You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS I

PADA PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Omi Shobrina
Febianti Wulansari
Galuh Septiani
Hesti Kurniasari
Ica Nur Hidayati
Ismi Nurul Insani
Khalimatus Sadiyah

(8933171488)
(8933171426)
(8933171428)
(8933171430)
(8933171432)
(8933171434)
(8933171436)

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


SEMARANG
2014
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... iii


BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.

Latar belakang.................................................................................. 1

B.

Tujuan............................................................................................ 2
1.

Tujuan Umum................................................................................ 2

2.

Tujuan Khusus............................................................................... 2

BAB II..................................................................................................... 3
KONSEP DASAR....................................................................................... 3
A.

Definisi.......................................................................................... 3

B.

Etiologi.......................................................................................... 3

C.

Patofisiologis (Pathways)....................................................................5

D.

Manifestasi Klinik............................................................................. 7

E.

Pemeriksaan Penunjang.......................................................................7

F.

Penatalaksanaan................................................................................ 8

BAB III.................................................................................................. 10
KONSEP DASAR KEPERAWATAN..............................................................10
A.

Pengkajian..................................................................................... 10

B.

Diagnose keperawatan......................................................................13

C.

Intervensi...................................................................................... 14

D.

Implementasi.................................................................................. 16

E.

Evaluasi........................................................................................ 17

BAB IV.................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................... 18
A.

Kesimpulan................................................................................... 18

B.

Saran........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirrabbilalamin kami panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan nikmat jasmani dan rohani kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Maternitas 1 yang berjudul Asuhan
Keperawatan Ketuban Pecah Dini . Makalah ini bertujuan untuk membantu dan
menjelaskan tentang ketuban pecah dini pada masa kehamilan.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam pengetikan kata maupun muatan materi. Oleh
karena itu, kami sangat berharap masukan berupa kritik dan saran dari dosen
pembimbing agar makalah ini menjadi lebih baik.

10 Maret 2014
Penyusun,

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 810% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo,
2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80%
kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%)
biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan
(12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah
dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak
35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10%
dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70%
kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya
pada masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya
pada masa kehamilan, seperti :
a.Definisi ketuban pecah dini
b.
Etiologi ketuban pecah dni
c.Patofisiologis
d.
Manifestasi klinik
e.Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g.
Asuhan keperawatan

BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya
membran ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban
pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses
infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion korion
(Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi(Mochtar,
2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas

ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI
RSCM (2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi
(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang,
sunsang, atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).

C. Patofisiologis (Pathways)
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersamasama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
2.
3.
4.
5.

kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.


Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
Janin mudah diraba
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.

Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan
bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine
tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
(Manuaba, 1998)

Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat


dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:

1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru


sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Ketuban Pecah Dini


Masuk Rumah Sakit :
-Antibiotik
-Batasi pemeriksaan dalam
-Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
-Observasi tanda infeksi dan distres janin
-Bidan merujuk ke RS/puskesmas

HAMIL PREMATUR
Observasi:
- Suhu rektal
- Distres janin
Kortikosteroid

HAMIL ATERM

KELAINAN OBSTETRI
Distres janin
- Letak sunsang
Letak lintang
- CPD
Bed obtetic hyst
Infertilitas
Grandemultipara
Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif
-

SEKSIO SESAREA

LETAK KEPALA
INDIKASI INDUKSI
Infeksi
Waktu

GAGAL
Reaksi uterus tidak ada
Kelainan letkep
Fase laten dan aktif dan memanjang
Distres janin
Ruptur uteri imminens
Ternyata CPD

BERHASIL

Persalinan
pervaginal

(Manuaba, 2009)

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Dokumentasi

pengkajian

merupakan

catatan

hasil

pengkajian

yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar


tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat, 2000 ).
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.
2.

Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,


TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya,
berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.
( Depkes RI, 1993:66)

3.

Pola-pola fungsi kesehatan


a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya

10

i. Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah
partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.

11

i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi
cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
(Ibrahim christina, 1993: 50)

B. Diagnose keperawatan
1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan
premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus berpotensi
lahir premature.
(NANDA, 2012)

C. Intervensi
No.

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil

12

Intervensi

Rasional

1.

Risiko infeksi

Setelah dilakukan

1.

berhubungan

tindakan keperawatan

dengan

selama 324 jam

ketuban pecah

diharapkan pasien tidak

keadaan umum

dini

menunjukan tanda-tanda

pasien

2.

infeksi dengan kriteria

3.

hasil :

Kaji tanda- 1. Untuk


tanda infeksi

mengetahui

Pantau

tanda-tanda

Bina
hubungan saling
percaya melalui

1. Tanda-tanda infeksi

komunikasi

tidak tidak ada.


