You are on page 1of 4

Konsep Pesantren Sains (Trensains), Reformasi Pembelajaran Sains Pada Sistem

Pendidikan Berbasis Pesantren


Abdul Ghofur
Pengembang Kurikulum SMA Trensains Tebuireng
Abstrak: Artikel ini menjelaskan tentang konsep Pesantren Sains (Trensains) sebagai
suatu gagasan reformasi pesantren saat ini. Dimana sebelumnya pola pendidikan pesantren
dan proses pembelajaran pada masa klasik masih menggunakan sistem tradisional. Bahkan
hingga kini sistem tersebut tetap dipertahankan oleh sebagian pesantren, walaupun sebagian
yang lain sudah memodifikasinya dengan metode-metode modern yang lebih sistematis dan
efektif. Gagasan Trensains (Pesantren Sains) yaitu menjadikan al Quran sebagai sumber
kajian utama dalam pembelajaran khususya pada pelajaran sains kealaman (natural
sains) dan menjadikan al Quran sebagai basis epistemologi dalam pengembangan sains.
Gagasan tersebut diadopsi dari pemikiran Agus Purwanto dalam wacana pengembangan ilmu
kontenporer.
Gagasan itu kemudian mereformasi konsep pendidikan pesantren
klasik (salaf) maupun pesantren modern (kholaf). Metode pembelajaran Trensains yaitu
sebuah metode pembelajaran yang tidak menggabungkan materi pesantren dengan ilmu
umum sebagaimana pesantren modern, tetapi mengambil kekhususan pada pemahaman Al
Qur'an, Al Hadist dan sains kealaman serta interaksinya. Analisis ayat-ayat kauniah, kegiatan
observasi ayat-ayat semesta, dan parktikum sains berbasis ayat al Quran adalah ciri khas
pembelajaran sains pada konsep Trensains. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dan
diharapkan dalam jangka panjang mampu menghasilkan para ilmuan, teknolog, dan dokter
yang memiliki basis al Quran yang kokoh. Konsep inilah yang kemudian mereformasi
sistem pendidikan pesantren dan juga pengajaran sains di beberapa pesantren besar di
Indonesia.
Kata kunci: Konsep Pesantren Sains, Ayat-Ayat Kauniah, dan Pembelajaran Sains.

IMPLEMENTASI SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) DI SMA TRENSAINSBTEBUIRENG


JOMBANG
Shilfiyana Fitriah
NIM: 932101411, Jurusan: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam STAIN Kediri
E-mail : shilfiyana93@gmail.com
Dosen Pembimbing:
Dr. Anis Humaidi, M.Ag dan Dr. H. Syamsul Huda, M.Ag
Abstrak
Penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) dalam pengelolaan pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di Indonesia saat ini merupakan satu upaya inovatif untuk menambah
kekayaan pengelolaan pembelajaran yang selama ini hanya menggunakan sistem paket. Melalui
penerapan SKS dimungkinkan peserta didik dapat menyelesaiakan program pendidikannya lebih
cepat sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana konsep dasar penyelenggaraan SKS dan bagaimana pelaksanaan sistem SKS di SMA
Trensains Tebuireng.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengumpulkan data
penelitian. Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan untuk
mengecek keabsahan data menggunakan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan
triangulasi. Tahap-tahap penelitian meliputi tahap pra lapanga, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir
penelitian.
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka SMA Trensains Tebuireng dianggap mampu
melaksanakan Sistem Kredit Semester (SKS) dengan baik dan sesuai dengan penetapan yang
dicanangkan oleh pemerintah. Selain itu, SMA Trensains bisa dijadikan kiblat untuk sekolah-sekolah
lain yang ingin melaksanakan SKS.
Sistem Kredit Semester (SKS) memang memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan, minat dan bakatnya sesuai dengan kecepatan belajarnya. SKS ini juga
dapat memberikan efisiensi kepada peserta didik dan mengajarkan kemandirian dalam menentukan
kecepatan belajarnya. Peserta didik juga akan terlihat siapa yang kemampuannya lebih unggul dan
lambat.
SMA Trensains Tebuireng dianggap berhasil karena adanya faktor pendukung yang akan
mempermudah pelaksanaan SKS dengan baik dengan segala kesiapannya baik dari sarana prasarana,
fasilitas maupun pelayanannya. Dengan adanya beberapa faktor penghambat SMA Trensains
diharapkan dapat terus melangkah ke depan agar SMA Trensains menjadi sekolah yang unggulan,
modern serta memiliki kemampuan agama dan sains yang terbaik dengan salah satu keunggulannya
menggunakan Sistem Kredit semester (SKS).

