SINTESIS, KARAKTERISASI DAN MODIFIKASI GRAFEN OKSIDA
SEBAGAI KATALISATOR UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI
FUEL CELL Alkautsar Marufika Iswandhani1) Nindya Pratiwi Putri2) Nada Hidayatus Sangadah 3) 1,2,3) Santri SMA TRENSAINS TEBUIRENG ABSTRAK Secara umum, banyak negara termasuk Indonesia mengalami tiga masalah terkait energi, yaitu ketersediaan energi, energi dan pengamanannya, serta energi dan lingkungan. Lebih dari 80 % energi dunia disediakan dari bahan bakar fosil (Mikrajudin,2007). Bahan bakar fosil memiliki beberapa kelemahan, diantaranya kurang efisien serta menimbulkan polusi udara. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan karbon monoksida (CO) dan karbondioksida (CO 2) yang berbahaya (www.alpensteel.com/article/energifuelcel). Pencarian sumber energi yang relatif bersih, dan terbarukan menjadi sebuah tantangan yang dihadapi kalangan ilmuwan, dan diharapkan dapat mengurangi konsumsi nasional. Salah satu gagasan untuk menjawab tantangan tersebut adalah nanoteknologi. Riset nanoteknologi telah banyak diinisiasi untuk pemecahan masalah energi Indonesia. Salah satu tema yang mengemuka adalah katalis selektifitas tinggi untuk bahan bakar (manufaktur) efisien energi dan bersih (Mikrajudin, 2007). Joni, 2014, memaparkan bahwa implementasi teknologi nano dapat meningkatkan atau membuat kinerja sebuah alat menjadi lebih optimal. (www.unpad.ac.id/profil/Dr.-Eng.-I-MadeJoni) Sintesis grafen oksida dilakukan melalui metode Improve Graphene Oxide (IGO). Proses modifikasi dilakukan dengan menambahkan nanopartikel logam, khususnya Fe dan Co dengan tingkat p.a. Karakterisasi struktur nano target dilakukan dengan XRD, SEM, dan FTIR (Baihaqi, 2015). Proses sintesis ini akan dihasilkan karakter katalis yang lebih optimal dalam sel bahan bakar (fuel cell), sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi tingkat emisi gas polutan seperti CO2 dari bahan bakar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif baru dalam pembuatan katalis fuel cell, serta menjadi pembuka penelitian dan riset lebih lanjut tentang katalis selektifitas tinggi untuk bahan bakar efiesien energi dan bersih. Kata kunci : grafen, nanoteknologi, katalis selektifitas tinggi KONVERSI SAMPAH SISA MAKANAN DI LINGKUNGAN PONDOK & SEKOLAH ASRAMA (Boarding School) SEBAGAI BAHAN PEMBANGKIT LISTRIK PORTABEL BERBASIS BIOGAS Oleh:
Rizqa Mafrida Ziyanatikal Khusna1)
Dinar Rosalia2) Nida Aulia Widar Putri3) 1,2,3) Santri SMA Trensains Tebuireng Jombang ABSTRAK Sistem pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber panas yang dikonversikan menjadi energi listrik(Latiefah, 2014). Penggunaan bahan bakar fosil yang tidak efisien berdampak pada polusi dan dapat mengakibatkan kelangkaan bahan bakar. Oleh karena itu inovasi penggunaan bahan bakar yang efisien menjadi sesuatu yang sangat penting. Untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dapat dilakukan dengandua cara, yaitu dengan meningkatkan kualitas/ performansi mesin, atau modifikasi bahan bakar agar lebih ramah lingkungan, yang ditandai dengan rendahnya emisi karbon. Salah satu alternatif terbaik adalah biogas. Biogas merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik yang direndam dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa O2)(Setiawan, 2005 dalam Latiefah, 2014).Sedangkan yang kita ketahui di pondok pesantren rata-rata mengasilkan sampah organik sisa makanan dengan jumlah yang beragam, namun sampah yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal. Sampah organik yang sudah terdekomposisi akan menghasilkan gas CH4,CO2,N2,H2,H2S,O2.Akan tetapi gas metana yang mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan karena memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan gas rumah kaca. Dampak negatif ini dapat dikurangi dengan memanfaatkan sampah organik yang telah difermentasi menjadi biogas. Energi biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar,dan selanjutnya dikonversi menjadi listrik. Pada umumnya produksi biogas dilakukan melalui proses fermentasi dari sampah organik secara anaerobik menjadi gas CH4, dan CO2. Proses fermentasi biasanya membutuhkan waktu 4-5 hari. Pembuatan biogas diawali dengan pembuatan digester. Sampah organik sisa makanan menjadi bahan utama pengisi digester. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, bahwa 1 kg gas metana setara dengan 6,13 x 10 7J, sedangkan 1 kWh setara dengan 3,6 x 10 7 J. Massa jenis gas metana 0,656 kg/m3. Sehingga 1 m3 gas metana manghasilkan energi listrik sebesar +11,17 kWh(Lathifah, 2014).Berdasarkan sampel yang telah diambil, sampah yang diproduksi oleh salah satu pondok pesantren di Jombang mencapai 20-30 kg/hari. Berdasarkan kalkulasi yang diperkirakan, sampah 20-30 kg/hari dapat dihasilkan menghasilkanlistrik dengan estimasi sebesar+25,35 kWh/bulan. Kata kunci: sampah organik, biogas, fermentasi, listrik.