Professional Documents
Culture Documents
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Perhitungan Kinerja Heat Exchanger 114-C Ditinjau dari Nilai Pressure Drop
(P) pada Unit Purifikasi Amoniak di PUSRI-II Palembang.
3.2 Latar Belakang
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari
suatu fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang
berkaitan dengan pemrosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat
penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi
atau operasi.
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam
suatu
untuk
mengetahui kinerja dari alat penukar kalor perlu dilakukan analisis. Salah satu
tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube
Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar
dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida
di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga
terjadi perpindahan panas antara aliran fluida di dalam tube dan di luar tube.
Daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side
dan yang di luar dari tube disebut shell side. Ada beberapa jenis heat exchanger
yang digunakan di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang salah satunya adalah jenis
Heat Exchanger 114-C. Alat heat exchanger ini digunakan dalam Unit Purifikasi
Amoniak Di Pusri II, yang berfungsi untuk mendinginkan gas panas yang berasal
dari effluent methanator menggunakan media pendingin boiler feed water (BFW).
Kinerja dari Heat Exchanger 114-C perlu dikontrol agar kelangsungan
proses dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui kelayakan operasinya maka
kinerja Heat Exchanger 114-C harus selalu dievaluasi. Evaluasi ini dapat
dilakukan terhadap nilai pressure drop (P). Selama ini pemahaman mahasiswa
tentang Heat Exchanger hanya sebatas teori yang didapatkan selama proses
72
73
belajar di perguruan tinggi sehingga perlu dikaji lagi bagian Heat Exchanger
dalam skala industri terutama terkait tentang spesifikasinya.
3.3 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami proses perpindahan panas pada alat Heat Exchanger 114-C
pada unit Purifikasi Amoniak di PUSRI-II Palembang.
2. Untuk mengetahui nilai pressure drop (P) pada alat Heat Exchanger 114-C.
3. Untuk mengetahui Kinerja Heat Exchanger 114-C pada unit Purifikasi
Amoniak di PUSRI-II Palembang.
3.4 Manfaat
Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi peralatan dari aspek perpindahan panasnya.
2. Dapat menjadi informasi tambahan bagi industri dalam mengevaluasi kinerja
Heat Exchanger 114-C pada unit Purifikasi Amoniak di PUSRI-II Palembang.
3.5 Rumusan Masalah
Permasalahan pada tugas khusus ini adalah bagaimana proses perpindahan
panas pada alat Heat Exchanger 114-C pada unit Purifikasi Amoniak di
PUSRI-II Palembang. Pemecahan masalahya adalah dengan mengetahui nilai
pressure drop (P) dan kinerja Heat Exchanger 114-C pada unit Purifikasi
Amoniak di PUSRI-II Palembang.
3.6 TINJAUAN PUSTAKA
3.6.1 Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari
suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya
kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan
kelistrikan. Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara
74
langsung, yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan
fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila
diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi
dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Menurut Holman,1995 mekanisme perpindahan panas terdiri atas :
1. Perpindahan Panas Secara Konduksi, merupakan perpindahan panas
antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan
yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
tersebut secara fisik.
2. Perpindahan Panas Secara Konveksi, merupakan perpindahan panas
dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat
tersebut secara fisik.
3. Perpindahan Panas Secara Radiasi, merupakan perpindahan panas
tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat
dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik
dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika
terserap oleh benda yang lain.
Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh :
1. Koefisien overall perpindahan panas
Koefisien overall perpindahan panas menyatakan mudah atau tidaknya
panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan
aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan
konveksi.
2. Selisih temperature rata-rata logaritmik (LMTD)
Selisih temperature rata-rata logaritmik (LMTD) merupakan perbedaan
temperature yang dipukul rata-rata setiap bagian heat exchanger karena
perbedaan temperature tiap bagian tidak sama.
3.6.2 Heat Exchanger
75
pendinginnya.
b. Co-Current, merupakan Heat Exchanger dimana fluida panas
mengalir searah dengan media pendinginnya.
c. Cross Flow, merupakan Heat Exchanger dimana fluida panas
mengalir dengan saling memotong arah dengan media pendinginnya.
Heat Exchanger ini merupakan gabungan dari counter current dan cocurrent Heat Exchanger.
3.6.3 Shell and Tube Exchanger
Heat Exchanger tipe shell dan tube pada dasarnya terdiri dari berkas
tube (tube bundles) yang dipasangkan di dalam shell yang berbentuk
silinder. Bagian ujung dari berkas tube dikencangkan pada dudukan tube
yang disebut tube sheet dan sekaligus berfungsi untuk memisahkan fluida
yang mengalir di sisi shell dan di sisi tube. Pada shell and tube exchanger
satu fluida mengalir didalam tube sedang fluida yang lain mengalir di ruang
antara tube bundle dan shell.
76
Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube dapat dilihat
pada Gambar 38, terdiri dari :
1.
Shell
Shell merupakan bagian tengah alat penukar panas dan tempat untuk
tube bundle. Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima
atau melepaskan panas.
2.
