Professional Documents
Culture Documents
cover
LAPORAN AKHIR
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM:
PEMANFAATAN KULIT BUAH SENTUL (Sandoricum Koetjape Merr)
SEBAGAI BAHAN PENGAWET PADA PRODUK HASIL PERTANIAN
BIDANG KEGIATAN:
Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian
(PKM P)
Diusulkan oleh :
Abdul Azis
Siti Muliyati
Yuliana Noor Wahyuni
Akbar Nugroho
Tri Dewi Sulfa
12.03.3.1.1.00077
12.03.3.1.1.00011
12.03.3.1.1.00055
12.03.3.1.1.00073
13.03.3.1.1.00038
2012
2012
2012
2012
2013
DAFTAR ISI
Halaman
COVER....................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR............................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
RINGKASAN........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
LATAR BELAKANG........................................................................................1
RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
TUJUAN.............................................................................................................2
LUARAN YANG DIHARAPKAN....................................................................2
KEGUNAAN......................................................................................................2
Bahan Pengawet.................................................................................................3
Sentul...................................................................................................................3
Kandungan Kimia Tumbuhan sentul...............................................................3
Aktifitas antibakterium.....................................................................................4
Pelarut.................................................................................................................4
Metode Pengujian..............................................................................................5
Uji Daya Antimikrobia..................................................................................5
Daya Simpan...................................................................................................5
Diagram alir pembuatan bahan pengawet pada buah sentul........................6
BAB 4 HASIL YANG DICAPAI...........................................................................7
Penentuan jenis pelarut.....................................................................................7
Uji antibakterium...............................................................................................7
Uji daya simpan..................................................................................................9
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................17
Kesimpulan...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram AlirPenelitian ....
DAFTAR TABEL
1
Tabel 4.4. hasil perbandingan rerata pada setiap perlakuan . 2
1
5
RINGKASAN
Buah sentul adalah salah satu buah yang memiliki banyak khasiat mulai
dari daun hingga akarnya,salah satu kulit buah sentul mempunyai kandungan
aktifitas antibakteri. Hasil pengolahan pangan pertanian memiliki daya simpan
yang tidak bertahan lama, dengan demikian untuk menanggulangi masalah
tersebut perlu adanya tambahan bahan pengawet,sering kita temui bahan makanan
saat ini banyak yang menggunakan bahan pengawet kimia yang memiliki dampak
yang kurang baik seperti formalin,boraks dan lain sebagainya,dengan kandungan
buah sentul yang memiliki kandungan antibakteri maka buah tersebut dapat
dijadikan sebagai pengawet alami. Tujuan dari penelitian ini adalah Dapat
mengetahui jenis pelarut yang paling cocok digunakan untuk bahan pengawet dari
ekstrak kulit sentul.Mengetahui kandungan kimia pada ekstrak kulit
sentul.Mengetahui aplikasi yang digunakan untuk ekstrak kulit sentul terhadap
bahan makanan.Metode pengujian menggunakan uji daya antimikrobia dan uji
daya simpan. Dapat di simpulkan bahwa jenis pelarut yang cocok untuk ekstraksi
kulit buah sentul adalah kloroform, aplikasi pada makanan tahu, tekstur memiliki
nilai lebih tinggi dari pada di awal, baik pada ulangan pertama maupun
kedua.Warna memiliki nilai rata - rata untuk kecerahan 49,0, untuk a +11,2 dan
untuk b +16,9, aroma masih bau tahu meski dalam waktu 3 hari.
Kata Kunci :buah sentul, pengawet, uji daya antimikrobia dan uji daya simpan.
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Produk hasil pengolahan pertanian seperti yang kita ketahui tidak dapat
berumur panjang atau mudah rusak, suhu atau kelembaban tempat penyimpanan,
benturan fisik pada saat pemindahan dan kerusakan mekanik adanya
mikroorganisme yang tumbuh. Dengan demikian untuk mempertahankan produk
hasil olahan dengan beberapa cara diantaranya penggunaan suhu rendah,
pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet kimia.
Proses pengawetan dilakukan untuk memperpanjang daya simpan suatu
produk pertanian,banyak sekali cara untuk pengawetan seperti proses pengeringan
yaitu pengurangan kadar air, penanganan aseptis dengan suhu rendah,fermentasi
dan menggunakan pengawet kimia.
