Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Omi Shobrina
Febianti Wulansari
Galuh Septiani
Hesti Kurniasari
Ica Nur Hidayati
Ismi Nurul Insani
Khalimatus Sadiyah
(8933171488)
(8933171426)
(8933171428)
(8933171430)
(8933171432)
(8933171434)
(8933171436)
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Latar belakang.................................................................................. 1
B.
Tujuan............................................................................................ 2
1.
Tujuan Umum................................................................................ 2
2.
Tujuan Khusus............................................................................... 2
BAB II..................................................................................................... 3
KONSEP DASAR....................................................................................... 3
A.
Definisi.......................................................................................... 3
B.
Etiologi.......................................................................................... 3
C.
Patofisiologis (Pathways)....................................................................5
D.
Manifestasi Klinik............................................................................. 7
E.
Pemeriksaan Penunjang.......................................................................7
F.
Penatalaksanaan................................................................................ 8
BAB III.................................................................................................. 10
KONSEP DASAR KEPERAWATAN..............................................................10
A.
Pengkajian..................................................................................... 10
B.
Diagnose keperawatan......................................................................13
C.
Intervensi...................................................................................... 14
D.
Implementasi.................................................................................. 16
E.
Evaluasi........................................................................................ 17
BAB IV.................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................... 18
A.
Kesimpulan................................................................................... 18
B.
Saran........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
KATA PENGANTAR
10 Maret 2014
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 810% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo,
2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80%
kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%)
biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan
(12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah
dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak
35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10%
dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70%
kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya
pada masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya
pada masa kehamilan, seperti :
a.Definisi ketuban pecah dini
b.
Etiologi ketuban pecah dni
c.Patofisiologis
d.
Manifestasi klinik
e.Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g.
Asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya
membran ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban
pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses
infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion
(Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi(Mochtar,
2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI
RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi
(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang,
sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).
C. Patofisiologis (Pathways)
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersamasama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
2.
3.
4.
5.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)
F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
HAMIL PREMATUR
Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin
Kortikosteroid
HAMIL ATERM
KELAINAN OBSTETRI
Distres janin
- Letak sunsang
Letak lintang
- CPD
Bed obtetic hyst
Infertilitas
Grandemultipara
Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif
-
SEKSIO SESAREA
LETAK KEPALA
INDIKASI INDUKSI
Infeksi
Waktu
GAGAL
Reaksi uterus tidak ada
Kelainan letkep
Fase laten dan aktif dan memanjang
Distres janin
Ruptur uteri imminens
Ternyata CPD
BERHASIL
Persalinan
pervaginal
(Manuaba, 2009)
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dokumentasi
pengkajian
merupakan
catatan
hasil
pengkajian
yang
Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
3.
10
11
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
(Ibrahim christina, 1993: 50)
B. Diagnose keperawatan
1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan
premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi
lahir premature.
(NANDA, 2012)
C. Intervensi
No.
Diagnosa
Keperawatan
12
Intervensi
Rasional
1.
Risiko infeksi
Setelah dilakukan
1.
berhubungan
tindakan keperawatan
dengan
ketuban pecah
keadaan umum
dini
menunjukan tanda-tanda
pasien
2.
3.
hasil :
mengetahui
Pantau
tanda-tanda
Bina
hubungan saling
percaya melalui
1. Tanda-tanda infeksi
komunikasi
terapeutik
4.
lingkungan yang
dari pervaginaan.
3. DJJ normal
4. Leukosit kembali
normal
5. Suhu tubuh normal
Berikan
nyaman untuk
pasien
5.
Kolaborasi
dengan dokter
(36,5-37,5C)
untuk
infeksi yang
muncul
2. Untuk melihat
perkembangan
kesehatan pasien
3. Untuk
memudahkan
perawat
melakukan
tindakan
4. Agar istirahat
pasien terpenuhi
5. Untuk proses
penyembuhan
pasien
memberikan
obat antiseptik
2.
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
berhubungan
dengan
ketegangan
otot rahim
sesuai terapi
1.
Kali tanda- 1. Untuk
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
tanda Vital
mengetahui
pasien
keadaan umum
nyeri (1-10)
3.
Ajarkan
pasien teknik
1. Tanda-tanda vital
dalam batas normal.
Kaji skala
relaksasi
4.
Atur posisi
TD:120/80 mm Hg
pasien
N: 60-120 X/ menit.
2. Pasien tampak tenang 5.
Berikan
dan rileks
lingkungan
yang nyaman
13
pasien
2. Untuk
mengetahui
derajat nyeri
pasien dan
menentukan
tindakan yang
akan dilakukan
3. Untuk
mengurangi nyeri
3. Pasien mengatakan
dan batasi
pengunjung
berkurang
yang dirasakan
pasien
4. Untuk
memberikan rasa
nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan pasien
3.
Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
pengakuan
persalinan
premature
Setelah dilakukan
dapat beristirahat
1. Untuk
tindakan keperawatan
tahu tentang
mengetahui
tanda-tanda dan
tentang
harapkan pasien
gejala normal
pemahaman
memahami pengetahuan
selama
pasien untuk
tentang penyakitnya
dengan criteria hasil :
kehamilan
2. Ajarkan tentang
apa yang harus
tindakan
selanjutnya
2. Mencegah
dilakukan jika
terjadinya hal-hal
bingung lagi
2.Pengetahuan Pasien
tanda KPD
yang tidak
muncul kembali
dan keluarga dapat 3. Libatkan
bertambah
keluarga agar
memantau
kondisi pasien
diinginkan terjadi
yang bisa
membahayakan
ibu-janin
3. Untuk membantu
merencanakan
tindakan
4.
Ansietas
berhubungan
dengan
persalinan
premature dan
neonatus
berpotensi
lahir
Setelah dilakukan
1.
Kaji
berikutnya
1. Mengetahui
tindakan keperawatan
tingkat
tingkatan
kecemasan
kecemasan yang
pasien
2.
Dorong
pasien untuk
dialami pasien
2. Untuk
mempercepat
proses
14
premature
istirahat total
3.
mengetahui tentang
Berikan
penyembuhan
3. Untuk
suasana yang
penyakit
tenang dan
memberikan rasa
nyaman dan
menurunkan
ajarkan
keluarga untuk
kecemasan pasien
memberikan
dukungan
emosional
pasien.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.
Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah
rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan
nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci
sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat,
2002.
E. Evaluasi
Evaluasi
menyediakan
adalah
nilai
tahapan
informasi
akhir
dari
mengenai
15
proses
pengaruh
keperawatan.
intervensi
Evaluasi
yang
telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat, 2002).
Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan
keberhasilan
atau
ketidakberhasilan.
Rekapitulasi
dan
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai
perkiraan
kelahiran
janin
premature
serta
risiko
tambahan
17
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko
Tinggi. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius
Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Material & Neonatal. Jakarta : EGC.
Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.
Jakarta:Salemba Medika
International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 20122014.Jakarta:EGC
18