Kata kunci : Implementasi dan Sistem Kredit Semester

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN MODIFIKASI GRAFEN OKSIDA


SEBAGAI KATALISATOR UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI
FUEL CELL
Alkautsar Marufika Iswandhani1)
Nindya Pratiwi Putri2)
Nada Hidayatus Sangadah 3)
1,2,3)
Santri SMA TRENSAINS TEBUIRENG
ABSTRAK
Secara umum, banyak negara termasuk Indonesia mengalami tiga masalah
terkait energi, yaitu ketersediaan energi, energi dan pengamanannya, serta energi
dan lingkungan. Lebih dari 80 % energi dunia disediakan dari bahan bakar fosil
(Mikrajudin,2007). Bahan bakar fosil memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya kurang efisien serta menimbulkan polusi udara. Pembakaran bahan
bakar fosil menghasilkan karbon monoksida (CO) dan karbondioksida (CO 2) yang
berbahaya (www.alpensteel.com/article/energifuelcel). Pencarian sumber energi
yang relatif bersih, dan terbarukan menjadi sebuah tantangan yang dihadapi
kalangan ilmuwan, dan diharapkan dapat mengurangi konsumsi nasional.
Salah satu gagasan untuk menjawab tantangan tersebut adalah
nanoteknologi. Riset nanoteknologi telah banyak diinisiasi untuk pemecahan
masalah energi Indonesia. Salah satu tema yang mengemuka adalah katalis
selektifitas tinggi untuk bahan bakar (manufaktur) efisien energi dan bersih
(Mikrajudin, 2007). Joni, 2014, memaparkan bahwa implementasi teknologi nano
dapat meningkatkan atau membuat kinerja sebuah alat menjadi lebih optimal.
(www.unpad.ac.id/profil/Dr.-Eng.-I-Made-Joni)
Sintesis grafen oksida dilakukan melalui metode Improve Graphene
Oxide (IGO). Proses modifikasi dilakukan dengan menambahkan nanopartikel
logam, khususnya Fe dan Co dengan tingkat p.a. Karakterisasi struktur nano target
dilakukan dengan XRD, SEM, dan FTIR (Baihaqi, 2015). Proses sintesis ini akan
dihasilkan karakter katalis yang lebih optimal dalam sel bahan bakar (fuel cell),
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi tingkat emisi
gas polutan seperti CO2 dari bahan bakar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif baru dalam pembuatan katalis fuel cell, serta menjadi
pembuka penelitian dan riset lebih lanjut tentang katalis selektifitas tinggi untuk
bahan bakar efiesien energi dan bersih.
Kata kunci
: grafen, nanoteknologi, katalis selektifitas tinggi

KONVERSI SAMPAH SISA MAKANAN DI LINGKUNGAN PONDOK &


SEKOLAH ASRAMA (Boarding School) SEBAGAI BAHAN PEMBANGKIT LISTRIK
PORTABEL BERBASIS BIOGAS
Oleh:
Rizqa Mafrida Ziyanatikal Khusna1)
Dinar Rosalia2)
Nida Aulia Widar Putri3)
1,2,3)
Santri SMA Trensains Tebuireng Jombang
ABSTRAK
Sistem pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil
sebagai sumber panas yang dikonversikan menjadi energi listrik(Latiefah, 2014). Penggunaan
bahan bakar fosil yang tidak efisien berdampak pada polusi dan dapat mengakibatkan
kelangkaan bahan bakar. Oleh karena itu inovasi penggunaan bahan bakar yang efisien
menjadi sesuatu yang sangat penting. Untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dapat
dilakukan dengandua cara, yaitu dengan meningkatkan kualitas/ performansi mesin, atau
modifikasi bahan bakar agar lebih ramah lingkungan, yang ditandai dengan rendahnya emisi
karbon. Salah satu alternatif terbaik adalah biogas.
Biogas merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik yang direndam dalam
air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa O2)(Setiawan, 2005
dalam Latiefah, 2014).Sedangkan yang kita ketahui di pondok pesantren rata-rata
mengasilkan sampah organik sisa makanan dengan jumlah yang beragam, namun sampah
yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal. Sampah organik yang sudah
terdekomposisi akan menghasilkan gas CH4,CO2,N2,H2,H2S,O2.Akan tetapi gas metana yang
mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan karena memberikan kontribusi besar
terhadap peningkatan gas rumah kaca. Dampak negatif ini dapat dikurangi dengan
memanfaatkan sampah organik yang telah difermentasi menjadi biogas. Energi biogas yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar,dan selanjutnya dikonversi menjadi listrik.
Pada umumnya produksi biogas dilakukan melalui proses fermentasi dari sampah
organik secara anaerobik menjadi gas CH4, dan CO2. Proses fermentasi biasanya
membutuhkan waktu 4-5 hari. Pembuatan biogas diawali dengan pembuatan digester.
Sampah organik sisa makanan menjadi bahan utama pengisi digester. Menurut penelitian
yang pernah dilakukan, bahwa 1 kg gas metana setara dengan 6,13 x 10 7J, sedangkan 1 kWh
setara dengan 3,6 x 107 J. Massa jenis gas metana 0,656 kg/m 3. Sehingga 1 m3 gas metana
manghasilkan energi listrik sebesar +11,17 kWh(Lathifah, 2014).Berdasarkan sampel yang
telah diambil, sampah yang diproduksi oleh salah satu pondok pesantren di Jombang
mencapai 20-30 kg/hari. Berdasarkan kalkulasi yang diperkirakan, sampah 20-30 kg/hari
dapat dihasilkan menghasilkanlistrik dengan estimasi sebesar+25,35 kWh/bulan.
Kata kunci: sampah organik, biogas, fermentasi, listrik.

You might also like