi tidak lebih signifikan dibandingkan other types. Kategori idiopatik
menunjukkan peningkatan rasio untuk kedua PSC (P=0.038) dn polar posterior
(P=0.203); bagaimanapun, dampak kejadian polar posterior pada kelompok
idioptik lebih kuat daripada dampak pada katarak PSC. Miopia yang tinggi
(P<0.001) dan paparan sinar UV (P=0.003) risiko nya meningkat drastic untuk
katarak nuklar ketika dibandingkan other types mencapai nilai signifikan
statistic (Tabel 4)

You might also like