Tube
Tube merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell yang
merupakan tempat fluida yang akan dipanaskan ataupun didinginkan.
Tube tersedia dalam berbagai bahan logam yang memiliki harga
konduktivitas panas besar sehingga hambatan perpindahan panasnya
rendah.
3.
Tube sheet
Tube sheet komponen ini adalah suatu pelat lingkaran yang fungsinya
memegang ujung-ujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di
sisi shell dan tube.
4.
Tube pitch
Tube pitch adalah jarak center-to-center diantara tube-tube yang
berdekatan. Lubang tube tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat
dekat, karena jarak tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur
penyangga tube. Jarak terdekat antara dua tube yang berdekatan disebut
clearance. Tube diletakkan dengan susunan bujur sangkar atau segitiga
dapat dilihat pada Gambar 36.
77
5.
Channel cover
Channel cover merupakan bagian penutup pada konstruksi Heat
Exchanger yang dapat dibuka pada saat pemeriksaan dan pembersihan
alat.
6.
Pass divider
Pass divider berupa pelat yang dipasang di dalam channel untuk membagi
aliran fluida tube.
7.
Baffle
Baffle pada umumnya tinggi segmen potongan dari baffle adalah
seperempat diameter dalam shell yang disebut 25% cut segmental baffle.
Baffle tersebut berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang
diletakkan pada rod-baffle. Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat
shell sehingga turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh. Untuk lebuh
jelasnya segemental baffle dapat di lihat pada Gambar 37.
Gambar 38. Komponen Penyusun Heat Exchanger Jenis Shell and Tube
78
Untuk menghitung Overall Coefficient Heat (Ud) pada alat 115-C dapat
dilakukan dengan beberapa tahapan penyelesaian sebagai berikut:
1. Menentukan sifat-sifat fisis cairan pada bagian shell dan tube.
Untuk menghitung fouling factor (Rd) pada Ammonia Condenser (U-EA404) diperlukan data sifat fisis cairan, yaitu : viskositas (), kapasitas panas (cp),
konduktivitas termal (k). Data sifat fisis cairan untuk cairan nonviskos ( < 1cp)
dihitung pada suhu rata-rata (Kern, 1950)
T1 T2
2
Tavg =
Dimana :
Tavg = Temperatur rata-rata
T1
= Temperatur masuk
T2
= Temperatur keluar
a. Menentukan kapasitas panas (Cp)
Penentuan kapasitas panas (Cp) dapat dilihat pada Gambar 3, Kern
b. Menentukan viskositas ()
Penentuan viskositas () dapat dilihat pada Gambar 15, Kern
c. Menentukan konduktivitas thermal (k)
Penentuan konduktivitas thermal (k) dapat dilihat pada Tabel 5, Kern
2.
R=
(t 2 t1)
(T 1 t1)
S=
Kern)
FT
79
tc
th
tc
T 2 t1
th
T1 t 2
Nt x a' t
144 x n
.........................................................................(Pers 7.48,Kern)
Dimana :
NT = Jumlah Tube
at = Flow area per tube (in2), diperoleh dari tabel 10 Kern
n
w
at
Dimana :
Gt = mass velocity fluida dingin
c. Menghitung Reynold number (Ret)
80
Re t
D x Gt
......................................................................(Pers 7.3,Kern)
Dimana :
Ret
d. Mencari nilai jH
jH
= Figure 24 kern
e. Menghitung nilai Thermal Function (Prandl Number)
(
cp x
)
k
1/3
Dimana :
Cp
= kapasitas panas
= viskositas
= konduktivitas thermal
k
cp x 1/ 3
.(
)
k
De
ID
OD
hio
Dimana :
jH = Faktor untuk HeatExchanger (diperoleh dari Gambar.24, Kern)
ID = Diameter bagian dalam shell (m)
OD = Diameter bagian luar tube(m)
6. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada Bagian Shell (ho)
a. Menghitung cross flow area pada bagian shell (as)
as
ID x C' x B
PT
Dimana:
81
= Baffle Spacing
Gs =
w
as
Dimana :
Gs = mass velocity fluida pada sisi bagian shell
as = cross flowarea pada bagian shell
c.
De x Gs
cp x 1 / 3
)
k
h0/ = jH .
...................................................(Pers 6.15,Kern)
Dimana :
jH = Faktor untuk HeatExchanger (diperoleh dari fig.28, Kern 1950)
k
82
hioxho
hio ho
f x Gs x Ds x N 1
5,22 x1010 De x s x s
Ps
Dimana :
Ps
83
Gs
= Spec.Gravity
f x Gt x L x n
5,22 x 1010 D x s x t
Pt
Dimana :
Pt
Gt
Spgr
= Spec.Gravity
4 x n V2
x
s
2g
Pr =
Dimana :
Pr = Return pressure drop pada tube (psi)
V2
2g
= Velocity head (psi)
s
= Spec.Gravity
Maka :
PT
= Pt + Pr
Dimana :
PT
3.6.4 Metanasi
Tahapan proses metanasi adalah sebagai berikut:
84
85
86
87
2.
Temperatur fluida
3.
4.