Sering kita jumpai saat ini banyak sekali bahan pangan yang menggunakan
pengawet kimia, apabila terlalu banyak dikonsumsi akan menimbulkan efek
samping yang tidak baik bagi kesehatan. Upaya pengawetan perlu dilakukan agar
pangan aman dan layak dikonsumsi.Pengawetan dilakukan dengan pendinginan,
penambahan zat kimia, iradiasi, dll.Usaha pengawetan diatur oleh undang undang yaitu SK Menkes RI No. 722 tahun 1988 yang menegaskan bahwa
pengawetan makanan diperbolehkan asal memenuhi peraturan yang ditetapkan.
Pada peraturan tersebut juga dinyatakan bahwa penggunaan formalin di dalam
makanan dilarang karena pertimbangan faktor keamanan dan kesehatan konsumen
(Depkes -RI, 2006)tambah dengan penggunaan formalin atau boraks yang banyak
pada makanan oleh karena itu dibutuhkan bahan pengawet alami.
Mengingat bahaya akan formalin maka perlu adanya usaha untuk
menciptakan pengawet dari bahan alami. Dari beberapa penelitian banyak sekali
rempah rempah dan tumbuhan yang memiliki aktivitas antibakteri,seperti buah
kecapi. Berdasarkan penelitian yang diakukan oleh (Lowysa, 2009) Skrining
fitokimia dan uji aktivitas antibakteri dari kulit buah sentul (Sandoricum Koetjape
(Burm. f.)Merr) terhadap beberapa bakteri secara in vitro menunjukkan Hasil
skrining fitokimia serbuk simplisia kulit buah sentul mengandung alkaloida,
flavonoida, saponin, tanin, glikosida, glikosida antrakinon dan steroida /
triterpenoida.Dari golongan senyawa ini, flavonoida, saponin dan tanin memiliki
gugus hidroksil aromatis yang bersifat sebagai antibakteri.
Penelitian ini dikaji agar menciptakan bahan pengawet alami yang aman
bagi kesehatan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Apakah jenis pelarut yang paling cocok digunakan untuk ekstrak kulit sentul?
2. Bagaimana kandungan kimia ekstrak kulit sentul ?
3. Bagaimana aplikasi ekstrak kulit sentul terhadap bahan makanan ?
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui jenis pelarut yang paling cocok digunakan untuk bahan
pengawet dari ekstrak kulit sentul.
2. Mengetahui kandungan kimia pada ekstrak kulit sentul.
2
Akar dan daun tumbuhan kecapi berkhasiat sebagai obat keputihan dan
obat mulas, daunnya digunakan untuk obat batuk.Selanjutnya tumbuhan kecapi
juga digunakan untuk mengobati sakit mata dan obat panas (Tinggen, 2000).
Masyarakat tradisional Malaysia menggunakan ekstrak kulit batang kecapi untuk
pemulihan tenaga setelah melahirkan (Nassar et al.,2010). Beberapa penelitian
tentang fitokimia dan sifat farmakologis dari tumbuhan kecapi telah dilaporkan.
Berbagai senyawa bioaktif telah diisolasi dari buah, biji, daun dan kulit batang
tumbuhan kecapi, diantaranya sebagai anti-feedant (Powell et al., 1991), antiinflamasi (Rasadah et al., 2004) dan baru-baru ini Nassar et al.(2011) melaporkan
bahwa tumbuhan kecapi menunjukkan aktivitas sebagai anti angiogenik yang
sangat penting dalam terapi kanker.
Kandungan Kimia Tumbuhan sentul
Daun, batang, dan akar Sandoricum koetjape mengandung saponin,
flavonoida dan polifenol (Hutapea, 1994).
Aktifitas antibakterium
Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk
kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya,
yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang
mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat 8
pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis
protein, dan antib akteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas
antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan aktivitas bakterisidal (dapat
membunuh patogen dalam kisaran luas) (Brooksdkk., 2005).