2. Tidak ada lagi cairan
ketuban yang keluar

terapeutik
4.

lingkungan yang

dari pervaginaan.
3. DJJ normal
4. Leukosit kembali
normal
5. Suhu tubuh normal

Berikan
nyaman untuk
pasien

5.

Kolaborasi
dengan dokter

(36,5-37,5C)

untuk

infeksi yang
muncul
2. Untuk melihat
perkembangan
kesehatan pasien
3. Untuk
memudahkan
perawat
melakukan
tindakan
4. Agar istirahat
pasien terpenuhi
5. Untuk proses
penyembuhan
pasien

memberikan
obat antiseptik
2.

Gangguan rasa
nyaman: nyeri
berhubungan
dengan
ketegangan
otot rahim

sesuai terapi
1.
Kali tanda- 1. Untuk

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan

tanda Vital

mengetahui

selama 324 jam di

pasien

keadaan umum

harapkan nyeri berkurang 2.


atau nyeri hilang dengan
kriteria hasil :

nyeri (1-10)
3.

Ajarkan
pasien teknik

1. Tanda-tanda vital
dalam batas normal.

Kaji skala

relaksasi
4.

Atur posisi

TD:120/80 mm Hg
pasien
N: 60-120 X/ menit.
2. Pasien tampak tenang 5.
Berikan
dan rileks

lingkungan
yang nyaman
13

pasien
2. Untuk
mengetahui
derajat nyeri
pasien dan
menentukan
tindakan yang
akan dilakukan
3. Untuk
mengurangi nyeri

3. Pasien mengatakan

dan batasi

nyeri pada perut

pengunjung

berkurang

yang dirasakan
pasien
4. Untuk
memberikan rasa
nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan pasien

3.

Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
pengakuan
persalinan
premature

Setelah dilakukan

1. Kaji apa pasien

dapat beristirahat
1. Untuk

tindakan keperawatan

tahu tentang

mengetahui

selama 324 jam di

tanda-tanda dan

tentang

harapkan pasien

gejala normal

pemahaman

memahami pengetahuan

selama

pasien untuk

tentang penyakitnya
dengan criteria hasil :

kehamilan
2. Ajarkan tentang
apa yang harus

tindakan
selanjutnya
2. Mencegah

1.Pasien terlihat tidak

dilakukan jika

terjadinya hal-hal

bingung lagi
2.Pengetahuan Pasien

tanda KPD

yang tidak

muncul kembali
dan keluarga dapat 3. Libatkan
bertambah

keluarga agar
memantau
kondisi pasien

diinginkan terjadi
yang bisa
membahayakan
ibu-janin
3. Untuk membantu
merencanakan
tindakan

4.

Ansietas
berhubungan
dengan
persalinan
premature dan
neonatus
berpotensi
lahir

Setelah dilakukan

1.

Kaji

berikutnya
1. Mengetahui

tindakan keperawatan

tingkat

tingkatan

selama 324 jam di

kecemasan

kecemasan yang

harapkan ansietas pasien

pasien

teratasi dengan kriteria


hasil :

2.

Dorong
pasien untuk

dialami pasien
2. Untuk
mempercepat
proses

14

premature

1. Pasien tidak cemas lagi


2. Pasien sudah

istirahat total
3.

mengetahui tentang

Berikan

penyembuhan
3. Untuk

suasana yang

penyakit

tenang dan

memberikan rasa
nyaman dan
menurunkan

ajarkan
keluarga untuk

kecemasan pasien

memberikan
dukungan
emosional
pasien.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.
Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah
rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan
nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci
sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat,
2002.

E. Evaluasi
Evaluasi
menyediakan

adalah
nilai

tahapan

informasi

akhir

dari

mengenai

15

proses

pengaruh

keperawatan.
intervensi

Evaluasi

yang

telah

direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan(Hidayat, 2002).
Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan

keberhasilan

atau

ketidakberhasilan.

Rekapitulasi

dan

kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang


ditetapkan.

16

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.

B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai

perkiraan

kelahiran

janin

premature

serta

risiko

tambahan

korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode


tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita
dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting
untuk kelanjutan kehamilan.

17

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko
Tinggi. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius
Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Material & Neonatal. Jakarta : EGC.
Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.
Jakarta:Salemba Medika
International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 20122014.Jakarta:EGC

18

You might also like