88
223,8 oC
Syn Gas In
300,86 oC
89
129,76 oC
Flow rate: 71.437,32841 Ib/hr
108,96 oC
Flow rate : 110.629,4766 lb/hr
Temp
in
(C)
Temp
out
(C)
Flowrate
Temp
(lb/hr)
in
(C)
Temp
out
(C)
Flowrate
(lb/hr)
90
30/7/2015
108,5
223
110.629,4766
330
130
81282,78557
31/7/2015
108
223
110.629,4766
330
130
74773,1286
1/8/2015
109
224
110.629,4766
281,3
129,8
81246,43709
2/8/2015
109,5
225
110.629,4766
283
130
73066,88018
3/8/2015
109,8
224
110.629,4766
280
129
81282,78837
Jumlah
544,8
1119
553147,383
1504,3
648,8
391652,0198
108,96
223,8
110.629,4766
300,86
129,76
78330,40396
Rata-rata
Nilai Actual
Perhitungan
Shell Side
Tube Side
(Feed Water)
(Effluent Methanator)
110.629,4766
228,128
573,548
434,84
265,568
LMTD (oF)
78330,40396
77,3256
91
331,484
419,558
999,0888
(Btu/(hr)(ft2)(oF)
Design Overall Coefficient
61,1172
(Btu/(hr)(ft2)(oF)
Fouling Factor (hr)(ft2)
0,0153
(oF)/Btu
Pressure Drop (Kg/cm2)
0,0953
0,1229
3.9 Pembahasan
Beradasarkan data dan perhitungan yang diperoleh maka untuk mengetahui
kinerja dari Heat Exchanger 114-C harus dicari nilai yang berkaitan dengan
kinerja heat exchanger 114-C seperti Overall Heat Coeficient (UD), Fouling
Factor (RD), dan Pressure Drop (P). Hasil perhitungan akan digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai efisiensi alat. Alat
heat exchanger ini
92
yang merupakan suhu rata-rata aliran secara berlawanan arah yang didapat adalah
sebesar 77,3256 oF. Untuk mendapatkan nilai LMTD ini, harga Ft (faktor koreksi)
ditentukan dengan menggunakkan grafik LMTD Correction Factor (Kern, 1965)
dari grafik ini terlihat harga Ft yaitu 1,0.
Berdasarkan perhitungan fouling factor dapat dilihat bahwa nilai fouling
factor pada HE 114-C yaitu 0,015412 Btu/(hr)(ft2)(oF). Nilai fouling factor ini
merupakan angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang
terbawa fluida yang mengalir didalam HE. Kotoran ini berasal dari fluida yang
mengalir didalam heat exchanger baik itu dari effluent methanator maupun boiler
feed water. Kotoran ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu pengotor berat dan pengotor
berpori. Kotoran yang terbawa dari fluida tersebut akan menumpuk dan melapisi
dinding dalam dan luar tube, sehingga panas yang diserap akan terhalang oleh
adanya kotoran yang menempel. Akibat dari fouling factor ini dapat menyebabkan
kenaikan tahanan heat transfer sehingga menaikkan beban panas dan biaya
operasi maupun perawatan. Variabel-variabel operasi yang berpengaruh terhadap
fouling factor diantaranya adalah kecepatan linier fluida (velocity), temperature
permukaan dan temperature fluida karena kecepatan terbentuknya fouling akan
meningkat dengan naiknya temperatur.
Pada nilai Overall Heat Coefficient (UD) yang didapatkan adalah 60,9274
Btu/(hr)(ft2)(oF), nilai ini juga dipengaruhi oleh adanya fouling factor karena
semakin banyak kotoran yang menempel pada tube maka nilai overall heat
coefficient ini akan mengalami penurunan. Dari nilai yang didapatkan bahwa
kotoran yang menempel pada tube sedikit sehingga proses perpindahan panas
terjadi secara menyeluruh dari fluida dingin ke fluida panas yang semakin mudah.
Pressure drop yang dihitung untuk mengetahui kemampuan fluida
mempertahankan tekanan yang dimilikinya selama fluida mengalir. Harga
pressure drop yang diperoleh pada shell dan tube secara actual yaitu sebesar
3,82021 psi dan 0,041697 psi, sedangkan harga pressure drop secara desain pada
shell dan tube sebesar 0,4977 psi dan 2,133 psi. Pressure drop ini disebabkan
oleh friksi aliran dengan dinding dan pembelokkan arah. Nilai yang didapatkan
masih di bawah nilai standar yang diperbolehkan yaitu 10 psi (Kern, 1965). Hal
ini menunjukkan bahwa heat exchanger tersebut dinyatakan masih layak
93
94
c. Perlu dilakukan perawatan dan pemeriksaan secara rutin pada heat exchanger
114-C agar efisiensi pada alat tersebut tidak mengalami penurunan.
d. Pembersihan pada alat Heat Exchanger dapat dilakukan dengan cara, pada sisi
shell direndam dengan air panas/ dengan menggunakan prinsip chemical
cleaning, sedangkan pada sisi tube dapat dilakukan pembersihan dengan cara
disemprot menggunakan air bertekanan tinggi.