Salah satu masalah global yang sedang dihadapi adalah resistensi bakteri
terhadap antibiotik baik pada negara berkembang maupun negara maju oleh
karena itu dibutuhkan beberapa tindakan untuk mengurangi masalah ini. Upayaupaya yang telah dilakukan diantaranya adalah mengontrol penggunaan antibiotik,
mengembangkan penelitian untuk lebih mengerti tentang mekanisme resistensi
secara genetik dan penemuan obat baru baik sintetik maupun yang berasal dari
alam.( Karadi R., 2011)
Pelarut
Dalam pemilihan jenis pelarut faktor yang perlu diperhatikan antara lain
adalah daya melarutkan oleoresin, titik didih, sifat racun, mudah tidaknya terbakar
dan pengaruh terhadap alat peralatan ekstraksi (Gamse, 2002).
Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan
harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005):
1. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.
2. kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
3. perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar.
4. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.
5. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.
6. tidak merusak alat secara korosi.
7. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.
kertas saring. Semakin jauh maka semakin kuat daya antimikrobia. Kemudian
dibandingkan antara (1)aquades (2)etanol (3) kloroform yang paling baik sebagai
pelarut kulit buah sentul.
Daya Simpan
Uji daya simpan ini bertujuan untuk menganalisa daya hambat yang di
hasilkan dalam kurun waktu tertentu.Selama pengujian daya simpan ini, di
perhitungkan pula terkait warna dan testur. Untuk warna dilakukan pengujian
dengan color reader sedangkan untuk tekstur menggunakan texture analyzer,
selain itu juga terdapat pengujian organoleptik terkait warna dan aroma.
Uji antibakterium
ditetesi 0,5 ml suspensi
bakteri
20 ml media agar
Mengambil pelarut terbaik
antara pelarut aquades dan
etanol 70% dan kloroform.
Penanaman ekstrak sentul
kedua pelarut (kloroform dan aquades) akan di uji sensoris pada bahan bahan
hasil olahan pertanian seperti : tahu, mie, bakso dan lain lain.
Uji antibakterium
Sesuai metode yang telah ditentukan, pengujian anti bacterium
menggunakan metode RSM dengan 3 sampel dan 3 perlakuan. Tahapan
pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Membuat konsentrasi ekstrak kulit buah sentul dengan kepekatan 50%, 75%
dan 100%.
50 %
75 %
100 %
d=2 mm
100 %
50 %
h. Menginkubasi media dengan suhu 37o selama 24 jam.
Hasil dari uji antibakterium ini disajikan gambar dan table berikut:
Gambar 4.1. hasil Uji Antibakterium yang ditanam pada media agar
No
1
2
3
Konsentrasi
Hasil
(%)
50
75
100
10
4
5
6
7
8
9
Pelarut alcohol
50
0
Pelarut alcohol
75
0
Pelarut alcohol
100
0
Pelarut aquades
50
0
Pelarut aquades
75
0
Pelarut aquades
100
0
Dari table diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis pelarut yang
terbaik adalah jenis pelarut kloroform dengan zona hambat 12 mm, 15 mm dan 23
mm.
Uji daya simpan
Uji daya simpan disini dilakukan untuk mengukur daya antibakterium
yang terdapat pada kecapi saat diaplikasikan terhadap makanan. Dalam uji daya
simpan ini dilakukan dengan :
a. Menyiapkan produk berupa tahu.
b. Memotong-motong tahu dengan ukuran panjang 2 cm, lebar 4 cm dan tinggi
10,4 cm sebanyak 18 buah.
c. Membuat larutan dengan konsentrasi 0%, 5% dan 10%.
d. Menaruh tahu pada masing-masing konsentrasi.
e. Melakukan pengamatan dengan hari ke - 0 , hari ke 1 dan ke 2, dengan 2
perlakuan pada masing-masing konsetrasi.
f. Mengamati bahan secara texture, warna dan aroma.
Hasil dari pengamatan yang dilakukan pada masing-masing sisi
pengamatan (texture, warna dan aroma) adalah sebagai beraikut:
1. Tekstur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan alat Texture analyzer yang
dibantu oleh Laboran. Hal yang diamati disni difokuskan pada tingkat
kekerasan pada masing-masing bahan dengan konsentrasi tertentu mulai dari
hari ke 0, hari ke 1 dan hari ke 2. Data hasil pengamatan disajikan pada
tabel berikut :
10
11
11
12
1450
1400
1350
1300
1250
1200
1150
1100
1050
I
II
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1
2
II
12
13
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
I
II
13
14
14
15
15
16
ulangan kedua. Penguatan warna yang tinggi disebabkan adanya penyerapan tahu
terhadap larutan serta warna larutan sendiri yang memang berwarna orange.
Untuk warna kekuningan/kebiruan (b) untuk kontrol terjadi penguran
pada setiap perlakuan dari 17,6 menjadi 13,1 untuk ulangan pertama dan dari 17,0
menjadi 13,2 untuk ulangan kedua. Untuk perlakuan dengan konsentrasi 5% untuk
ulangan pertama mengalami penguatan dari 9,3 menjadi 16,4, hal ini disebabkan
teksture tahu sendiri sehingga penyerapan terhadap larutan tinggi. Untuk ulangan
kedua mengalami penurunan dari 18,9 menjadi 17,2. Sedangkan untuk perlakuan
dengan konsentrasi 10% hampir sam dengan yang terjadi pada ulangan pertama
dengan konsentrasi 5%, juga mengalami penguatan namun tidak terlalu signifikan
yakni dari 18,2 menjadi 18,8. Serta untuk ulangan kedua mengalami penurunan
dari 21,8 menjadi 20,4, hal demikian terjadi disebabkan jenis teksture dari tahu
yang dijadikan bahan pengaplikasian tidak sama.
Hasil perbandingan rerata pada masing-masing perlakuan dari hari ke
0, hari ke 1 dan hari ke 2 dapat dilihat pada tabel berikut :
Hari
warna
L
a+
b+
Ke Kontrol
52,9 8,7 17,3
0
5%
52,2 12,8 14,1
10%
51,6 9,2 20,0
Kontrol
52 9,05 16,2
1
5%
51,2 15,4 15
10%
49,9 10,5 19,8
Kontrol
47,3 10,5 13,2
2
5%
42,8 11,7 16,8
10%
41,6 13,3 19,6
Tabel 4.4. hasil perbandingan rerata pada setiap perlakuan
konsentrasi
3. Aroma
Dalam pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan indra
penciuman. Hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat di tabel berikut :
1
da
n2
Kontrol
5%
10%
16
17
Kontrol
5%
10%
I
Kontrol
5%
2
10%
Kontrol
1
5%
10%
II
Kontrol
2
5%
10%
17
18
BAB 5 PENUTUP
Kesimpulan
Jenis pelarut yang cocok untuk ekstraksi kulit buah sentul adalah kloroform
Aplikasi pada makanan tahu
Tekstur memiliki nilai lebih tinggi dari pada di awal, baik pada ulangan
pertama maupun kedua.
Warna memiliki nilai rerata untuk Kecerahan 49,0, untuk a +11,2 dan untuk b
+16,9
Aroma masih bau tahu meski dalam waktu 3 hari
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, S.A dan Atkinson, S.a, (2003), Calcium, magnesium, phosporus and
vitamin D fortification of comlementary foods, The Journal of
Nutrition133 (9):S2994-S2999.
Brooks, G. F., J. S. Butel dan S. A. Morse. 2005. Medical Microbiology .Mc Graw
Hill, New York.
Davletshina, T.A., Shul:gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. dan
Pivnentoko, T.N., (2003), Inhibitory Effect of an Antimicrobial
Preparation from Lipids Of Marine Fishes on Tissue and Microbial
Enzimes, Applied Biochemistry and Microbiology, 39 ( 6 ): 596-598.
Endrikat, S., Gallagher, G., Pouillot, R. G., Quesenberry, H.H., Labarre, D.,
Schroeder, C.M., dan Kause, J., (2010), A Comparative Risk Assesment
for Listeria monocytogenes in Prepackaged versus Retail - Sliced Deli
Meat, Journal of Food Protection, 73 ( 4 ): 612-619.
Giatrakou, V., Ntzmani, A., dan Savvaidis, I.N., (2010), Combined ChitosanThyme Treatments with Modified Atmosphere Packaging on a Ready-tocook Poultry Product, Journal of Food Protection, 73(4):663-669.
Gamse, T., (2002), Liquid-Liquid Extraction and Solid-Liquid Extraction,
Institute of ThermalProcess and Environmental Engineering, Graz
University of Technology, hal.2-24.
Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T. 2007.Pengaruh Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L.)Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Universitas Erlangga.
Hutapea, R.,J. (1994). inventarisTanaman obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: Badan
Penelitian dan pengembangan Kesehatan. Hal. 245 246.
Karadi R. V, Arpan Shah, Pranav Parekh dan Parvez Azmi.Antimicrobial
Activities of Musa paradisiaca and Cocos nucifera. International Journal
of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences.vol 2: 264267.2011 URL:www.ijrpbsonline.com/files/032.pdf
19
20
Martunus & Helwani, Z.2004.Ekstraksi Senyawa Aro-matis dari Heavy Gas Oil
(HGO) dengan Pelarut Di-etilen Glikol (DEG). J. Si. Tek.3[2]: 46-50.
Martunus & Helwani, Z.2005.Ekstraksi Senyawa Aro-matis dari Heavy Gas Oil
(HGO) dengan PelarutTrietilen Glikol (TEG). J. Si. Tek.4[2]: 34-37.
Nassar, Zeyad.,Abdalrahim, Amin M.S. 2010. The Pharmacological Properties of
terpenoid from Sandoricum Koetjape. Journal Medcentral.hal 1-11.
Pratiwi, I. 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indicaterhadap
Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium.Skripsi.
Jurusan Biologi FMIPA UNS, Surakarta..
Purwani, E., Retnaningtyas, Dyah Widowati. 2008. Pengembangan Pengawet
Alami dari Ekstrak Lengkuas, Kunyit, dan Jahe pada Daging dan Ikan
Segar.Laporan penelitian Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rodrguez-Martin, A., Acosta, R., Liddell, S., Nez, F., Benito, M.J., dan
Asensio, M.A., (2010), Characterization of the novel antifungal
chitosanase pgChP and the encoding gene from Penicillium chrysogenm,
Appl Microbiol Biotechnol 88: 519-528.
Sanjaya, I. M. A., 2002, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Atsiri Yang Memiliki
Aktivitas Antibakteri Pada Daun Tenggulun (Protium javanicum Burm.
F.), Skripsi,Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
Tinggen, I N., 2000, Taru Premana (Pustaka Leluhur), Eka Cipta, Singaraja.
20
21
Lampiran 1
Penggunaan dana
No
1
2
3
4
Tanggal kegiatan
3 maret 2015
5 maret 2015
10 maret 2015
5
6
17 maret 2015
18 maret 2015
7 april 2015
8
9
10
11
15 april 2015
18 april 2015
28 april 2015
12
7 mei 2015
13
26 mei 2015
14
15
27 mei 2015
2 juni 2015
15
6 juni 2015
16
11 juni 2015
17
12 juni 2015
18
15 juni 2015
TOTAL
Keteragan
Print + jilid proposal + CD
Membeli bahan baku 2 kg
Transport PP
Membeli Etanol
Transport
Konsumsi Kerja lembur
Membeli bahan baku 5 kg
Transport
Membeli kloroform
Transport
Konsumsi lembur
Transport ke WM
Konsumsi lembur
Print laporan kemajuan ke 1
Lain-lain
Aquades
Kertas saring
Aluminium foil
Plastik
Karet
Transport pengujian anti
bacterium dilakukan di
Unversitas Airlangga (lab
Gizi)
Pengambilan uji anti
bacterium dilakukan di
Unversitas Airlangga (lab
Gizi)
Transport Pengambilan uji
anti bacterium
Print laporan kemajuan ke 2
Print laporan kemajuan ke 3
Pembelian seragam kelompok
(kain batik dan ongkos jahit)
Membeli tahu untuk
pengujian daya simpan
Konsumsi lembur dalam
pengujian daya simpan
Print laporan akhir PKM
Jumlah pengeluaran
Rp. 26.000
Rp. 50.000
Rp. 40.000
Rp. 37.500
Rp. 10 000
Rp. 20.000
Rp. 85.000
Rp. 40.000
Rp. 433.000
Rp. 20.000
Rp. 34.000
Rp. 49.000
Rp. 40.000
Rp 6.500
Rp. 11.500
Rp. 3.000
Rp. 15.000
Rp. 2.500
Rp. 1.000
Rp 96.000
Rp. 1.485.000
Rp 41.000
Rp 8.000
Rp 8.000
Rp 850.000
Rp 10.000
Rp 30.000
Rp 50.000
Rp. 3.502.000
21
22
Diterima
Pengeluaran
Rp. 1.000.000
Rp. .3.502.000
- Rp. 2.502.000
Lampiran 2
Foto kegiatan
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29